Disusun Oleh :
Kelompok 2
DAFTAR ISI.......................................................................................
1.3 TUJUAN....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. .....................................................................................................
B. ......................................................................................................
C. ......................................................................................................
1.Kesimpulan ..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan resikko bunuh diri?
2. Apa saja tanda dan gejala resiko bunuh diri ?
3. Bagaimana intensitas resiko bunuh diri ?
4. Apa saja faktor predisposisi dan presipitasi dari resiko bunuh diri ?
5. Bagaimana penilaian terhadap resiko bunuh diri ?
6. Apa saja sumber koping resiko bunuh diri?
7. Apa saja mekanisme koping resiko bunuh diri ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
1) Untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan gangguan konsep diri :
resiko bunuh diri
2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar asuhan keperawatan
resiko bubuh diri
2) Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi dan evaluasi dari asuhan keperawatan resiko bunuh
diri
3) Mahasiswa mampu melakukan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
BAB II
KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Resiko Bunuh Diri adalah perilaku individu yang melukai diri baik yang
secara langsung dan sengaja untuk mengakhiri hidup (Herdman, 2012).
Resiko Bunuh Diri adalah resiko untuk menciderai diri yang dapat
mengancam kehidupan. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stres yang tinggi dan
berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang
digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan
adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres, perasaan
marah/bermusuhan, bunuh diri merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk
mengakhiri keputusan (Stuart, 2006).
2. TANDA GEJALA RESIKO BUNUH DIRI
Do :
0 Tidak ada ide untuk melakukan bunuh diri di masa lampau atau sekarang
1 Ada ide bunuh diri; tetapi tidak ada upaya bunuh diri
2 Memikirkan bunuh diri secara aktif atau terus menerus, tetapi tidak ada
percobaan bunuh diri
3 Mengancam bunuh diri, misalnya : “ tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh
diri “
4 Aktif mencoba bunuh diri
1. Faktor predisposisi
a. Faktor Biologis
b. Faktor psikologis
1. Kemarahan
7. MEKANISME KOPING
Keterampilan koping yang terlihat adalah sikap berupa kehilangan batas realita,
menarik dan mengisolasikan diri, tidak memanfaatkan sistem pendukung, melihat diri
sebagai orang yang seacara total tidak berdaya. Mekanisme pertahanan ego yang
berhubungan dengan perilaku pengerusakan diri tak langsung adalah pengingkaran
( denial ). Sementara itu mekanisme koping yang paling menonjol adalah
rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
8. RENTANG RESPON
I. PROSES KEPERAWATAN
a. Kondisi klien :
Dea berusia 17 tahun. Tinggal daerah perbukitan. Ia selalu tampak murung dan sedih.
Setiap orang yang ingin mendekatinya akan selalu dijauhi. Dea sering sekali
mengatakan "segala sesuatu akan lebih baik jika tanpa saya. Saya adalah orang yang
selalu membawa musibah sudah sepantasnya saya pergi jauh dari sini". Kondisi ini
mulai terjadi sejak tujuh hari yang lalu. Sahabatnya Nina jatuh dari tebing yang curam
ketika sedang bermain berdua sehingga sahabatnya Nina meninggal dunia 7 hari yang
lalu. Ibu dan ayahnya sangat cemas melihat kondisi Dea sekarang.
c. Tujuan Khusus :
d. Tindakan keperawatan:
1. Pencegahan Bunuh Diri ( I.14538)
Observasi ;
- identifkasi grjala resiko bunuh diri (mis. Gangaua
mood,
halusinasi,delusi,panik,penialangunaan,jat,
kesedihan,ganguan kepribadian)
-identifikasi keinginan dan pikiran rencana bunuh
diri
-monitor linkungan bebas bahaya secara rutin
(mis.barang privadi, pisau cukur,jendela)
-monitor adanya perubahan mood atau perilaku
Edukasi:
- Anjurkan mendiskusikan perasaan yang dialami
kepada orang lain
- Anjurkan mengunakan sumber pendukung (mis.
Layanan spiritual, penyedia layanan)
- Jelaskan tindakan pencegahan bunuh diri kepada
keluarga atau orang terdekat
- Informasikan sumber daya masyarakat dan program
yang tersedia
- Latih pengecahan resiko bunuh diri(mis. Latihan
asertif, relaksasi otot progresif)
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas,sesuai
indikasi
- Kolaborasi tindakan keselamatan kepada PPA
- Rujuk ke pelayanan kesehatan mental,jika perlu
A. ORIENTASI
1. Salam terapeotik : ”Selamat pagi, mbak. Perkenalkan, nama saya Lara, panggil
saja lara. Nama mbak siapa? Senang dipanggil apa? Tujuan saya disini adalah
untuk membantu menyelesaikan masalah yang mbak hadapi ya.”
2. Evaluasi (pertemuan sebelumnya): ”Bagaimana perasaan mbak hari ini, apa yang
mbak rasakan?”
3. Kontrak :
"Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang mbak rasakan selama ini,
saya siap mendengarkan sesuatu yang ingin mbak sampaikan. Bagaimana kalau
kita lakukan disini saja? Jam berapa kita akan berbincang-bincang? Bagaimana
kalau jam 08.00-09.00 setelah mbak sarapan "
B. FASE KERJA
Bagaimana perasaan Dea setelah bencana itu terjadi? Apakah dengan bencana
tersebut Dea merasa paling menderita di dunia ini? Apakah Dea kehilangan kepercayaan
diri? Apakah Dea merasa tidak berharga dan lebih rendah dari pada orang lain?
Apakah Dea sering mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi? Apakah Dea berniat
untuk menyakiti diri sendiri seperti ingin bunuh diri atau berharap Dea mati?
Apakah Dea mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya?
(Jika klien telah menyampaikan ide bunuh diri, segera memberikan tindakan untuk
melindungi klien.)
Baiklah tampaknya Dea memerlukan bantuan untuk menghilangkan keinginan untuk
bunuh diri. Saya perlu memeriksa seluruh kamar Yuki untuk memastikan tidak ada
benda-benda yang membahayakan Dea.
Nah, karena Dea tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup Dea, maka saya tidak akan membiarkan Dea sendiri.
Apakah yang akan Dea lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Ya, saya
setuju. Dea harus memaggil perawat yang bertugas di tempat ini untuk membantu Dea.
Saya percaya Dea dapat melakukannya.
C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi
Subyektif
Bagaimana perasaan Dea setelah kita bincang – bincang selama ini ?
Obyektif
Coba ibu sebutkan cara tersebut ?
2. Rencana Tindak lanjut ( RTL untuk perawat dan klien )
Dea, untuk pertemuan selanjutnya kita membicarakan tentang meningkatkan harga
diri pasien isyarat bunuh diri. Jam berapa Dea bersedia bercakap-cakap lagi? mau berapa
lama?
Dea, mau dimana tempatnya?
DOKUMENTASI IMPLEMENTASI SP Halusinasi (Individu)
Tanggal/jam : Kamis, 14 September
2023/10.00 WIB S :
“Senang diajarkan”
Nama Pasien : Nona Dea O:
Data : Klien mampu mengenal isi,
Klien mengatakan mendengar suara- frekuensi, situasi, perasaan saat
suara yang mengatakan klien jelek, halusinasi terjadi.
suara terdengar saat melamun Klien mampu melakukan cara
sendirian, lebih sering terjadi dipagi menghardik halusinasi dengan
hari dan malam hari. bantuan perawat.
Klien mengatakan jengkel dan A :
terganggu dengan suara-suara tadi. Halusinasi pendengaran masih
Klien tampak memalingkan muka kea ada
rah telinga seperti mendengar sesuatu, P :
berbicara sendiri. Latihan menghardik 3x/hari
Dx : gangguan persepsi sensori : (08.00-12.00-17.00) dan jika
Halusinasi pendengaran halusinasi muncul.
T/ :
Mendiskusikan dengan klien isi
halusinasi, frekuensi, situasi,
pencetus, perasaan dan proses
terjadinya halusinasi.
Melatih klien cara menghardik Alin
halusinasi
RTL :
Latih cara kedua mengontrol
halusinasi : minum obat.