PENDAHULUAN
1
Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia remaja dan
dewasa muda (15 – 24 tahun), untuk jenis kelamin, perempuan melakukan percobaan
bunuh diri (attemp suicide) empat kali lebih banyak dari laki laki. Cara yang populer
untuk mencoba bunuh diri pada kalangan perempuan adalah menelan pil, biasanya
obat tidur, sedangkan kaum lelaki lebih letal atau mematikan seperti menggantung
diri.
Kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri adalah
mahasiswa, penderita depresi, para lansia, pecandu alcohol, orang-orang yang
berpisah atau becerai dengan pasangan hidupnya, orang-orang yang hidup sebatang
kara, kaum pendatang, para penghuni daerah kumu dan miskin, kelompok
professional tetentu, seperti dokter, pengacara, dan psikolog.
1.2 Rumusan masalah
Bagaima konsep asuhan keperawatan jiwa resiko bunuh diri ?
1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui definisi dari resiko bunuh diri .
2. Untuk menegtahui etiologic dari resiko bunuh diri .
3. Untuk mengetahui tanda gejala dari risiko bunuh diri .
4. Untuk mengetahui rentang respons dari risiko bunuh diri.
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari risiko bunuh diri.
6. Untuk mengetahui factor predisposisi dari risiko bunuh diri.
7. Untuk mengetahui factor risiko bunuh diri.
8. Untuk mengetahui mechanisme koping dari resko bunuh diri
9. Untuk mengetahui pohon masalah dari resiko bunuh diri .
10. Untuk mengetahui pelaksaan medis dan keperawatan dari resiko bunuh diri .
B. Tujuan khusus
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada resiko bunuh diri .
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa
( fitria,2009)
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008)
Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendi
untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. (Jenny.,dkk 2010)
2.2 Etiologi
Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah.
Terbagi menjadi:
a. Faktor Genetik
b. Faktor Biologis lain
c. Faktor Psikososial & Lingkungan
2.3 Tanda dan gejala
Sedih
Marah
Putus asa
Tidak berdaya
Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal
Menurut Ade Herman Surya Direja 2011 : 158, tanda dan gejala bunuh diri adalah
sebagai berikut :
Mempunyai ide unutk bunuh diri
Mengungkapkan keinginan unuuk mati
Mengungkapkan rasa bersaah dan keputusasaan
Impulsif
Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( menjasi sangat patuh)
Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
3
Verbal terselubung ( berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat
dosis mematikan)
Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah,
mengasibngkan diri)
Kesehatan mental ( secara klinis klien terlihat sangat depresi, psikosis, dam
menyalahginakan alkohol)
Kesehatan fisik ( biasanya pada kliemn dengan penyakit kronis atau terminal)
Pengangguran (Kehilangan pekerjaan atau kegagagalan dalam karir)
Status perkawinan ( mengalami kegagalan dalam perkawinan)
Konflik interpersonal
Latar belakang keluarga
Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
2.4 Rentang respons
4
dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan
secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi
yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena
pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan
menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
d. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya
harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.
2.5 Klasifikasi
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri,
meliputi:
a. Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor
lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk
bunuh diri.
b. Bunuh diri altruistic
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan
seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
c. Bunuh diri egoistic
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri
seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.
2.6 Faktor predisposisi
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku resiko
bunuh diri meliputi:
a. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
5
c. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini,
dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
untuk perilaku resiko bunuh diri
e. Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan
perilaku resiko bunuh diri.
2.7 Faktor pretisipasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor
lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media
mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi
individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
Kondisi klien seperti kelemahan fisik ,keputus asaan ,ketidakberdayaan ,percaya, diri
yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan .
Demikian juga dengan situasi lingkup yang rebut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan ,kehilangan orang yang dicintai,atau merupakan factor penyebab yang
lain. Interaksi social yang provokatif dan konflik dapat pula memicu kekerasan .
2.8 Mekanisme koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression,
dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak
ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan
agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping
dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.
6
2.9 Pohon Masalah
7
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama : Ny.S Tanggal Dirawat : 20 juli 2021
Umur : 45 th Tanggal Pengkajian : 25 juli 2021
Alamat : Teluk Betung Selatan
Pendidikan : SMP
Agama : Islam Ruang Rawat : Ruang Anggrek
Status : Kawin
Pekerjaan : Wiraswasta
JenisKel. : Perempuan
No RM : 200678
2. Alasan Masuk
a Data primer
pasien ingin bunuh diri mengatakan lebih baik mati saja .
b Data sekunder
Klien terlihat murung, dan ada bekas percobaan bunuh diri .
3. Riwayat Penyakit dan Faktor Presipitasi
Stressor Sosial Budaya
Tidak ada yang menemani klien saat klien dirawat di RS
Stressor Psikologis
Klien merasakan kecemasan yang menyebabkan menurunnya
kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.
4. Faktor Predisposisi
a Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya
Tidak ✓
JikaYa,Jelaskan:
8
b Pengobatansebelumnya
Berhasil
Kurangberhasil
Tidakberhasil
Jelaskan: klien tidak pernah menjalani pengobatan apapun
Narkotika
Penyalahgunaan Psikotropika
Zat aditif : kafein, nikotin, alkohol
Dll (TIDAK ADA) ✓
e Riwayat Trauma
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
Perubahanpertumbuhandanperkembanga Resikotinggikekerasan
n Ketidakefektifan penatalaksanaan
Berdukaantisipasi regiment terapeutik
9
Berdukadisfungsional Resti Suicide
Responpaska trauma Koping Individu inefektif
Sindroma trauma perkosaan Koping Keluarga inefektif
1. Keadaan umum :
biasanya pasien keadaan umum stabil, kesadaran composmetis, GCS 456
2. Tanda vital:
TD: 138/80 mm/Hg
N:22x/m
S 36,5
P 22x/m
10
6. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Genogram:
Keterangan Gambar :
: laki-laki
: klien
: perempuan
Jelaskan:
7. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Tidak dikaji karena pasien tidak mengerti pertanyaan yang diajukan.
b. Identitas :
11
Tidak dikaji karena pasien tidak mengerti pertanyaan yang diajukan.
c. Peran :
Tidak dikaji karena pasien tidak mengerti pertanyaan yang diajukan.
d. Ideal diri :
Tidak dikaji karena pasien tidak mengerti pertanyaan yang diajukan.
e. Hargadiri :
Penilaiain pasien terhadap dirinya jelek ,klien tampak kotor, tidak rapi, duduk
menyendiri, tatapan mata kosong, lebih sering menunduk,ekspresi wajah sedih,
tidak mau bertemu dengan orang lain,klien mengatakan dirinya bodoh, tidak bisa
apa-apa, klien mengatakan dirinya tidak berguna
1. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat:
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain ✓
2. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
b. Kegiatan ibadah
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
Distress spiritual ✓
Lain-lain, jelaskan
8. Status mental
1. Penampilan
Tidak rapi ✓
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian t idak sesuai fungsinya
Jelaskan:
2. Pembicaraan
Cepat
12
Keras
Gagap
Apatis
Lambat ✓
Membisu
Tidakmampu memulai pembicaraan ✓
Lain-lain………..
3. Aktifitasmotorik/Psikomotor
Kelambatan :
Hipokinesia,hipoaktifitas
Katalepsi
Sub stupor katatonik
Fleksibilitasserea ✓
Jelaskan:
Peningkatan :
Hiperkinesia,hiperaktifitas Grimace
Gagap Otomatisma
Stereotipi Negativisme
GaduhGelisahKatatonik Reaksikonversi
Mannarism Tremor
Katapleksi Verbigerasi
Tik Berjalankaku/rigid ✓
4. Afek dan Emosi
Saat ditanya Bagaimana dengan masa depanmu?Apakah anda benar benar tidak
punya harapan?
a. Afek
Adekuat ✓
Tumpul
13
Dangkal/datar
Inadekuat
Labil
b. Emosi
MerasaKesepian ✓
Apatis
Marah
Anhedonia
Eforia
Cemas (ringan,sedang,berat,panic)
Sedih ✓
Depresi
Keinginan bunuh diri ✓
5. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan
Tidakkooperatif
Mudahtersinggung
Kontakmatakurang ✓
Defensif
Curiga
6. Persepsi – Sensorik
Pertanyaan pada pasien :
klien sering mendengar suara saat tidak ada orang atau saat tidak ada orang yang
berbicara
Halusinasi
Pendengaran
Penglihatan ✓
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
Ilusi
14
Ada
Tidakada ✓
7. Proses Pikir
Pertanyaan :
1. Klien percaya bahwa seseorang atau suatu kekuatan di luar anda memasukkan buah
pikiran yang bukan milik anda ke dalam pikiran anda, atau menyebabkan anda bertindak
tidak seperti biasanya
2. klien percaya bahwa seseorang sedang memata matai anda, atau seseorang telah
berkomplot melawan anda atau menciderai anda ?
a. Arus Pikir :
Koheren
Inkoheren
Sirkumstansial
Neologisme
Tangensial
Logorea
Kehilanganasosiasi
Bicaralambat ✓
Flight of idea
Bicaracepat
Irrelevansi
Main kata-kata
Blocking
PengulanganPembicaraan/perseverasi
Afasia
Asosiasibunyi
b. Isi Pikir
Obsesif
Ekstasi
Fantasi
Alienasi
PikiranBunuhDiri ✓
Preokupasi
15
PikiranIsolasisosial
Ide yang terkait
PikiranRendahdiri
Pesimisme
Pikiranmagis
Pikirancuriga
Fobia,sebutkan…………..
8. Kesadaran
Menurun:
Compos mentis
Sopor
Apatis/sedasi
Subkoma
Somnolensia
Koma
Meninggi
Hipnosa
Disosiasi: ……………….
Gangguanperhatian
16
4. sikat gigi
Mandiri ✓
Bantuan minimal
Bantuan total
5. keramas
Mandiri ✓
Bantuan minimal
Bantuan total
6. Berpakaian/berhias
Mandiri ✓
Bantuan Minimal
Bantuan total
7. Istirahatdantidur
Tidur Malam, Lama : 23.00 s/d 04.00
8. Penggunaan obat
✘ Bantuan Minimal
✘ Bantuan total
9. Pemeliharaankesehatan
Sistem pendukung Ya Tidak
Keluarga ✓
Terapis ✓
Teman sejawat ✓
Kelompok sosial ✓
10. Aktifitasdalamrumah
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan ✓
17
Menjagakerapihan rumah ✓
Mencuci Pakaian ✓
Pengaturan keuangan ✓
Belanja
Transportasi
Lain-lain ✓
Axis 3 : -
Axis 5 : 20-30
19
lagi, lebih baik mati saja, mengancam akan
mengakhiri hidupnya.
3.6 INTERVENSI
Dx Perencanaan
No
Tgl Keperawata Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Dx
n
20
Resiko TUM: Klien
bunuh diri tidak mencederai
diri sendiri
TUK:
Setelah 2 kali 1. Bina hubungan saling
1. Klien dapat interaksi, klien percaya dengan meng-
membina menunjukkan gunakan prinsip
hubungan eskpresi wajah komunikasi
saling percaya bersahabat, terapeutik :
dengan menun-jukkan
Sapa klien dengan
perawat. rasa senang, ada
ramah baik verbal
kontak mata, mau
maupun non
berjabat tangan,
verbal.
mau menyebutkan
Perkenalkan diri
nama, mau
dengan sopan.
menjawab salam,
Tanyakan nama
klien mau duduk
lengkap dan nama
berdampingan
panggilan yang
dengan perawat,
disukai klien.
mau
Jelaskan tujuan
mengutarakan
pertemuan.
masalah yang
Jujur dan menepati
dihadapi.
janji.
Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya.
Beri perhatian dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien.
2. Klien dapat Setelah 2 kali 1. jauhkan klien dari benda-
21
terlindungi interaksi, klien benda yang dapat
dari prilaku dapat terlindung membahayakan
bunuh diri. dari prilaku bunuh 2. tempatkan klien di ruang
diri. yang tenang dan selalu
terlihat oleh perawat
3. awasi klien secara ketat
setiap saat
22
hubungan antar
sesame, keyakinan,
hal-hal untuk
diselesaaikan)
23
dan tepat efek terapi dan efek
samping penggunan
obat
2. Pantau klien saat
penggunaan obat
Beri pujian jika klien
menggunakan obat
dengan benar
3. Diskusikan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi
dengan dokter
Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada
dokter/perawat jika
terjadi hal – hal yang
tidak di inginkan .
24
dapat membahayakan pasien
d. Melakukan kontrak treatment
e. Mengajarkan cara mengendalikan
dorongan bunuh diri
f. Masukkan dalam jadwal harian pasien
SP 2 a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
b. Mengidentifikasi aspek positif pasien
c. Mendorong pasien untuk berfikir
positif terhadap diri sendiri
d. Mendorong pasien untuk menghargai
diri sendiri sebagai individu yang
berharga
e. Masukkan dalam jadwal harian pasien
SP 3 a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2
)
b. Mengidentifikasi pola koping yang
biasa diterapkan pasien
c. Menilai pola koping yang biasa
dilakukan
d. Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
e. Mendorong pasien memilih pola
koping yang konstruktif
f. Mengajurkan pasien menerapkan pola
koping konstruktif dalam kegiatan
harian
a. Evaluasi kegiatan yang lalu SP 1,2
& 3)
b. Membuat rencana masa depan
yang realistis bersama pasien
c. Mengidentifikasi cara mencapai
rencana masa depan yang realistis
d. Memberi dorongan pasien
melakukan kegiatan dalam rangka
25
meraih masa depan yang realistis
SP 1 Keluarga a. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala resiko bunuh diri, dan jenis
perilaku yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
resiko bunuh diri yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
d. Rencana tindak lanjut keluarga /
jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 2 Keluarga a. Evaluasi SP 1
b. Melatih keluarga mempraktekan cara
merawat pasien dengan resiko bunuh
diri
c. Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada pasien
resiko bunuh diri
d. RTL / jadwal keluarga untuk merawat
pasien
SP 3 Keluarga a. Evaluasi SP 1 dan 2
b. Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas dirimuah termasuk minum
obat
c. Mendiskusikan sumber rujukan yang
bisa dijangkau oleh keluarga
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).
a. Faktor Genetik.
b. Faktor Biologis lain.
27
c. Faktor Psikososial & Lingkungan.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Jenny, (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa. Medan, USU Press.
Kompas, (2016) di Peroleh dari situs kompas.com pada tanggal 18 Mei 2016.
28
29