Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com | Page 1/9 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Thu Nov 16 15:38:26 2017 / +0000 GMT
lebih sering, sekarang peracunan diri sendiri bertanggung jawab bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada
pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak.
Bunuh diri cenderung terjadi pada usia diatas 45 tahun, pria, tidak pandang kelas sosial disertai depresi besar dan telah direncanakan.
Percobaan bunuh diri cenderung dilakukan oleh wanita muda dari kelas sosial bawah, jarang disertai dengan depresi besar dan
bersifat impulsif.
2.2 Etiologi
2.1 Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai
berikut :
2.1.1 Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan
jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
2.1.2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
2.1.3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial,
kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat
penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang
dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
2.1.4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
2.1.5. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti
serotinin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph
(EEG).
2.2. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian
hidup yang memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang
melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
2.2.1 Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang
ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor
social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku
bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri.
Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam
kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
2.2.2 Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk
denial, rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa
memberikan koping alternatif.
Respon adaptif Respon maladaptif
Peningkatan diri Beresiko destruktif Destruktif diri tidak langsung Pencederaan diri Bunuh diri
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk
mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme
adaptif pada diri seseorang.
Rentang Respons, YoseP, Iyus (2009)
1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang
membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com | Page 2/9 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Thu Nov 16 15:38:26 2017 / +0000 GMT
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com | Page 3/9 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Thu Nov 16 15:38:26 2017 / +0000 GMT
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com | Page 4/9 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Thu Nov 16 15:38:26 2017 / +0000 GMT
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com | Page 5/9 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Thu Nov 16 15:38:26 2017 / +0000 GMT
9. Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau kehilangan yang bertubi-tubi dan secara bersamaan
10. Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misal pistol, obat, racun
11. Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan pengobatan
12. Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial
Dalam melakukan pengkajian klien resiko bunuh diri, perawat perlu memahami petunjuk dalam melakukan wawancara dengan
pasien dan keluarga untuk mendapatkan data yang akurat. Hal ? hal yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara adalah :
1. Tentukan tujuan secara jelas : Dalam melakukan wawancara, perawat tidak melakukan diskusi secara acak, namun demikian
perawat perlu melakukannya wawancara yang fokus pada investigasi depresi dan pikiran yang berhubungan dengan bunuh diri.
2. Perhatikan signal / tanda yang tidak disampaikan namun mampu diobservasi dari komunikasi non verbal. Hal ini perawat tetap
memperhatikan indikasi terhadap kecemasan dan distress yang berat serta topic dan ekspresi dari diri klien yang di hindari atau
diabaikan.
3. Kenali diri sendiri. Monitor dan kenali reaksi diri dalam merespon klien, karena hal ini akan mempengaruhi penilaian profesional
4. Jangan terlalu tergesa ? gesa dalam melakukan wawancara. Hal ini perlu membangun hubungan terapeutik yang saling percaya
antara perawat dank lien.
5. Jangan membuat asumsi tentang pengalaman masa lalu individu mempengaruhi emosional klien
6. Jangan menghakimi, karena apabila membiarkan penilaian pribadi akan membuat kabur penilaian profesional.
3.2 Masalah keperawatan :
3.2.1 Risiko bunuh diri
3.2.2 Keputus asaan
3.2.3 Ketidak berdayaan
3.2.4 Gangguan konsep diri : HDR
3.2.5 Gangguan konsep diri : Gangguan citra tubuh.
3.2.6 Kecemasaan.
3.2.7 Berduka disfungsional
3.2.8 Koping individu tak efektif.
3.2.9 Penatalaksanaan regimen therapeutik in efektif
3.2.10 Koping keluarga tak efektif : Ketidakmampuan.
3.3 Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun. Sebelum melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dengan
kebutuhannya saat ini (here and now). Perawat juga meniali diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual,
teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien, jika aman maka tindakan
keperawatan boleh dilaksanakan.
3.3 Diagnosa Keperawatan :
3.4.1 Perilaku Kekerasan (Resiko mencederai diri sendiri)
3.4.2 Resiko Bunuh Diri
3.4.3 Gangguan Interaksi Sosial (Menarik diri)
3.4.4 Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)
Ada 5 gejala yang timbul setiap hari selama 2 minggu yaitu :
- Mood depresi, kehilangan minat & kesenangan.
- Berat badan turun, insomnia, hipersomnia, gangguan psokomotur,
kelelahan, merasa tidak berharga atau bersalah, tidak mampu
berpikir, sering ingin mati.
Perencanaan.
Tujuan :
1. Mencegah menyakiti diri sendiri.
2. Meningkat harga diri klien
3. Menggali masalah dalam diri klien.
4. Mengajarkan koping yang sehat.
3.5 Intervensi
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com | Page 6/9 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Thu Nov 16 15:38:26 2017 / +0000 GMT
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com | Page 7/9 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Thu Nov 16 15:38:26 2017 / +0000 GMT
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com | Page 8/9 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Thu Nov 16 15:38:26 2017 / +0000 GMT
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com | Page 9/9 |