Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


RESIKO BUNUH DIRI

ARDIANSYAH, S.Kep
NPM : 21149011501

Dosen Pemimbing :
Ns. Amalia, S.Kep., M.Kes., M.kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
TA. 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan pendahuluan yang
berjudul laporan pendahuluan Resiko Bunuh Diri ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada stase jiwa. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pengkajian yang bisa dilakukan pada lansia bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terimakasih kepada ibu Ns. Amalia, S.Kep., M.Kes.,
M.Kep pada stase Jiwa yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan stase atau bidang yang
sedang kami jalani ini.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu saya berharap kritik dan saran yang membangun saya demi
kesempurnaan laporan ini.

Sekayu, Mei 2022

Ardiansyah, S.Kep

ii
DAFTAR ISI

Cover..............................................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar isi.........................................................................................................iii

I. Masalah Keperawatan........................................................................... 1

II. Proses Terjadinya Masalah.................................................................. 1


III. Pohon Masalah.................................................................................... 5

IV. Masalah Keperawatan....................................................................... 8

V. Rencana Tindakan Keperawatan........................................................ 11

Daftar Pustaka................................................................................................iv

iii
I. Masalah Keperawatan
Resiko Bunuh DIri
II. Proses Terjadinya Masalah :
A. Pengertian
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yangdapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal
dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah.
Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk
beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang
berarti, perasaa nmarah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart,2006).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhirdari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).Menciderai diri adalah
tindakan agresifyangmerusakdiri sendiri dandapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri
mungkin merupakan keputusanterakhir dari individu untuk memecahkan masalah
yang dihadapi (Captain,2008).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dandapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusanterkahir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.(BudiAnnaKelihat,2000).
Bunuh diri menurut Gail W.Stuart dalam buku “Keperawatan Jiwa” dinyatakan
sebagai suatu aktivitas yang jika tidak dicegah, dimana aktivitas ini dapat mengarah
pada kematian(2007).
Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki4
pengertian,antara lain:
a. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensiona
b. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
c. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
d. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif),
misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup
atau secara sengaja berada di rel kereta api.

B. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart Gw & Laraia (2005), Faktor predisposisi bunuh diri antara
lain,
a. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,

iii
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu, gangguan apektif,
penyalahgunaan zat dan Skizofrenia.
b. Sifat Kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi
c. Lingkungan Psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/ perceraian, kehilangan
yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
penting untuk prilaku destruktif
e. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik
menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destruktif diri

C. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal
melakukan hubungan yang berarti
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress
3. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

D. Tanda dan Gejala


Solomon dalam Maramis (2004) membagi besarnya risiko bunuh diri dengan melihat
adanya tanda-tanda tertentu yaitu :
1. Tanda-tanda risikoberat
a. Keinginan mati yang sungguh-sungguh, pernyataan yang berulang-ulang
bahwa individu inginmati.
b. Adanya depresi dengan gejala rasa bersalah dan berdosa terutama terhadap
orang- orang yang sudah meninggal, rasa putus asa, ingin dihukum berat,
rasa cemas yang hebat, rasa tidak berharga, menurunnya nafsu makan san
sex, serta adanya gangguan tidur yangberat.
c. Adanya psikosa, terutama penderita psikosa impulsive, serta adanya perasaan
curiga, ketakutan dan panik. Keadaan semakin berbahaya jika penderita
mendengar suara yang memerintahkan untuk membunun dirinya.

iii
2. Tanda-tandabahaya
a. Pernah melakukan percobaan bunuhdiri.
b. Penyakit yang menahun, penderita dengan penyakit kronis yang berat dapat
melakukan bunuh diri karena depresi yang disebabkanpenyakitnya.
c. Ketergantungan obat dan alkohol, alkohol dan beberapa obat mempunyai
efek melemahkan kontrol dan mengubah dorongan (impuls) sehingga
memudahkan bunuh diri.
d. Hipokondriasis, keluhan fisik yang konstan dan bermacam-macam tanpa
sebab organis dapat menimbulkan depresi yang berbahaya.
e. Bertambahnya umur, bertambahnya umur tanpa pekerjaan dan kesibukan
yang berarti dapat menambah perasaan bahwa hidupnya tidakberguna
f. Pengasingan diri, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak dapat lagi
menolong dan mengatasi depresi yangberat.
g. Kebangkrutan, individu tanpa uang, pekerjaan, teman atau harapan masa
depan mempunyai gairah hidup yang kurang daripada seseorang yang
mempunyai keluarga dan kedudukan sosial yangtinggi.
h. Catatan bunuh diri, seseorang yang mempunyai riwayat catatan bunuh diri
dianggap sebagai tandabahaya.
i. Kesukaran penyesuaian diri yang kronis, individu dengan riwayat hubungan
antar individu yang tidak memuaskan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk melakukan suicide.

E. Klasifikasi
Perilakubunuhdiriterbagimenjaditigakategori(Stuart, 2006):
1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwaseseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yangingin bunuh diri
mungkinmengungkapkan secara verbal
bahwaiatidakakanberadadisekitarkitalebihlamalagiataumengomunikasikansec
aranonverbal.
2. Upayabunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yangdilakukan
oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidakdicegah.
3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkanatau
diabaikan.Orangyangmelakukan bunuh diri dan yang
tidakbunuhdiriakanterjadijika tidakditemukantepatpada waktunya.

Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh


diri,meliputi:
1. Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari olehfaktor
lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang

iii
untuk bunuhdiri.
2. Bunuh diri altruistik
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3. Bunuhdiriegoistik
Bunuhdiriegoistikadalahtindakanbunuhdiriyangdiakibatkanfaktordalamdirisese
orangsepertiputuscinta atauputusharapan.

F. Rentang Respon

ResponAdaptif ResponMal
-adaptif
Pening Pertumbuhan Perilaku Pencedera
katan Peningkatan menciderai an diri
Diri pengambilan resiko diri tidak
langsung
Bunuh
diri

G. Sumber Koping
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), setiap individu mempunyai beberapa kelebihan
personal, meskipun individu tersebu mengalami gangguan jiwa. Kelebihan-kelebihan
itu antara lain :
a. Aktivitas olahraga dan aktivitas lain diluar rumah
b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekpresif
d. Kesehatan dan perawatan diri
e. Pekerjaa, lokasi atau posisi
f. Bakat tertentu
g. Kecerdasan
h. Imajinasi dan kreativitas
i. Hubungan interpersonal

H. Mekanisme koping
Mekanisme koping menurut Deden (2013) :
Jangka pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan,
politik.

iii
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes
popularitas.
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : penyalahgunaan
obat-obatan.
Jangka Panjang :
1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-
orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat.

III. Pohon Masalah

Resikoperilakukekerasan Akibat

ResikoBunuhDiri CoreProblem

IsolasiSosial
Penyebab

Harga DiriRendah Penyebab

IV. Masalah Keperawatan dan data yang perlu di kaji


No Masalah Keperawatan Data yang perlu di kaji
1 Resiko Bunuh diri Data Mayor
Data Subjektif :
Mengatakan hidupnya tak berguna lagi, ingin mati,
mengatakan pernah mencoba ingin bunuh diri,
mengancam bunuh diri
Data Objektif :
Ekspresi murung, tak bergairah, ada bekas
percobaan bunuh diri
Data Minor
Data Subjektif :
Mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri,
mengatakan lebih baik mati saja, mengatakan
sudah bosan hidup

iii
Data Objektif :
Perubahan kebiasaan hidup, perubahan perangai

V. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Resiko Bunuh Pasien tidak 1. Pindahkan benda Prioritaskan tertinggi
diri melakukan aktivitas yang diberikan pada aktivitas
yang mencederai membahayakan penyelamatan hidup pasien
dirinya
Perilaku pasien harus
2. Observasi dengan diawasi sampai kendali diri
ketat memadai untuk keamanan

Memberikan kenyamanan
3. siapkan pada pasien
lingkungan yang
aman

Pasien dapat 1. Identifikasi Perilaku bunuh diri


mengidentifikasi aspek kekuatan pasien mencerminkan depresi
positif pada dirinya yang mendasar dan terkait
dengan harga diri rendah
serta kemarahan terhadap
diri sendiri
2. Ajak pasien untuk
berperan serta Dijadikan sebagai salah
dalam aktivitas satu cara mengendalikan
yang disukai dan perilaku ingin bunuh diri
dapat
dilakukannya

Pasien akan 1. Bantu pasien Mekanisme koping


mengimplementasikan mengenal maladaptive harus diganti
respons protektif-diri mekanisme koping dengan mekanisme koping
yang adaptif yang tidak adaptif yang sehat untuk mengatasi
stress dan ansietas

2. Identifikasi Untuk menumbuhkan dan


alternatif cara meningkatkan mekanisme
koping koping pasien

Pasien akan 1. Bantu orang Isolasi sosial menyebabkan


mengidentifikasi terdekat untuk harga diri rendah dan
sumber dukungan berkomunikasi depresi, mencetuskan
sosial yang bermanfaat secara konstruktif perilaku destruktif-diri.
dengan pasien
Meningkatkan kepercayaan

iii
2. Tingkatkan diri pasien dan mencegah
hubungan keluarga perilaku destruktif-diri
yang sehat

Pasien akan mampu 1. Libatkan pasien Pemahaman dan peran serta


menjelaskan rencana dan orang terdekat dalam perencanaan
pengobatan dan dalam pelayanan kesehatan
rasionalnya perencanaan meningkatkan kepatuhan
asuhan pemahaman dalam proses
perawatan dan pengobatan

Meningkatkan kepatuhan
dan mendukung proses
2. Jelaskan penyembuhan
karakteristik dari
kebutuhan
pelayanan
kesehatan yang
telah
diidentifikasi,
kebutuhan asuhan
keperawatan,
diagnosis medis,
pengobatan, dan
medikasi yang
direkomendasikan

iii
DAFTARPUSTAKA

Maramis. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press SurabayaKeliat
BudiAnna. 1998. ProsesKeperawatan KesehatanJiwa. EGC.Jakarta.
Stuartdansundeen.1995. BukuSakuKeperawatanJiwa .Edisi3.EGC.Jakarta

iii
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Pada Pasien dengan Risiko Bunuh Diri
KriteriaHasil StrategiPelaksanaan StrategiPelaksanaan
Pasien Keluarga
Setelah di SPI SPI
lakukan
tindakankeperawata Mengidentifikasibenda– Mendiskusikanmasalahyang
n
selama … bendayangdapat dirasakankeluargadalam
X…
Diharapkan pasien Membahayakan pasien Merawat pasien
Tidak terjadi resiko Mengamankanbenda– Menjelaskan pengertian, tanda
bunuh diri Benda yang dapat Dan gejala risiko bunuh diri dan
Membahayakan pasien Jenis perilaku bunuh diri yang
Melakukan kontrak Dialami pasien beserta proses
pelaksanaan Terjadinya
Mengajarkan cara Menjelaskan cara–cara
Mengendalikan dorongan Merawat pasien dengan risiko
bunuh diri bunuh diri
Melatih cara mengendalikan
Dorongan bunuh diri
SPII SPII
Mengidentifikasi aspek Melatih keluarga
Positif pasien Mempraktikkan cara merawat
Mendorong pasien untuk Pasien dengan risiko bunuh diri
Berfikir positif terhadap diri Melatih keluarga cara merawat
Mendorong pasien untuk Pasien dengan risiko bunuh diri
Nmenghargai diri sebagai Langsung kepada pasien itu
individu yang berharga Sendiri
SPIII SPIII
Mengidentifikasi pola koping Membantu keluarga membuat
iii
Yang biasa diterapkan pasien Jadwal aktivitas dirumah
Menilai pola koping yang Termasuk minum obat
Biasa dilakukan (dischargeplanning)
Mengidentifikasi pola Mendiskusikan sumber rujukan
koping yang konstruktif Yang bisa dijangkau oleh
Mendorong pasien memilih Keluarga
Pola koping yang konstruktif
Membimbing pasien
Memasukkan dalam jadwal
Kegiatan harian
SPIV
Membuat rencana masa
Depan yang realistis bersama
Pasien
Mengidentifikasi cara
Mencapai rencanana masa
Depan yang realistis
Memberi dorongan pasien

iii
melakukan kegiatan dalam rangka
meraih masa depan yang realistis

iii

Anda mungkin juga menyukai