Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN LENGKAP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Nn. S DENGAN DIAGNOSIS RESIKO BUNUH DIRI

Dosen: Ira Ayu Maryuti S.Kep,.Ns.,M.Kep

OLEH:
Maria Serafina Kwure 9102321009
Verysa Maurent 9102321018
Tiffany Aditya Wijono P. 9102321015
Maria Kristina S.L 9102321002

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Nn. S

DENGAN DIAGNOSA RESIKO BUNUH DIRI

Dokumentasi asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
mata kuliah Keperawatan Jiwa Program Profesi

Surabaya, Oktober 2021

Pembimbing Akademik

(Ira Ayu Maryuti S.Kep., Ns., M.Kep.)

LEMBAR KONSULTASI
NO TANGGAL KEGIATAN TANDA
TANGAN
1

3.

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Bunuh diri adalah masalah global. Dalam beberapa tahun terakhir, bunuh diri menjadi
fenomena yang sering muncul dalam pemberitaan media cetak maupun media elektronik. Jumlah
kematian yang diakibatkan oleh bunuh diri semakin meningkat, dalam 45 tahun terakhir angka
kejadian bunuh diri di dunia meningkat hingga 60% (Befrienders Worldwide, 2009). Pada tahun
2007 di Amerika Serikat, bunuh diri terletak pada peringkat ke-7 untuk semua umur (CDC,
2010). Lebih dari 5.000 remaja melakukan bunuh diri setiap tahunnya di Amerika Serikat, yaitu
satu remaja setiap 90 menit (Kaplan, 2010). Data tentang insidensi di Indonesia sendiri belum
jelas sehingga masih banyak dilakukan survei mengenai angka percobaan bunuh diri di
Indonesia.

Ide, isyarat dan usaha bunuh diri sering disertai gangguan depresi. Ide bunuh diri terbesar
terjadi jika gangguan depresi sudah parah. De Catanzaro menemukan bahwa antara 67% hingga
84% pikiran bunuh diri bisa dijelaskan dengan masalah hubungan sosial dan hubungan dengan
lawan jenis, terutama yang berkaitan dengan loneliness dan perasaan membebani keluarga.
Adapun dua motivasi yang paling sering muncul dalam pikiran bunuh diri adalah untuk
melarikan diri dari masalah dalam kehidupan dan untuk membalas dendam pada orang lain
(Maris, et al 2000). Tapi seringkali didapatkan banyak usaha bunuh diri dengan sebab yang
berbeda, sehingga banyak sekali hal yang bisa membuat seseorang ingin melakukan bunuh diri.

Faktor budaya juga berpengaruh terhadap usaha bunuh diri. Seperti hara-kiri di Jepang, di
Denmark bunuh diri merupakan jalan untuk bertemu kembali dengan orang yang mereka cintai,
di Swedia banyak orang melakukan bunuh diri akibat gagal dalam mencapai ambisinya, dan di
India seorang istri yang ditinggal mati oleh suami akan menenggelamkan dirinya di sungai
temoat abu suaminya dibuang (Maris, et al, 2000). Di Indonesia dengan beragam agama dan
budaya, bunuh diri adalah sesuatu hal yang berkonotasi negatif, namun masih banyak orang yang
melakukan bunuh diri seperti contohnya dengan bom bunuh diri. Depresi seringkali disebut
sebagai faktor yang mempunyai korelasi signifikan dengan tingkah laku bunuh diri. Namun tidak
semua orang yang melakukan usaha bunuh diri mengalami depresi dan sebaliknya orang depresi
tidak selalu melakukan usaha bunuh diri.

Depresi dikombinasikan dengan beberapa faktor risiko yang lainnya akan meningkatkan
risiko terjadinya usaha bunuh diri. Freud (1963) mengkaitkan dengan rasa duka setelah
kehilangan seseorang yang dicintai karna kematian, perpisahan atau berkurangnya kasih sayang.
Secara tidak sadar orang tersebut menyimpan perasaan negatif terhadap orang yang dicintai.
Pasien depresi menjadi objek kemarahan dan kebenciannya sendiri. Selain itu, ia tidak suka
diabaikan dan merasa bersalah atas dosa-dosanya yang nyata atau yang dibayangkan terhadap
orang yang meninggalkannya. Selanjutnya, kemarahan terhadap orang yang meninggalkannya
terus-menerus dipendam, berkembang menjadi proses menyalahkan diri sendiri, menyiksa diri
sendiri, dan depresi yang berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada klien Resiko Bunuh Diri?

1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum

Melakukan asuhan keperawatan jiwa pada klien Resiko Bunuh Diri

B. Tujuan Khusus

1. Menjelaskan teori Resiko Bunuh Diri

2. Menjelaskan asuhan keperawatan Resiko Bunuh Diri

3. Menyusun asuhan keperawatan Resiko Bunuh Diri

4. Melakukan asuhan keperawatan Resiko Bunuh Diri


BAB 2
KONSEP TEORI
2.1 DEFINISI
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam
kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk
mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan
berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan
dalam mengatasi masalah (Damaiyanti, 2012)

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Perilaku destruktif diri yang
mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu
menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan dan dengan sengaja dilakukan oleh
seseorang yang tahu akan akibatnya, yang dilakukan dalam waktu singkat. Pada umumnya
tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress. Jadi, bunuh diri adalah
suatu tindakan maladaptive dengan cara mencederai bahkan menghilangkan nyawa sendiri
yang dilakukan secara sadar untuk mengakhiri keputusasaannya. Menurut Durkheim, bunuh
diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)


Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi
kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak
berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa
mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri
dibandingkan mereka yang menikah.
b. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri
karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok tersebut
sangat mengharapkannya.
c. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan
masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang
biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak
memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap
kebutuhan-kebutuhannya.
2.2. RENTANG RESPON BUNUH DIRI
Terdapat beberapa rentang respon menurut Fitria, (2012)
Adaptif Maladaptif
Peningkatan Beresiko Destruktif Pencederaan Bunuh
diri destruktif diri tidak langsug diri diri
Keterangan:
a. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap
situasional yang membutuhkan pertahanan diri
b. Beresiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif atau
menyalhkan diri sendiri terhadap situasi yang sebenranya dapat mempertahankan diri,
seperti seseorang patah semangat bekerja
c. Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang
membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri
d. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya
harapan terhadap situasi yang ada

e. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang
2.3 ETIOLOGI
Penyebab bunuh diri menurut Azizah, Zainuri & Akbar, (2016) adalah sebagai beriukut:
Penyebab terjadinya bunuh diri dari masing, masing golongan usia:
1. Pada anak
a. Pelarian dari penganiayayan atau pemerkosaan
b. Situasi keluarga yang kaco
c. Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik
d. Gagal sekolah
e. Takut atau dihina di sekolah
f. Kehilangan orang yang dicintai
g. Dihukum orang lain
2. Pada remaja
a. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
b. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
c. Pelarian dari penganiyayaan fisik atau pemerkosaan
d. Perasaan tidak dimengerti orang lain
e. Kehinlangan orang yang dicintai
f. Keadaan fisik
g. Masalah dengan orang tua
h. Masalah seksual
3. Pada dewasa
a. Self ideal terlalu tinggi
b. Cemas akan tugas akademik yang banyak
c. Kegagalan akademik
d. Kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua
e. Kompetisi untuk sukses
4. Pada usia lanjut
a. Perubahan status dari aman diri ke ketergantungan
b. Penyakit yang menurunkan kemampuan ke ketergantungan
c. Perasaan tidak berarti di masyarakat
d. Kesepian dan isolasi sosial
e. Kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan)
f. Sumber hidup berkurang

Penyebab bunuh diri berdasarkan proses terjadinya sebagai berikut:


a. Faktor predisposisi
Yang terdiri dari:
1. Diagnosis psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri
mempunyai rwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu
beresiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan efektif, penyalahgunaan
zat, dan skizoferenia
2. Sifat kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah
anipati, implulsif dan depresi
3. Lingkungan psikososial
Faktor yang terjadi adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial,
kejadian,kejadia negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan , atau bahkan
perceraian.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting yang
dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri
5. Riwayat biokimia
Pasien degan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat,zat kimia yang terdapat di dalam
otak seperti serotonin,adrenalin, dan dopamine
b. Faktor presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stres berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan, melihat atau
membaca melalui media mengenaik orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan
bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan
c. Perilaku koping
Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor baik faktor sosial maupun budaya
serta isolasi sosial yang dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan
seseorang untuk melakukan bunuh diri
d. Mekanisme koping
Seseorang pasien mungkin memiliki beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denail, rasionalzation, regression dan
magica; thinking.

2.4 TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala bunuh diri menurut Azizah, Zainuri & Akbar, (2016) adalah sebagai
berikut:
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Mengungkapkan rasa bersalah untuk mati
d. Implusif
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patah)
f. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menayakan tentang obat dosis
mematikan
g. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah dan
mengasingkan diri)
h. Umur 15 sampai 19 tahun atau diatas 45 tahun
i. status perkawinan mengalami kegagalan dalam perkawinan
j. menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil

2.5 POHON MASALAH Resiko bunuh diri

Menurut Nita & Fitria (2010) Resiko mencederai


diri sendiri, orang lain
Perilaku kekerasan
dan lingkungan

Defisit
Kebutuhan nutrisi
perawatan diri Halusinasi kurang dari
kebutuhan tubuh

Menolak untuk Isolasi sosial Menolak untuk


berbicara dan makan
toleting

Harga diri rendah

Koping keluarga
tidak efektif

2.6 JENIS, JENIS BUNUH DIRI


Menurut Yosep, (2010) jenis, jenis bunuh diri adalah sebagai berikut:
1. Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor lingkungan
yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk bunuh diri
2. Bunuh diri altrusik
Bunuh diri altrusik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan
seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya
3. Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri
seseorang seperti putus cinta atau putus harapan
2.7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada klien bunuh diri dapat dilakukan dengan 2 cara menurut Rusdi, (2013)
yaitu:
1. Medis
a. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi
b. Diberikan obat, obat anti depresi dan psikoterapi
2. Keperawatan
a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri yaitu: dengan meminta
bantuan dari keluarga atau teman
b. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara memberikan kesempatan pasien
mengungkapkan perasaannya
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah
d. Terapi lingkungan seperti ruangan yang aman dan nyaman terhindar dari alat yang
dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri atau orang lain, dan tata ruangan yang
menarik
3. Terapi aktivitas kelompok
2.9 INTENSITAS BUNUH DIRI
Intensitas bunuh diriyang disebut SIRS (Suicidal Intertion Rating Scale) menurut Direja,
(2011)

Sko Intensitas
r
0 Tidak ada ide bunuh diri yang lalu atau sekarang
1 Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak
mengancam
2 Bunuh diri
3 Memikirkan bunuh diri dengan aktif tidak ada percobaan
bunuh diri
4 Mengancam bunuh diri misalnya: tinggalkan saya sendiri
atau saya bunuh diri
Aktif mencoba bunuh diri

2.10 SKOR RUFA BUNUH DIRI

Skor 1 sampai 10 Skor 11 sampai 20 Skor 21 sampai 30


Percobaan bunuh Ancaman bunuh diri Isyarat bunuh diri
diri. • Aktif memikirkan • Mungkin sudah
• Aktif mencoba bunuh rencana bunuh diri, memiliki ide untuk
diri dengan cara: namun tidak disertai mengakhiri hidupnya
• Gantung diri dengan percobaan namun tidak disertai
• Minum racun bunuh diri dengan ancaman dan
• memotong urat nadi • Mengatakan ingin percobaan bunuh diri
• menjatuhkan diridari bunuh diri namun • Mengungkapkan
tempat yang tinggi tanpa rencana yang perasaan seperti rasa
• mengalami depresi spesifik bersalah/
• Mempunyai rencana • Menarik diri dari sedih/marah/ putus
bunuh diri yang pergaulan sosial asa/ tidak berdaya
spesifik • Mengungkapkan
• menyiapkan alat untuk hal,hal negatif tentang
bunuh diri (pistol, pisau diri sendiri yang
silet) menggambarkan
harga diri rendah
• Mengatakan: tolong
jaga anak, anak
karena saya akan
pergi jauh atau segala
sesuatu akan lebih
baik tanpa saya

2.11 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Identitas
Nama,umur, jenis kelamin, alamat, agama, diagnosa medis pendidikan dan pekerjaan
2. Alasan masuk
Biasanya sikap percobaan bunu diri, komunikasi dengan keluarga kurang, tidak mampu
berkosentrasi, merasa gagal, merasa tidak berguna,dan merasa tidak yakin
melangsungkan hidup
3. Faktor predisposisi
Apakah pernah mengalami penganiyayan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal, menayakan kepada kelurag apakah
ada yang mengalami gangguan jiwa , menayakan kepada klien tentang pengalaman
yang tidak menyenangkan
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda, tanda vital tinggi badan , berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien.apakah ada bekas percobaan bunuh diri pada leher,
pergelangan tangan, maupun dibagian tubuh lainnya
5. Psikososial
a. Genogram
Menggambarkan klien dengan keluarga dilihat dari pola komunikasi, pengalaman
keputusan dan polah asuh
b. Konsep diri
1) Gambaran diri
Pasien merasa tidak ada yang ia sukai dari dirinya, ada bagian tubuh pasien yang
mengalami penurunan fungsi sehingga pasien tidak bisa menerima keadaan
tubuhnya. Mengungkapkan perasaan keputusasaan dan merasaingin mati
2) Identitas diri
Pasien berstatus sudah menikah ataupun belum, merasa tidak puas dengan status
ataupun pekerjaannya sedang dapat mempengaruhi hubungan sosial dengan orang
lain
3) Peran diri
Klien merasa tidak mampu melaksanakan tugas atau perannya baik dalam
keluarga, pekerjaan atau dalam kelompok masyarakat
4) Ideal diri
Pasien mengatakan hal negatif tentang dirinya yang menunjukkan harga diri yang
rendah, selalu berfikiran negatif kepada orang lain bahwa dirinya tidak lagi
dihargai dan dianggap. Perilaku resiko bunuh diri mengalami harga diri rendah
situasi seperti masalah keluarga atau pekerjaan yang sedang dihadapi saat ini
6. Hubungan sosial
Pasien cenderung ada gangguan dalam berhubungan dengan orang lain, mereka tidak
dapat berhubungan dengan orang lain, tidak dapat berperan dikelompok masyarakat,
sering mengeluh atau curhat ke orang lain yang dipercaya bahwa ia ingin mengakhiri
hidupnya
7. Spiritual
Pasien meyakini bahwa tidak ada gunanya untuk hidup, keyakinannya akan masalah
adalah takdir yang maha kuasa itupun tidak ada. Mereka menganggap bahwa tidak
ada jalan lain untuk menyelesaikan masalahnya selain dengan mengakhiri
8. Status mental
1) Penampilan
Penampilan pasien tidak rapih, acak, acakan, malas untuk membersihkan tubuh,
rambut, kuku, mereka tidak mau untuk menjaga kebersihan tubuhnya bahkan
cenderung tidak mau makan agar cepat meninggal
2) Pembicaraan
Pembicaraannya lesu dan topik yang dibicarakan tentang kematian dan
penyelesaian hidup
3) Aktivitas motorik
Klien lebih mengarah untuk mengakhiri hidupnya misalnya membenturkan
kepalanya, melukai badannya dan membuat sesuatu sebagai sarana untuk
mengakhiri hidupnya misal membuat gantungan dari tali
4) Efek dan emosi
Perasaan sedih rasa tak berguna, gagal, kehilangan, merasa berdosa, putus asa,
penyesalan tak ada harapan, menunjukkan rasa kekecewaan yang mendalam
disertai rasa putus asa
5) Interaksi selama wawancara
Kontak kurang tidak mau menatap lawan bicara, pasien tidak koeperatif, tidak
mau mendengarkan pendapat atau saran yang dapat membantunya dalam
menyelesaikan masalah
6) Presepsi sensori
Adanya halusinasi pendengaran yang menyuruhnyamengakhiri hidupnya
7) Proses pikir
Kata, kata yang diulang berkali, kali pada suatu ide pikiran, isi pikirn bunuh diri,
yang dimulai dengan memikirkan usaha bunuh diri sampai terus menerus
berusaha untuk dapat bunuh diri
8) Tingkat kesadaran
Bingung, karena adanya kejadian negatif, dalam hidup, penyakit kronis atau
bahkan perceraian
9) Memori
Ingatan yang keliru dengan pembicaraan tidak sesuai dengan kenyatan dengan
memasukkan cerita yang tidak benar untuk menutupi daya ingatnya. Biasanya
bercerita tidak sesuai dengan kenyataan. Tidak berdasarkan fakta karena pasien
akan menghindar dari kenyataan
10) Tingkat kosentrasi dan berhitung
a. Mudah beralih
b. Tidak mampu berkosentrasi
c. Tidak mampu berhitung
11) Kemampuan penilaian
a. Gangguan kemampuan penilaian ringan dapat mengambil keputusan
sederhan dengan bantuan orang lain
b. Gangguan kemampuan penilaian bermakna tidak mampu mengambil
keputusan walaupun dibantu orang lain
12) Gangguan tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita dan menyelahkan hal, hal diluar dirinya
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Pasien mendapat perilaku yang tidak wajar dari lingkungan seperti pasien diejek dan
direndahkan karena pasien menderita gangguan jiwa
10. Pengetahuan
Kurang pengetahuan dalam hal mencari bantuan, faktor predisposisi, koping
mekanisme dan sistem pendukung dan obat, obatan sehingga penyakit pasien
semakin berat
2.10 ANALISA DATA
No No Dx Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 D.0135 DS: Respon protektif Resiko bunuh
. ─ Klien mempunyai diri diri
ide untuk bunuh
diri Koping maladaptif
─ Klien
mengungkapkan Pencederaan diri
ingin mati
─ Klien Isyarat bunuh diri
mengukapkan
keputusasaan
DO: Niat
─ Cemas
─ Marah Ancaman bunuh
─ Mengasingkan diri
diri

Percobaan bunuh
diri
2 D. 0087 DS: Efek datar Harga diri
. ─ Klien menilai diri rendah
tidak berguna
─ Klien merasa tidak mampu
malu atau mengekspresikan
bersalah perasaan
─ Klien sulit
berkosntrasi perasaan malu
DO: terhadap diri
─ Berbicara pelan sendiri
dan lirih
─ Menolak mengkritik diri
berinterkasi
dengan orang
lain
─ Berjalan
menunduk
─ Lesuh tidak
bergairah
─ Tidak mampu
membuat
keputusan
─ Kontak mata
kurang
3 D0097 DS: keluarga mendapat Penurunan
─ Pasien mengeluh masalah kesehatan koping keluarga
khawatirtentang kronis
respon orang
terdekat pada kurangnya
masalah dukungan timbal
kesehatan balik
─ Orang terdekat
kurang terpapar orang terdekat
informasi tentang menarik diri dari
upaya mengatasi klien
masalah klien
DO:
─ Orang terdekat
menarik diri
dari klien
─ Terbatasnya
komunikasi
orang terdekat
dengan klien
─ Orang terdekat
berperilaku
protektif yang
tidak sesuai
dengan
kemampuan
kemandirian
klien
4 D.0096 DS: Stres Koping tidak
efektif
─ Klien
mengungkapkan Ketidak mampuan
tidak mampu mengubah energi
mengatasi yang adaptif
masalah
DO: Dukungan sosial
─ Tidak mampu yang tidak adekuat
memenuhi
peran yang Ragu/ tidak
diharapkan percaya
(sesuai usia)
─ Menggunakan Tingkat percaya
mekanisme diri yang tidak
koping yang adekuat
tidak sesuai
─ Perilaku tidak
asersif
─ Partisipasi
sosial kurang
5 D0132 Ds: Ancaman terhadap Perilaku
. - Klien mengancam kebutuhan kekerasan
- Klien marah dengan (D.0132)
menggunakan kata- Hal.288
kata kasar Stress

Do:
- Menyerang orang Merasa tidak kuat
lain dan ingin
- Melukai diri sendiri menyerah
atau orang lain
- Perilaku agresif/
amuk Marah pada diri
- Merusak sendiri dan orang
lingkungan lain (agresif/amuk)
- Tangan mengepal
- Mata melotot
- Pandangan tajam Mencederai diri
- Wajah memerah sendiri atau orang
- Postur tubuh kaku lain

Perilaku kekerasan
2.11 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko bunuh diri berhubungan dengan pencederaan diri dibuktikan dengan Klien
mempunyai ide untuk bunuh diri, Klien mengungkapkan ingin mati, Klien
mengukapkan keputusasaan, Cemas, Marah , Mengasingkan diri
2. Harga diri rendah berhubungan dengan tidak mampu mengekspresikan perasaan
dibuktikan dengan Klien menilai diri tidak berguna, Klien merasa malu atau bersalah,
Klien sulit berkosntrasi, Berbicara pelan dan lirih, Menolak berinterkasi dengan orang
lain, Berjalan menunduk, Lesuh tidak bergairah, Tidak mampu membuat keputusan,
Kontak mata kurang
3. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan kurangnya dukungan timbal balik
dibuktikan dengan Pasien mengeluh khawatirtentang respon orang terdekat pada
masalah kesehatan, Orang terdekat kurang terpapar informasi tentang upaya mengatasi
masalah klien, Orang terdekat menarik diri dari klien, Terbatasnya komunikasi orang
terdekat dengan klien, Orang terdekat berperilaku protektif yang tidak sesuai dengan
kemampuan kemandirian klien
4. Koping tidak efektif berhubungan dengan stres dibuktikan dengan Klien
mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah, Tidak mampu memenuhi peran
yang diharapkan (sesuai usia), Menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai,
Perilaku tidak asersif, Partisipasi sosial kurang
5. Perilaku kekerasan berhubungan dengan ADHD dibuktikan dengan Klien mengancam,
Klien marah dengan menggunakan kata-kata kasar, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri atau orang lain, perilaku agresif/ amuk, merusak lingkungan, tangan mengepal,
mata melotot, pandangan tajam, wajah memerah, postur tubuh kaku
NO Tgl Diagnosa keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan Rasional

1. Resiko bunuh diri TUM: Setelah dilakukan Manajemen mood


berhubungan dengan Klien tidak tindakan keperawatan Observasi
pencederaan diri dibuktikan melakukan bunuh diri selama 2x24 jam 1. Identifikasi Untuk
dengan Klien mempunyai
diharapkan resiko bunuh mood (mis. mengetehaui
ide untuk bunuh diri, Klien
mengungkapkan ingin mati, TUK: diri membaik dengan Tanda, gejala, penyebab dari
Klien mengukapkan a. Klien dapat kriteria hasil: riwayat ancaman bunuh
keputusasaan, Cemas, membina a. Verbalisasi penyakit) diri
Marah , Mengasingkan diri hubungan saling keinginan bunuh 2. Identifikasi
percaya diri menurun gejala resiko Dengn
b. Klien dapat b. Keputusasaan bunuh diri (mis. identifikasi dapat
melindungi diri menurun Gangguan mood, mencegah
perilaku bunuh diri c. Cemas menurun halusinasi,delusi, terjadinya bunuh
c. Klien dapat marah menurun panik, diri pada klien
meningkatkan penyalahgunaan
harga diri zat, kesedihan,
d. Klien dapat gangguan
mendemostrasikan kepribadian)
cara fisik untuk
mencegah bunuh Terapiutik
diri 3. Berikan Dapat membantu
e. Klien dapat kesempatan klien untuk
mendemostrasikan untuk mengurangi stres
cara sosial untuk menyampaikan yang dirasakan
mencegah bunuh perasaan dengan
diri cara yang tepat
f. Klien (mis. Terapi
mendemostrasikan seni, sandsack,
kepatuhan minum aktivitas fisik)
obat untuk 4. Libatkan
mencegah bunuh keluarga dalam Agar keluraga
diri perencanaan dapat mencegah
g. Klien dapat perawatan apabila klien
mengikuti stimulus ingin melakukan
presepsi tindakan bunuh
pencegahan bunuh Edukasi diri
diri 1. Jelaskan tentang
h. Klien mendapat gangguan mood Agara klien dapat
dukungan keluarga fan mengetahui
dalam melakukan penanganannya penyebab
cere pencegahan 2. Anjurkan gangguan mood
bunuh diri mengenali
pemicu Untuk
gangguan mood membantu klien
(mis. Situasi mengontrol
stres, masalah stresnya
fisik)
3. Ajarkan
memonitor
mood secara Agar klien bisa
mandiri (mis melakukan secara
skala tingkat 1 mandiri dirumah
sampai 10 )

2. Harga diri rendah TUM Setelah dilakukan Manajamen perilaku


berhubungan dengan tidak Klien memiliki tindakan keperawatan Observasi
mampu mengekspresikan konsep diri yang selama 2x24 jam 1. Identifikasi Untuk
perasaan dibuktikan dengan positif diharapkan harga diri harapan untuk mengetahui
Klien menilai diri tidak harapan yang
TUK rendah membaik dengan mengendalikan
berguna, Klien merasa malu dimiliki klien
atau bersalah, Klien sulit a. Klien dapat kriteria hasil: perilaku
berkosntrasi, Berbicara membina a. Penilaian diri Terapiutik
pelan dan lirih, Menolak hubungan saling positif meningkat 2. Diskusikan Agar klien
berinterkasi dengan orang percaya dengan b. Kosentrasi tanggung jawab mengetahui
lain, Berjalan menunduk, perawat meningkat terhadap tanggung jawab
Lesuh tidak bergairah, Tidak b. Klien dapat c. Percaya diri perilaku yang harus
mampu membuat keputusan, dimilikinya
mengidentifikasi berbicara
Kontak mata kurang
kemampuan dan meningkat 3. Jadwalkan Untuk
aspek positif yang d. Kemampuan kegiatan mempermudah
di milikinya membuat terstruktur klien dalam
c. Klien dapat keputusan memahami
menilai meningkat kegiatannya
kemampuan yang e. Kontak mata 4. Tingkatkan
Dengan adanya
digunakan meningkat aktivitas fisik
aktivitas fisik
d. Klien dapat sesuai dapat membantu
menetapkan dan kemampuan klien mengurangi
merencanakan keemasan yang
kegiatan sesuai dirasakan
dengan 5. Bicara dengan Untuk
kemampuan yang nada rendah dan mempermudah
komunikasi
dimiliki tenang
dengan klien
e. Klien dapat
melakukan Agar membantu
kegiatan sesuai 6. cegah perilaku mengurangi
kondisi sakit dan pasif dan agresif harga diri rendah
kemampuannya pada klien
f. Klien dapat Edukasi
memanfaatkan 7. informasikan Dengan adanya
infromasi
sistem pendukung keluarga bahwa
keluarga lebih
yang ada keluarga sebagai memahami
dasar tentang masalah
pembentukan yang dihadapi
kognitif oleh klien
3. Penurunan koping keluarga TUM Setelah dilakukan Dukungan koping
berhubungan dengan Adanya peningkatan tindakan keperawatan keluarga
kurangnya dukungan timbal koping dengan selama 2x24 jam Observasi Membantu
balik dibuktikan dengan keluarga
keluarga memperoleh penurunan koping 1. Identifikasi respons
Pasien mengeluh mengidentifikasi
khawatirtentang respon dukungan dan keluarga membaik emosional terhadap kekuatan dan
orang terdekat pada masalah bantuan adekuat dengan kriteria hasil: kondisi saat ini kelemahan
kesehatan, Orang terdekat dalam mengatasi a. Kekwatiran 2. Identifikasi beban Untuk membantu
kurang terpapar informasi masalah tentang anggota secara psikologis mengurangi
tentang upaya mengatasi TUK keluarga menurun maslah dalam
masalah klien, Orang a. Klien dapat b. Keterpaparan Terapiutik keluarga
terdekat menarik diri dari
membina informasi 3. Dengarkan masalah,
klien, Terbatasnya Membantu
komunikasi orang terdekat hubungan saling meningkat perasaan dan keluarga mencari
dengan klien, Orang terdekat percaya dengan c. Perasaan pertanyaan keluarga solusi dari
berperilaku protektif yang perawat diabaikan masalah yang
tidak sesuai dengan b. Keluarga mampu menurun 4. Terima nilai, nilai dihadapi
kemampuan kemandirian mengenail d. Perilaku keluarga dengan
klien penyebab overprotektif cara tidak Agar keluarga
merasa dihargai
ketidakadekuatan menurun menghakimi
dukungan dan 5. Diskusikan rencana Untuk membantu
bantuan terhadap medis dan proses
klien perawatan penyembuhan
c. Keluarga mampu 6. Fasilitasi klien
memutuskan pengungkapan Agar keluarga
hal,hal yang dapat perasaan antara dan klein saling
membantu
meningkatkan pasien dan keluarga
memecahkan
dukungan dan atau antara anggota masalah yang
bantuan terhadap keluarga dihadapi
klien Edukasi
d. Keluarga mampu 7. Informasikan
memberikan kemajuan klien Dengan adanya
dukungan dan secara berkala informasi
keluarga dapat
bantuan secara
mengetahui
optimal terhadap perkembangan
klien sesuai arahan 8. Informasikan klien
dari perawat fasilitas perawatan Untuk membantu
e. Keluarga mampu kesehatan yang mempercepat
melakukan tersedia penyembuhan
modifikasi Kolaborasi klien
lingkungan untuk 9. Rujuk untuk terapi
Mengurangi
meningkatkan keluarga, jika perlu beban pikiran
sumber dukungan yang dirasakan
dan bantuan oleh keluarga
f. Keluarga mampu
mencari layanan
kesehatan sebagai
sumber dukungan
ekstrenal dalam
meningkatkan
koping
4. Koping tidak efektif TUM Setelah dilakukan Dukungan
berhubungan dengan stres Klien dapat memiliki tindakan keperawatan pengambilan
dibuktikan dengan Klien koping yang efektif selama 2x24 jam koping keputusan
mengungkapkan tidak
TUK tidak efektif membaik Observasi
mampu mengatasi masalah,
Tidak mampu memenuhi a. Klien dapat dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi Dengan
peran yang diharapkan membina a. Verbalisasi persepsi indentifikasi
(sesuai usia), Menggunakan hubungan kemampuan mengenal klien dapat
mekanisme koping yang saling percaya mengatasi masalah dan mengenal
tidak sesuai, Perilaku tidak dengan masalah informasi yang masalah yang
asersif, Partisipasi sosial perawat meningkat memicu konflik dialaminya
kurang
b. Klien dapat b. Kemampuan Terapiutik
memfasilitasi memenuhi peran 2. Diskusikan Diskusi dapat
perasaannya sesuai usia kelebihan dan membantu
secara bebas meningkat kekurangan dari menentukan
c. Klien dapat c. Perilaku koping setiap solusi tindakan
mengidentifik adaptif meningakt selanjutnya
asi koping dan d. Perilaku asersif 3. Motivasi
Agar klien
perilaku yang meningkat mengungkapkan
mempunyai
berkaitan e. Partisipasi sosial tujuan perawatan semangat dalam
dengan meningkat yang diharapkan perawatan
kejadian yang 4. Fasilitas
dihadapi pengambilan Sebagai cara
d. Klien dapat keputusan secara untuk pemecahan
memodifikasi kolaboratif masalah
pada kognitif 5. Fasilitas Untuk
yang negatif menjelaskan meningkatkan
e. Klien dapat keputusan kepercayaan diri
berpartisipasi terhadap orang klien
dalam lain, jika perlu
pengambilan 6. Fasilitas
kepututsan hubungan antara Hubungan yang
yang berkenan pasien dan baik antara
pasien dan
dengan keluarga dan
keluarga dapat
perawatan tenaga kesehatan membantu proses
dirinya lainnya penyembuhan
f. Klien dapat klien
memotivasi
untuk aktif Edukasi
mencapai 7. Infromasikan
tujuan yang alternatif solusi
realistik secara jelas Dengan adanya
8. Berikan informasi klien
informasi yang dan kelurga lebih
diminta pasien memahami
Kolaborasi
9. Kolaborasi
dengan tenaga
kesehatan lain Untuk membantu
dalam klien dalam
memfasilitasi memecahkan
pengambilan masalah yang
keputusan dihadapinya
5. - Perilaku kekerasan TUM: Setelah dilakukan Manajemen Mood Untuk
berhubungan dengan Klien tidak pertemuan selama tiga (I.09289) Hal. 196 mengetahui tanda
melakukan perilaku Observasi
ADHD dibuktikan dengan kali, control diri dan gejala mood
kekerasan 1. Identifikasi
Klien mengancam, Klien TUK: meningkat dengan mood (tanda dan
marah dengan 1. Klien dapat kriteria hasil: gejala) Untuk
menggunakan kata-kata membina 1. Verbalisasi 2. Identifikasi mengetahui
kasar, menyerang orang hubungan saling ancaman terhadap resiko resiko yang
keselamatan diri
lain, melukai diri sendiri percaya orang lain terjadi pada diri
atau orang lain
atau orang lain, perilaku 2. Klien dapat menurun sendiri dan orang
agresif/ amuk, merusak mengidentifikas 2. Perilaku lain jika
lingkungan, tangan i menyebab menyerang dilakukan
mengepal, mata melotot, perilaku menurun tindakan
pandangan tajam, wajah kekerasan 3. Suara keras kekerasan
Terapeutik
memerah, postur tubuh 3. Klien dapat menurun Dengan
3. Berikan
kaku mengidentifikas 4. Perilaku agresif kesempatan menyampaikan
i tanda dan menurun untuk perasaan, mood
gejala perilaku 5. Perilaku merusak menyampaikan akan terasa lebih
perasaan dengan
kekerasan lingkungan cara yang tepat baik
4. Klien dapat menurun
mengidentifikas 6. Perilaku Agar klien
Edukasi
i perilaku agresif/amuk mengetahui
4. Jelaskan tentang
kekerasan yang menurun gangguan mood tentang gangguan
biasa dilakukan 7. Suara keras dan mood dan
penanganannya
5. Klien dapat menurun penanganannya
mengidentifikas
i akibat perilaku Agar dapat
kekerasan membantu
6. Klien dapat 5. Anjurkan mengobati apa
mendemonstrasi berperan aktif yang diderita
dalam
kan cara fisik oleh klien
pengobatan dan
untuk mencegah rehabilitasi Agar klien
perilaku mengenali
kekerasan pemicu mood
7. Klien dapat 6. Ajarkan Agar klien dapat
mendemonstrasi mengenali memonitor mood
pemicu
kan cara fisik secara mandiri
gangguan mood
untuk mencegah 7. Ajarkan monitor
perilaku mood secara Obat dapat
kekerasan mandiri (skala membantu proses
mood 1-10)
Kolaborasi: penyembuhan
8. Kolaborasi klien
dalam
pemberian obat
Agar dengan
psikoterapi klien
dapat mengatasi
mood dan
9. Rujuk untuk
psikoterapi menjadi lebih
baik.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan

YAYASAN WIDYA MANDALA SURABAYA


UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
FAKULTAS KEPERAWATAN
Jl. Raya Kalisari Selatan No.1, lantai 8, Tower B, Pakuwon City, Surabaya
Telp. (031) 99005299, ext (10853), Fax. (031) 99005278
Email: keperawatan@mail.wima.ac.id fkep.wima@yahoo.co.id Website: http://www.wima.ac.id

FORMULIR PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANG RAWAT: TANGGAL DIRAWAT:

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial :Nn. S Tanggal pengkajian : 10 Oktober 2021
Umur :23 th No. Rekam Medik : 123xxxxxx
Informan : pasien

II. ALASAN MASUK


Tahun 2017 akhir klien pernah mengalami putus cinta yang menyebabkan sedih berkepanjangan
dan berakhir dengan Self Harm dan overdosis obat parasetamol hingga dirawat di rumah sakit.
Setelah kejadian tersebut keluarga membawa ke psikiater dan diberi obat psikotik. Sudah 4 tahun
berlalu, sampai sekarang klien sering melakukan self harm jika merasa sedih dan tertekan, terakhir
melakukan bulan September. Saat sedih dan tertekan terkadang juga emosi klien meluap hingga
membuatnya memarahi orang sekitar, melempar barang, dan menangis. Klien sering tidak
meminum obat karena obat yang diresepkan terlalu mahal

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?  Ya  tidak
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil  Kurang berhasil  tidak berhasil
3. Pelaku/usia korban/usia saksi/usia
Aniaya fisik      
Aniaya seksual      
Kekerasan dalam keluarga      
Tindakan criminal      
Jelaskan no.1,2,3 :
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
 Ya  Tidak

Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/ perawatan

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan: klien dulu pernah mengalami putus
cinta yang menyebabkan dirinya overdosis obat parasetamol

Masalah Keperawatan: Resiko Bunuh Diri

IV. FISIK
1. Tanda Vital TD:110/80 N : 72 S: P:
2. Ukuran TB:160 BB: 60  Turun  Naik
3. Keluhan fisik  Ya  Tidak
Jelaskan : klien tidak mengeluh ada sakit pada badannya
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

23

Jelaskan :klien adalah anak ke 1 dari 2 bersaudara


Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Konsep diri :
a. Citra tubuh : klien mengatakan menyukai seluruh anggota badannya, merasa baik-
baik saja
b. Identitas : klien mengatakan dirinya adalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang
menjalani skripsi
c. Peran : klien mengatakan jika ia harus berusaha untuk menyelesaikan
sekolahnya
d. Ideal diri : klien berharap dapat menjadi pribadi yang lebih baik, dapat
meninggalkan kebiasaan kebiasaan buruknya agar ia menjadi contoh yang baik untuk
adiknya
e. Harga diri : hubungan dengan teman-temannya selama ini baik

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3. Hubungan social :
a. Orang terdekat: teman
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat: klien mengikuti kegiatan social
yang berhubungan dengan kesehatan mental
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: tidak ada

Masalah Keperawatan :tidak ada masalah keperawatan

4. Spiritual :
a. Nilai dan keyakinan : menurut klien gangguan jiwa adalah karena diri kita sendiri yang
jauh dari sang pencipta
b. Kegiatan ibadah : klien melakukan sholat, puasa secara individu

Masalah Keperawatan :tidak ada masalah keperawatan

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
 Tidak rapi  Penggunaan pakaian  Cara berpakaian tidak
Tidak sesuai seperti biasanya
Jelaskan : pasien memakai pakaian seperti biasa
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

2. Pembicaraan
 Cepat  Keras  Gagap  Inkoheren
 Apatis  Lambat  Membisu  Tidak mampu
Memulai pembicaraan
Jelaskan : selama dilakukan wawancara apa yang ditanyakan perawat dapat dijawab
dengan jelas oleh klien
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3. Aktivitas motorik
 Lesu  Tegang  Gelisah  Agitasi
 Tik  Grimasen  Tremor  Kompulsif
Jelaskan : tidak ditemukan lesu, tegang, atau gelisah
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

4. Alam perasaan
 Sedih  Ketakutan  Putus Asa
 Khawatir  Gembira berlebihan
Jelaskan : tidak ditemukannya perasaan sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
5. Afek
 Datar  Tumpul  Labil  Tidak sesuai
Jelaskan : sesuai, klien merespon semua pertanyaan perawat dengan jelas dan sesuai
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

6. Interaksi selama wawancara


 Bermusuhan  Tidak kooperatif  Mudah tersinggung
 Kontak mata kurang  defensive  curiga
Jelaskan: klien kooperatif, menunjukan sikap percaya dan menceritakan semua kepada
perawat
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

7. Persepsi
 Pendegaran  Penglihatan  Perabaan
 Pengecapan  Penghidu
Jelaskan: tidak ditemukan halusinasi
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

8. Proses pikir
 Sirkumstansial
 Flight of ideas
 Tangensial
 Blocking
 Kehilangan asosiasi
 Pengulangan pembicaraan/persevarasi
Jelaskan: tidak ada masalah dalam proses pikir pasien
Masalah Keperawatan:tidak ada masalah keperawatan

9. Isi pikir
 Obsesi  Fobia  Hipokondria
 Depersonalisasi  Ide yang terkait  Pikiran Magis
Waham
 Agama  Somatik  Kebesarn  Curiga
 Nihilistic  sisip pikir  Siar pikir  Kontrol Pikir
Jelaskan: pasien tidak ada tanda-tanda waham
Masalah Keperawatan:tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
 Binggung  Sedasi  Stupor
Diesorientasi:
 Waktu  Tempat  Orang
Jelaskan: pasien tidak mengalami disorientasi apapun
Masalah Keperawatan:tidak ada masalah keperawatan

11. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang
 Gangguan daya ingat jangka pendek
 Gangguan daya ingat saat ini
 Konfabulasi
Jelaskan: pasien tidak mengalami gangguan daya ingat
Masalah Keperawatan:tidak ada masalah keperawatan

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
 Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan: tingkat konsentrasi dan berhitung pasien masih bagus
Masalah Keperawatan:tidak ada masalah keperawatan

13. Kemampuan penilaian


 Gangguan ringan  gangguan bermakna
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:

14. Daya tilik diri


 Menhindari penyakit  Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan: pasien merasa dirinya tidak mempunyai penyakit
Masalah Keperawatan:

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
 Bantuan minimal  bantuan total
2. Defekasi/ berkemih
 Bantuan minimal  bantuan total
3. Mandi
 Bantuan minimal  bantuan total
4. Berpakaian/ berhias
 Bantuan minimal  bantuan total
5. Istirahat dan tidur
 Tidur siang lama: ………….. s.d …………..
 Tidur malam lama: …………… s.d …………
 Aktivitas sebelum/sesudah tidur: ……………… s.d ……………….
6. Penggunaan obat
 Bantuan minimal  bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan

ya tidak
Perawatan lanjutan 
System pendukung

8. Aktivitas di dalam rumah

Ya tidak
Mempersiapkan makanan
Menjaga kerapian rumah
Mencuci pakaian
Mengatur keuangan

9. Aktivitas diluar rumah

Ya Tidak
Belanja
Transportasi
Lain-lain

Jelaskan: diperlukan perawatan lebih lanjut karena klien masih melakukan self harm
pada bulan September dengan mengiris tangannya. Klien mengatakan masih sering
berfikir jika dirinya lebih baik mati dan orang-orang akan lebih bahagia jika ia mati
Masalah Keperawatan:Resiko Bunuh Diri

VIII. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lamban/ berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan:
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan:
 Masalah dengan pekerjaan, uraikan:
 Masalah dengan pendidikan, uraikan:
 Masalah dengan perumahan, uraikan:
 Masalah dengan ekonomi, uraikan:
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan:
 Masalah lainnya, uraikan:

X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG:


 Penyakit jiwa  system pendukung
 Factor presipitasi  Penyakit fisik
 Koping  obat-obatan
 Lainnya
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosis medik: Resiko Bipolar Tipe 1
Terapi medik:

3.2 Analisa Data


No Data Etiologi Diagnosa

1 DS: Koping maladaptif Resiko Bunuh Diri


(D. 0135 hal. 293)
- Klien mengatakan masih sering Pencederaan diri
berfikir jika dirinya lebih baik mati
dan orang-orang akan lebih bahagia Isyarat bunuh diri
jika ia mati
- Klien mengatakan masih sering
Niat
melakukan self harm jika merasa
sedih dan tertekan, terakhir Ancaman bunuh diri
melakukan bulan September.
- Klien mengatakan saat sedih dan
tertekan terkadang juga emosi klien Percobaan bunuh
meluap hingga membuatnya diri
memarahi orang sekitar, melempar
barang, dan menangis

Do:

-
2 Ds: Stress Perilaku
kekerasan
-Klien mengatakan saat sedih dan (D.0132)
tertekan terkadang juga emosi klien Merasa tidak kuat Hal.288
meluap hingga membuatnya dan ingin menyerah
memarahi orang sekitar, melempar
barang, dan menangis
Marah pada diri
-Klien mengataka hingga sekarang sendiri dan orang
masih sering melukai diri sendiri lain (agresif/amuk)

Mencederai diri
sendiri atau orang
lain

Perilaku kekerasan

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko bunuh diri berhubungan dengan gangguan psikologis dibuktikan dengan Klien
mengatakan masih sering berfikir jika dirinya lebih baik mati dan orang-orang akan lebih
bahagia jika ia mati, Klien mengatakan masih sering melakukan self harm jika merasa
sedih dan tertekan, terakhir melakukan bulan September, Klien mengatakan saat sedih
dan tertekan terkadang juga emosi klien meluap hingga membuatnya memarahi orang
sekitar, melempar barang, dan menangis
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan perubahan status mental dibuktikan dengan
Klien mengatakan saat sedih dan tertekan terkadang juga emosi klien meluap hingga
membuatnya memarahi orang sekitar, melempar barang, dan menangis, Klien mengataka
hingga sekarang masih sering melukai diri sendiri
3. Intervensi Keperawatan
Dx Kep Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Resiko Setelah dilakukan asuhan Manajemen mood 1. Mengetahui perubahan,
Bunuh Diri keperawatan selama 3 kali Observasi tanda dan gejala dari mood
pertemuan, control diri 1. Identifikasi mood (mis. Tanda, gejala, pasien yang menyebabkan
pasien meningkat dengan Riwayat penyakit) resiko bunuh diri
kriteria hasil: 2. Identifikasi risiko keselamatan diri sendiri
- Verbalisasi umpatan 2. Mengidentifikasi resiko
Terapeutik keselamatan pada pasien
menurun 3. Berikan kesempatan untuk menyampaikan
- Perilaku melukai diri untuk pencegahan resiko
perasaan dengan cara yang tepat (mis.
sendiri /orang lain bunuh diri
Sandsack, terapi seni, aktivitas fisik)
menurun 3. Agar perasaan atau
Edukasi
- Perilaku agresif perubahan mood dapat
4. Jelaskan tentang gangguan mood dan
menurun teralihkan ke hal yang
penanganannya
- Verbalisasi keinginan bermanfaat dan tidak ada
5. Anjurkan mengenali pemicu gangguan mood
bunuh diri menurun rencana resiko bunuh diri
(mis. Situasi stress, masalah fisik)
- Verbalisasi isyarat 4. Pasien dapat mengetahui
6. Anjurkan memonitor mood secara mandiri
bunuh diri menurun gangguan mood dan dapat
(mis. Skala 1-10, membuat jurnal)
- Verbalisasi ancaman mengatasinya dengan baik
7. Ajarkan keterampilan koping dan
bunuh diri menurun 5. Pengenalan pemicu
penyelesaian masalah baru
- Verbalisasi rencana gangguan mood agar
Kolaborasi
bunuh diri menurun 8. Rujuk untuk psikoterapi pasien dapat menghindri
- Perilaku merencanakan triger atau penyebab
bunuh diri menurun Pencegahan bunuh diri gangguan mood
- Alam perasaan depresi Observasi 6. Agar pasien mengetahhui
9. Identifikasi gejala resiko bunuh diri (mis tingkat mood yang sedang
menurun
gangguan mood, halusinasi, delusi, panik, dialami
penyalahgunaan zat, kesedihan, gangguan 7. Agar pasien dapat
kepribadian) mengatasi penyelesaian
10. Identifikasi keinginan dan pikiran rencana masalah dengan baik
bunuh diri 8. Agar pasien mendapatkan
11. Monitor adanya perubahan mood atau terapi yang sesuai dengan
perilaku kondisinya
Terapeutik 9. Mengetahui penyebab dari
12. Libatkan dalam perencanaan perawatan resiko bunuh diri pasien
mandiri 10. Mengetahui perasan pasien
13. Libatkan keluarga dalam perencanaan ketika memiliki rencana
perawatan bunuh diri sehingga dapat
14. Libatkan pendekatan langsung dan tidak mencegahnya
menghakimi saat membahas bunuh diri 11. Mengetahui perubahn
15. Diskusikan rencana menghadapi ide bunuh mood atau perilaku yang
diri di masa depan (mis. Orang yang menyebabkan resiko bunuh
dihubungi, ke mana mencari bantuan) diri
Edukasi 12. Perencanaan perawatan
16. Anjurkan mendiskusikan perasaan yang mandiri agar pasien dapat
dialami kepada orang lain mengatasi resiko bunuh
17. Anjurkan menggunakan sumber pendukung diri secara mandir
(mis. Layanan spiritual, penyedia layanan) 13. Keluarga dapat
18. Jelaskan ttindakan pencegahan bunuh diri mendukung pasien dalam
kepada keluarga atau orang terdekat perawatan resiko bunuh
19. Latih pencegahan resiko bunuh diri (mis. diri
Latihan asertif, relaksi otot progresif) 14. Pendekatan langsung agar
pasien dapat menceritakan
secara lengkap kondisi
yang dialami tanpa adanya
rasa penghakiman
15. Agar pasien dapat
memanfaatkan rencana di
masa depan dengan baik
16. Mendiskusikan perasaan
dengan orang lain dapat
membantu pasien
meluapkan perasaan
dengan lega dan mencegah
resiko bunuh diri
17. Penyediaan layanan dapat
membantu pasien untuk
mendapatkan layanan
konsultasi psikologis
18. Tindakan pencegahan
bunuh diri diberikan agr
pasien tidak mengalami
atau ada rencana untuk
bunuh diri
19. Teknik nonfarmakologis
dapat membantu pasien
untuk mengendalikan
kembali perasaan atau
emosi yang sedang dialami

Perilaku Setelah dilakukan asuhan Manajemen mood 1. Mengetahui perubahan,


kekerasan keperawatan selama 3 kali Observasi tanda dan gejala dari mood
pertemuan diharapkan 1. Identifikasi mood (mis. Tanda, gejala, pasien yang menyebabkan
kontrol diri meningkat Riwayat penyakit) resiko bunuh diri
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi risiko keselamatan diri sendiri 2. Mengidentifikasi resiko
- Perilaku menyerang Terapeutik keselamatan pada pasien
menurun 3. Berikan kesempatan untuk menyampaikan
untuk pencegahan resiko
- Perilaku agreif/amuk perasaan dengan cara yang tepat (mis.
bunuh diri
menurun Sandsack, terapi seni, aktivitas fisik)
- Perilaku melukai Edukasi 3. Agar perasaan atau
orang lain menurun 4. Jelaskan tentang gangguan mood dan perubahan mood dapat
penanganannya teralihkan ke hal yang
5. Anjurkan mengenali pemicu gangguan mood bermanfaat dan tidak ada
(mis. Situasi stress, masalah fisik) rencana resiko bunuh diri
6. Anjurkan memonitor mood secara mandiri 4. Pasien dapat mengetahui
(mis. Skala 1-10, membuat jurnal) gangguan mood dan dapat
7. Ajarkan keterampilan koping dan mengatasinya dengan baik
penyelesaian masalah baru 5. Pengenalan pemicu
Kolaborasi gangguan mood agar
8. Rujuk untuk psikoterapi pasien dapat menghindri
Manajemen Pengendalian Marah triger atau penyebab
Observasi
gangguan mood
9. Identifikasi penyebab/pemicu kemarahan
6. Agar pasien mengetahhui
10. Identifikasi harapan perilaku terhadap
tingkat mood yang sedang
ekspresi kemarahan
dialami
11. Monitor potensi agresi tidak konstrutktif dan
7. Agar pasien dapat
lakukan tindakan sebelum agresif
mengatasi penyelesaian
Terapeutik
12. Cegah kerusakan fisik akibat ekspresi marah masalah dengan baik
(menggunakan senjata) 8. Agar pasien mendapatkan
13. Dukung menerapkan strategi pengendalian terapi yang sesuai dengan
marah dan ekspresi amarah adaptif kondisinya
14. Berikan penguatan atas keberhasilan 9. Mengetahui penyebab dari
penerapan strategi pengendalian marah kemarahan pasien
Edukasi 10. Mengetahui apa yang
15. Jelaskan makna, fungsi marah, frustasi dan diharapkan dari kemarahan
respon marah yang diluapkan
16. Ajarkan strategi untuk mencegah ekspresi 11. Mengetahui apakah pasien
marah maladaptive melakukan tindakan yang
17. Ajarkan metode untum memodulasi merugikan orng lain dan
pengalaman emosi yang kuar (Latihan diri sendiri
relaksasi nafas dalam, dan relaksasi otot 12. Mencegah orang lain dan
progresif) diri sendiri terluka akibat
senjata tajam
13. Agar pasien dapat
mengendalikan amarah
dengan baik
14. Agar pasien mendapatkan
validasi atas pengendalian
marah yang baik
15. Pasien dapat memahami
tingkat marah yang adaptif
16. Agar pasien tidak melukai
diri sendiri dan merugikan
orang lain
17. Agar pasien dapat
meredakan amarah dengan
memodulasi pengalaman
emosi

4. Implementasi Keperawatan
Tanggal/jam Dx kep Implementasi Keperawatan TTD
06/10/2021 1&2 Melibatkan pendekatan secara langsung dan tidak menghakimi saat
19.40 membahas bunuh diri
R/ perawat berhasil menggali BHSP dan pasien dapat menceritakan tentang
pengalaman bunuh diri dengan baik
06/10/2021 1&2 Mengidentifikasi mood pasien
19.40 R/ pasien mengatakan bahwa sering mengalami mood swing seperti tiba-
tiba merasakan down, teman pasien juga mengatakan bahwa tiba-tiba
pasien tidak membalas pesan dan terlihat seperti dalam kondisi badmood
06/10/2021 1 Mengidentifikasi keinginan dan pikiran rencana bunuh diri
19.40 R/ pasien mengatakan bahwa ketika ada pikiran merasa seperti tidak
berguna untuk hidup atau self-blaiming pasien sering merencanakan untuk
bunuh diri dengan menyayat tangan dengan cutter.
06/10/2021 1 Mengidentifikasi gejala bunuh diri
19.40 R/ pasien mengatakan ketika ada triger atau masalah dan ketika kehilangan
control maka pasien akan menyayat-nyayat tangannya sendiri
06/10/2021 1&2 Memonitor perubahan mood atau perilaku
19.40 R/ pasien mengatakan bahwa ketika moodnya berubah pasien merasa sedih,
menangis bahkan marah-marah juga sampai memukul orang yang
penyebab dari moodnya berubah
06/10/2021 1&2 Merujuk pasien ke psikoterapi dan pelayanan Kesehatan mental
R/ pasien mengatakan bahwa sudah pergi ke psikiater dan sudah
mendapatkan obat untuk mengendalikan emosi, dan obat penenang.
06/10/2021 1 Mendiskusikan rencana yang menghadapi ide bunuh diri: ketik sudah
19.40 merasakan depresi bisa diceritakan ke teman permasalahannya atau sampai
ingin ada rencana untuk bunuh diri bisa menelpon ke orang terdekat atau
kalau misal orang terdekat tidak menjawab bisa menghubungi hotline
layanan pencegahan bunuh diri yaitu LISA Help Line, karena LISA
Helpline menyediakan layanan konsultasi psikologis gratis dan bersedia
24/7
R/ pasien mengatakan ketika menghadapi masalah bercerita ke teman
terdekat, dan memahami anjuran perawat untuk menghubungi LISA
Helpline hotline layanan pencegahan bunuh diri.
Tanggal/jam Dx kep Implementasi Keperawatan TTD
08/10/2021 1 dan 2 mengidentifikasi mood dengan menjelaskan risiko keselamatan diri sendiri
20.20 serta tanda dan gejala yang muncul ketika mood kurang baik seperti, emosi
meningkat, suasana hati jelek dan keinginan untuk mencederai diri dan
orang lain menjadi meningkat.
R/ pasien mengatakan ketika mood kurang bagus, pasien segera
menghubungi teman yang ia percaya untuk bercerita sampai merasa lebih
tenang
08/10/2021 1&2 Menyarankan pasien untuk menyampaikan perasaan dengan cara yang tepat
20.20 seperti melakukan sesuatu yang ia senangi seperti berolahraga,
menggambar atau mendengarkan music
R/ pasien mengatakan sering menggambar untuk meluapkan perasaannya
dan kadang juga mendengarkan musik

08/10/2021 1 menganjurkan mengenali pemicu gangguan mood dengan menanyakan ke


20.20 pasien kira-kira hal apa yang membuat pasien sering badmood
R/ Pasien mengatakan ia sering badmood karena trauma dengan masa
lalunya. Ketika ia mendengar lagu-lagu yang sedih atau melewati tmpat-
tempat yang pernah ia datangi bersama mantan pacarnya ia selalu trauma
dan badmood.

08/10/2021 1 menganjurkan memonitor mood secara mandiri dan mengajarkan


20.20 keterampilan koping dan penyelesaian masalah baru dengan cara apabila
merasa badmood pasien segera menghubungi orang yang ia percaya seperti
teman dekatnya atau orantuanya sehingga dapat mengalihkan perasan yang
sedang ia alami dan membantu menyelesaikan masalah
R/ pasien mengatakan sering menghubungi temannya untuk bercerita ketika
sedang badmood dan membantu pasien dalam mengambil keputusan,
pasien juga mengatakan kadang-kadang sering mengajak temannya untuk
jalan-jalan .
08/10/2021 1&2 Mengajarkan pasien cara mencegah kerusakan fisik akibat ekspresi marah
20.20 yaitu dengan cara menjauhkan benda-benda tajam atau menyimpannya di
lemari untuk mencegah self injury
R/ Pasien mengatakan untuk saat ini pasien sudah tidak melakukan self
injury lagi. Ia hanya mengekspresikan marahnya dengan menangis
08/10/2021 1&2 memberikan penguatan atas keberhasilan penerapan strategi pengendalian
20.20 marah dengan cara memberikan apresiasi berupa pujian
R/ pasien menjawab bahwa untuk saat ini ia tidak lagi sampai pada tingkat
self injury dan ia yakin bahwa ia akan sembuh dan berusaha sekuat
mungkin untuk melewati semuanya.
Pasien tampak senang dan tersenyum.
08/10/2021 2 mengajarkan metode untuk memodulasi pengalaman emosi yang kluar
20.20 dengan cara melakukan teknik relaksasi napas dalam dengan menarik napas
melalui hidung, tahan selam 2-3 detik setelah itu hembuskan memalui
mulut dengan posisi mulut seperti mencucu.
R: pasien mau menerima saran dan mampu mengikuti serta mengulangi
teknik relaksasi napas dalam dan pasien sangat berterimakasih karena
sudah diajarkan cara pengendalian emosi.
Tanggal/jam Dx kep Implementasi Keperawatan TTD
10/10/2021 1 menganjurkan mengenali pemicu gangguan mood dengan menanyakan ke
20.10 pasien kira-kira hal apa yang membuat pasien sering badmood
R/ Pasien mengatakan ia sering badmood karena trauma dengan masa
lalunya. Ketika ia mendengar lagu-lagu yang sedih atau melewati tmpat-
tempat yang pernah ia datangi bersama mantan pacarnya ia selalu trauma
dan badmood. Pasien juga mengatakan bahwa ketika sedang menonton
video yang sedih ia akan terbawa emosi dan menangis.

10/10/2021 1 menganjurkan memonitor mood secara mandiri dan mengajarkan


20.10 keterampilan koping dan penyelesaian masalah baru dengan cara apabila
merasa sedih atau trauma dengan masa lalu, pasien harus mengalihkan
dengan cara berbicara dengan orang lain dan berkata dalam dirinya bahwa
semua akan baik-baik saja
R/ pasien mengatakan bahwa akan mengikuti anjuran dari perawat dan
pasien mengatakan bahwa ketika mengalami hal seperti itu pasien kadang-
kadang mengatakan bahwa “ya sudahlah, dilewati saja. Mau gimana lagi.
Pasti nanti akan baik-baik saja”.
10/10/2021 1&2 memberikan penguatan atas keberhasilan penerapan strategi pengendalian
20.10 marah dengan cara memberikan apresiasi berupa pujian
R/ pasien mengatakan dari hari sabtu kemarin ia sempat badmood namun ia
ingat untuk melakukan relaksasi napas dalam seperti yang sudah diajarkan
seblumnya dan ia merasa lebih baik dan rileks.
Pasien tampak senang dan tersenyum.
10/10/2021 2 mengajarkan metode untuk memodulasi pengalaman emosi dan mengatasi
20.10 mood dengan melakukan teknik relaksasi otot progresif yaitu menegangkan
otot-otot dahi, tangan, dan kaki lalu regangkan
R: pasien mau menerima saran dan mampu mengikuti serta mengulangi
teknik relaksasi otot progresif dan pasien sangat berterimakasih karena
sudah diajarkan cara pengendalian emos dan cara mengatasi moodnya
5. Evaluasi Keperawatan
Tanggal/jam Dx Kep Evaluasi keperawatan
06/10/2021 1 S: Pasien mengatakan ketika mengalami masalah seperti self-
22.15 blaiming atau mengalami perubahan mood pasien menceritakan
kepada teman terdekat, pasien mengatakan bahwa sudah satu
minggu tidak melakukan self-harm atau menyakiti diri sendiri
sengan cutting, pasien mengatakan masih merasa bahwa dirinya
merasa tidak berguna dan lebih baik kalau dirinya mati saja.
O: pasien merasa sedih ketika menceritakan tentang kondisi bunuh
dirinya
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
06/10/2021 2 S: Pasien mengatakan ketika marah memukul orang lain yang
22.15 menyebabkan dia marah, pasien mengatakan ketika mengalami
perubahan mood pasien marah-marah sampai teriak-teriak
O: -
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Tanggal/jam Dx Kep Evaluasi keperawatan
08/10/2021 1 S: Pasien mengatakan ketika mengalami perubahan mood pasien
21.30 segera menceritakan kepada teman terdekat, dan kadang mengajak
untuk keluar agar ia dapat melupakan perasaan badmoodnya.
Pasien juga mengatakan bahwa untuk saat ini ia tidak lagi sampai
pada titik self injury dan ia sangat yakin bahwa ia bisa melewati
semua ini dan sembuh seperti dulu lagi.
O: pasien tampak senang menerima anjuran dari perawat
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
08/10/2021 2 S: Pasien mengatakan ketika marah ia mengalami perubahan mood
21.30 sampai memukul orang yang ada disekitarnya
O: setelah diberikan terapi relaksasi napas dalam pasien tampak
senang
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

Tanggal/jam Dx Kep Evaluasi keperawatan


10/10/2021 1 S:
21.30 - Pasien mengatakan bahwa ketika menonton film atau
tiktok yang sedih, ia sering menangis namun pasien sendiri
mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
- Pasien berterimakasih karena sudah diajarkan teknik
relaksasi otot progresif untuk penendalian moodnya
O: pasien tampak senang menerima pujian dari perawat
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
10/10/2021 2 S:
21.30 - Pasien mengatakan sejak hari sabtu kemarin, pasien sempat
badmood namun pasien melakukan relaksasi napas dalam
secara mandiri sehingga merasa lebih tenang dan rileks.
- Pasen berterimakasih dan mengatakan sangat terbantu
dengan apa yang sudah diajarkan oleh perawat dan ia yakin
pasti sembuh
O: pasien tampak senang
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian Keperawatan


Dalam keperawatan pengkajian merupakan pengumpulan data subjektif dan objektif secara
sistematis untuk menemukan tindakan keperawatan bagi individu, keluarga dan komunitas
(Keliat & Akemat, 2014). Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi factor predisposisi, factor
presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki
klien (Azizah et al., 2014).
Pengkajian yang dilakukan oleh Nn. S didapatkan data bahwa pasien masih sering merasa
bahwa dirinya lebih baik mati daripada hidup di dunia, dan juga masih melakukan tindakan
bunuh diri atau self-harm dengan menyayat tangannya terakhir pada bulan September.
Kelompok berasumsi bahwa pasien melakukan percobaan bunuh diri dikarenakan pernah
mengalami bipolar disorder. Pasien dengan bipolar disorder akan cenderung mengalami tanda
dan gejala seperti perasaan yang impulsive, keadaan campuran manik-depresif, kekambuhan,
depresi melankolis bahkan sampai percobaan bunuh diri dalam periode 2 tahun. Menurut
Latalova et al. (2014) mengatakan bahwa individu yang mengalami gangguan kepribadian atau
bipolar disorder memiliki setidaknya upaya bunuh diri dalam periode tindak lanjut, 5 dari 64
populasi melakukan percobaan bunuh diri dalam 2 bulan pertama.
Selain itu pasien juga mengatakan bahwa sering marah-marah sampai melakukan perilaku
kekerasan terhadap orang lain dengan memukul orang yang membuat pasien marah. Kelompok
berpendapat bahwa pasien dengan resiko bunuh diri memiliki perilaku yang impulsive dan sifat
yang emosional (mudah marah, menangis, kecewa, ketakutan). Hal ini serupa dengan pendapat
dari Azizah, Zainuri & Akbar, (2016) yang mengatakan bahwa pasien dengan resiko bunuh diri
memiliki tanda dan gejala mengungkapkan rasa bersalah untuk mati, implusif, mMenunjukkan
perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patah), verbal terselubung (berbicara
tentang kematian, menayakan tentang obat dosis mematikan, status emosional (harapan,
penolakan, cemas meningkat, panik, marah dan mengasingkan diri).
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons actual atau potensial dari
individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan (Nurhalimah,
2016). Diagnosa keperawatan prioritas berdasarkan pohon masalah yang telah dibuat. Contoh,
Perubahan Sensori/perseps: Halusinasi Pendengaran, sebagai masalah utama (core problem)
sebagai prioritas, sedangkan resiko perilaku kekerasan sebagai akibat (effect) sebagai prioritas
kedua (Azizah et al., 2014).
Dari data diatas didapatkan, kelompok mengangkat diagnose keperawatan adalah resiko
bunuh diri dan perilaku kekerasan. Resiko bunuh diri dikarenakan pasien pernah melakukan
percobaan bunuh diri terakhir pada bulan September, sedangkan perilaku kekerasan dikarenakan
pasien mengatakan bahwa dirinya melakukan tindakan impulsive seperti memukul orang lain
dan melempar benda-benda ketika sedang marah. Hal ini senada dengan pendapat dari Azizah et
al. (2014) yang mengatakan bahwa kemingkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien dengan resiko bunuh diri adalah resiko bunuh diri, dan perilaku kekerasan.
4.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan
rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan (P)
secara umum. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu dicapai atau dimiliki
klien. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri perawat, kerja sama dengan klien,
kerja sama dengan keluarga, kerja sama dengan kelompok,dan kolaborasi dengan tim kesehatan
jiwa yang lain (Azizah et al., 2014).
Intervensi keperawatan yang diberikan adalah Dialectical Behaviour Therapy (DBT).
Dialectical Behaviour Therapy (DBT) merupakan terapi kognitif perilaku yang dilakukan untuk
mengurangi percobaan bunuh diri, menurunkan perilaku impulsive, tindakan menyakiti diri
sendiri, meningkatkan fungsi psikolofis secara umum, dan fungsi sisoal pada pasien. Penelitian
yang dilakukan oleh Linehan et al. (2015) menggunakan Dialectical Behaviour Therapy (DBT)
pada pasien yang memiliki resiko tinggi bunuh diri. Selain Linehan et al. (2015), Goldstein et al.
(2015) dan McCauley et al., (2018) juga menggunakan Dialectical Behaviour Therapy (DBT)
sebagai intervensi pada pasien dengan resiko bunuh diri.
4.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Nn.S didasarkan pada intervensi yang telah disusun.
Semua implementasi telah disesuaikan dengan kondisi klien dengan cara mengirimkan pesan
melalui video call. Menurut pendapat penulis bahwa melakukan pemberian implementasi
dengan cara video call efektif dalam menyampaikan informasi. Menurut Faizah et al., 2020
mengatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan melalui media elektronik secara daring dapat
memberikan peluang pendidikan unik dan terintegrasi pada teknologi modern dalam pengaturan
perawatan kesehatan yang ditargetkan untuk mengetahui dan meningkatkan pengetahuan, sikap,
perilaku dan kepatuhan pasien tentang penyakit dan perawatannya. Pada metode pendidikan
daring melalui situs web bersama program PSM di Amerika Serikat dan Australia ini,
ditemukan tingkat kompetensi dan nilai TTR setelah mengakses pendidikan tersebut meningkat
hingga lebih dari 88%.
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Nn.S didasarkan pada intervensi yang telah disusun.
Semua implementasi telah disesuaikan dengan kondisi klien dan klien sangat kooperatif saat
sedang berkomunikasi dengan lawan bicara. Menurut pendapat penulis bahwa bila pasien
kooperatif dapat membuat perencanaan tindakan berjalan dengan lancar. Menurut Sunnati et al.,
2019 kooperatif pasien dapat meningkat karena adanya motivasi pada diri pasien itu sendiri
sehingga akan menghasilkan perawatan yang lebih efektif dan efisien.

4.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan yang menentukan apakah
tujuan tercapai atau sampai manakah tujuan tersebut telah dicapai.Penentuan kriteria pencapaian
intervensi sebagai evaluasi disusun berdasarkan (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) SLKI.
Pada evaluasi masalah resiko bunuh diri dibuktikan dengan pasien mengatakan bahwa ketika
menonton film atau tiktok yang sedih, ia sering menangis namun pasien sendiri mengatakan
bahwa semuanya akan baik-baik saja, pasien berterimakasih karena sudah diajarkan teknik
relaksasi otot progresif untuk penendalian moodnya. Masalah teratasi dikarenakan relaksasi otot
progresif yang dilakukan sehingga membuat diri klien tampak tenang. Menurut pendapat peneliti
ini dapat terlaksana karena adanya suportif dari kegiatan ibadah yang dilakukan sehingga dapat
menurunkan rasa ingin bunuh diri. Menurut Pardede, 2017 terapi suportif dengan teknik
bimbingan untuk mengurangi dorongan bunuh diri berdampak positif, karena ada perubahan
perilaku kearah yang lebih baik ditandai dengan depresi dan gangguan mental berkurang, tidak
mudah putus asa, mampu menerima keberadaan dirinya, mampu bersosialisasi, mampu
memperbaiki hubungan dengan keluarga, mampu mengindentifikasi tujuan hidupnya dan
menerima dirinya.

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan yang menentukan apakah
tujuan tercapai atau sampai manakah tujuan tersebut telah dicapai.Penentuan kriteria pencapaian
intervensi sebagai evaluasi disusun berdasarkan (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) SLKI.
Pada evaluasi masalah perilaku kekerasaan dicapai dibuktikan dengan pasien mengatakan sejak
hari sabtu kemarin, pasien sempat badmood namun pasien melakukan relaksasi napas dalam
secara mandiri sehingga merasa lebih tenang dan rileks, pasien berterimakasih dan mengatakan
sangat terbantu dengan apa yang sudah diajarkan oleh perawat dan ia yakin pasti sembuh.
Masalah teratasi karena klien mengungkapkan bahwa dirinya bisa mengatasi emosi yang
dihadapinya dengan melakukan relaksasi napas dalam. Menurut peneliti masalah dapat teratasi
dikarenakan adanya komunikasi terapeutik yang baik antara perawat dan pasiennya sehingga
pasiennya ada rasa percaya diri terhadap orang lain sehingga pasien dengan sendirinya mau
membuka diri tentang perasaan yang di alaminya. Menurut Putri et al., 2018 pengaruh tahapan
strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada pasien resiko perilaku kekerasan hal ini
dikarenakan komunikasi terapeutik dapat meningkatkan interaksi antara perawat dengan pasien.
Dimana perawat bisa menjadi teman pasien untuk berbagai cerita tentang permasalahan yang
dihadapi pasien sehingga secara tidak langsung pasien memiliki ikatan emosional dengan
perawat.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada Nn.S ditemukan data melalui hasil
wawancara klien mengatakan masih sering berfikir jika dirinya lebih baik mati dan orang-orang
akan lebih bahagia jika ia mati, klien mengatakan masih sering melakukan self harm jika merasa
sedih dan tertekan, terakhir melakukan bulan September, klien mengatakan saat sedih dan
tertekan terkadang juga emosi klien meluap hingga membuatnya memarahi orang sekitar,
melempar barang, menangis dan , klien mengataka hingga sekarang masih sering melukai diri
sendiri. Diagnosa keperawatan yang yang cocok pada kasus Nn.S adalah masalah keperawatan
resiko bunuh diri dan perilaku kekerasaan. Intervensi yang digunakan pada masalah resiko
bunuh diri yaitu menjelaskan dan mengajarkan Dialectical Behaviour Therapy (DBT).
Dialectical Behaviour Therapy (DBT) merupakan terapi kognitif perilaku yang dilakukan untuk
mengurangi percobaan bunuh diri, menurunkan perilaku impulsive, tindakan menyakiti diri
sendiri, meningkatkan fungsi psikolofis secara umum, dan fungsi sisoal pada pasien. Masalah
keperawatan perilaku kekerasaan teknik relaksasi otot progresif untuk mengurangi emosi yang
dirasakan sehingga klien tampak lebih rileks. Implementasi dilakukan selama 3 kali pertemuan
disesuai dengan kondisi klien dan waktu pemberian tindakan. Evaluasi akhir pada asuhan
keperawatan yang diberikan kesemua yaitu masalah teratasi dikarenakan adanya suportif karena
kegiatan ibadah yang dilakukan sehingga mengurangi keinginan bunuh diri serta komunikasi
terapeutik yang dilakukan pada pasien sehingga membangun rasa percaya diri terhadap diri
sendiri sehingga ada niat dalam diri untuk mengembangkan potensi dan talenta yang ada. Pada
pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Melalui pembuatan laporan ini diharapkan mahasiswa dapat mempelajari dan memahami
asuhan keperawatan anak dengan resiko bunuh diri
2. Bagi Institusi Pendidikan
Melalui pembuatan laporan ini diharapkan institusi dapat mengembangkan 2-3 kasus nyata
metode belajar dalam mendidik calon perawat yang profesional.
3. Bagi Klien
Melalui pembuatan laporan ini klien mampu mengetahui dan memahami pengetahuan
tentang resiko bunuh diri
DAFTAR PUSTAKA

Azizah.M.L, Z. I. & A. A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta:


Indomedia Pustaka.

Jannah.R.S. (2010). Tinjauan Penatalksanaan Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Bunuh


Diri. Journal Idea Nursing, 1.

Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Fitria, (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan. Jakarta: Salemba Medika.

Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Gosyen Publising.

Yosep. (2010). Keperawatan jiwa. Bandung: Refia Aditima.

Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha.Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A.
(2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Indomedia
Pustaka.
Faizah, U. R., Sinuraya, R. K., & Putriana, N. A. (2020). Efektivitas Edukasi Daring dalam
Terapi Warfarin terhadap Kepatuhan Pasien. Majalah Farmasetika, 5(5), 233.
https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v5i5.27817
Goldstein, T. R., Fersch-Podrat, R. K., Rivera, M., Axelson, D. A., Merranko, J., Yu, H., Brent,
D. A., & Birmaher, B. (2015). Dialectical Behavior Therapy for Adolescents with Bipolar
Disorder: Results from a Pilot Randomized Trial. Journal of Child and Adolescent
Psychopharmacology, 25(2), 140–149. https://doi.org/10.1089/cap.2013.0145
Keliat, B. A., & Akemat. (2014). MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL JIWA.
Buku Kedokteran EGC.
Latalova, K., Kamaradova, D., & Prasko, J. (2014). Suicide in bipolar disorder: A review.
Psychiatria Danubina, 26(2), 108–114.
Linehan, M. M., Korslund, K. E., Harned, M. S., Gallop, R. J., Lungu, A., Neacsiu, A. D.,
McDavid, J., Comtois, K. A., & Murray-Gregory, A. M. (2015). Dialectical behavior
therapy for high suicide risk in individuals with borderline personality disorder: A
randomized clinical trial and component analysis. JAMA Psychiatry, 72(5), 475–482.
https://doi.org/10.1001/JAMAPSYCHIATRY.2014.3039
McCauley, E., Berk, M. S., Asarnow, J. R., Adrian, M., Cohen, J., Korslund, K., Avina, C.,
Hughes, J., Harned, M., Gallop, R., & Linehan, M. M. (2018). Efficacy of dialectical
behavior therapy for adolescents at high risk for suicide a randomized clinical trial. JAMA
Psychiatry, 75(8), 777–785. https://doi.org/10.1001/jamapsychiatry.2018.1109
Nurhalimah. (2016). Praktikum Keperawatan Jiwa. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pardede, S. (2017). Penerapan terapi suportif dengan teknik bimbingan untuk mengurangi
dorongan bunuh diri pada pasien skizofrenia. TERAPUTIK: Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, 1(1), 89. https://doi.org/10.26539/117
Putri, V. S., N, R. M., & Fitrianti, S. (2018). Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi
Terapeutik Terhadap Resiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 7(2), 138.
https://doi.org/10.36565/jab.v7i2.77
Sunnati, Rezeki, S., Alibasyah, Z. M., Saputri, D., & Syifa. (2019). Journal Of Syiah Kuala
Dentistry. Journal Of Syiah Kuala Dentistry Society, 4(2), 26–31.

Anda mungkin juga menyukai