Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN BUNUH DIRI

Disusun oleh:

Kelompok 2

Gracia Angelica Natalie 2020081024185


Natanael Oscar Rumbino 2020081024139
Gunawan Balalembang 2020081024183
Viona Lieke Sarimole 2020081024188
Imarina Yahuli Kobak 2020081024180
Yulia Kayai Lena Ninggsi 2020081024142
Elshe Dorika Dimara 2020081024138

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
DAFTAR ISI

A. BAB I............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN................................................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................3

B. MASALAH...........................................................................................................................4

C. TUJUAN................................................................................................................................4

B. BAB II...........................................................................................................................................5

PEMBAHASAN...................................................................................................................................5

A. DEFINISI..............................................................................................................................5

B. ETIOLOGI.............................................................................................................................7

C. JENIS-JENIS PERILAKU BUNUH DIRI.............................................................................9

D. MANIFESTASI KLINIS.......................................................................................................9

E. PROSES TERJADINYA MASALAH.................................................................................10

F. POHON MASALAH...........................................................................................................11

G. PENCEGAHAN..................................................................................................................11

H. PENATALAKSANAAN.....................................................................................................12

I. SUMBER DAN MEKANISME KOPING...........................................................................14

BAB III...............................................................................................................................................21

PENUTUP..........................................................................................................................................21

A. KESIMPULAN....................................................................................................................21

B. SARAN................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam psikatri
kontemporer, karena jumlah yang terlibat dan riset yang mereka buat. Di dunia lebih
dari 1000 tindakat bunuh diri terjadi tiap hari, di Inggris ada lebih dari 3000 kematian
bunuh diri tiap tahun (Ingram, Timbury dan Mowbray, 1993). Di Amerika Serikat,
dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun (Wilson dan Kneisl,1988), dan
merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan
wanita adalah tiga berbanding satu (Stuart dan Sundden, 1987, hlm. 487). Pada usia
remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua (Leahey dan Wright, 1987,
hlm.79).
Menurut Prayitno (1983) tindakan bunuh diri di Jakarta 2,3 per 100.000
penduduk. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003
mengungkapkan bahwa 1 juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 40
detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun,
selain karena faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh
diri daripada wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif
untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari
gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif
overdosis atau racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol.
Selain itu wanita lebih sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau
diselamatkan orang lain.
Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, peracunan diri sendiri bertanggung
jawab bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah
40 tahun menjadi penyebab terbanyak. Masalah ini bersifat emosional, peracunan diri
sendiri secara khusus cenderung membangkitkan respon tak rasional dan agresif dari
perawat dan dokter (Ingram, Timbury dan Mowbray, 1993). Bunuh diri merupakan
kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan
menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide
bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesipik untuk bunuh diri.
B. Masalah
1. Apakah pengertian bunuh diri ?
2. Apakah etiologi bunuh diri ?
3. Apakah faktor predisposisi dan faktor presipitasi bunuh diri ?
4. Apa saja manifestasi klinis klien resiko bunuh diri ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan klien resiko bunuh diri ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian bunuh diri
2. Mengetahui etiologi bunuh diri
3. Mengetahui predisposisi dan faktor presipitasi bunuh diri
4. Mengetahui manifestasi klinis klien resiko bunuh diri
5. Mengetahui asuhan keperawatan klien resiko bunuh diri
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4).
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang
harapan – putus harapan merupakan rentang adaptif – maladaptif.
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan
respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat.
Prilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di cegah dapat
mengarah kepada kematian. Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan
diri sebagai respon paling adaptif, sementara perilaku destruktif diri, pencederaan diri,
dan bunuh diri merupakan respon maladaptif (Wiscarz dan Sundeen, 1998).

RENTANG RESPONS PROTEKTIF-DIRI

Respon Adaptif Respon


Maladaptif

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku Pencederaan Bunuh


diri
Diri peningkatan beresiko destruktif-diri diri
Gambar 1. Rentang respon protektif-diri (Wiscarz dan Sundeen, 1998 : 282)

Rentang sehat sakit juga dapat dipakai untuk menggambarkan respons adaptif
sampai respon maladaptif pada bunuh diri.
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menghargai diri Berani ambil resiko Merusak diri sendiri Bunuh diri
dalam mengembangkan diri secara tidak langsung
Gambar 2. Rentang menghargai-merusak diri (Stuart dan Sundeen, 1987)

Dalam kehidupan, individu selalu mengadapi masalah atau stressor. Respon


individu terhadap stressor tergantung pada kemampuan masalah yang dimiliki serta
tingkat stress yang dialami. Individu yang sehat senantiasa berespons secara adaptif
dan jika gagal ia berespons secara maladaptif dengan menggunakan koping bunuh
diri.
Beck, Rawlins, dan Williams (1984) mengemukakan bahwa individu
berharapan. Rentang harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif.

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Harapan Putus Harapan
- Yakin - Tidak berdaya
- Percaya - Putus asa
- Inspirasi - Apatis
- Tetap hati - Gagal &
kehilangan
- Ragu-ragu
- Sedih
- Depresi
- Bunuh diri
Gambar 3. Rentang harapan-putus harapan (Beck, dkk.,1984)

1. Rentang adaptif          : Harapan, Yakin, Percaya, Inspirasi, Tetap hati, Respon
2. maladaptif antara lain :
a. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis.
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan
masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang 
bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping
yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.
b. Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan
merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya :
kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan
merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semua dapat berakhir dengan
bunuh diri.

c. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan
kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke
luar dari keadaan depresi berat.
d. Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri  untuk mengkahiri
kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.

B. Etiologi
Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri adalah sebagai berikut :
1. Genetic dan teori biologi
Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya.
Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang
berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
2. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang
tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan suicide untuk
kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan
dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
3. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil
dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.

Tabel 1. Faktor Resiko tingkah laku bunuh diri. (Stuart dan Sundeen, 1987)
Faktor Risiko tinggi Resiko Rendah
Umur 45 tahun dan remaja 25-45 th dan < 12 th
Jenis kelamin laki-laki perempuan
Status kawin cerai,pisah,janda/duda kawin
Jabatan profesional pekerjaan kasar
Pengangguran pekerja pekerjaan
Penyakit fisik kronik, terminal tidak ada yg serius
Gangguan mental depresi, halusinasi gangguan
kepribadian
Pemakai obat & alkohol ketergantungan tidak
Sebagai tambahan dari penyebab terjadinya bunuh diri, Cook dan Fontaine (1987)
menerangkan penyebab bunuh diri dari masing-masing golongan usia.

1. Pada anak
a. Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
b. Situasi keluarga yang kacau
c. Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik
d. Gagal sekolah
e. Takut atau dihina di sekolah
f. Kehilangan orang yang dicintai
g. Di hukum orang lain
2. Pada remaja
a. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
b. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
c. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
d. Perasaan tidak dimengerti orang lain
e. Kehilangan orang yang dicintai
f. Keadaan fisik
g. Masalah dengan orang tua
h. Masalah seksual
i. depresi
3. Pada dewasa
a. Self-ideal terlalu tinggi
b. Cemas akan tugas akademik yang banyak
c. Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang
tua
d. Kompetisi untuk sukses
4. Pada usia lanjut
a. Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan
b. Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi
c. Perasaan tidak berarti di masyarakat
d. Kesepian dan isolasi sosial
e. Kehilangan ganda (seperti pekerjaan , kesehatan, pasangan)
f. Sumber hidup berkurang
C. JENIS-JENIS PERILAKU BUNUH DIRI
Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh
kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-
olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat
menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan
percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah.
2. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk
bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa
kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
3. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu
dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan
yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau
kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan
atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.

D. Manifestasi Klinis
1. Keputusasaan
2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
3. Alam perasaan depresi
4. Agitasi dan gelisah
5. Insomnia yang menetap
6. Penurunan BB
7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
8. Petunjuk psikiatrik :
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
e. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia
f. Riwayat psikososial :
1) Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
2) Hidup sendiri
3) Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
9. Faktor-faktor kepribadian
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegiatan kognitif dan negative
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan/gangguan kepribadian antisosial

E. PROSES TERJADINYA MASALAH


Menurut Stuart dan Sundeen (1998), penyebab bunuh diri antara lain :
1. Faktor Prediposisi
a. Diagnostik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
penting untuk prilaku destruktif.
e. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik
menjadi media  proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.

2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
c. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

F. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Resiko bunuh diri

Harga diri rendah

G. PENCEGAHAN
Mereka yang akan melakukan bunuh diri biasanya memberikan peringatan pada
keluarganya dan sebelumnya sering mencari nasehat medis. Sehingga ada
kemungkinan untuk dicegah dengan diagnosis dan terapi yang lebih baik. Pencegahan
berskala besar harus diarahkan untuk mengatasi isolasi sosial, rendahnya harga diri,
dan pengurangan kosumsi dan penyalahgunaan alkohol dan obat.

H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah orang
mengisolasi dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak ditemukan atau
melakukan tindakan agar tidak ditemukan. Pada kasus bunuh diri membutuhkan
obat penenang saat mereka bertindak kekerasan pada diri mereka atau orang lain,
dan pasien juga lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi
terapeutik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
1) Tujuan :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
b) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
c) Klien dapat mengekspresikan perasaannya
d) Klien dapat meningkatkan harga diri
e) Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
2) Tindakan keperawatan
a) Membina Hubungan Saling percaya kepada pasien
1. Perkenalkan diri dengan klien
2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
4. Bersifat hangat dan bersahabat.
5. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
b) Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
1. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
3. Awasi klien secara ketat setiap saat.
c) Membantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya
1. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
2. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan dan keputusasaan.
3. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
4. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
d) Membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya
1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
2. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
3. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
e) Membantu pasien untuk menggunakan koping individu yang adaptif
1. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.)
2. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang,
dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan
tentang kegagalan dalam kesehatan.
3. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
1) Tujuan :
a) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
rasa ingin bunuh diri
2) Tindakan keperawatan
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang ingin bunuh diri
adalah :
a) Membina hubungan saling percaya
1. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
2. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

b) Membantu pasien untuk mengidentifikasi kemampuan dan aspek


positif yang dimiliki
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
3. Utamakan pemberian pujian yang realitas
c) Membantu pasien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan
untuk diri sendiri dan keluarga
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
ke rumah
d) Melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan.
2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
e) Memanfaatkan sistem pendukung yang ada
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

I. SUMBER DAN MEKANISME KOPING


Menurut Stuart dan Sundeen (1998) terdapat sumber dan mekanisme koping pada
perilaku bunuh diri yaitu:
1. Sumber Koping
Pasien dengan penyakit kronik, nyeri, atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali orang ini secara
sadar memilih untuk bunuh diri. Kulaitas hidup menjadi isu yang
mengesampingkan kuantitas hidup. Dilema etik mungkin timbul bagi perawat
yang menyadari pilihan pasien untuk berperilaku merusak diri. Tidak ada jawaban
yang mudah mengenai bagaimana mengatasi konflik ini. Perawat harus
melakukannya sesuai dengan sistem keyakinannya sendiri.

2. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tak
langsung adalah :
a. Denial, mekanisme koping yang paling menonjol
b. Rasionalisme
c. Intelektualisasi
d. Regresi

Mekanisme pertahanan diri tidak seharusnya ditantang tanpa memberikan cara


koping alternatif. Mekanisme pertahanan ini mungkin berada diantara individu
dan bunuh diri.

Perilaku bunuh diri menunjukkan mendesaknya kegagalan mekanisme koping.


Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan
kegagalan koping dan mekanisme adaptif.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

RESIKO BUNUH DIRI

Diagnosa keperawatan : Resiko Bunuh Diri

Tujuan umum : Klien tidak menciderai dirinya sendiri

TUK 1 :

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria Evaluasi :

Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak


mata, mau berjabat tangan,mau menyebutkan nama, mau menjawab
salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan
masalah yang dihadapi.

Rencana Tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :

a.       Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.

b.      Perkenalkan diri dengan sopan.

c.       Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

d.      Jelaskan tujuan pertemuan.

e.       Jujur dan menepati janji.


f.       Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g.      Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

Rasional : Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan klien pada


perawat sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya.

TUK 2 :

Klien dapat terlindung dari perlaku bunuh diri

Kriteria evaluasi :

Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri

Rencana Tindakan :

1.      Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan.

2.      Tempatkan klien diruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.

3.      Awasi klien secara ketat setiap saa

TUK 3

Klien dapat meningkatkan harga diri,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat meningkatkan harga dirinya

Rencana Tindakan :

1.      Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

2.      Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.

3.      Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal : hubungan antar sesama,


keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan)

TUK 4
Klien dapat menggunakan koping yang adaptif,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menggunakan koping yang adaptif

Rencana Tindakan :

1.      Ajarkan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.

2.      Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayangi dan pentingnya terhadap
kehidupan orang lain.

3.      Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain.

TUK 5

Klien dapat menggunakan dukungan sosial,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menggunakan dukungan sosial.

Rencana Tindakan :

1.      Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu.

2.      Kaji sistem pendukung keyakinan yang dimiliki klien

3.      Lakukan rujukan sesuai indikasi (pemuka agama).

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

DIAGNOSA PASIEN KELUARGA


KEPERAWATAN

Resiko bunuh diri SP 1 : TUK 1 – 2 SP 1

1. Membina hubungan 1. Mengidentifikasi


saling percaya dengan masalah keluarga
klien dalam merawat pasien.
2. Melindungi klien dari 2. Menjelaskan proses
perilaku bunuh diri terjadinya harga diri
a. Jauhkan klien dari rendah kronis sehingga
benda yang dapat menimbulkan resiko
membahayakan
( misalnya : pisau, bunuh diri
silet, gunting, kaca, 3. Mengajari keluarga
dll ) cara mencegah resiko
b. Tempatkan klien di bunuh diri
tempat yang tenang 4. Menjelaskan cara
dan selalu terlihat merawat pasien
oleh perawat. 5. Bermain peran cara
c. Awasi klien secara merawat pasien
ketat setiap saat.
3. Mengajarkan cara
mengendalikan dorongan
untuk bunuh diri

SP 2 : TUK 3 SP 2

1. Mengevaluasi kegiatan 1. Mengevaluasi


yang telah di lakukan kemampuan keluarga
( SP 1) di SP 1
2. Meningkatkan harga diri 2. Latih keluarga untuk
klien : komunikasi langsung
a. Bantu klien untuk dengan klien
memahami bahwa 3. Menyusun jadwal
klien dapat mengatasi keluarga untuk
keputusasaannya merawat klien

b. Kaji dan kerahkan


sumber – sumber
internal individu

c. Bantu mengidentikasi
sumber – sumber
harapan (misal :
hubungan antar
sesame, keyakinan,
hal- hal untuk
diselesaikan)

3. Masukkan dalam jadwal


kegiatan klien

SP 3 : TUK 3, 4, 5 SP 3

1. Mengevaluasi kegiatan 1. Mengevaluasi


yang telah di lakukan kemampuan keluarga
( SP 1 & 2) 2. Mengevaluasi
2. Mengidentifikasi pola kemampuan pasien
koping yang biasa di 3. RTL keluarga :
gunakan klien a. HE perawatan di
3. Menilai pola koping yang rumah
di miliki klien - Jangan biarkan
4. Mengajarkan klien klien sendiri
mekanisme koping yang - Jauhkan benda
adaptif – benda yang
5. Membantu klien dapat di
merencanakan masa gunakan untuk
depan yang realistis bunuh diri
6. Memobilisasi dukungan - Temani klien
social melakukan
7. Masukkan dalam jadwal aktivitas yang
kegiatan klien di sukai
b. Rencana pulang
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Bunuh diri merupakan
kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan
menggunakan koping yang maladaptif.

B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan rekan-rekan dapat mengerti dan
dapat memahami mengenai resiko bunuh diri beserta dengan asuhan keperawatannya.
Dengan tujuan agar dapat bermanfaat untuk menjalankan tugas sebagai perawat
kejiwaan kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 1991. Tingkah laku Bunuh Diri. Jakarta : Arcan
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Ingram, I.M., dkk. 1993. Catatan Kuliah PSIKIATRI edisi 6. Jakarta : EGC
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai