Anda di halaman 1dari 31

RESIKO BUNUH DIRI

Oleh kelompok 5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam psikatri
kontemporer, karena jumlah yang terlibat dan riset yang mereka buat. Di dunia lebih
dari 1000 tindakat bunuh diri terjadi tiap hari, di Inggris ada lebih dari 3000 kematian
bunuh diri tiap tahun (Ingram, Timbury dan Mowbray, 1993). Di Amerika Serikat,
dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun (Wilson dan Kneisl,1988), dan
merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan
wanita adalah tiga berbanding satu (Stuart dan Sundden, 1987, hlm. 487). Pada usia
remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua (Leahey dan Wright, 1987,
hlm.79).
Menurut Prayitno (1983) tindakan bunuh diri di Jakarta 2,3 per 100.000
penduduk. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003
mengungkapkan bahwa 1 juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 40
detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun,
selain karena faktor kecelakaan.Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh
diri daripada wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif
untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari
gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif
overdosis atau racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol.
Selain itu wanita lebih sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau
diselamatkan orang lain.
Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, peracunan diri sendiri bertanggung
jawab bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah
40 tahun menjadi penyebab terbanyak. Masalah ini bersifat emosional, peracunan diri
sendiri secara khusus cenderung membangkitkan respon tak rasional dan agresif dari
perawat dan dokter (Ingram, Timbury dan Mowbray, 1993). Bunuh diri merupakan
kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan
menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide
bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesipik untuk bunuh diri.

B. Masalah
1. Apakah pengertian bunuh diri ?
2. Apakah etiologi bunuh diri ?
3. Apa saja jenis – jenis bunuh diri ?
4. Apa saja manifestasi klinis klien resiko bunuh diri ?
5. Apa saja tanda dan gejala bunuh diri?
6. Bagaimana proses terjadinya masalah nunuh diri ?
7. Bagaimana pohon masalah pada klien dengan resiko bunuh diri?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan resiko bunuh diri?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian bunuh diri
2. Mengetahui etiologi bunuh diri
3. Mengetahui predisposisi dan faktor presipitasi bunuh diri
4. Mengetahui manifestasi klinis klien resiko bunuh diri
DAFTAR ISI
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4).
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang
harapan – putus harapan merupakan rentang adaptif – maladaptif.
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan
respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat.
Prilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di cegah dapat
mengarah kepada kematian. Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan
diri sebagai respon paling adaptif, sementara perilaku destruktif diri, pencederaan diri,
dan bunuh diri merupakan respon maladaptif (Wiscarz dan Sundeen, 1998).
RENTANG RESPONS PROTEKTIF-DIRI

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku Pencederaan


Bunuh diri
Diri peningkatan beresiko destruktif-diri diri

Rentang sehat sakit juga dapat dipakai untuk menggambarkan respons adaptif
sampai respon maladaptif pada bunuh diri.

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menghargai diri Berani ambil resiko Merusak diri sendiri


Bunuh diri
dalam mengembangkan diri secara tidak langsung

Dalam kehidupan, individu selalu mengadapi masalah atau stressor. Respon individu
terhadap stressor tergantung pada kemampuan masalah yang dimiliki serta tingkat stress yang
dialami. Individu yang sehat senantiasa berespons secara adaptif dan jika gagal ia berespons
secara maladaptif dengan menggunakan koping bunuh diri.

Beck, Rawlins, dan Williams (1984) mengemukakan bahwa individu


berharapan. Rentang harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif.

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Harapan Putus Harapan
- Yakin - Tidak berdaya
- Percaya - Putus asa
- Inspirasi - Apatis
- Tetap hati - Gagal & kehilangan
- - Ragu-ragu
- - Sedih
- - Depresi
- - Bunuh diri
1. Rentang adaptif          : Harapan, Yakin, Percaya, Inspirasi, Tetap hati, Respon
2. maladaptif antara lain :
a. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis.
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan
masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang 
bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping
yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.
b. Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan
merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya :
kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan
merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semua dapat berakhir dengan
bunuh diri.

c. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan
kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke
luar dari keadaan depresi berat.
d. Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri  untuk mengkahiri
kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.

B. ETIOLOGI
Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri adalah sebagai berikut :
1. Genetic dan teori biologi
Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya.
Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang
berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
2. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang
tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan suicide untuk
kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan
dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
3. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil
dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
a. Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen(1997) faktor predisposisi bunuh diri antara lain:
1) Diagnostik: 90 % orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh
diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa
yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan
apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2) Sifat kepribadian Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan
besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
3) Lingkungan psikososial Seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan
sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
4) Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko penting untuk prilaku destruktif.
5) Faktor biokimia Data menunjukkan bahwa secara serotogenik,
apatengik, dan depominersik menjadi media proses yang dapat
menimbulkan prilaku destrukif diri.
b. Faktor presipitasi Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri
1) Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
intrapersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti
2) Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress
3) Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri 4) Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
C. JENIS-JENIS PERILAKU BUNUH DIRI
Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh
kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-
olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat
menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan
percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah.
2. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk
bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa
kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
3. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu
dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan
yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau
kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan
atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Keputusasaan
2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
3. Alam perasaan depresi
4. Agitasi dan gelisah
5. Insomnia yang menetap
6. Penurunan BB
7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
8. Petunjuk psikiatrik :
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
e. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia
f. Riwayat psikososial :
1) Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
2) Hidup sendiri
3) Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
9. Faktor-faktor kepribadian
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegiatan kognitif dan negative
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan/gangguan kepribadian antisosial

E. TADA DAN GEJALA BUNUH DIRI


Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak
membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana
bunuh diri tersebut. Petunjuk dan gejala yaitu
a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
c. Alam perasaan depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Penurunan BB
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
h. Petunjuk psikiatrik
1) Upaya bunuh diri sebelumnya
2) Kelainan afektif
3) Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
4) Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
5) Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia
6) Riwayat psikososial
a). Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
b) Hidup sendiri
c) Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
d) Faktor-faktor kepribadian
1. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
2. Kegiatan kognitif dan negative
3. Keputusasaan
4. Harga diri rendah
5. Batasan/gangguan kepribadian antisocial

F. POHON MASALAH
G. PENCEGAHAN
Hal yang perlu diperhatikan jika ada seseorang yang bercerita bahwa mereka berpikir
untuk menyakiri diri atau bunuh diri :

 Jangan menghakimi, terlihat kaget atau mencoba berdebat dengan mereka.


Usahakan tetap tenang, berempati dan menemani mereka.
 Tanyakan apabila mereka sudah membuat rencana atau hanya sebatas pemikiran?
jika sudah membuat rencana maka jangan tinggalkan sampai meresa tenang.
 Saat sudah lebih tenang atau hanya sebatas pemikiran saja dan ada permasalahan
yang perlu mendaptkan perhatian,,hubungkan dengan orang terdekat/tenaga
professional.
Dalam menghadapi tantangan kehidupan yang kompleks tentu diperlukan upaya yang
kuat agar kesehatan mental tetap terjaga dan tidak menjadi gangguan kejiwaan yang
berat.  Faktor protektif agar individu terhindar dari perilaku ingin mengakhiri hidup :
 Memiliki Kemampuan menghadapi masalah (coping) dan penyelesaian masalah
yang baik.
 Nilai-nilai dan keyakinan (spiritual) yang positif
 Memiliki relasi/terhubung dengan peer group,keluarga dan dukungan sosial
 Memiliki akses untuk layanan perawatan kesehatan mental dan fisik
 Keterbatasan akses pada alat-alat yang berbahaya serta lingkungan yang beresiko.
Adapun langkah yang dapat dilakukan dalam membantu individu yang dalam keadaan
psikologis yang tidak nyaman (emotional pain) :
1. Bertanya , “apakah kamu berpikir untuk mengakhiri hidup”?
2. Perhatikan mereka tetap dalam keadaan yang aman, mengurangi akses pada alat
dan tempat sebagai resiko bunuh diri.
3. Hadir, mendengarkan dan memahami apa yang mereka rasakan
4. Membantu terhubung dengan orang terdekat atau informasi layanan kesehatan
5. Tetap terhubung setelah situasi krisis atau setelah menjalani sesi konseling.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN PADA KLIEN


1. IDENTITAS
a. Identitas Klien:

Nama, jenis kelamin, umur, tempat, tanggal lahir, status, agama, alamat,
pendidikan terakhir, suku, tanggal mrs, tanggal pengakajian, no. Med. Rec ,
diagnosa medis,

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama, jenis kelamin,agama, alamat,hubungan dengan klien

2. ALASAN MASUK
Sebelum masuk RS, keadaan klien saat di rumah tidak bisa tidur, sering marah,
mencoba bunuh diri, tidak mau bicara. Keluarga belum pernah membawa klien untuk
berobat Saat dikaji klien tampak berdiam diri, menundukkan kepala, tidak mau bicara,
tidak mau makan, dan minum.

3. FAKTOR PREDISPOSISI
Sebelumnya, klien sudah mengalami gangguan jiwa dan belum pernah dibawa untuk
berobat. Aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga, tindakan
criminal baik klien sebagai pelaku, korban, maupun saksi, tidak terkaji.

1) Ds : -

Do : Klien sering marah - marah tidak jelas.


Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : pernah menyaksikan kejadian


orang bunuh diri.
2) Ds : -

Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala.

Masalah Keperawatan : Isolasi Social.

4. FISIK

1. Tanda Vital

TD : 80/60 mmHg

S : 36°C

N : 100 x/menit

P : 24 x/menit

2. Ukur

TB : -

BB : -

3. Keluhan Fisik

Ds : -

Do : tidak ada cacat di tubuh klien, klien diam mematung, tidak mau berbicara.

4. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Mengalami
gangguan jiwa :
halusinasi 

Meninggal karena bunuh diri

a. Ds : pernah menyaksikan adiknya bunuh diri

b. Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala.

c. Masalah Keperawatan : resiko tinggi bunuh diri

2. Konsep Diri

Gambaran diri, identitas, peran, ideal diri, harga diri : tidak terkaji.

Ds : -

Do : Kien tidak mau bicara dan menundukkan kepala, lebih senang menyendiri
3. Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah.

4. Hubungan Sosial

Orang yang berarti, peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat, dan hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain : tidak terkaji.
Ds : -

Do : Klien diam mematung, klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala.
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.

5. Spiritual

Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah : tidak terkaji.

Ds : -

Do : Klien diam mematung, klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala.
6. Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.

5. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Ds : klien mengatakan mandi 3 kali sehari, klien punya kebiasaan suka cuci muka
Do : Klien tampak rapid an bersih

Masalah Keperawatan : -

2. Pembicaraan

Ds : -

Do : Klien tampak membisu, tidak mau bicara dan menundukkan kepala.

Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.

3. Aktivitas Motorik Ds : -
Do : Klien tampak lesu, diam mematung, dan menundukkan kepala.

Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.

4. Alam Perasaan

Ds : -

Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala.

Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.

5. Afek

Ds : -

Do : ekspresi wajah klien datar, tidak ada respon.

Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.

6. Interaksi selama wawancara

Ds : -

Do : tidak ada kontak mata, tidak mau menatap lawan bicara, diam mematung.
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.

7. Persepsi

Ds : -

Do : dalam mempersepsikan sesuatu cepat

Masalah Keperawatan : -

8. Proses Pikir

Ds :-

Do : Klien tergolong siswa berprestasi

Masalah Keperawatan: -

9. Isi Pikir / waham

Ds :-

Do : Klien gelisah akan nasibnya

Masalah Keperawatan: resiko bunuh diri

10. Tingkat Kesadaran

Ds :-

Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala Masalah


Keperawatan: Resiko bunuh diri.
11. Memori

Ds :-

Do : ingatan klien bagus

Masalah keperawatan: -

12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Ds :-

Do : konsentrasi bagus tapi mudah terpecah


Masalah keperawatan: -

13. Kemampuan Penilaian

Ds :-

Do : Klien tidak mudah menilai orang lain

Masalah Keperawatan: -

14. Daya Tilik Diri

Ds :-

Do : Klien tidak mudah menunjukkan daya tarik dirinya Masalah


Keperawatan : Resiko bunuh diri.

6. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan

Ds : -

Do : Klien bisa makan sendiri.

Masalah keperawatan : -

2. BAB/ BAK

Ds : -

Do : Klien tidak memerlukan bantuan dalam BAB/ BAK, pergi, menggunakan dan
membersihkan WC, membersihkan dan merapikan pakaian.
Masalah Keperawatan : -

3. Mandi

Ds : -

Do : Klien tidak memerlukan bantuan dalam hal mandi dan

membersihkan diri, kebersihan daban klien baik Masalah


Keperawatan : -
4. Berpakaian/ Berhias
Ds : -

Do : Klien tidak memerlukan bantuan dalam berpakaian/ berhias.

Masalah Keperawatan : -

5. Istirahat dan Tidur

Ds : -

Do : Lama dan waktu tidur tidak terkaji, tidak ada persiapan sebelum tidur, dan tidak
ada kegiatan sesudah tidur. Masalah Keperawatan : -
6. Penggunaan Obat

Ds : -

Do : Klien memerlukan bantuan dalam penggunaan obat dalam menangani masalh


kejiwaan sebelumnya. Masalah Keperawatan : -
7. Pemeliharaan Kesehatan

Ds : -

Do : Klien mampu memelihara kesehatan diri

Masalah keperawatan : -

8. Kegiatan Di Dalam Rumah

Ds : -

Do : Klien sering mengurung diri

Masalah keperawatan: Resiko bunuh diri.

9. Kegiatan Di Luar Rumah

Ds : -

Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala.

Masalah keperawatan : Resiko bunuh diri.

7. MEKANISME KOPING

Ds : -
Do : Klien mudah stress dalam menanggapi masalah MK :
perubahan pola pikir

8. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

Ds : -

Do : Klien diam, tidak mau bicara, dan menundukkan kepala.

MK : Resiko bunuh diri.

9. PENGETAHUAN

Tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping, sistem pendukung, penyakit fisik,
obat-obatan. Ds : -
Do : Klien diam, tidak mau bicara, dan menundukkan kepala. MK : kurang
pengetahuan

10. ASPEK MEDIK

Diagnosa Medik sebenlunya : Schizophrenia paranoid.

Therapi medic :

Thrihexypheniadyl (THD) :2X1

Chlorpromazine (CPZ) :0–0–½

TFP : 2 X 5 mg

11. DATA LAIN

Data pengkajian :

a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

1) Data subjektif

Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada


seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-
barang dan tidak mampu mengendalikan diri
2) Data objektif

Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara
menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar
barang-barang.
b. Gangguan harga diri rendah

1) Data subjektif

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri
2) Data objektif

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup.

c. Resiko bunuh diri

1) Data subjektif

Riwayat masa lalu : klien pernah melakukan percobaan bunuh diri dan
mencederai diri sendiri, klien mengatakan dikeluarganya ada yang pernah
mencoba bunuh diri, klien sering mengalami gangguan mood,
penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia, klien mngatakan menderita
penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik, klien mengatakan sedang
mengalami kehilangan dan proses berduka.

2) Data objektif :

Klen terlihat menunjukkan tanda-tanda skizofrenia, dari chek up terlihat


adanya penyakit kronis maupun akut, klien terlihat depresi.

Data lain yang perlu dikaji :

1. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami
2. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.

3. Riwayat pengobatan.

4. Riwayat pendidikan dan pekerjaan


5. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari individu
dengan gangguan mood.
6. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri :

 Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang sulit.
 Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang teratur
dan cara-cara melaksanakan rencana tersebut.
 Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah,
keparahan gangguan mood).
 Sistem pendukung yang ada.

 Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik
psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat
penyalahgunaan zat.
 Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar keluarga klien,
atau keluarga tentang gejala, meditasi dan rekomendasi pengobatan
gangguan mood, tanda-tanda kekambuhan dan tindakan perawatan diri.
7. Symptom yang menyertainya

 Apakah klien mengalami :

• Ide bunuh diri

• Ancaman bunuh diri

• Percobaan bunuh diri

• Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja

 Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan anhedonia


dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko bunuh diri.

Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh


diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi
diantaranya :
• Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan

• Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau


perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan rencananya.
• Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk
merencanakan dan mengagas akan suicide Menentukan bagaiamana
metoda yang mematikan itu mampu diakses oleh klien.
8. Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang
riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri:
 Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik

 Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien

 Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan


mendorong komunikasi terbuka.
 Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata – kata yang
dimengerti klien
 Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya
 Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi

 Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan  Peroleh riwayat


penyakit fisik klien
9. Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien yang memiliki resiko apabila
menunjukkan perilaku sebagai berikut :
 Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri
 Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri.
 Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.¬

 Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa.

 Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental

 Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alcohol

 Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik

 Menunjukkan impulsivitas dan agressif

 Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau kehilangan yang


bertubi-tubi dan secara bersamaan
 Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misal pistol,
obat, racun.
 Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan
pengobatan
 Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial.

10. Banyak instrument yang bisa dipakai untuk menentukan resiko klien melakukan
bunuh diri diantaranya dengan SAD PERSONS
NO SAD PERSONS Keterangan

1) Sex (jenis kelamin) Laki laki lebih komit melakukan suicide 3 kali lebih
tinggi dibanding wanita, meskipun wanita lebih sering 3kali dibanding
laki laki melakukan percobaan bunuh diri
2) Age ( umur) Kelompok resiko tinggi : umur 19 tahun atau lebih muda,
45 tahun atau lebih tua dan khususnya umur 65 tahun lebih.
3) Depression 35 – 79% oran yang melakukan bunuh diri mengalami
sindrome depresi.
4) Previous attempts (Percobaan sebelumnya) 65- 70% orang yang
melakukan bunuh diri sudah pernah melakukan percobaan sebelumnya
5) ETOH ( alkohol) 65 % orang yang suicide adalah orang
menyalahnugunakan alcohol
6) Rational thinking Loss ( Kehilangan berpikir rasional) Orang skizofrenia
dan dementia lebih sering melakukan bunuh diri disbanding general
populasi
7) Sosial support lacking ( Kurang dukungan social) Orang yang
melakukan bunuh diri biasanya kurannya dukungan dari teman dan
saudara, pekerjaan yang bermakna serta dukungan spiritual keagaamaan
8) Organized plan ( perencanaan yang teroranisasi) Adanya perencanaan
yang spesifik terhadap bunuh diri merupakan resiko tinggi
9) No spouse ( Tidak memiliki pasangan) Orang duda, janda, single adalah
lebih rentang disbanding menikah
10)Sickness Orang berpenyakit kronik dan terminal beresiko tinggi
melakukan bunuh diri.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan


b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
c. Resiko tinggi bunuh diri

INTERVENSI KEPERAWATAN

 Diagnosa Keperawatan 1 : Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


a. Tujuan Umum:

Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

b. Tujuan Khusus:

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan:

 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama


perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
 Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

 Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

 Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri.

Tindakan:

 Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

 Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.

 Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan


sikap tenang.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda bunuh diri.

Tindakan :

 Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat


jengkel/kesal.
 Observasi tanda bunuh diri.

 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.


4. Klien dapat mengidentifikasi bunuh diri yang biasa dilakukan.

Tindakan:

 Anjurkan mengungkapkan upaya bunuh diri yang biasa/ pernah dilakukan.


 Bantu bermain peran sesuai dengan bunuh diri yang biasa dilakukan.
 Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat bunuh diri.

Tindakan:

 Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.

 Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.


 Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap


kemarahan.
Tindakan :

 Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

 Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
 Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
 Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk
diberi kesabaran.

7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol bunuh diri.

Tindakan:

 Bantu memilih cara yang paling tepat.

 Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.


 Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.

 Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.


 Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.

Tindakan :

 Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan


keluarga.
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:

 Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping).
 Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).
 Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.

 Diagnosa Keperawatan 2 : gangguan konsep diri : harga diri rendah

1. Tujuan umum :

Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan
meningkat harga dirinya.
2. Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan


tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat dan topik pembicaraan)
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan


memberi pujian yang realistis
 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

Tindakan :

 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah

d. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan


yang dimiliki Tindakan :
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan :


 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
 Beri pujian atas keberhasilan klien

 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien


 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

 Beri reinforcement positif atas keterlibatan


 Diagnosa 3 : Resiko bunuh diri

Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri


Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan :


 Perkenalkan diri dengan klien

 Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.

 Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.

 Bersifat hangat dan bersahabat.

 Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

b. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri

Tindakan :

 Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan

(pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).

 Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
 Awasi klien secara ketat setiap saat.

c . Klien dapat mengekspresikan perasaannya

Tindakan :

 Dengarkan keluhan yang dirasakan.

 Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan


keputusasaan.
 Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
 Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain
lain.
 Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk
hidup.

d. Klien dapat meningkatkan harga diri


Tindakan :

 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.


 Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.

 Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,


keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).

e. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif

Tindakan :

 Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan setiap


hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.)
 Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya
terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam
kesehatan.
 Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam
mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Bunuh diri merupakan kedaruratan
psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang
maladaptif.

B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan rekan-rekan dapat mengerti dan dapat
memahami mengenai resiko bunuh diri beserta dengan asuhan keperawatannya. Dengan
tujuan agar dapat bermanfaat untuk menjalankan tugas sebagai perawat kejiwaan
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo.2003
Keliat. B.A. 1991. Tingkah laku Bunuh Diri. Jakarta : Arcan
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999

Ingram, I.M., dkk. 1993. Catatan Kuliah PSIKIATRI edisi 6. Jakarta : EGC
Melinda Bahri, S.Psi.,Psikolog ( Kerjasama Instalasi Psikologi dgn Instalasi Promosi kesehatan
Rumah sakit / PKRS RSUD dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin )
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai