OLEH:
Maria Serafina Kwure 9102321009
Verysa Maurent 9102321018
Tiffany Aditya Wijono P. 9102321015
Maria Kristina S.L 9102321002
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN
Dokumentasi asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
mata kuliah Keperawatan Jiwa Program Profesi
Pembimbing Akademik
LEMBAR KONSULTASI
NO TANGGAL KEGIATAN TANDA
TANGAN
1
3.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Bunuh diri adalah masalah global. Dalam beberapa tahun terakhir, bunuh diri menjadi
fenomena yang sering muncul dalam pemberitaan media cetak maupun media elektronik. Jumlah
kematian yang diakibatkan oleh bunuh diri semakin meningkat, dalam 45 tahun terakhir angka
kejadian bunuh diri di dunia meningkat hingga 60% (Befrienders Worldwide, 2009). Pada tahun
2007 di Amerika Serikat, bunuh diri terletak pada peringkat ke-7 untuk semua umur (CDC,
2010). Lebih dari 5.000 remaja melakukan bunuh diri setiap tahunnya di Amerika Serikat, yaitu
satu remaja setiap 90 menit (Kaplan, 2010). Data tentang insidensi di Indonesia sendiri belum
jelas sehingga masih banyak dilakukan survei mengenai angka percobaan bunuh diri di
Indonesia.
Ide, isyarat dan usaha bunuh diri sering disertai gangguan depresi. Ide bunuh diri terbesar
terjadi jika gangguan depresi sudah parah. De Catanzaro menemukan bahwa antara 67% hingga
84% pikiran bunuh diri bisa dijelaskan dengan masalah hubungan sosial dan hubungan dengan
lawan jenis, terutama yang berkaitan dengan loneliness dan perasaan membebani keluarga.
Adapun dua motivasi yang paling sering muncul dalam pikiran bunuh diri adalah untuk
melarikan diri dari masalah dalam kehidupan dan untuk membalas dendam pada orang lain
(Maris, et al 2000). Tapi seringkali didapatkan banyak usaha bunuh diri dengan sebab yang
berbeda, sehingga banyak sekali hal yang bisa membuat seseorang ingin melakukan bunuh diri.
Faktor budaya juga berpengaruh terhadap usaha bunuh diri. Seperti hara-kiri di Jepang, di
Denmark bunuh diri merupakan jalan untuk bertemu kembali dengan orang yang mereka cintai,
di Swedia banyak orang melakukan bunuh diri akibat gagal dalam mencapai ambisinya, dan di
India seorang istri yang ditinggal mati oleh suami akan menenggelamkan dirinya di sungai
temoat abu suaminya dibuang (Maris, et al, 2000). Di Indonesia dengan beragam agama dan
budaya, bunuh diri adalah sesuatu hal yang berkonotasi negatif, namun masih banyak orang yang
melakukan bunuh diri seperti contohnya dengan bom bunuh diri. Depresi seringkali disebut
sebagai faktor yang mempunyai korelasi signifikan dengan tingkah laku bunuh diri. Namun tidak
semua orang yang melakukan usaha bunuh diri mengalami depresi dan sebaliknya orang depresi
tidak selalu melakukan usaha bunuh diri.
Depresi dikombinasikan dengan beberapa faktor risiko yang lainnya akan meningkatkan
risiko terjadinya usaha bunuh diri. Freud (1963) mengkaitkan dengan rasa duka setelah
kehilangan seseorang yang dicintai karna kematian, perpisahan atau berkurangnya kasih sayang.
Secara tidak sadar orang tersebut menyimpan perasaan negatif terhadap orang yang dicintai.
Pasien depresi menjadi objek kemarahan dan kebenciannya sendiri. Selain itu, ia tidak suka
diabaikan dan merasa bersalah atas dosa-dosanya yang nyata atau yang dibayangkan terhadap
orang yang meninggalkannya. Selanjutnya, kemarahan terhadap orang yang meninggalkannya
terus-menerus dipendam, berkembang menjadi proses menyalahkan diri sendiri, menyiksa diri
sendiri, dan depresi yang berkelanjutan.
1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Perilaku destruktif diri yang
mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu
menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan dan dengan sengaja dilakukan oleh
seseorang yang tahu akan akibatnya, yang dilakukan dalam waktu singkat. Pada umumnya
tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress. Jadi, bunuh diri adalah
suatu tindakan maladaptive dengan cara mencederai bahkan menghilangkan nyawa sendiri
yang dilakukan secara sadar untuk mengakhiri keputusasaannya. Menurut Durkheim, bunuh
diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
e. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang
2.3 ETIOLOGI
Penyebab bunuh diri menurut Azizah, Zainuri & Akbar, (2016) adalah sebagai beriukut:
Penyebab terjadinya bunuh diri dari masing, masing golongan usia:
1. Pada anak
a. Pelarian dari penganiayayan atau pemerkosaan
b. Situasi keluarga yang kaco
c. Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik
d. Gagal sekolah
e. Takut atau dihina di sekolah
f. Kehilangan orang yang dicintai
g. Dihukum orang lain
2. Pada remaja
a. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
b. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
c. Pelarian dari penganiyayaan fisik atau pemerkosaan
d. Perasaan tidak dimengerti orang lain
e. Kehinlangan orang yang dicintai
f. Keadaan fisik
g. Masalah dengan orang tua
h. Masalah seksual
3. Pada dewasa
a. Self ideal terlalu tinggi
b. Cemas akan tugas akademik yang banyak
c. Kegagalan akademik
d. Kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua
e. Kompetisi untuk sukses
4. Pada usia lanjut
a. Perubahan status dari aman diri ke ketergantungan
b. Penyakit yang menurunkan kemampuan ke ketergantungan
c. Perasaan tidak berarti di masyarakat
d. Kesepian dan isolasi sosial
e. Kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan)
f. Sumber hidup berkurang
Defisit
Kebutuhan nutrisi
perawatan diri Halusinasi kurang dari
kebutuhan tubuh
Koping keluarga
tidak efektif
Sko Intensitas
r
0 Tidak ada ide bunuh diri yang lalu atau sekarang
1 Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak
mengancam
2 Bunuh diri
3 Memikirkan bunuh diri dengan aktif tidak ada percobaan
bunuh diri
4 Mengancam bunuh diri misalnya: tinggalkan saya sendiri
atau saya bunuh diri
Aktif mencoba bunuh diri
Percobaan bunuh
diri
2 D. 0087 DS: Efek datar Harga diri
. ─ Klien menilai diri rendah
tidak berguna
─ Klien merasa tidak mampu
malu atau mengekspresikan
bersalah perasaan
─ Klien sulit
berkosntrasi perasaan malu
DO: terhadap diri
─ Berbicara pelan sendiri
dan lirih
─ Menolak mengkritik diri
berinterkasi
dengan orang
lain
─ Berjalan
menunduk
─ Lesuh tidak
bergairah
─ Tidak mampu
membuat
keputusan
─ Kontak mata
kurang
3 D0097 DS: keluarga mendapat Penurunan
─ Pasien mengeluh masalah kesehatan koping keluarga
khawatirtentang kronis
respon orang
terdekat pada kurangnya
masalah dukungan timbal
kesehatan balik
─ Orang terdekat
kurang terpapar orang terdekat
informasi tentang menarik diri dari
upaya mengatasi klien
masalah klien
DO:
─ Orang terdekat
menarik diri
dari klien
─ Terbatasnya
komunikasi
orang terdekat
dengan klien
─ Orang terdekat
berperilaku
protektif yang
tidak sesuai
dengan
kemampuan
kemandirian
klien
4 D.0096 DS: Stres Koping tidak
efektif
─ Klien
mengungkapkan Ketidak mampuan
tidak mampu mengubah energi
mengatasi yang adaptif
masalah
DO: Dukungan sosial
─ Tidak mampu yang tidak adekuat
memenuhi
peran yang Ragu/ tidak
diharapkan percaya
(sesuai usia)
─ Menggunakan Tingkat percaya
mekanisme diri yang tidak
koping yang adekuat
tidak sesuai
─ Perilaku tidak
asersif
─ Partisipasi
sosial kurang
5 D0132 Ds: Ancaman terhadap Perilaku
. - Klien mengancam kebutuhan kekerasan
- Klien marah dengan (D.0132)
menggunakan kata- Hal.288
kata kasar Stress
Do:
- Menyerang orang Merasa tidak kuat
lain dan ingin
- Melukai diri sendiri menyerah
atau orang lain
- Perilaku agresif/
amuk Marah pada diri
- Merusak sendiri dan orang
lingkungan lain (agresif/amuk)
- Tangan mengepal
- Mata melotot
- Pandangan tajam Mencederai diri
- Wajah memerah sendiri atau orang
- Postur tubuh kaku lain
Perilaku kekerasan
2.11 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko bunuh diri berhubungan dengan pencederaan diri dibuktikan dengan Klien
mempunyai ide untuk bunuh diri, Klien mengungkapkan ingin mati, Klien
mengukapkan keputusasaan, Cemas, Marah , Mengasingkan diri
2. Harga diri rendah berhubungan dengan tidak mampu mengekspresikan perasaan
dibuktikan dengan Klien menilai diri tidak berguna, Klien merasa malu atau bersalah,
Klien sulit berkosntrasi, Berbicara pelan dan lirih, Menolak berinterkasi dengan orang
lain, Berjalan menunduk, Lesuh tidak bergairah, Tidak mampu membuat keputusan,
Kontak mata kurang
3. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan kurangnya dukungan timbal balik
dibuktikan dengan Pasien mengeluh khawatirtentang respon orang terdekat pada
masalah kesehatan, Orang terdekat kurang terpapar informasi tentang upaya mengatasi
masalah klien, Orang terdekat menarik diri dari klien, Terbatasnya komunikasi orang
terdekat dengan klien, Orang terdekat berperilaku protektif yang tidak sesuai dengan
kemampuan kemandirian klien
4. Koping tidak efektif berhubungan dengan stres dibuktikan dengan Klien
mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah, Tidak mampu memenuhi peran
yang diharapkan (sesuai usia), Menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai,
Perilaku tidak asersif, Partisipasi sosial kurang
5. Perilaku kekerasan berhubungan dengan ADHD dibuktikan dengan Klien mengancam,
Klien marah dengan menggunakan kata-kata kasar, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri atau orang lain, perilaku agresif/ amuk, merusak lingkungan, tangan mengepal,
mata melotot, pandangan tajam, wajah memerah, postur tubuh kaku
NO Tgl Diagnosa keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan Rasional
FORMULIR PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial :Nn. S Tanggal pengkajian : 10 Oktober 2021
Umur :23 th No. Rekam Medik : 123xxxxxx
Informan : pasien
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan: klien dulu pernah mengalami putus
cinta yang menyebabkan dirinya overdosis obat parasetamol
IV. FISIK
1. Tanda Vital TD:110/80 N : 72 S: P:
2. Ukuran TB:160 BB: 60 Turun Naik
3. Keluhan fisik Ya Tidak
Jelaskan : klien tidak mengeluh ada sakit pada badannya
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
23
3. Hubungan social :
a. Orang terdekat: teman
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat: klien mengikuti kegiatan social
yang berhubungan dengan kesehatan mental
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: tidak ada
4. Spiritual :
a. Nilai dan keyakinan : menurut klien gangguan jiwa adalah karena diri kita sendiri yang
jauh dari sang pencipta
b. Kegiatan ibadah : klien melakukan sholat, puasa secara individu
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu
Memulai pembicaraan
Jelaskan : selama dilakukan wawancara apa yang ditanyakan perawat dapat dijawab
dengan jelas oleh klien
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3. Aktivitas motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasen Tremor Kompulsif
Jelaskan : tidak ditemukan lesu, tegang, atau gelisah
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
4. Alam perasaan
Sedih Ketakutan Putus Asa
Khawatir Gembira berlebihan
Jelaskan : tidak ditemukannya perasaan sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan : sesuai, klien merespon semua pertanyaan perawat dengan jelas dan sesuai
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi
Pendegaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan: tidak ditemukan halusinasi
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
8. Proses pikir
Sirkumstansial
Flight of ideas
Tangensial
Blocking
Kehilangan asosiasi
Pengulangan pembicaraan/persevarasi
Jelaskan: tidak ada masalah dalam proses pikir pasien
Masalah Keperawatan:tidak ada masalah keperawatan
9. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran Magis
Waham
Agama Somatik Kebesarn Curiga
Nihilistic sisip pikir Siar pikir Kontrol Pikir
Jelaskan: pasien tidak ada tanda-tanda waham
Masalah Keperawatan:tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
Binggung Sedasi Stupor
Diesorientasi:
Waktu Tempat Orang
Jelaskan: pasien tidak mengalami disorientasi apapun
Masalah Keperawatan:tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi
Jelaskan: pasien tidak mengalami gangguan daya ingat
Masalah Keperawatan:tidak ada masalah keperawatan
7. Pemeliharaan kesehatan
ya tidak
Perawatan lanjutan
System pendukung
Ya tidak
Mempersiapkan makanan
Menjaga kerapian rumah
Mencuci pakaian
Mengatur keuangan
Ya Tidak
Belanja
Transportasi
Lain-lain
Jelaskan: diperlukan perawatan lebih lanjut karena klien masih melakukan self harm
pada bulan September dengan mengiris tangannya. Klien mengatakan masih sering
berfikir jika dirinya lebih baik mati dan orang-orang akan lebih bahagia jika ia mati
Masalah Keperawatan:Resiko Bunuh Diri
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lamban/ berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya
Do:
-
2 Ds: Stress Perilaku
kekerasan
-Klien mengatakan saat sedih dan (D.0132)
tertekan terkadang juga emosi klien Merasa tidak kuat Hal.288
meluap hingga membuatnya dan ingin menyerah
memarahi orang sekitar, melempar
barang, dan menangis
Marah pada diri
-Klien mengataka hingga sekarang sendiri dan orang
masih sering melukai diri sendiri lain (agresif/amuk)
Mencederai diri
sendiri atau orang
lain
Perilaku kekerasan
4. Implementasi Keperawatan
Tanggal/jam Dx kep Implementasi Keperawatan TTD
06/10/2021 1&2 Melibatkan pendekatan secara langsung dan tidak menghakimi saat
19.40 membahas bunuh diri
R/ perawat berhasil menggali BHSP dan pasien dapat menceritakan tentang
pengalaman bunuh diri dengan baik
06/10/2021 1&2 Mengidentifikasi mood pasien
19.40 R/ pasien mengatakan bahwa sering mengalami mood swing seperti tiba-
tiba merasakan down, teman pasien juga mengatakan bahwa tiba-tiba
pasien tidak membalas pesan dan terlihat seperti dalam kondisi badmood
06/10/2021 1 Mengidentifikasi keinginan dan pikiran rencana bunuh diri
19.40 R/ pasien mengatakan bahwa ketika ada pikiran merasa seperti tidak
berguna untuk hidup atau self-blaiming pasien sering merencanakan untuk
bunuh diri dengan menyayat tangan dengan cutter.
06/10/2021 1 Mengidentifikasi gejala bunuh diri
19.40 R/ pasien mengatakan ketika ada triger atau masalah dan ketika kehilangan
control maka pasien akan menyayat-nyayat tangannya sendiri
06/10/2021 1&2 Memonitor perubahan mood atau perilaku
19.40 R/ pasien mengatakan bahwa ketika moodnya berubah pasien merasa sedih,
menangis bahkan marah-marah juga sampai memukul orang yang
penyebab dari moodnya berubah
06/10/2021 1&2 Merujuk pasien ke psikoterapi dan pelayanan Kesehatan mental
R/ pasien mengatakan bahwa sudah pergi ke psikiater dan sudah
mendapatkan obat untuk mengendalikan emosi, dan obat penenang.
06/10/2021 1 Mendiskusikan rencana yang menghadapi ide bunuh diri: ketik sudah
19.40 merasakan depresi bisa diceritakan ke teman permasalahannya atau sampai
ingin ada rencana untuk bunuh diri bisa menelpon ke orang terdekat atau
kalau misal orang terdekat tidak menjawab bisa menghubungi hotline
layanan pencegahan bunuh diri yaitu LISA Help Line, karena LISA
Helpline menyediakan layanan konsultasi psikologis gratis dan bersedia
24/7
R/ pasien mengatakan ketika menghadapi masalah bercerita ke teman
terdekat, dan memahami anjuran perawat untuk menghubungi LISA
Helpline hotline layanan pencegahan bunuh diri.
Tanggal/jam Dx kep Implementasi Keperawatan TTD
08/10/2021 1 dan 2 mengidentifikasi mood dengan menjelaskan risiko keselamatan diri sendiri
20.20 serta tanda dan gejala yang muncul ketika mood kurang baik seperti, emosi
meningkat, suasana hati jelek dan keinginan untuk mencederai diri dan
orang lain menjadi meningkat.
R/ pasien mengatakan ketika mood kurang bagus, pasien segera
menghubungi teman yang ia percaya untuk bercerita sampai merasa lebih
tenang
08/10/2021 1&2 Menyarankan pasien untuk menyampaikan perasaan dengan cara yang tepat
20.20 seperti melakukan sesuatu yang ia senangi seperti berolahraga,
menggambar atau mendengarkan music
R/ pasien mengatakan sering menggambar untuk meluapkan perasaannya
dan kadang juga mendengarkan musik
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan yang menentukan apakah
tujuan tercapai atau sampai manakah tujuan tersebut telah dicapai.Penentuan kriteria pencapaian
intervensi sebagai evaluasi disusun berdasarkan (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) SLKI.
Pada evaluasi masalah perilaku kekerasaan dicapai dibuktikan dengan pasien mengatakan sejak
hari sabtu kemarin, pasien sempat badmood namun pasien melakukan relaksasi napas dalam
secara mandiri sehingga merasa lebih tenang dan rileks, pasien berterimakasih dan mengatakan
sangat terbantu dengan apa yang sudah diajarkan oleh perawat dan ia yakin pasti sembuh.
Masalah teratasi karena klien mengungkapkan bahwa dirinya bisa mengatasi emosi yang
dihadapinya dengan melakukan relaksasi napas dalam. Menurut peneliti masalah dapat teratasi
dikarenakan adanya komunikasi terapeutik yang baik antara perawat dan pasiennya sehingga
pasiennya ada rasa percaya diri terhadap orang lain sehingga pasien dengan sendirinya mau
membuka diri tentang perasaan yang di alaminya. Menurut Putri et al., 2018 pengaruh tahapan
strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada pasien resiko perilaku kekerasan hal ini
dikarenakan komunikasi terapeutik dapat meningkatkan interaksi antara perawat dengan pasien.
Dimana perawat bisa menjadi teman pasien untuk berbagai cerita tentang permasalahan yang
dihadapi pasien sehingga secara tidak langsung pasien memiliki ikatan emosional dengan
perawat.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada Nn.S ditemukan data melalui hasil
wawancara klien mengatakan masih sering berfikir jika dirinya lebih baik mati dan orang-orang
akan lebih bahagia jika ia mati, klien mengatakan masih sering melakukan self harm jika merasa
sedih dan tertekan, terakhir melakukan bulan September, klien mengatakan saat sedih dan
tertekan terkadang juga emosi klien meluap hingga membuatnya memarahi orang sekitar,
melempar barang, menangis dan , klien mengataka hingga sekarang masih sering melukai diri
sendiri. Diagnosa keperawatan yang yang cocok pada kasus Nn.S adalah masalah keperawatan
resiko bunuh diri dan perilaku kekerasaan. Intervensi yang digunakan pada masalah resiko
bunuh diri yaitu menjelaskan dan mengajarkan Dialectical Behaviour Therapy (DBT).
Dialectical Behaviour Therapy (DBT) merupakan terapi kognitif perilaku yang dilakukan untuk
mengurangi percobaan bunuh diri, menurunkan perilaku impulsive, tindakan menyakiti diri
sendiri, meningkatkan fungsi psikolofis secara umum, dan fungsi sisoal pada pasien. Masalah
keperawatan perilaku kekerasaan teknik relaksasi otot progresif untuk mengurangi emosi yang
dirasakan sehingga klien tampak lebih rileks. Implementasi dilakukan selama 3 kali pertemuan
disesuai dengan kondisi klien dan waktu pemberian tindakan. Evaluasi akhir pada asuhan
keperawatan yang diberikan kesemua yaitu masalah teratasi dikarenakan adanya suportif karena
kegiatan ibadah yang dilakukan sehingga mengurangi keinginan bunuh diri serta komunikasi
terapeutik yang dilakukan pada pasien sehingga membangun rasa percaya diri terhadap diri
sendiri sehingga ada niat dalam diri untuk mengembangkan potensi dan talenta yang ada. Pada
pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Melalui pembuatan laporan ini diharapkan mahasiswa dapat mempelajari dan memahami
asuhan keperawatan anak dengan resiko bunuh diri
2. Bagi Institusi Pendidikan
Melalui pembuatan laporan ini diharapkan institusi dapat mengembangkan 2-3 kasus nyata
metode belajar dalam mendidik calon perawat yang profesional.
3. Bagi Klien
Melalui pembuatan laporan ini klien mampu mengetahui dan memahami pengetahuan
tentang resiko bunuh diri
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan. Jakarta: Salemba Medika.
Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Gosyen Publising.
Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha.Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A.
(2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Indomedia
Pustaka.
Faizah, U. R., Sinuraya, R. K., & Putriana, N. A. (2020). Efektivitas Edukasi Daring dalam
Terapi Warfarin terhadap Kepatuhan Pasien. Majalah Farmasetika, 5(5), 233.
https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v5i5.27817
Goldstein, T. R., Fersch-Podrat, R. K., Rivera, M., Axelson, D. A., Merranko, J., Yu, H., Brent,
D. A., & Birmaher, B. (2015). Dialectical Behavior Therapy for Adolescents with Bipolar
Disorder: Results from a Pilot Randomized Trial. Journal of Child and Adolescent
Psychopharmacology, 25(2), 140–149. https://doi.org/10.1089/cap.2013.0145
Keliat, B. A., & Akemat. (2014). MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL JIWA.
Buku Kedokteran EGC.
Latalova, K., Kamaradova, D., & Prasko, J. (2014). Suicide in bipolar disorder: A review.
Psychiatria Danubina, 26(2), 108–114.
Linehan, M. M., Korslund, K. E., Harned, M. S., Gallop, R. J., Lungu, A., Neacsiu, A. D.,
McDavid, J., Comtois, K. A., & Murray-Gregory, A. M. (2015). Dialectical behavior
therapy for high suicide risk in individuals with borderline personality disorder: A
randomized clinical trial and component analysis. JAMA Psychiatry, 72(5), 475–482.
https://doi.org/10.1001/JAMAPSYCHIATRY.2014.3039
McCauley, E., Berk, M. S., Asarnow, J. R., Adrian, M., Cohen, J., Korslund, K., Avina, C.,
Hughes, J., Harned, M., Gallop, R., & Linehan, M. M. (2018). Efficacy of dialectical
behavior therapy for adolescents at high risk for suicide a randomized clinical trial. JAMA
Psychiatry, 75(8), 777–785. https://doi.org/10.1001/jamapsychiatry.2018.1109
Nurhalimah. (2016). Praktikum Keperawatan Jiwa. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pardede, S. (2017). Penerapan terapi suportif dengan teknik bimbingan untuk mengurangi
dorongan bunuh diri pada pasien skizofrenia. TERAPUTIK: Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, 1(1), 89. https://doi.org/10.26539/117
Putri, V. S., N, R. M., & Fitrianti, S. (2018). Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi
Terapeutik Terhadap Resiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 7(2), 138.
https://doi.org/10.36565/jab.v7i2.77
Sunnati, Rezeki, S., Alibasyah, Z. M., Saputri, D., & Syifa. (2019). Journal Of Syiah Kuala
Dentistry. Journal Of Syiah Kuala Dentistry Society, 4(2), 26–31.