Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

DIAGNOSA RESIKO BUNUH DIRI DI KABUPATEN


LEBAK 2021

NAMA:
DIMA MARDANA WIJAYA
2014201162

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS


ILM KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2021

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI


I.MASALAH UTAMA
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap
diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku
destruktif diri yang mencakup setiap brentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah
kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart &
Sundeen, 1995).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008)

II.PROSES TERJADINYA MASALAH


A. TANDA DAN GEJALA
Menurut Fitria (2009) berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan resiko
bunuh diri antara lain :
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Impulsive
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat
dosis mematikan)
8. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
9. Status emosional (harapann, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri
10. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alcohol)
11. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal)
12. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, dan atau mengalami
kegagalan dalam karier)
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan

B. FAKTOR PREDIPOSISI
Tidak ada teori tunggal yang mengungkapkan tentang bunuh diri dan
memberi petunjuk mengenai cara melakukan intervensi yang terapeutik. Teori
perilaku meyakini bahwa pencederaan diri merupakan hal yang dipelajari dan
diterima pada saat anak-anak dan masa remaja. Teori psikologi memfokuskan
pada masalah tahap awal perkembangan ego, trauma interpersonal, dan
kecemasan berkepanjangan yang mungkin dapat memicu seseorang untuk
mencederai diri. Teori interpersonal mengungkapkan bahwa mencederai diri
sebagai kegagalan dari interaksi dalam hidup, masa anak-anak mendapat
perlakuan kasar serta tidak mendapatkan kepuasan (Stuart & Sundeen, 1995).
5 faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan skizofrenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya risiko bunuh
diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejdian negatif
dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan
dukungan sosial sangat penting dalam menciptakan intervensi yang
terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respon
seseorang dalam menghadapi masalah tersebut dan lain-lain.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
5. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
rekaman gelombang otak Elektro Encephalo Graph (EEG).

C. FAKTOR PRESIPITASI
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.
Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui
media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh
diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan
(Fitria, 2009).

D. MEKANISME KOPING
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada
seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternative.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan
kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.

E. RENTANG RESPON

Respon adaptif respon maladaptif

Peningkatan Berisiko Destruktif diri Pencederaan Bunuh diri


diri destruktif tidak langsung diri
Sumber : Keliat (1999)

1. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dan pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2. Berisiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri. Seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika
dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan
pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap kurang tepat (maladaptif)terhadap situasi
yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya karena
pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang
karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak
optimal.
4. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.

F. KLASIFIKASI JENIS DAN SIFAT MASALAH


Perilaku bunuh diri menurut Stuart dan Sundeen (1995) dibagi menjadi 3
kategori yaitu sebagai berikut :
1. Upaya Bunuh Diri (suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan
menuju bunuh diri dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan
kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak
benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya.
2. Isyarat Bunuh Diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan
untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain.
3. Ancaman Bunuh Diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara
langsung atau tidak langsung, verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang
mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara
verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar anda lagi atau juga
mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat, dan
sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang sekitar juga dipersepsikan
sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

III.A. POHON MASALAH

Bunuh Diri
Effect

Resiko Bunuh Diri


core problem

Isolasi Sosial : Menarik causa


Diri

Gangguan Konsep Diri :


Harga Diri Rendah

B. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL DAN DATA


YANG PERLU DIKAJI
1. Masalah keperawatan
a. Bunuh Diri
b. Resiko Bunuh Diri
c. Isolasi sosial : menarik diri
d. gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
2. Data yang perlu dikaji
a. Data subyektif
1) Klien mengatakan keinginan bunuh diri
2) Klien mengungkapkan keinginan untuk mati
3) Klien mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4) Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga
5) Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang
mematikan
6) Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
7) Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekrasan saat kecil
b. Data obyektif
1) Impulsif
2) Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi snagat
patuh)
3) Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis dan penyalahgunaan
alcohol)
4) Ada riwyat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal)
5) Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan atau kegagalan dalam
karier)
6) Status perkawinan yang tidak harmonis

IV.DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Resiko Bunuh Diri
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Kriteria hasil:
Pasien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik

Tujuan Intervensi Rasional


pasien tidak pindahkan benda prioritaskan tertinggi
melakukan yang diberikan pada
aktivitas yang membahayakan aktivitas
mencederai dirinya penyelamatan hidup
pasien
observasi dengan perilaku pasien
ketat harus
diawasi sampai
kendali
diri memadai untuk
keamanan
siapkan lingkungan memberikan
yang aman kenyamanan pada
pasien
pasien dapat identifikasi kekuatan perilaku bunuh diri
mengidentifikasi aspek pasien mencerminkan
positif pada dirinya depresi
yang mendasar dan
terkait dengan harga
diri rendah serta
kemarahan terhadap
diri sendiri
ajak pasien untuk dijadikan sebagai
berperan serta dalam salah
aktivitas yang disukai satu cara
dan dapat mengendalikan
dilakukannya perilaku ingin
bunuh
diri
pasien akan bantu pasien mekanisme koping
mengimplementasikan mengenal maladaptive harus
respons protektif-diri mekanisme koping diganti dengan
yang adaptif yang tidak adaptif mekanisme koping
yang sehat untuk
mengatasi stress
dan
ansietas
identifikasi alternatif untuk
cara koping menumbuhkan
dan meningkatkan
mekanisme koping
pasien
pasien akan untuk berkomunikasi menyebabkan harga
bantu orang terdekat secara konstruktif diri rendah dan
isolasi sosial dengan pasien depresi,
mengidentifikasi mencetuskan
sumber perilaku destruktif-
dukungan sosial yang diri
bermanfaat
tingkatkan hubungan meningkatkan
keluarga yang sehat kepercayaan diri
pasien dan
mencegah
perilaku destruktif-
diri
pasien akan mampu libatkan pasien dan pemahaman dan
menjelaskan rencana orang terdekat dalam peran
pengobatan dan perencanaan asuhan serta dalam
rasionalnya perencanaan
pelayanan
kesehatan
meningkatkan
kepatuhan
jelaskan karakteristik pemahaman dalam
dari kebutuhan proses perawatan
pelayanan kesehatan dan
yang telah pengobatan
diidentifikasi, meningkatkan
kebutuhan asuhan kepatuhan dan
keperawatan, mendukung proses
diagnosis penyembuhan
medis, pengobatan,
dan medikasi yang
direkomendasikan

DAFTAR PUSTAKA

Captain, C. 2008. Assessing Suicide Risk, Nursing Made Incredibly Easy. Volume
6(3). p 46–53
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan: Laporn Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Keliat, Budi Anna. 1999. Proses Kesehatan Jiwa.Edisi I. Jakarta: EGC
Stuart, G.W & Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari
Pocket Guide to Psychiatric Nursing, oleh Achir Yani S, Hamid. Edisi ketiga.
Jakarta: EGC
Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai