Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN BUNUH DIRI

NAMA : LARA SAGITA

NIM : 1914201068

KELAS : 4B KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. AMELIA SUSANTI, M.Kep, Sp, Kep.j

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga makalah keperawatan jiwa II dengan judul “ ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN BUNUH DIRI ” ini dapat saya
selesaikan.

Terima kasih saya ucapkan kepada dosen mata kuliah keperawatan jiwa II yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya. Sehingga makalah ini bisa dibuat dengan baik
dan benar
Tentunya makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
selalu saya harapkan agar menjadi pedoman dimasa yang akan datang. Akhir kata saya
ucapkan banyak terima kasih.

Wassalamualaikum, Wr.Wb

Padang, 06 Maret 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam psikatri
kontemporer, karena jumlah yang terlibat dan riset yang mereka buat. Di dunia lebih
dari 1000 tindakan bunuh diri terjadi tiap hari, di Inggris ada lebih dari 3000 kematian
bunuh diri tiap tahun (Ingram, Timbury dan Mowbray, 1993). Di Amerika Serikat,
dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun (Wilson dan Kneisl,1988), dan
merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan
wanita adalah tiga berbanding satu (Stuart dan Sundden, 1987, hlm. 487). Pada usia
remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua (Leahey dan Wright,
1987,hlm.79).
Menurut Prayitno (1983) tindakan bunuh diri di Jakarta 2,3 per 100.000
penduduk. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun
2003mengungkapkan bahwa 1 juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap
40detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34
tahun , selain karena faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali lebih sering
melakukan bunuh diri dari pada wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan
alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri,
atau lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat
psikoaktif overdosis atau racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan
pistol .Selain itu wanita lebih sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau
diselamatkan orang lain.
Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, peracunan diri sendiri
bertanggung jawab bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada
pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak. Masalah ini bersifat
emosional, peracunan diri sendiri secara khusus cenderung membangkitkan respon tak
rasional dan agresif dari perawat dan dokter (Ingram, Timbury dan Mowbray, 1993).
Bunuh diri merupakankedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres
yang tinggi danmenggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri
adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesipik untuk
bunuh diri.
B. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian bunuh diri
2. Mengetahui etiologi bunuh diri
3. Mengetahui predisposisi dan factor presipitasi
4. Mengetahui menifestasi klinis klien resiko bunuh diri
5. Mengetahui asuhan keperawatan klien resiko bunuh diri
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR BUNUH DIRI
a. PENGERTIAN
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (keliat 1991:4).
Menurut beck (1994) dalam keliat (1991 Hal 3) mengemukakan rentang
harapan – putus harapan merupakan rentang adaptif – maladaptif.
Respon adaptif mrupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif
merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang
kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat.
Prilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian. Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan
diri sebagai respon paling adaptif, sementara prilku destruktif, pencederaan diri,
dan bunuh diri merupakan respon maladaptif (Wiscarz dan sundeen, 1998).

b. RENTANG RESPON
a) Peningkatan diri

Respon adaptif Respon maladaptive


Peningkatan diri Beresiko Destruktif diri Pencederaan diri Bunuh diri
destruktif tidak langsung

Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara


wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai
contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda
mengenai  loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
b) Beresiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat
bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal
sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
c) Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat terhadap situasi
yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena
pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang
karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak
optimal.
d) Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri
akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
e) Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.

c. FAKTOR PENYEBAB
Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri yaitu :
1. Genetik dan teori biologi
Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada
keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan
depresi yang berkontribusi terjadinya resiko bunuh diri.
2. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 teori yaitu: egoistic ( orang
yang tidak teritegrasi pada kelompok sosial ) , atruistik ( melakukan suicide
untuk kebaikan masyarakat ) dan anomic (suicide karna kesulitan dalam
berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
3. Teori psikologi
Sigmund freund dan karl Menninger menyakini bahwa bunuh diri
merupakan hasil dari marah yang diarahkan dari diri sendiri.

Sebagai tambahan dari penyebab terjadinya bunuh diri, cook dan


fontaine (1987) menerangakan penyebab bunuh diri dari masing-masing
golongan usia.
1. Pada Anak
a) Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
b) Situasi keluarga yang kacau
c) Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik
d) Gagal sekolah
e) Takut atau dihina di sekolah
f) Kehilangan orang yang dicintai
g) Dihukum orang lain

2. Pada Remaja
a) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
b) Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
c) Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
d) Perasaan tidak dimengerti orang lain
e) Kehilangan orang yang dicintai
f) Keadaan fisik
g) Masalah dengan orang tua
h) Masalah seksual
i) Depresi

3. Pada Dewasa
a) Self-ideal terlalu tinggi
b) Cemas akan tugas akademik yang banyak
c) Kompetisi untuk sukses
d) Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih saying
orang tua

4. Pada Usia Lanjut


a) Perubahan status dari mandiri ketergantungan
b) Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi
c) Perasaan tidak berdiri di masyarakat
d) Kesepian dan isolasi sosial
e) Sumber hidup berkurang
d. TANDA GEJALA
Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Bunuh Diri Egoistic ( Faktor Dalam Diri Seseorang )
Individu tidak mampu berintegrasi dalam masyarakat, ini disebabkan
oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu
seolah - olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat
menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan
percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah.
2. Bunuh Diri Altruistic ( Terkait Kehormatan Seseorang )
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung
untuk bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia
merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
3. Bunuh Diri Anomik ( Faktor Lingkungan Dan Tekanan )
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara
individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-
norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan.
Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena
tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.

e. MENIFESTASI KLINIS
1. Keputusasaan
2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
3. Alam perasaan depresi
4. Agitasi dan gelisah
5. Insomnia yang menetap
6. Penurunan BB
7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
8. Petunjuk psikiatrik :
a) Upaya bunuh diri sebelumnya
b) Kelainan afektif
c) Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d) Kelainan tindakan dan depresi mental pada remaja
e) Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia
f) Riwayat psikososial :
1) Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
2) Hidup sendiri
3) Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
9. Faktor-faktor kepribadian
a) Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b) Kegiatan kognitif dan negative
c) Keputusasaan
d) Harga diri rendah
e) Batasan/gangguan kepribadian antisosial

f. PROSES TERJADINYA
Menurut stuart dan sundeen (1998) , penyebab bunuh diri antara lain :
1. Faktor Prediposisi
a) Diagnostic
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan
jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b) Sifat Kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
c) Lingkungan Psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko penting untuk prilaku destruktif.
e) Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku
destrukif diri.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
1) Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
2) Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3) Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
4) Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

g. MEKANISME KOPING
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif-diri
tak langsung adalah :
1. Denial, mekanisme koping yang paling menonjol
2. Rasionalisme
3. Intelektualisasi
4. Regresi
Mekanisme pertahanan diri tidak seharusnya ditantang tanpa memberikan
cara koping alternatif. Mekanisme pertahanan ini mungkin berada diantara
individu dan bunuh diri.
Perilaku bunuh diri menunjukkan mendesaknya kegagalan mekanisme
koping. Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk
mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi
merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif.

h. PENATALAKSANAAN
Pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah orang
mengisolasi dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak ditemukan atau
melakukan tindakan agar tidak ditemukan. Pada kasus bunuh diri membutuhkan
obat penenang saat mereka bertindak kekerasan pada diri mereka atau orang lain,
dan pasien juga lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi
terapeutik.
i. PRINSIP TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
c. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
d. Klien dapat meningkatkan harga diri
e. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
2. Tindakan Keperawatan
a. Membina Hubungan Saling Percaya Kepada Pasien
- Perkenalkan diri dengan klien
- Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
- Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
- Bersifat hangat dan bersahabat.
- Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
b. Melindungi Pasien Dari Perilaku Bunuh Diri
- Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
- Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
- Awasi klien secara ketat setiap saat.
c. Membantu Pasien Untuk Mengekspresikan Perasaannya
- Dengarkan keluhan yang dirasakan.
- Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan dan keputusasaan.
- Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
- Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
d. Membantu Pasien Untuk Meningkatkan Harga Dirinya
- Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
- Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
- Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
e. Membantu Pasien Untuk Menggunakan Koping Individu Yang Adaptif
- Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.)
- Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
- Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif.
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. PENGKAJIAN
 Identitas Diri
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang : Nama perawat, Nama klien, Tujuan yang akan
dilakukan, Waktu, Tempat pertemuan, serta Topik yang akan datang.
a. Usia dan No. Rekam Medik.
b. Agama.
c. Alamat.
d. Informasi keluarga yang bisa dihubungi.
e. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan perilaku
dari individu dengan gangguan mood.
f. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas perilaku bunuh
diri.

 Riwayat Masa Lalu


a. Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
b. Riwayat keluarga terhadap bunuh diri.
c. Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan
skizofrenia.
d. Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
e. Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline,
paranoid,antisosia.
f. Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka

 Riwayat Kesehatan Mental


Hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang
riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri :
a. Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik.
b. Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien.
c. Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan
mendorong komunikasi terbuka
d. Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata- kata
yang dimengerti klien.
e. Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat
pengobatannya.
f. Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi.
g. Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan.
h. Peroleh riwayat penyakit fisik klien

2. POHON MASALAH

Peningkatan verbal / non verbal

Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri

Ancaman bunuh diri

Ambivelensi tentang kematian kurangnya respon positif

Upaya Bunuh diri

Bunuh diri

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko bunuh diri

4. SYMPTOM YANG MENYERTAINYA :


a) Apakah klien mengalami Ide bunuh diri.
b) Ancaman bunuh diri.
c) Percobaan bunuh diri.
d) Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja.
Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan
anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko
bunuh diri. Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk
membunuh diri merekasendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi
diantaranya:

1) Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan


2) Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya
atau perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan
rencananya.
3) Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien
untukmerencanakan dan mengagas akan suicide.
4) Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu
diakses oleh klien.

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari Rencana
Keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada
implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, kolaborasi, dan tindakan rujukan.
(Sujono Riyadi & Teguh Purwanto 2013).
1. Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri
SP 1 Pasien
Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
a) Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat.
b) Tindakan : Melindungi pasienUntuk melindungi pasien yang
mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara dapat melakukan
tindakan berikut :
1) Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan
ketempat yang aman.
2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau,
silet, gelas, tali pinggang).
3) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya,
jika pasienmendapatkan obat.
4) Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan
melindungi pasiensampai tidak ada keinginan bunuh diri

SP 1 Keluarga :
Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang mencoba
bunuh diri
a) Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri.
b) Tindakan:
1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan
pernahmeninggalkan pasien sendirian.
2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi
barang-barang berbahaya disekitar pasien.
3) Mendiskusikan dengan keluarga perlunya melibatkan pasien agar
tidak sering melamun sendiri.
4) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat
secara teratur

6. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari Proses Keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. (Anggraini 2016).
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TN.B DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
DIRUANG MAWAR RSJ SELAGA ALAS MATARAM

Tgl masuk RSJ : 5 januari 2020


Tgl pengkajian : 10 januari 2020
Ruang : Mawar

a. Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama lengkap : Tn. B
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Alamat : Padang

2) Alasan Masuk
Klien dibawah kerumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di
kamar mandi rumah klien.

3) Faktor Predisposisi
Klien frustasi karena baru mengalami kehilangan pekerjaan/di PHK
oleh perusahaan tempat ia bekerja dan ditinggal oleh istrinya. Ada anggota
keluarga yang juga mengalami gangguan jiwa.

4) Faktor Presipitasi
Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
masalah keperawatan :
a.Resiko bunuh diri
b. Resiko perilaku kekerasan
c.Harga diri rendah

5) Fisik
Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tangan,
bb pasien menurun dan klien tampak lemas tak bergairah, sensitif,
mengeluh sakit perut , kepala sakit. N : 80 x/mnt , TD : 120/90 mmHg, S :
37 C , RR: 20x/mnt, BB : 56Kg dan TB : 170 cm.

6) Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya.
b. Identitas
Klien sudah menikah mempunyai seorang istri.
c. Peran Diri
Klien adalah kepala rumah tangga dengan 3 orang anak yang masih
kecil- kecil
d. Ideal Diri
Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh klien
bingung harus mendapat pekerjaan dimana untuk menghidupi keluarga
dan bagaimana membangun keluarganya seperti dulu.
e. Harga diri
Klien Agresif, bermusuhan, implisif, depresi dan jarang berinteraksi
dengan orang lain.

7) Hubungan Sosial
Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. M
teman sekamar yang satu agama. Klien adalah orang yang kurang perduli
dengan lingkungannya, klien sering diam, menyendiri,murung dan tak
bergairah, jarang berkomunikasi dan selalu bermusuhan dengan teman
yang lain, sangat sensitive.

8) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan: pasien percaya akan adanya Tuhan tetapi dia
sering mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya.
b) Kegiatan ibadah: Klien mengaku jarang beribadah dan mendekatkan
diri kepada.
9) Status Mental
 Penampilan :
Pada penanmpilan fisik : tidak rapi, mandi dan berpakaian
harus disuruh, rambut tidak pernah disisir,rapid an sedikit bau,
perubahan kehilangan fungsi , tak berdaya seperti tidak intrest, kurang
mendengarkan.

 Pembicaraan:
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban
yang diberikan pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan,
tanpa kontak mata dengan lawan bicara kadang tajam, terkadang
terjadi blocking.

 Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas
melakukan aktivitas

 Interaksi selama wawancara:


Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang
lawan bicara saat berkomunikasi.

 Memori :
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.

10) Mekanisme Koping


Mal adaptif : Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan
diri, tidak menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang
secara total tidak berdaya, klien tidak mau melakukan aktifitas.
11) Analisi Data

Diagnose Data mayor Data minor


Resiko bunuh diri S: S:
mengatakan hidupnya tak mengatakan lebih beik mati
berguna lagi ingin mati, saja,
menyatakan pernah mencoba mengatakan sudah bosan
bunuh diri. hidup.

O:
ekspresi murung tak bergairah, O:
ada bekas percobaan bunuh diri. Perubahan kebiasaan hidup,
Perubahan perangai

Masalah keperawatan dan data yang perlu di kaji :

a) Perilaku bunuh diri


DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.
b) Koping maladaptif
DS : Menyatakan putus asa dan tak berdaya , tidak berguna, tidak
bahagia , tak ada harapan
DO : Nampak sedih, murah marah, gelisah , tidak dapat
mengontrol impuls.

12) Rencana tindakan keperawatan untuk pasien resiko bunuh diri


I. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan :
- Perkenalkan diri dengan klien
- Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
- Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
- Bersifat hangat dan bersahabat.
- Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

II. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri


Tindakan:
- Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan
(pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain-lain).
- Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
- Awasi klien secara ketat setiap saat.

III. Klien dapat mengekspresikan perasaannya


Tindakan :
- Dengan keluhan yang dirasakan
- Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan
dan kepusasaan.
- Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dn bagaimana
harapannya.
- Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan ,
kematian , dan lain-lain.
- Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.

IV. Klien dapat meningkatkan harga diri


Tindakan :
- Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
- Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
- Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal:
hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).

V. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif


- Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman
yang menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan,
membaca buku favorit, menulis surat dll.).
- Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia
sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain,
mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.
- Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan
telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah
tersebut dengan koping yang efektif.

VI. Klien dapat menggunakan dukungan sosial


Tindakan :
- Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-
orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung,
agama yang dianut).
- Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu,
aktivitas keagamaan , kepercayaan agama ).
- Lakukan rujukan sesuai sesuai indikasi ( misal : konseling
pemuka agama).

VII. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat


Tindakan
- Diskusikan tentang obat ( nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat )
- Bantu menggukan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien , obat,
dosis, cara waktu ).
- Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan
- Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan
terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat
1991 : 4). Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada
dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.

B. Saran

Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan rekan-rekan dapat


mengerti dan dapat memahami mengenai resiko bunuh diri beserta dengan
asuhan keperawatannya. Dengan tujuan agar dapat bermanfaat untuk
menjalankan tugas sebagai perawat kejiwaan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.


Jakarta : EGC Keliat. B.A. 1991. Tingkah laku Bunuh Diri. Jakarta :
Arcan

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta


: EGC Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan
Jiwa. Jakarta : EGC

Ingram, I.M., dkk. 1993. Catatan Kuliah PSIKIATRI edisi 6.


Jakarta : EGC Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku
Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC Stuart, GW. 2002.
Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta :


EGC Keliat. B.A. 1991. Tingkah laku Bunuh Diri. Jakarta : Arcan

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta :


EGC Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa.
Jakarta : EGC

Ingram, I.M., dkk. 1993. Catatan Kuliah PSIKIATRI edisi 6. Jakarta :


EGC Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3.
Jakarta : EGC Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi
5. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai