Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam
sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri
sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri
yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan
individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen,
1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009.
Resiko bunuh diri masih menjadi masalah yang serius di dunia bakhan di
Indonesia. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan
berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang
digunakan dalam mengatasi masalah. Berikut beberapa faktor penyebab bunuh diri
yang didasarkan pada kasus bunuh diri yang berbeda-beda tetapi memiliki efek
interaksi di antaranya (Maris, dalam Maris dkk.,2000; Meichenbaum, 2008):
Major-depressive illness, affective disorder,Penyalahgunaan obat-obatan (sebanyak
50% korban percobaan bunuh memiliki level alkohol dalam darah yang
positif),Memiliki pikiran bunuh diri, berbicara dan mempersiapkan bunuh diri,Stresor
atau kejadian hidup yang negatif (masalah pekerjaan, pernikahan, seksual, patologi
keluarga, konflik interpersonal, kehilangan, berhubungan dengan kelompok teman
yang suicidal),Kemarahan, agresi, dan impulsivitas. Peran perawat sangat penting
dalam membantu pasien perilaku ide bunuh diri terutama menjaga keamanan klien.
Posisi Indonesia hampir mendekati negara-negara bunuh diri, seperti Jepang,
dengan tingkat bunuh diri mencapai lebih dari 30.000 orang per tahun dan China yang
mencapai 250.000 per tahun. Pada tahun 2005, tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai
masih cukup tinggi. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada
2005, sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya.
Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri per
harinya. Namun laporan di Jakarta menyebutkan sekitar 1,2 per 100.000 penduduk
dan kejadian bunuh diri tertinggi di Indonesia adalah Gunung Kidul, Yogyakarta
mencapai 9 kasus per 100.000 penduduk.

1
Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia remaja dan
dewasa muda (15 – 24 tahun), untuk jenis kelamin, perempuan melakukan percobaan
bunuh diri (attemp suicide) empat kali lebih banyak dari laki laki. Cara yang populer
untuk mencoba bunuh diri pada kalangan perempuan adalah menelan pil, biasanya
obat tidur, sedangkan kaum lelaki lebih letal atau mematikan seperti menggantung
diri.
Kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri adalah
mahasiswa, penderita depresi, para lansia, pecandu alcohol, orang-orang yang
berpisah atau becerai dengan pasangan hidupnya, orang-orang yang hidup sebatang
kara, kaum pendatang, para penghuni daerah kumu dan miskin, kelompok
professional tetentu, seperti dokter, pengacara, dan psikolog.
1.2 Rumusan masalah
Bagaima konsep asuhan keperawatan jiwa resiko bunuh diri ?
1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui definisi dari resiko bunuh diri .
2. Untuk menegtahui etiologic dari resiko bunuh diri .
3. Untuk mengetahui tanda gejala dari risiko bunuh diri .
4. Untuk mengetahui rentang respons dari risiko bunuh diri.
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari risiko bunuh diri.
6. Untuk mengetahui factor predisposisi dari risiko bunuh diri.
7. Untuk mengetahui factor risiko bunuh diri.
8. Untuk mengetahui mechanisme koping dari resko bunuh diri
9. Untuk mengetahui pohon masalah dari resiko bunuh diri .
10. Untuk mengetahui pelaksaan medis dan keperawatan dari resiko bunuh diri .
B. Tujuan khusus
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada resiko bunuh diri .

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa
( fitria,2009)
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008)
Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendi
untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. (Jenny.,dkk 2010)
2.2 Etiologi
Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah.
Terbagi menjadi:
a. Faktor Genetik
b. Faktor Biologis lain
c. Faktor Psikososial & Lingkungan
2.3 Tanda dan gejala
 Sedih
 Marah
 Putus asa
 Tidak berdaya
 Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal
Menurut Ade Herman Surya Direja 2011 : 158, tanda dan gejala bunuh diri adalah
sebagai berikut :
 Mempunyai ide unutk bunuh diri
 Mengungkapkan keinginan unuuk mati
 Mengungkapkan rasa bersaah dan keputusasaan
 Impulsif
 Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( menjasi sangat patuh)
 Memiliki riwayat percobaan bunuh diri

3
 Verbal terselubung ( berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat
dosis mematikan)
 Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah,
mengasibngkan diri)
 Kesehatan mental ( secara klinis klien terlihat sangat depresi, psikosis, dam
menyalahginakan alkohol)
 Kesehatan fisik ( biasanya pada kliemn dengan penyakit kronis atau terminal)
 Pengangguran (Kehilangan pekerjaan atau kegagagalan dalam karir)
 Status perkawinan ( mengalami kegagalan dalam perkawinan)
 Konflik interpersonal
 Latar belakang keluarga
 Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
2.4 Rentang respons

Rentang Respons Protektif Diri

Respon Adaptif Reapon Maladaptif

Peningkatan Beresiko Destruktif diri Pencederaan Bunuh diri


Bunuh Diri Destruktif tdk langsung diri

Gambar : Rentang Respons Protektif Diri, Sumber : Keliat (1999)


a. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap
situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang
mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai  loyalitas terhadap
pimpinan ditempat kerjanya.
b. Berisiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif
atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika

4
dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan
secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi
yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena
pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan
menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
d. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya
harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.
2.5 Klasifikasi
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri,
meliputi:
a. Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor
lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk
bunuh diri.
b. Bunuh diri altruistic
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan
seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
c. Bunuh diri egoistic
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri
seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.
2.6 Faktor predisposisi
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku resiko
bunuh diri meliputi:
a. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.

5
c. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini,
dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
untuk perilaku resiko bunuh diri
e. Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan
perilaku resiko bunuh diri.
2.7 Faktor pretisipasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor
lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media
mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi
individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
Kondisi klien seperti kelemahan fisik ,keputus asaan ,ketidakberdayaan ,percaya, diri
yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan .
Demikian juga dengan situasi lingkup yang rebut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan ,kehilangan orang yang dicintai,atau merupakan factor penyebab yang
lain. Interaksi social yang provokatif dan konflik dapat pula memicu kekerasan .
2.8 Mekanisme koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression,
dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak
ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan
agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping
dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.

6
2.9 Pohon Masalah

effect           Bunuh Diri

core problem                  


Resiko Bunuh Diri

causa        Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

2.10 Penatalaksanaan Medis


a. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi.
b. Diberikan obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.
2.11 Penatalaksanaan keperawatan
1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta
bantuan dari keluarga atau teman.
2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a. Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b. Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
c. Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d. Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e. Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
3. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b. Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian
masalah
c. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

7
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama : Ny.S Tanggal Dirawat : 20 juli 2021
Umur : 45 th Tanggal Pengkajian : 25 juli 2021
Alamat : Teluk Betung Selatan
Pendidikan : SMP
Agama : Islam Ruang Rawat : Ruang Anggrek
Status : Kawin
Pekerjaan : Wiraswasta
JenisKel. : Perempuan
No RM : 200678
2. Alasan Masuk
a Data primer
pasien ingin bunuh diri mengatakan lebih baik mati saja .
b Data sekunder
Klien terlihat murung, dan ada bekas percobaan bunuh diri .
3. Riwayat Penyakit dan Faktor Presipitasi
 Stressor Sosial Budaya
Tidak ada yang menemani klien saat klien dirawat di RS
 Stressor Psikologis
Klien merasakan kecemasan yang menyebabkan menurunnya
kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.

4. Faktor Predisposisi
a Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
 Ya
 Tidak ✓
JikaYa,Jelaskan:

8
b Pengobatansebelumnya
 Berhasil
 Kurangberhasil
 Tidakberhasil
Jelaskan: klien tidak pernah menjalani pengobatan apapun

c Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)


 Ya
 Tidak ✓
Jika ya Jelaskan

d Pernah ada riwayat NAPZA

 Narkotika
 Penyalahgunaan Psikotropika
 Zat aditif : kafein, nikotin, alkohol
 Dll (TIDAK ADA) ✓

e Riwayat Trauma

Usia Pelaku Korban Saksi

1. Aniayafisik 40 suami klien anak


2. Aniayaseksual - - - -
3. Penolakan - - - -
4. Kekerasan dalam keluarga - - - -
5. Tindakan kriminal -
6. Usaha Bunuh diri Ya

Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
 Perubahanpertumbuhandanperkembanga  Resikotinggikekerasan
n  Ketidakefektifan penatalaksanaan
 Berdukaantisipasi regiment terapeutik

9
 Berdukadisfungsional  Resti Suicide
 Responpaska trauma  Koping Individu inefektif
 Sindroma trauma perkosaan  Koping Keluarga inefektif

5. riwayat penyakit keluarga


1. Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
 Ada
 Tidak
Masalah / Diagnosa Keperawatan:

 Koping keluarga tidak efektif :


ketidakmampuan
 Koping keluarga tidak efektif : kompromi
 Resiko tinggi kekerasan
 Lain-lain, jelaskan
2. PEMERIKSAAAN FISIK

Tanggal : 25 juli 2021

1. Keadaan umum :
biasanya pasien keadaan umum stabil, kesadaran composmetis, GCS 456

2. Tanda vital:
TD: 138/80 mm/Hg

N:22x/m

S 36,5

P 22x/m

3. Ukur: BB 60kg TB 162 cm


 Turun
 Naik
4. Keluhan fisik:
 Nyeri : Berat terkontrol 7
 Keluhan lain
 Tidak ada keluhan

10
6. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Genogram:

Keterangan Gambar :

: laki-laki

: klien

: perempuan

Jelaskan:

Ayah pasien mempunyai 3 anak dan 2 anak perempuan 1 anak laki-laki

7. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Tidak dikaji karena pasien tidak mengerti pertanyaan yang diajukan.

b. Identitas :

11
Tidak dikaji karena pasien tidak mengerti pertanyaan yang diajukan.

c. Peran :
Tidak dikaji karena pasien tidak mengerti pertanyaan yang diajukan.

d. Ideal diri :
Tidak dikaji karena pasien tidak mengerti pertanyaan yang diajukan.

e. Hargadiri :
Penilaiain pasien terhadap dirinya jelek ,klien tampak kotor, tidak rapi, duduk
menyendiri, tatapan mata kosong, lebih sering menunduk,ekspresi wajah sedih,
tidak mau bertemu dengan orang lain,klien mengatakan dirinya bodoh, tidak bisa
apa-apa, klien mengatakan dirinya tidak berguna

1. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat:
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain ✓

2. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
b. Kegiatan ibadah
Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Distress spiritual ✓
 Lain-lain, jelaskan

8. Status mental
1. Penampilan
 Tidak rapi ✓
 Penggunaan pakaian tidak sesuai
 Cara berpakaian t idak sesuai fungsinya
Jelaskan:

2. Pembicaraan
 Cepat

12
 Keras
 Gagap
 Apatis
 Lambat ✓
 Membisu
 Tidakmampu memulai pembicaraan ✓
 Lain-lain………..
3. Aktifitasmotorik/Psikomotor
Kelambatan :

 Hipokinesia,hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitasserea ✓
Jelaskan:

Peningkatan :

 Hiperkinesia,hiperaktifitas  Grimace
 Gagap  Otomatisma
 Stereotipi  Negativisme
 GaduhGelisahKatatonik  Reaksikonversi
 Mannarism  Tremor
 Katapleksi  Verbigerasi
 Tik  Berjalankaku/rigid ✓

4. Afek dan Emosi
Saat ditanya Bagaimana dengan masa depanmu?Apakah anda benar benar tidak
punya harapan?

Klien menjawab “ya”

Dilanjutkan dengan adanya keininginan untuk bunuh diri

a. Afek

 Adekuat ✓
 Tumpul

13
 Dangkal/datar
 Inadekuat
 Labil
b. Emosi

 MerasaKesepian ✓
 Apatis
 Marah
 Anhedonia
 Eforia
 Cemas (ringan,sedang,berat,panic)
 Sedih ✓
 Depresi
 Keinginan bunuh diri ✓
5. Interaksi selama wawancara
 Bermusuhan
 Tidakkooperatif
 Mudahtersinggung
 Kontakmatakurang ✓
 Defensif
 Curiga
6. Persepsi – Sensorik
Pertanyaan pada pasien :
klien sering mendengar suara saat tidak ada orang atau saat tidak ada orang yang
berbicara
Halusinasi

 Pendengaran
 Penglihatan ✓
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman

Ilusi

14
 Ada
 Tidakada ✓
7. Proses Pikir
Pertanyaan :

1. Klien percaya bahwa seseorang atau suatu kekuatan di luar anda memasukkan buah
pikiran yang bukan milik anda ke dalam pikiran anda, atau menyebabkan anda bertindak
tidak seperti biasanya
2. klien percaya bahwa seseorang sedang memata matai anda, atau seseorang telah
berkomplot melawan anda atau menciderai anda ?
a. Arus Pikir :
 Koheren
 Inkoheren
 Sirkumstansial
 Neologisme
 Tangensial
 Logorea
 Kehilanganasosiasi
 Bicaralambat ✓
 Flight of idea
 Bicaracepat
 Irrelevansi
 Main kata-kata
 Blocking
 PengulanganPembicaraan/perseverasi
 Afasia
 Asosiasibunyi
b. Isi Pikir
 Obsesif
 Ekstasi
 Fantasi
 Alienasi
 PikiranBunuhDiri ✓
 Preokupasi

15
 PikiranIsolasisosial
 Ide yang terkait
 PikiranRendahdiri
 Pesimisme
 Pikiranmagis
 Pikirancuriga
 Fobia,sebutkan…………..
8. Kesadaran
 Menurun:
 Compos mentis
 Sopor
 Apatis/sedasi
 Subkoma
 Somnolensia
 Koma
 Meninggi
 Hipnosa
 Disosiasi: ……………….
 Gangguanperhatian

9. Kebutuhan persiapan pulang


1. Makan
 Mandiri ✓
 Bantuan Minimal
 Bantuan total
2. BAB/BAK
 Mandiri ✓
 Bantuan minimal
 Bantuan total
3. Mandi
 Mandiri ✓
 Bantuan minimal
 Bantuan total

16
4. sikat gigi
 Mandiri ✓
 Bantuan minimal
 Bantuan total
5. keramas
 Mandiri ✓
 Bantuan minimal
 Bantuan total

6. Berpakaian/berhias
 Mandiri ✓
 Bantuan Minimal
 Bantuan total

7. Istirahatdantidur
 Tidur Malam, Lama : 23.00 s/d 04.00

8. Penggunaan obat
✘ Bantuan Minimal

✘ Bantuan total

9. Pemeliharaankesehatan
Sistem pendukung Ya Tidak

Keluarga ✓

Terapis ✓

Teman sejawat ✓

Kelompok sosial ✓

10. Aktifitasdalamrumah
Ya Tidak

Mempersiapkan makanan ✓

17
Menjagakerapihan rumah ✓

Mencuci Pakaian ✓

Pengaturan keuangan ✓

11. Aktifitas di luarrumah


Ya Tidak

Belanja

Transportasi

Lain-lain ✓

Jelaskan : bekerja sebagai pedagang sayur

12. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
 Bicaradengan orang lain  Minumalkhohol
 Mampumenyelesaikanmasalah  Reaksilambat/berlebihan
 Teknikrelaksasi  Bekerjaberlebihan
 Aktifitaskonstruktif  Menghindar
 Olah raga ✓ Menciderai diri
 Lain-lain…………….  Lain-lain…………..

13. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan ekonomi, kesulitan mencari biaya hidup ditambah suaminya tidak mau
bekerja
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
 Resiko Bunuh Diri

14. ASPEK PENGETAHUAN


Apakahklienmempunyaimasalah yang berkaitandenganpengetahuan yang kurang tentang
suatu hal?
18
 Mekanisme koping ✓

15. ASPEK MEDIS


Diagnosis medik : Axis 1 : F. 20,13

Axis 2 : Kepribadian : Introvert

Axis 3 : -

Axis 4 : Pasien pengangguran

Axis 5 : 20-30

3.2 ANALISA DATA


N DATA MASALAH/DIAGNOSA
O KEPERAWATAN
1 DS: pasien mengatakan sudah tidak ingin hidup Resiko bunuh diri

19
lagi, lebih baik mati saja, mengancam akan
mengakhiri hidupnya.

DO: asien terlihat murung, tidak bergairah untuk


hidup .

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Risiko Bunuh Diri
3.4 POHON MASALAH

effect           Bunuh Diri

core problem                  


Resiko Bunuh Diri

causa        Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

3.5 DIAGNOSA PRIORITAS


Resiko bunuh diri

3.6 INTERVENSI
Dx Perencanaan
No
Tgl Keperawata Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Dx
n

20
Resiko TUM: Klien
bunuh diri tidak mencederai
diri sendiri

TUK:
Setelah 2 kali 1. Bina hubungan saling
1. Klien dapat interaksi, klien percaya dengan meng-
membina menunjukkan gunakan prinsip
hubungan eskpresi wajah komunikasi
saling percaya bersahabat, terapeutik :
dengan menun-jukkan
 Sapa klien dengan
perawat. rasa senang, ada
ramah baik verbal
kontak mata, mau
maupun non
berjabat tangan,
verbal.
mau menyebutkan
 Perkenalkan diri
nama, mau
dengan sopan.
menjawab salam,
 Tanyakan nama
klien mau duduk
lengkap dan nama
berdampingan
panggilan yang
dengan perawat,
disukai klien.
mau
 Jelaskan tujuan
mengutarakan
pertemuan.
masalah yang
 Jujur dan menepati
dihadapi.
janji.
 Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya.
 Beri perhatian dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien.
2. Klien dapat Setelah 2 kali 1. jauhkan klien dari benda-

21
terlindungi interaksi, klien benda yang dapat
dari prilaku dapat terlindung membahayakan
bunuh diri. dari prilaku bunuh 2. tempatkan klien di ruang
diri. yang tenang dan selalu
terlihat oleh perawat
3. awasi klien secara ketat
setiap saat

3. Klien dapat Setelah 2 kali 1. Dengarkan keluhan


mengespresik interaksi, klien yang dirasakan klien
an persaannya dapat 2. Bersikap empati untuk
mengeekspresikan meningkatkan
perasaannya ungkapan keraguan,
ketakutan, dan
keputusasaan
3. Beri waktu dan
kesempatan untuk
menceritakan arti
penderitaannya
4. Beri dukungan pada
tindakan atau ucapan
klien yang menunjukan
keinginan untuk hidup.

4. Klien dapat Setelah 2 kali 1. Bantu untuk


meningkatka interaksi, klien memahami bahwa
n harga diri dapat klien dapat mengatasi
meningkatkan keputusasaannya
harga diri 2. Kaji dan kerakan
sumber-sumber internal
individu
3. Bantu mengidentifikasi
sumber-sumber
harapan (missal

22
hubungan antar
sesame, keyakinan,
hal-hal untuk
diselesaaikan)

5. Klien dapat Setelah 2 kali 1. Ajarkan


menggunaka interaksi, klien mengidentifikasi
n koping dapat pengalaman-
yang adaptif menggunakan pengalaman yang
koping yang menyenangkan
adaptif 2. Bantu untuk mengenali
hal-hal yang ia cintai
dan yang ia sayangi
dan pentingnya
terhadap kehidupan
orang lain
3. Beri dorongan untuk
bebagi keprihatinan
pada orang lain

6. Klien dapat Klien dapat 1. Kaji dan manfaatkan


menggunaka menggunakan sumber-sumber
n dukungan dukungan sosial eksternal individu
sosial 2. Kaji system pendukung
keyakinan yang
dimiliki klien
3. Lakukan rujukan
sesuiindikasi (pemuka
agama)

7. Klien dapat Setelah 2 kali 1. Diskusikan dengan


menggunaka interaksi, klien klien tentang manfaat
n obat dapat dan kerugian tidak
dengan benar menggunakan minum obat, nama ,
dan tepat obat dengan benar warna, dosis, cara ,

23
dan tepat efek terapi dan efek
samping penggunan
obat
2. Pantau klien saat
penggunaan obat
 Beri pujian jika klien
menggunakan obat
dengan benar

3. Diskusikan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi
dengan dokter
 Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada
dokter/perawat jika
terjadi hal – hal yang
tidak di inginkan .

3.7 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

SP 1 a. Membina hubungan saling percaya


denggan klien
b. Mengidentifikasikan benda-benda
yang dapat membahayakan (misalnya
pisau, silet, gelas, tali pinggang)
c. Mengamankan benda-benda yang

24
dapat membahayakan pasien
d. Melakukan kontrak treatment
e. Mengajarkan cara mengendalikan
dorongan bunuh diri
f. Masukkan dalam jadwal harian pasien
SP 2 a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
b. Mengidentifikasi aspek positif pasien
c. Mendorong pasien untuk berfikir
positif terhadap diri sendiri
d. Mendorong pasien untuk menghargai
diri sendiri sebagai individu yang
berharga
e. Masukkan dalam jadwal harian pasien
SP 3 a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2
)
b. Mengidentifikasi pola koping yang
biasa diterapkan pasien
c. Menilai pola koping yang biasa
dilakukan
d. Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
e. Mendorong pasien memilih pola
koping yang konstruktif
f. Mengajurkan pasien menerapkan pola
koping konstruktif dalam kegiatan
harian
a. Evaluasi kegiatan yang lalu SP 1,2
& 3)
b. Membuat rencana masa depan
yang realistis bersama pasien
c. Mengidentifikasi cara mencapai
rencana masa depan yang realistis
d. Memberi dorongan pasien
melakukan kegiatan dalam rangka

25
meraih masa depan yang realistis
SP 1 Keluarga a. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala resiko bunuh diri, dan jenis
perilaku yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
resiko bunuh diri yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
d. Rencana tindak lanjut keluarga /
jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 2 Keluarga a. Evaluasi SP 1
b. Melatih keluarga mempraktekan cara
merawat pasien dengan resiko bunuh
diri
c. Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada pasien
resiko bunuh diri
d. RTL / jadwal keluarga untuk merawat
pasien
SP 3 Keluarga a. Evaluasi SP 1 dan 2
b. Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas dirimuah termasuk minum
obat
c. Mendiskusikan sumber rujukan yang
bisa dijangkau oleh keluarga

26
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).

Etiologi risiko bunuh diri Secara universal: karena ketidakmampuan individu


untuk menyelesaikan masalah. Terbagi menjadi:

a. Faktor Genetik.
b. Faktor Biologis lain.

27
c. Faktor Psikososial & Lingkungan.
4.2 Saran

Penulis mengharapkan agar teman-teman mampu memahami hasil pemaparan


dari makalah kami tentang asuhan keperawatan pediculosis . Kami menyadari bahwa
makalah yang kami buat belum begitu sempurna.
maka dari itu penulis mengharapkan masukan yang dapat membangun agar
pembuatan makalah berikutnya dapat lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E, (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien  dengan Gangguan Jiwa. Jakarta, Trans


Info Media.

Jenny, (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa. Medan, USU Press.

Keliat. B.A, (2009). Tingkah Laku Bunuh Diri. Jakarta, EGC.

Kompas, (2016) di Peroleh dari situs kompas.com pada tanggal 18 Mei 2016.

Stuart, GW, (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta, EGC.

Sujono & Teguh, (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta, Graha Ilmu.

Yosep, I, (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung, Refika Aditama.

28
29

Anda mungkin juga menyukai