Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

Dosen pembimbing : SUSANA NURTANTI, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. OKTAVIANA RAHAYU (210208041)


2. SISKA (210208047)
3. JESUINA MARTINS DA COSTA (210208061)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DUTA BANGSA SURAKARTA
2023/2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................

KATA PENGANTAR ..........................................................................

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................

1.1 LATAR BELAKANG...............................................................

1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................

1.3 TUJUAN....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. .....................................................................................................

B. ......................................................................................................

C. ......................................................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................

1.Kesimpulan ..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri.


Meskipun suincide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang
komprehensif pada depresi. Penyalahgunaan NAPZA, skizofrenia, gangguan
kepribadian (paranoid, borderline, antisocial, suicide tidak bisa disamakan
dengan penyakit mental.
Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim
kesehatan diantaranya adalah :
1. suicidi
merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap dirumah
sakit jiwa
1. faktor-faktor yang berhubungan dengan staf antara lain kurang adekuatnya
pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikais staf yang lemah,
tidak adekuatnya informasi tentang pasien.
2. Pengkajian suicidi seharusnya dilakukan secara kontinue selama dirawat
dirumah sakit baik saat masuk maupun pulang.
3. Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan resikko bunuh diri?
2. Apa saja tanda dan gejala resiko bunuh diri ?
3. Bagaimana intensitas resiko bunuh diri ?
4. Apa saja faktor predisposisi dan presipitasi dari resiko bunuh diri ?
5. Bagaimana penilaian terhadap resiko bunuh diri ?
6. Apa saja sumber koping resiko bunuh diri?
7. Apa saja mekanisme koping resiko bunuh diri ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
1) Untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan gangguan konsep diri :
resiko bunuh diri
2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar asuhan keperawatan
resiko bubuh diri
2) Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi dan evaluasi dari asuhan keperawatan resiko bunuh
diri
3) Mahasiswa mampu melakukan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

BAB II
KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Resiko Bunuh Diri adalah perilaku individu yang melukai diri baik yang
secara langsung dan sengaja untuk mengakhiri hidup (Herdman, 2012).
Resiko Bunuh Diri adalah resiko untuk menciderai diri yang dapat
mengancam kehidupan. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stres yang tinggi dan
berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang
digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan
adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres, perasaan
marah/bermusuhan, bunuh diri merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk
mengakhiri keputusan (Stuart, 2006).
2. TANDA GEJALA RESIKO BUNUH DIRI

Tanda dan gejala pada pasien halusinasi sebagai berikut:


DS :

1. Merasa hidupnya tak berguna lagi


2. Mengungkapkan keinginan untuk mati,
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusan.
4. Merasa bersalah, sedih, marah, putus asa
5. Mengancam bunuh diri

Do :

1. Implusif ( ditandai ketika seseorang melakukan sesuatu tanpa memikirkan


akibatnya dan dilakukan secara berulang - ulang ).
2. Ekspresi murung
3. Banyak diam
4. Ada bekas percobaan diri
5. Tak bergairah
3. INTENSITAS RESIKO BUNUH DIRI

0 Tidak ada ide untuk melakukan bunuh diri di masa lampau atau sekarang
1 Ada ide bunuh diri; tetapi tidak ada upaya bunuh diri
2 Memikirkan bunuh diri secara aktif atau terus menerus, tetapi tidak ada
percobaan bunuh diri
3 Mengancam bunuh diri, misalnya : “ tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh
diri “
4 Aktif mencoba bunuh diri

 Tahapan – Tahapan Resiko Bunuh Diri


1. Suicidal Ideation : Sebuah metode yang digunakan tanpa melakukan
aksi atau tindakan , bahkan klien pada tahap ini tidak akan
mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
2. Suicidal Intent : pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah
melakukan perencanaan yang kongkrit untuk melakukan bunuh diri.
3. Suicidal Threat : pada tahap ini klien mengekspresikan adanya
keinginan dan hasrat yang dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri
hidupnya.

4. FAKTOR PRESDISPOSISI DAN PRESIPITASI

1. Faktor predisposisi
a. Faktor Biologis

Meliputi faktor genetik dan faktor neurokimia ( Townsend, 2009 ).


Perilaku bunuh diri sangat bersifat femilial ( keturunan ). Riwayat keluarga
tentang perilaku bunuh diri berkaitan dengan usaha bunuh diri dan bunuh
diri sepanjang siklus hidup dan diagnosis psikiatri.

b. Faktor psikologis

Klien resiko bunuh diri mempunyai riwayat agresi dan kekerasan ,


kemarahan, keputusasaan dan rasa bersalah, rasa malu dan terhina, dan
stresor.

1. Kemarahan

Freund dalam Townsend (2009) percaya bahwa bunuh diri


merupakan respons terhadap kebencian diri yang intens yang
dimiliki seorang individu.
2. Keputusasaan

Seorang individu yang putus asa merasa tak berdaya untuk


berubah, tapi dia juga merasa bahwa hidup itu tak mungkin tanpa
perubahan semacam itu.

3. Riwayat agresi dan kekerasan

Penelitian menunjukkan bahwa perilaku kekerasan sering berjalan


beriringan dengan perilaku bunuh diri ( Carroll-Ghosh, dkk. Dalam
Townsend, 2009 ).

4. Rasa malu dan terhina


5. Stresor

Stresor konflik, perpisahan, dan penolakan berkaitan dengan


perilaku bunuh diri pada masa remaja dan masa dewasa muda.

c. Faktor sosial budaya


Durkheim menggambarkan 3 kategori sosial bunuh diri :

1. Bunuh diri egoistik

Respons individu yang merasa terpisah dan terlepas dari arus


utama masyarakat. Integrasi kurang dan individu tidak merasa
menjadi bagian dari kelompok kohesif ( seperti keluarga atau
gereja ).

2. Bunuh diri altruistik

Kebalikan dari bunuh diri egoistik.

3. Bunuh diri anomik

Terjadi sebagai respons terhadap perubahan yang terjadi dalam


kehidupan seseorang ( misal : perceraian, kehilangan pekerjaan ).
d. Faktor presipitasi

 Kehilangan hubungan interpersonal atau gagal nelakukan


hubungan yang berarti
 Kegagalan beradaptasi , sehingga tidak dapat menghadapi stres
 Perasaan marah
 Cara unuk mengakhiri keputusasaan

5. PENILAIAN TERHADAP STESSOR


............
6. SUMBER KOPING
Tingkah laku bunuh diri biasanya berhubungan dengan faktor sosial dan kultural.
Berdasarkan motivasi seseorang terdapat 3 subkategori bunuh diri, yaitu :
 Bunuh diri egoistik
Akibat seseorang yang mempunyai hubungan sosial yang buruk.
 Bunuh diri altruistik
Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan
 Bunuh diri anomik
Akibat lingkungan tidak dapat memberikan kenyamanan bagi individu

7. MEKANISME KOPING
Keterampilan koping yang terlihat adalah sikap berupa kehilangan batas realita,
menarik dan mengisolasikan diri, tidak memanfaatkan sistem pendukung, melihat diri
sebagai orang yang seacara total tidak berdaya. Mekanisme pertahanan ego yang
berhubungan dengan perilaku pengerusakan diri tak langsung adalah pengingkaran
( denial ). Sementara itu mekanisme koping yang paling menonjol adalah
rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.

8. RENTANG RESPON

CONTINEW OF SELF PROTECTIVE

Adaptif Respon mal adaptif respon


BAB III
STRATEGI PERENCANAAN PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
JIWA SETIAP HARI

Hari/tanggal : Kamis 08 September r 2023


Waktu : 08.00-09.00
Pertemuan : ke-1

I. PROSES KEPERAWATAN
a. Kondisi klien :

Dea berusia 17 tahun. Tinggal daerah perbukitan. Ia selalu tampak murung dan sedih.
Setiap orang yang ingin mendekatinya akan selalu dijauhi. Dea sering sekali
mengatakan "segala sesuatu akan lebih baik jika tanpa saya. Saya adalah orang yang
selalu membawa musibah sudah sepantasnya saya pergi jauh dari sini". Kondisi ini
mulai terjadi sejak tujuh hari yang lalu. Sahabatnya Nina jatuh dari tebing yang curam
ketika sedang bermain berdua sehingga sahabatnya Nina meninggal dunia 7 hari yang
lalu. Ibu dan ayahnya sangat cemas melihat kondisi Dea sekarang.

b. Diagnosa Keperawatan: Resiko Bunuh Diri (D.0135)

c. Tujuan Khusus :

Pasien mampu untuk mengendalikan atau mengatur emosi,pikiran,dan perilaku dalam


menghadapi masalah .
Kriteria hasil :
1.verbalisasi ancaman kepada orang lain menurun
2. verbalisasi umpatan menurun
3. perilaku menyerang menurun
4. perilaku melukai diri sendiri dan orang lain menurun
5.perilaku merusak lingkungan sekitar menurun
6. perilaku agresif/amuk menurun
7. suara keras menurun
8. bicara ketus menurun
9. verbalisasi keinginan bunuh diri menurun
10. verbalisasi rencana bunuh diri menurun
11. verbalisasi ancaman bunuh diri menurun
12. perilaku merencanakan bunuh diri menurun

d. Tindakan keperawatan:
1. Pencegahan Bunuh Diri ( I.14538)
Observasi ;
- identifkasi grjala resiko bunuh diri (mis. Gangaua
mood,
halusinasi,delusi,panik,penialangunaan,jat,
kesedihan,ganguan kepribadian)
-identifikasi keinginan dan pikiran rencana bunuh
diri
-monitor linkungan bebas bahaya secara rutin
(mis.barang privadi, pisau cukur,jendela)
-monitor adanya perubahan mood atau perilaku

Terapeutik : - libatkan dalam perencanaan perawatan mandiri


- Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
- Lakukan pendekatan lansung dan tidak
menhakimisaat membahas bunuh diri
- Berikan linkungan dengan dengan pengamanan
ketat dan mudah dipantau
- Tinkatan pengawasan pada kondisi terntentu
- Lakukan intwervensi perlindungan
- Hindari diskusi berulang tentan bunuh diri
sebelumnya,diskusi berorientasi pada masa
sekarang dan masa depan.

Edukasi:
- Anjurkan mendiskusikan perasaan yang dialami
kepada orang lain
- Anjurkan mengunakan sumber pendukung (mis.
Layanan spiritual, penyedia layanan)
- Jelaskan tindakan pencegahan bunuh diri kepada
keluarga atau orang terdekat
- Informasikan sumber daya masyarakat dan program
yang tersedia
- Latih pengecahan resiko bunuh diri(mis. Latihan
asertif, relaksasi otot progresif)

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas,sesuai
indikasi
- Kolaborasi tindakan keselamatan kepada PPA
- Rujuk ke pelayanan kesehatan mental,jika perlu

II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN

A. ORIENTASI
1. Salam terapeotik : ”Selamat pagi, mbak. Perkenalkan, nama saya Lara, panggil
saja lara. Nama mbak siapa? Senang dipanggil apa? Tujuan saya disini adalah
untuk membantu menyelesaikan masalah yang mbak hadapi ya.”
2. Evaluasi (pertemuan sebelumnya): ”Bagaimana perasaan mbak hari ini, apa yang
mbak rasakan?”
3. Kontrak :
"Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang mbak rasakan selama ini,
saya siap mendengarkan sesuatu yang ingin mbak sampaikan. Bagaimana kalau
kita lakukan disini saja? Jam berapa kita akan berbincang-bincang? Bagaimana
kalau jam 08.00-09.00 setelah mbak sarapan "
B. FASE KERJA
Bagaimana perasaan Dea setelah bencana itu terjadi? Apakah dengan bencana
tersebut Dea merasa paling menderita di dunia ini? Apakah Dea kehilangan kepercayaan
diri? Apakah Dea merasa tidak berharga dan lebih rendah dari pada orang lain?
Apakah Dea sering mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi? Apakah Dea berniat
untuk menyakiti diri sendiri seperti ingin bunuh diri atau berharap Dea mati?
Apakah Dea mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya?
(Jika klien telah menyampaikan ide bunuh diri, segera memberikan tindakan untuk
melindungi klien.)
Baiklah tampaknya Dea memerlukan bantuan untuk menghilangkan keinginan untuk
bunuh diri. Saya perlu memeriksa seluruh kamar Yuki untuk memastikan tidak ada
benda-benda yang membahayakan Dea.
Nah, karena Dea tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup Dea, maka saya tidak akan membiarkan Dea sendiri.
Apakah yang akan Dea lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Ya, saya
setuju. Dea harus memaggil perawat yang bertugas di tempat ini untuk membantu Dea.
Saya percaya Dea dapat melakukannya.

C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi
Subyektif
Bagaimana perasaan Dea setelah kita bincang – bincang selama ini ?
Obyektif
Coba ibu sebutkan cara tersebut ?
2. Rencana Tindak lanjut ( RTL untuk perawat dan klien )
Dea, untuk pertemuan selanjutnya kita membicarakan tentang meningkatkan harga
diri pasien isyarat bunuh diri. Jam berapa Dea bersedia bercakap-cakap lagi? mau berapa
lama?
Dea, mau dimana tempatnya?
DOKUMENTASI IMPLEMENTASI SP Halusinasi (Individu)
Tanggal/jam : Kamis, 14 September
2023/10.00 WIB S :
“Senang diajarkan”
Nama Pasien : Nona Dea O:
Data : Klien mampu mengenal isi,
Klien mengatakan mendengar suara- frekuensi, situasi, perasaan saat
suara yang mengatakan klien jelek, halusinasi terjadi.
suara terdengar saat melamun Klien mampu melakukan cara
sendirian, lebih sering terjadi dipagi menghardik halusinasi dengan
hari dan malam hari. bantuan perawat.
Klien mengatakan jengkel dan A :
terganggu dengan suara-suara tadi. Halusinasi pendengaran masih
Klien tampak memalingkan muka kea ada
rah telinga seperti mendengar sesuatu, P :
berbicara sendiri. Latihan menghardik 3x/hari
Dx : gangguan persepsi sensori : (08.00-12.00-17.00) dan jika
Halusinasi pendengaran halusinasi muncul.
T/ :
Mendiskusikan dengan klien isi
halusinasi, frekuensi, situasi,
pencetus, perasaan dan proses
terjadinya halusinasi.
Melatih klien cara menghardik Alin
halusinasi
RTL :
Latih cara kedua mengontrol
halusinasi : minum obat.

Anda mungkin juga menyukai