DISUSUN OLEH :
Belsi
2030020
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan
Bongar (2009), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
4 Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan
kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
1 Sedih
2 Marah
3 Putus asa
4 Tidak berdaya
1. Faktor Genetik
a. 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu
yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami
gangguan mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.
b. Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.
a. Stroke
d. Kanker
e. HIV / AIDS
b. Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang
berkembang, memandang rendah diri sendiri
Individu cenderung bunuh diri karena identifikasi yang terlalu kuat dengan
suatu kelompok, individu merasa bahwa kelompok tersebut sangat
mengharapkannya. Contohnya yaitu seorang kapten yang menolak untuk
meninggalkan kapalnya yang tenggelam.
Terdapat hubungan yang erat antara suicide dan depresi. Individu yang
mengalami depresi mencoba melakukan bunuh diri untuk menghilangkan
depresinya. Namun banyak orang yang melakukan bunuh diri tidak
memperlihatkan gejala-gejala klinik mengenai depresi. Helbert Hendin dalam
Maramis (2012) mengemukakan psikodinamika bunuh diri yaitu :
1. Kematian sebagai pelepasan pembalasan (Death as retaliatory
abandonment), artinya yaitu suicide merupakan usaha untuk mengurangi
preokupasi tentang rasa takut akan kematian. Individu merasa seakan-akan
dapat mengontrol dan mengetahui bilamana dan bagaimana kematian.
Solomon dalam Maramis (2012) membagi besarnya risiko bunuh diri dengan
melihat adanya tanda-tanda tertentu yaitu :
2. Tanda-tanda bahaya
F. Pengobatan
Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian yang serius.
Pertolongan pertama dilakukan di rumah sakit, dilakukan pengobatan
terhadap luka ataupun keracunan. Bila luka atau keracunan sudah dapat
diatasi maka dilakukan evaluasi psikiatri. Untuk pasien depresi bisa diberikan
terapi elektrokonvulsi, obat-obatan berupa antidepresan dan psikoterapi.
G. Prognosa
1. Pasien : bila pasien dapat menyesuaikan diri dengan baik dan stress yang
menjadi faktor pencetus untuk percobaan bunuh diri cukup besar maka
prognosanya lebih baik.
1. Pengkajian
a. Identitas klien
c. Faktor Predisposisi
d. Fisik
Kaji TTV pasien, TB, keluhan fisik yang mungin terjadi seperti tidak
nafsu makan, merasa lemas,
e. Psikososial
f. Status mental
h. Mekanisme koping
k. Aspek medik
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan resiko bunuh diri
adalah
DS: menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya
hidup.
DO: ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba
bunuhdiri.
DS: menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada
harapan dan tak berguna, malu
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
SP III
1.Mengidentifikasipola
koping yang biasa
diterapkan pasien
2.Menilai pola koping
yang biasa dilakukan
3.Mengidentifikasi pola
koping yang konstruktif
4.Mendorong pasien
memilih pola koping yang
konstruktif
Membimbing pasie
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP IV
1.Membuat rencana masa
depan yang realistis
bersama pasien
2.Mengidentifikasi cara
mencapai rencanana masa
depan yang realistis
3.Memberi dorongan
pasien melakukan kegiatan
dalam rangka meraih masa
depan yang realistis
Keluarga
SP I
1. Mendiskusikan
masalah yang
dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
2. Menjelaskan
pengertian, tanda dan
gejala risiko bunuh
diridan jenis perilaku
bunuh diri yang
dialami pasien beserta
proses terjadinya
3. Menjelaskan cara cara
merawat pasien
dengan risiko bunuh
diri
SP II
1. Melatih keluarga
mempraktikkan cara
merawat pasien
dengan risiko bunuh
diri
2. Melatih keluarga cara
merawat pasien
dengan risiko bunuh
diri langsung kepada
pasien itu sendiri
SP III
1. Membantu keluarga
membuat jadwal
aktivitas dirumah
termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Mendiskusikan
sumber rujukan yang
bisa dijangkau oleh
keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Keliat ,Budi Anna. (2007). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa . Jakarta : EGC.
Maramis. (2012). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University
Press.
Stuart dan sundeen . (2010). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. Jakarta :
EGC.