NAMA:
DIMA MARDANA WIJAYA
2014201162
B. FAKTOR PREDIPOSISI
Tidak ada teori tunggal yang mengungkapkan tentang bunuh diri dan
memberi petunjuk mengenai cara melakukan intervensi yang terapeutik. Teori
perilaku meyakini bahwa pencederaan diri merupakan hal yang dipelajari dan
diterima pada saat anak-anak dan masa remaja. Teori psikologi memfokuskan
pada masalah tahap awal perkembangan ego, trauma interpersonal, dan
kecemasan berkepanjangan yang mungkin dapat memicu seseorang untuk
mencederai diri. Teori interpersonal mengungkapkan bahwa mencederai diri
sebagai kegagalan dari interaksi dalam hidup, masa anak-anak mendapat
perlakuan kasar serta tidak mendapatkan kepuasan (Stuart & Sundeen, 1995).
5 faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan skizofrenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya risiko bunuh
diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejdian negatif
dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan
dukungan sosial sangat penting dalam menciptakan intervensi yang
terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respon
seseorang dalam menghadapi masalah tersebut dan lain-lain.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
5. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
rekaman gelombang otak Elektro Encephalo Graph (EEG).
C. FAKTOR PRESIPITASI
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.
Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui
media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh
diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan
(Fitria, 2009).
D. MEKANISME KOPING
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada
seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternative.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan
kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.
E. RENTANG RESPON
1. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dan pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2. Berisiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri. Seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika
dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan
pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap kurang tepat (maladaptif)terhadap situasi
yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya karena
pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang
karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak
optimal.
4. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.
Bunuh Diri
Effect
IV.DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Resiko Bunuh Diri
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Kriteria hasil:
Pasien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik
DAFTAR PUSTAKA
Captain, C. 2008. Assessing Suicide Risk, Nursing Made Incredibly Easy. Volume
6(3). p 46–53
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan: Laporn Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Keliat, Budi Anna. 1999. Proses Kesehatan Jiwa.Edisi I. Jakarta: EGC
Stuart, G.W & Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari
Pocket Guide to Psychiatric Nursing, oleh Achir Yani S, Hamid. Edisi ketiga.
Jakarta: EGC
Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama