Anda di halaman 1dari 16

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stres

2.1.1 Definisi Stres

Stres adalah suatu tekanan yang menimpa individu yang berasal dari luar

maupun dari dalam tubuh yang diakibatkan oleh suatu hal sehingga menyebabkan

gangguan pada keseimbangan hidup, kemudian menuntut individu melakukan

penyesuaian baik secara psikis maupun fisik (Palang Merah Indonesia, 2015).

Menurut Lumban Gaol (2016) menyebutkan bahwa stres adalah salah satu ciri

di kehidupan jaman sekarang. Sedangkan menurut Priyoto (2014) stres merupakan

reaksi psikis dan fisik pada suatu yang dapat memicu ketegangan serta dapat memicu

ketegangan serta dapat mengganggu keseimbangan kehidupan sehari-hari. Menurut

Ambarwati et al (2019) stres adalah kondisi yang disebabkan oleh suatu tuntutan

fisik, lingkungan dan kondisi social yang tidak terkendali.

Menurut Christina, Middlebrooks & Audage, dalam Izzati (2015) stres akan

muncul jika seseorang merasakan adanya ketidakseimbangan antara kemampuan

antara kemampuan yang dimiliki dengan tuntutan yang harus dijalankan karena

perbedaan kondisi dari sebelumnya dan terlalu berat maka stres akan muncul.

Menurut Widyastuti (2014) stres merupakan ketidakmampuan untuk

menanggulangi ancaman masalah yang dihadapi oleh fisik, emosional, spiritual,

manusia dan mental yang akan memengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut.
2.1.2 Klasifikasi

Terdapat beberapa kelompok stres menurut persepsi setiap individu oleh

stimulus stres yang dijumpai menurut (Shahsavarani et al, 2015). Pengelompokkan

ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

2.1.2.1 Eustres

Stres yang bersifat menggembirakan dan sebuah pengalaman yang

memuaskan. Stres ini dapat menambah kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan

performansi setiap individu. Eustres juga dapat menambah atau meningkatkan

motivasi tiap individu untuk menciptakan sesuatu, contoh yang paling sederhana

adalah karya seni.

2.1.2.2 Distres

Stres yang dapat merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Distres ini

dirasakan sebagai suatu keadaan individu mengalami perasaan cemas, takut, gelisah

dan perasaan khawatir, sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang

negatif, menyakitkan, dan muncul keinginan untuk menghindarinya.

2.1.3 Penyebab Stres

Stres dapat dipicu oleh banyak penyebab yang disebut stressor. Barseli et al.,

(2017) membagi stressor menjadi dua antara lain stressor internal dan stressor

eksternal.

a) Stressor internal, adalah stressor yang berasal dari individu itu sendiri,

misalnya gangguan Kesehatan seperti demam, penyakit infeksi, kelelahan.


Stressor internal lainnya adalah adanya perasaan rendah diri, akibat

frustasi akan kehidupan social karena tidak mendapat sesuatu yang

diharapkan dan konflik. Kondisi gangguan fisik juga dapat menyebabkan

stress pada seseorang seperti cacat, perasaan tidak menarik, dan intelejensi

b) Stressor eksternal, penyebabnya adalah berasal dari luar individu seperti

perubahan peran social, pekerjaan, tuntutan, sikap keluarga yang berbeda

dengan keinginan individu, kehilangan anggota keluarga, hubungan

intrapersonal dan bencana alam. Situasi pandemi Covid-19 juga termasuk

salah satu stressor eksternal yang sedang dihadapi banyak orang karena

berbagai perubahan yang terjadi secara tiba-tiba seperti anjuran untuk

tetap di rumah, pekerjaan yang dikerjakan dari rumah, dan pembelajaran

secara daring (Livana et al., 2020).

Menurut Hasanah et al., (2020) Penyebab stress pada mahasiswa terdiri dari 5

kategori antara lain:

a) Frustasi, merupakan emosi yang terjadi ketika pencapaian seseorang

terhambat, gangguan kegiatan sehari-hari dalam mencapai tujuan,

kurangnya sumber daya yang ada, merasa tidak diterima di lingkungan

social, percintaan, dan kehilangan kesempatan walaupun telah memenuhi

kriteria.

b) Konflik, merupakan pertentangan karena adanya beberapa hal yang

diinginkan dan yang tidak diinginkan, tujuan yang memiliki dampak

positif dan negatif.


c) Perubahan, merupakan perubahan yang terjadi secara mendadak sangat

banyak dan tidak menyenangkan yang berakibat mengganggu kehidupan

seseorang.

d) Pemaksaan diri, Hasrat seseorang untuk bersaing agar mendapat

pengakuan dan disukai oleh orang lain

e) Tekanan, penyebabnya karena adanya berkompetisi, deadline waktu dan

beban kerja yang berlebih serta target yang ingin dicapai

Menurut Musabiq & Karimah, (2018) masalah akademik adalah penyebab

utama stress dikalangan mahasiswa, hal ini disebabkan oleh keinginan untuk

mendapat nilai yang tinggi dan cemas yang berlebihan akan menghindari kegagalan.

Faktor lainnya adalah perubahan gaya hidup beban kuliah yang lebih banyak, porsi

belajar yang sangat banyak bahkan masalah keuangan. Stressor akademik merujuk

pada semua bentuk kegiatan akademis, perguruan tinggi, peristiwa Pendidikan atau

hal yang menyebabkan stress pada mahasiswa. Stress akademik ini seperti system

ujian, jadwal akademik, metode penilaian dan kegiatan siswa yang terkait dengan

acara akademik contoh: materi yang akan dipelajari, kesulitan untuk memahami

materi perkuliahan, waktu yang kurang untuk mengulang pelajaran di rumah,

persaingan dalam proses pembelajaran dan kesulitan untuk menjawab pertanyaan

dosen (Livana et al., 2020).

Beban belajar yang dimiliki oleh mahasiswa fakultas keperawatan sangat

berat selain melakukan kegiatan akademik mereka harus mengikuti observasi dan

praktek klinik di setiap akhir semester, pembuatan laporan, menyelesaikan tugas dari
dosen, dan masih banyak lagi stressor akademik lainnya, mereka harus bisa menjaga

keseimbangan hidupnya menuju pribadi yang dewasa (Fitzgerald & Konrad, 2021).

Adapun stressor dalam hal ini adalah situasi yang monoton kebisingan,

harapan yang tidak sesuai ekspektasi, kontrak yang tidak jelas, merasa tidak dihargai

atau diacuhkan, kehilangan kesempatan, aturan yang sangat membingungkan hingga

deadline tugas kuliah (Ramanda & Darma Sagita, 2020).

Menurut Rusdiana & Nugroho (2020) penyebab stres yang terjadi saat

pembelajaran daring yaitu mahasiswa harus beradaptasi dan membutuhkan waktu

agar terbiasa dengan metode belajar yang baru karena sangat jarang dilakukan.

2.1.4 Tahap Stres

Menurut Hawari (2011) terdapat beberapa stahap stres antara lain :

Tahap I

Tahap ini merupakan tahap ringan dan dapat dilihat dengan ciri berikut :

a. Memiliki semangat yang besar dan berlebihan (over act)

b. Memiliki penglihatan yang tajam tidak selayaknya orang lain

c. Memiliki perasaan dapat menyelesaikan pekerjaan yang lebih banyak dan

tidak sadar cadangan energy dihabiskan yang disertai perasaan berdebar-debar

(gugup)

d. Memiliki perasaan bahagia dan menjadi semakin bersemangat sehingga

menyebabkan cadangan energi di dalam tubuh semakin habis.

Tahap II
Tahap II mempunyai ciri-ciri seperti dibawah ini yaitu :

a. Merasakan lelah pada saat bangun di pagi hari dan sore hari

b. Merasa tidak nyaman pada daerah abdoment

c. Gangguan irama jantung sehingga lebih cepat

d. Tegang pada otot tengkuk leher dan daerah punggung

e. Tidak merasa tenang dan santai (Hawari, 2011)

Tahap III

Dalam tahapan ini ciri yang ditunjukkan adalah sebagai berikut :

a. Gangguan lambung dan usus misalnya gastritis atau diare

b. Emosi tak terkontrol

c. Gangguan pola tidur atau insomnia

d. Gangguan koordinasi tubuh seperti ingin pingsan (Hawari, 2011)

Tahap IV

Dalam tahapan ini ciri yang ditunjukkan adalah sebagai berikut :

a. Kesulitan dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari

b. Bosan dalam bekerja dan merasa sulit bekerja

c. Gangguan pola tidur disertai mimpi buruk

d. Tidak semangat menjalani hidup dan tidak bergairah

e. Konsentrasi dan daya ingat akan menurun

f. Merasa cemas dan takut tanpa sebab (Hawari, 2011)

Tahap V

Dalam tahapan ini ciri yang ditunjukkan adalah sebagai berikut :


a. Kelelahan fisik dan mental semakin parah (physical and psychological

exhaustion)

b. Merasa tidak mampu menyelesaikan pekerjaan dan aktivitas yang ringan dan

sederhana

c. Gangguan sistem pencernaan atau gastro intestinal disorder

d. Mengalami peningkatan perasaan takut dan cemas

e. Mudah bingung dan panik (Hawari, 2011)

Tahap VI

Tahap ini memiliki ciri-ciri berikut:

a. Mengalami kesulitan bernafas

b. Tubuh terasa gemetar, dingin dan keringat dingin

c. Tidak memiliki energi dalam melakukan aktivitas ringan

d. Pingsan atau kolaps (collapse) (Hawari, 2011)

2.1.5 Dampak stres

Menurut Priyoto (2014) ada beberapa dampak stres antara lain :

a. Dampak fisiologis

1) Gangguan sistem tubuh meliputi:

a. Kelainan pada otot (muscle myopathy)

b. Diare dan maag

c. Tekanan darah tinggi

2) Gangguan sistem reproduksi meliputi :

a. Amenorrhea pada wanita


b. Terjadi impoten pada pria sedangkan wanita akan terjadi gagal ovulasi

c. Libido dalam berhubungan suami istri menurun

b. Dampak psikologi

a) Merasa bosan

b) Merasa keteteran atau kewalahan

c) Menurunnya daya saing dan kurang kompeten

c. Dampak perilaku

Dampak perilaku diakibatkan oleh stres yang tinggi dapat menyebabkan

menunurnnya daya ingat dan sulit mengambil keputusan.

2.1.6 Kuesioner Stress

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Perceived Stress Scale-14

(PSS14) untuk mengukur tingkat stress pada mahasiswa keperawatan. Perceived

stress scale 14 adalah alat ukur pengukur tingkat stres dan telah dinyatakan valid dan

reliabel dengan nilai koefisien cronbach alpha sebesar 0,85. PSS merupakan sebuah

instrumen penelitian yang paling banyak digunakan untuk mengukur persepsi

terhadap stres yang dialami oleh individu. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka

semakin tinggi tingkat persepsi terhadap stres individu. Sedangkan semakin rendah

skor yang diperoleh, maka semakin rendah tingkat persepsi terhadap stres individu

(Prasetya et al., 2019).

2.2 Konsep Mahasiswa Keperawatan

2.2.1 Definisi Mahasiswa Keperawatan

Menurut Hartaji (2012) mahasiswa merupakan individu yang sedang

menuntut suatu bidang ilmu atau sedang proses belajar dan terdaftar menjalani
pendidikan pada salah satu perguruan tinggi. Selaras dengan Waridah (2017)

mahasiswa adalah pelajar yang menempuh pendidikan di jenjang perguruan tinggi.

Mahasiswa Keperawatan adalah seorang mahasiswa yang sedang disiapkan untuk

menjadi perawat yang professional di masa depan. Seorang perawat professional

dituntut untuk mempunyai rasa tanggung jawab, karena hal tersebut adalah dasar dari

seorang perawat professional dalam praktik keperawatan dan merupakan hal utama

yang wajib ada dalam diri mahasiswa keperawatan (Black & Hawks. J.H., 2014).

2.2.2 Ciri-ciri Mahasiswa Keperawatan

Menurut (Utami et al., 2016) ciri-ciri mahasiswa keperawatan antara lain :

a. Dapat menguasai IPTEK

Peserta didik dituntut untuk mampu menguasai ilmu keperawatan dan

keterampulan profesional lainnya seperti teknikal, intelektual serta kemampuan

interpersonal.

b. Dapat Menyelesaikan masalah keperawatan secara ilmiah

Peserta didik dituntut mampu menyelesaikan masalah secara ilmiah dengan

mengedepankan proses keperawatan.

c. Sikap, tingkah laku dan kemampuan profesional

Mahasiswa keperawatan harus di didik agar dapat membentuk perilaku, sikap

dan kemampuan profesional dengan tetap memperhatikan kode-kpde etik dalam

keperawatan. Mahasiswa keperawatan diharapkan dapat menjadi perawat profesional

yang sarat dengan model peran (role model).

d. Dapat belajar aktif dan mandiri


Mahasiswa keperawatan di haruskan untuk belajar secara aktif dan mandiri

serta menumbuhkan minat belajar yang terus-menerus (long kife education.

e. Menjadi pendidik bagi masyarakat

Mahasiswa keperawatan di tuntut untuk bisa menjadi pendidik bagi

masyarakat dan mampu memenuhi kebutuhan tersebut sehingga tidak akan

mengalami kesulitan pada saat memberi pendidikan dan pelayanan pada masyarakat.

2.2.3 Tingkat pendidikan mahasiswa keperawatan

Pendidikan tinggi keperawatan dapat diselenggarakan oleh perguruan tinggi

yang memiliki legalitas sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendidikan

yang dimaksud berupa universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik atau akademi

yang menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan guna menunjang pendidikan dan

melakukan berkolaborasi dengan organisasi dan profesi perawat Menurut UU nomor

38 tahun 2014 pasal 9. Pendidikan tinggi keperawatan itu sendiri dalam pasal 5-8

terdiri atas:

1) Pendidikan vokasi, adalah pendidikan diploma dan merupakan pendidikan paling

rendah dalam keperawatan.

2) Pendidikan akademik diantaranya sarjana keperawatan, magister keperawatan, dan

doktor keperawatan.

3) Pendidikan profesi terdiri atas profesi umum dan program keperawatan spesialis

2.3 Konsep Pandemi Covid-19

2.3.1 Definisi Pandemi Covid

Coronairus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh jenis virus yang baru yang ditemukan di dataran Cina. Virus baru ini
merupakan virus baru dan penyakit yang tidak dikenal sebelum terjadi wabah di

Wuhan, Cina, bulan Desember 2019 (World Health Organization, 2020). Virus ini

sendiri baru mulai masuk Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus

dan pada tanggal 31 Maret data yang diperoleh menunjukkan bahwa kasus Covid-19

berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian (Susilo et al., 2020). Menurut Shahid

et al (2020) pandemi Covid-19 merupakan persoalan yang merugikan segala aspek,

salah satunya pada dunia pendidikan yang mengakibatkan menurunnya kualitas

belajar pada peserta didik (Nurmala et al., 2020). Pandemi Covid-19 memaksa

pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mengharuskan para mahasiswa untuk

belajar dirumah secara daring (Kemdikbud, 2020).

2.3.2 Pembelajaran Daring di Perguruan Tinggi pada Masa Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek

kehidupan, khususnya pendidikan. 24 Maret 2020, surat edaran nomor 4 tahun2020

yang dikeluarkan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia

menetapkan bahwa selama pandemi covid-19, proses belajar di semua level

pendidikan, sekolah dasar hingga perguruan tinggi dilaksanakan melalui

pembelajaran daring (Gusty et al., 2020).

Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan tanpa tatap muka,

namun dengan memanfaatkan berbagai macam platform yang dapat diakses dengan

internet sehingga proses belajar mengajar dapat dilakukan dari jarak jauh (Gusty et

al., 2020). Menurut Firman & Rahayu, (2020), platform yang digunakan untuk proses
pembelajaran daring diantaranya: zoom, google meet, google classroom, whatsapp,

email, edmodo, dan lainnya.

Pembelajaran daring mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya

antara lain: sangat memungkinkan untuk melakukan aktivitas pembelajaran dimana

saja, efektif dalam proses belajar mengajar, fleksibel dalam berinteraksi,

meningkatkan keterampilan dalam penggunaan teknologi pembelajaran, dan

meningkatkan kemandirian belajar, kreativitas, serta rasa tanggung jawab (Firman &

Rahayu, 2020). Adapun kekurangan dari pembelajaran daring ini adalah seperti biaya

paket internet yang diperlukam, pembelajaran laboratorium atau praktikum yang

tidak dapat dilakukan, kecepatan jaringan yang berbeda-beda, dan sulitnya

memahami materi (Ulfa & Mikdar, 2020).


Daftar Pustaka

Ambarwati, P. D., Pinilih, S. S., & Astuti, R. T. (2019). Gambaran Tingkat Stres

Mahasiswa. Jurnal Keperawatan Jiwa, 5(1), 40.

https://doi.org/10.26714/jkj.5.1.2017.40-47

Barseli, M., Ifdil, I., & Nikmarijal, N. (2017). Konsep Stres Akademik Siswa. Jurnal

Konseling Dan Pendidikan, 5(3), 143–148. https://doi.org/10.29210/119800

Black, J. M., & Hawks. J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis

untuk Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Salemba Medika.

Christina, Middlebrooks & Audage, dalam Izzati, W., & . N. (2015). Hubungan

Tingkat Stres Dengan Peningkatan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes

Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad Bukittinggi

Tahun 2015. ’Afiyah, 2(2).

Firman, F., & Rahayu, S. (2020). Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19.

Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 2(2), 81–89.

https://doi.org/10.31605/ijes.v2i2.659

Fitzgerald, A., & Konrad, S. (2021). Transition in learning during COVID-19:

Student nurse anxiety, stress, and resource support. Nursing Forum.

https://doi.org/10.1111/nuf.12547

Gusty, S., Nurmiati, N., Muliana, M., Sulaiman, O. K., Ginantra, N. L. W. S. R.,

Manuhutu, M. A., Sudarso, A., Leuwol, N. V., Apriza, A., & Sahabuddin, A. A.

(2020). Belajar Mandiri: Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19.

Yayasan Kita Menulis.


Hartaji, R. D. A. (2012). MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG

BERKULIAH DENGAN JURUSAN PILIHAN ORANG TUA - PDF Download

Gratis. Psikologi, 1–17.

Hasanah, U., Ludiana, I., & PH, L. (2020). Gambaran psikologis mahasiswa dalam

proses pembelajaran selama pandemi COVID-19. Jurnal Keperawatan Jiwa,

8(3), 299–306.

Hawari, D. (2011). Manajemen Stres,Cemas, dan Depresi (Ke-2). Balai Penerbit

FKUI.

Kemdikbud. (2020). GTK Kemdikbud | Kebijakan Kemendikbud di Masa Pandemi.

Livana, Mubin, M. F., & Basthomi, Y. (2020). “Learning Task” Attributable to

Students’ Stress During the Pandemic Covid-19. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa,

3(2), 203–208. https://doi.org/10.32584/JIKJ.V3I2.590

Lumban Gaol, N. T. (2016). Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional.

Buletin Psikologi, 24(1), 1. https://doi.org/10.22146/bpsi.11224

Musabiq, S., & Karimah, I. (2018). Gambaran Stress dan Dampaknya Pada

Mahasiswa. Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi, 20(2), 74.

https://doi.org/10.26486/psikologi.v20i2.240

Nurmala, M. D., Wibowo, T. U. S. H., & Rachmayani, A. (2020). TINGKAT STRES

MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN ONLINE PADA MASA

PANDEMI COVID-19. Research Gate, 5(2), 13–23.

Palang Merah Indonesia. (2015). Manajemen Stres. In H. Prasetyo (Ed.), Panduan

Manajemen Stres. Markas Pusat Palang Merah Indonesia.

Prasetya, A. B., Purnama, D. S., & Prasetyo, F. W. (2019). Validity and Reliability of
The Perceived Stress Scale with RASCH Model. PSIKOPEDAGOGIA Jurnal

Bimbingan Dan Konseling, 8(2), 48–51.

https://doi.org/10.12928/PSIKOPEDAGOGIA.V8I2.17903

Priyoto. (2014). Konsep Manajemen Stress. Nuha Medika.

Ramanda, P., & Darma Sagita, D. (2020). STRES AKADEMIK MAHASISWA

DALAM MENYUSUN SKRIPSI DIMASA PANDEMI COVID-19. Jurnal

KOPASTA, 7(2), 94–100.

Rusdiana, E., & Nugroho, A. (2020). Respon pada Pembelajaran Daring bagi

Mahasiswa Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia. Integralistik, 31(1), 1–12.

Shahid, Z., Kalayanamitra, R., McClafferty, B., Kepko, D., Ramgobin, D., Patel, R.,

Aggarwal, C. S., Vunnam, R., Sahu, N., Bhatt, D., Jones, K., Golamari, R., &

Jain, R. (2020). COVID-19 and Older Adults: What We Know. Journal of the

American Geriatrics Society, 68(5), 926–929. https://doi.org/10.1111/jgs.16472

Shahsavarani, A. M., Azad, E., Abadi, M., & Kalkhoran, M. H. (2015). Stress: Facts

and Theories through Literature Review. International Journal of Medical

Reviews, 2(2).

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,

Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen, L.

K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F., Jasirwan,

C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan

Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45.

https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415

Ulfa, Z. D., & Mikdar, U. Z. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Perilaku
Belajar, Sosial dan Kesehatan bagi Mahasiswa FKIP Universitas Palangka Raya.

JOSSAE (Journal of Sport Science and Education), 5(2), 124–138.

Utami, N., Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). ETIKA KEPERAWATAN DAN

KEPERAWATAN NASIONAL (A. Suryana (ed.); q, Vol. 1). KEMENTRIAN

KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Waridah, E. (2017). Kamus Besar Bahasa Indonesia (1st ed.). Bmedia.

Widyastuti, P. (2014). Manajemen Stres - Google Buku (D. Yulianti (ed.); 1st ed.,

Vol. 1). Jones and Barlett Publisher, Inc.

World Health Organization. (2020). Coronavirus.

Anda mungkin juga menyukai