PENDAHULUAN RESIKO
BUNUH DIRI
Disusun Oleh:
2350321144
B. Faktor Perilaku
1. Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan biasanya dikaitkan dengan program pengobatan
yang dilakukan (pemberian obat). Pasien dengan keinginan bunuh
diri memilih untuk tidak memperhatikan dirinya.
2. Pencederaan diri
Cedera diri adalah sebagai suatu tindakan membahayakan diri
sendiri yang dilakukan dengan sengaja. Pencederaan diri dilakukan
terhadap diri sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan cedera tersebut
cukup parah untuk melukai tubuh.
3. Perilaku bunuh diri
Biasanya dibagi menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
a. Ancaman bunuh diri, yaitu peringatan verbal dan nonverbal
bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri.
Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia
tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin
juga mengomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian
hadiah, merevisi wasiatnya, dan sebagainya.
b. Upaya bunuh diri, yaitu semua tindakan yang diarahkan pada
diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat
mengarahkan pada kematian jika tidak dicegah.
c. Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan
terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan upaya
bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin
akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada
waktunya.
C. Faktor Lain
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pasien destruktif
diri (bunuh diri) adalah sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 1995).
1. Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri.
a. Presipitasi peristiwa kehidupan yang menghina/menyakitkan.
b. Tindakan persiapan/metode yang dibutuhkan, mengatur
rencana, membicarakan tentang bunuh diri, memberikan
barang berharga sebagai hadiah, catatan untuk bunuh diri.
Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih
mematikan.
c. Pemahaman letalitas dari metode yang dipilih.
d. Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui.
2. Petunjuk gejala
a. Keputusasaan.
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal, dan tidak
berharga.
c. Alam perasaan depresi.
d. Agitasi dan gelisah.
e. Insomnia yang menetap.
f. Penurunan berat badan.
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan
sosial.
3. Penyakit psikiatrik
a. Upaya bunuh diri sebelumnya.
b. Kelainan afektif.
c. Alkoholisme dan atau penyalahgunaan obat.
d. Kelainan tindakan dan depresi pada remaja.
e. Demensia dini dan status kekacauan mental pada lansia.
f. Kombinasi dari kondisi di atas
4. Riwayat psikososial
a. Baru berpisah, bercerai, atau kehilangan.
b. Hidup sendiri.
c. Tidak bekerja, perubahan, atau kehilangan pekerjaan yang baru
dialami.
d. Stres kehidupan ganda (pindah, kehilangan, putus hubungan
yang berarti, masalah sekolah, ancaman terhadap krisis
disiplin).
e. Penyakit medis kronis.
f. Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat.
5. Faktor-faktor kepribadian
a. Impulsif, agresif, rasa bermusuhan.
b. Kekakuan kognitif dan negatif.
c. Keputusasaan.
d. Harga diri rendah.
e. Batasan atau gangguan kepribadian antisosial.
6. Riwayat keluarga
a. Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri.
b. Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme,
atau keduanya.
D. Faktor Predisposisi
Mengapa individu terdorong untuk melakukan bunuh diri? Banyak
pendapat tentang penyebab dan atau alasan termasuk hal-hal berikut.
1. Kegagalan atau adaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
2. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang berarti.
3. Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
5. Tangisan minta tolong.
Lima domain faktor risiko menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif diri sepanjang siklus kehidupan, yaitu sebagai berikut.
1. Diagnosis psikiatri
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga
gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk
bunuh diri yaitu gangguan afektif, skizofrenia, dan
penyalahgunaan zat.
2. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya
risiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian,
kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor risiko penting untuk perilaku destruktif.
5. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotonegik, opiatergik, dan
dopaminergik menjadi media proses yang dapat menimbulkan
perilaku merusak diri.
Faktor penyebab tambahan terjadinya bunuh diri antara lain sebagai
berikut (Cook dan Fontaine, 1987).
1. Penyebab bunuh diri pada anak
a. Pelarian dari penganiayaan dan pemerkosaan.
b. Situasi keluarga yang kacau.
c. Perasaan tidak disayangi atau selalu dikritik.
d. Gagal sekolah.
e. Takut atau dihina di sekolah.
f. Kehilangan orang yang dicintai.
g. Dihukum orang lain.
2. Penyebab bunuh diri pada remaja.
a. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna.
b. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal.
c. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan.
d. Perasaan tidak dimengerti orang lain.
e. Kehilangan orang yang dicintai.
f. Keadaan fisik.
g. Masalah dengan orang tua.
h. Masalah seksual.
i. Depresi.
3. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa.
a. Self ideal terlalu tinggi.
b. Cemas akan tugas akademik yang terlalu banyak.
c. Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih
sayang orang tua.
d. Kompetisi untuk sukses.
4. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut.
a. Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan.
b. Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi.
c. Perasaan tidak berarti di masyarakat.
d. Kesepian dan isolasi sosial.
e. Kehilangan ganda, seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan.
f. Sumber hidup bergantung.
E. Faktor Presipitasi
1. Psikososial dan klinik
a. Keputusasaan
b. Ras kulit putih
c. Jenis kelamin laki-laki
d. Usia lebih tua
e. Hidup sendiri
2. Riwayat
a. Pernah mencoba bunuh diri.
b. Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri.
c. Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat.
3. Diagnostis
a. Penyakit medis umum
b. Psikosis
c. Penyalahgunaan zat
F. Sumber Koping
Tingkah laku bunuh diri biasanya berhubungan dengan faktor sosial
dan kultural. Durkheim membuat urutan tentang tingkah laku bunuh
diri. Ada tiga subkategori bunuh diri berdasarkan motivasi seseorang,
yaitu sebagai berikut.
1. Bunuh diri egoistik
Akibat seseorang yang mempunyai hubungan sosial yang buruk.
2. Bunuh diri altruistic
Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan.
3. Bunuh diri anomik
Akibat lingkungan tidak dapat memberikan kenyamanan bagi
individu.
G. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku
pengerusakan diri tak langsung adalah pengingkaran (denial).
Sementara, mekanisme koping yang paling menonjol adalah
rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
H. Rencana Intervensi
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan
Pasien tetap aman dan selamat.
b. Tindakan
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba
bunuh diri, maka anda dapat melakukan tindakan berikut.
1) Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat
dipindahkan ke tempat yang aman.
2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya, misalnya
pisau, silet, gelas, tali pinggang.
3) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum
obatnya, jika pasien mendapatkan obat.
4) Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa Anda
akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan
bunuh diri.
2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
a. Tujuan
Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri.
b. Tindakan
1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien
serta jangan pernah meninggalkan pasien sendirian.
2) Menganjurkan keluarga untuk membantu
perawat menjauhi barang-barang berbahaya di sekitar
pasien.
3) Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk tidak sering
melamun sendiri.
4) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum
obat secara teratur.
3. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga dengan Pasien Isyarat
Bunuh Diri
a. Tujuan
Keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.
b. Tindakan
1) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh
diri.
a) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala
bunuh diri yang pernah muncul pada pasien.
b) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang
umumnya muncul pada pasien berisiko bunuh diri.
2) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari
perilaku bunuh diri.
a) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan
keluarga bila pasien memperlihatkan tanda dan
gejala bunuh diri.
b) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien,
antara lain sebagai berikut.
Memberikan tempat yang aman. Menempatkan
pasien di tempat yang mudah diawasi. Jangan
biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau
meninggalkan pasien sendirian di rumah.
Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan
untuk bunuh diri. Jauhkan pasien dari barang-
barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri,
seperti tali, bahan bakar minyak/bensin, api, pisau
atau benda tajam lainnya, serta zat yang
berbahaya seperti obat nyamuk atau racun
serangga.
Selalu mengadakan dan meningkatkan
pengawasan apabila tanda dan gejala bunuh diri
meningkat. Jangan pernah melonggarkan
pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukkan
tanda dan gejala untuk bunuh diri.
3) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara
tersebut di atas.
a) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat
dilakukan apabila pasien melakukan percobaan
bunuh diri, antara lain sebagai berikut.
Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau
pemuka masyarakat untuk menghentikan upaya
bunuh diri tersebut.
Segera membawa pasien ke rumah sakit atau
puskesmas mendapatkan bantuan medis.
b) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas
kesehatan yang tersedia bagi pasien
Memberikan informasi tentang nomor telepon
darurat tenaga kesehatan.
Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan
pasien berobat/kontrol secara teratur untuk
mengatasi masalah bunuh dirinya.
Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien
minum obat sesuai prinsip lima benar yaitu
benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya,
benar cara penggunakannya, dan benar waktu
penggunaannya
I. Evaluasi