Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASKEP KLIEN RESIKO BUNUH DIRI

Disusun oleh:
ERNI PURNAMASARI DEWI (SR20214054)
MUHAMMAD RIZKI (SR20214032)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan pendahuluan tentang “Atresia Ani”. Kemudian dengan
selesainya makalah ini, kami menghaturkan terimakasih kepada Dosen Keperawatan
Anak I yakni ibu Ns. Almumtahanah M.Kep. yang telah membimbing kami dalam
menyusun makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada teman-teman yang
memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca dan dapat bermanfaat bagi pembaca. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 15 November 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah………………………………….………….....2
C. Tujuan Penuisan…………………………………………….……3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian…………………………………………………….…4
B. Etiologi………………………………………………………….5
C. Respon Protektif Diri dan Perilaku Bunuh Diri…………………6
D. Tanda dan Gejala………………………………………………..7
E. Jenis-jenis bunuh diri……………………………………………8

BAB III ASKEP

A. Pengkajia………………………………………………………..9
B. Masalah Keperawatan……….…………………………………10
C. Penatalaksanaan………………………………………………..11
D. Diagnose Keperawatan………………………………………...12
E. Intervensi………………………………………………………13

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………14
B. Saran…………………………………………………………..15

BAB V DAFTAR PUSTAKA……………………………………….16

i
BAB I
PENDAHULUAN

1. .Latar Belakang
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidakdicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuartdan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009.Bunuh diri adalah setiap
aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail w. Stuart,
2007. Dikutip Dez, Delicious, 2009).
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari resiko bunuh diri?

2. Apa etiologi dari resiko bunuh diri?


3. Apa tanda dan gejala dari resiko bunuh diri?

4. Apa jnis –jenis dari bunuh diri?


5. Bagaimana pengkajian pada pasien dengan resiko bunuh diri?
6. Apa masalah keperawatan pada pasien resiko bunuh diri?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien resiko bunuh diri?
8. Apa diagnosa keperawatan pada pasien resiko bunuh diri?
9. Bagaimana intervensi pada pasien resiko bunuh diri?

3. Tujuan Penulisan
1. Tujan UmumMahasiswa mampu mengetahui tentang konsep atauteoritis dari
resiko bunuh diri
2. Tujuan KhususMahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar resiko
bunuh diriMenjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan resiko bunuh diri

i
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti
diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain
dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak
dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap
bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai
sesuatu yang diinginkan. (Stuartdan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009).
Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku
bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan
mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri. (Clinton, 1995, hal. 262).
Bunuh diri dan percobaan bunuh diri atau membahayakan diri sendiri dengan sengaja
(DSH = deliberate self-harm), istilah yang terakhir ini, menjadi topik besar dalam psikiatri.
Di dunia, lebih dari 1000 bunuh diri terjadi tiap hari. Percobaan bunuh diri10 kali lebih
sering, sekarang peracunan diri sendiri bertanggung jawab bagi 15% dari pasien medis yang
masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak.Bunuh
diri cenderung terjadi pada usia diatas 45 tahun, pria, tidak pandang kelas sosial disertai
depresi besar dan telah direncanakan. Percobaan bunuh diri cenderung dilakukan oleh
wanita muda dari kelas sosial bawah, jarang disertai dengan depresi besar dan bersifat
impulsif.
2.Etiologi
Faktor PredisposisiLima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
a. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri
mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.

b. Sifat Kepribadian

Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.

c. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,
penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social
sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu
mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah
tersebut, dan lain-lain.
i
d. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang
dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

e. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadipeningkatan
zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepetiserotinin, adrenalin, dan dopamine.
Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang otakElectro
Encephalo Graph(EEG).

f. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan olehstress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor lain
yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai
orang yang melakukan bunuh diri ataupunpercobaan bunuh diri. Bagi individu yang
emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
g. Perilaku Koping

Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak
faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial
dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi
social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk
melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu
menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan
keagamaan juga dapat mencegahseseorang melakukan tindakan bunuh diri.
h. Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasukdenial, rasionalization,
regression,danmagical thinking.Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.

Adaptif Maladaptif

Peningkatan Berisiko
diri destruktif

i
Destruktif langsung
diri tidak

i
Pencederaan
diri

i
Bunuh diri

i
Keterangan:

a. Peningkatan diri: seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri secara
wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahan diri.
b. Beresiko destruktif: seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika

i
dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan
secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung: seseorang telahmengambil sikap yang kurang tepat
terhadap situasi yangmembutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
d. Pencederaan Diri: seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri
akibat hilangnya harapan terhadapsituasi yang ada.
e. Bunuh diri: seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.

Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri
mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi
masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada
diri seseorang.
Rentang Respons, YoseP, Iyus (2009)
1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara
wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang
mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenailoyalitas terhadap pimpinan
ditempat kerjanya.
2. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya
dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat
(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang
karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
4.Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.Respon adaptifRespon maladaptifPeningkatan diriBeresiko destruktifDestruktif diri
tidak langsungPencederaan diriBunuh diri

Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009)dibagi
menjadi tiga kategori yang sebagai berikut.
1.Upaya bunuh diri(scucide attempt)yaitu sengaja kegiatan itu sampai tuntas akan
menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar
ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
2.Isyarat bunuh diri(suicide gesture)yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha
mempengaruhiperilaku orang lain.
i
3.Ancaman bunuh diri(suicide threat)yaitu suatu peringatan baik secara langsung verbal atau
nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukkansecara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi atau juga
mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat, dan sebagainya.
Kurangnya respon positif dari orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.

3. Respon Protektif-diri dan Perilaku Bunuh Diri


Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada
kematian. Aktivitas ini dapat diklasifikasikan sebagai langsung atau tidak langsung. Perilaku
destruktif-diri langsung mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah
kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Lama perilaku
berjangka pendek, (Stuart,2006, hal 226).
Perilaku destruktif-diri tak langsung meliputi perilaku berikut:

1.Merokok
2.Mengebut
3.Berjudi

4.Tindakan criminal
5.Penyalahgunaan zat
6.Perilaku yang menyimpang secara social

7.Prilaku yang menimbulkan stress.


8.Ketidakpatuhan pada tindakan medis

Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan diri sebagai respon paling adaptif,
sementara perilaku destruktif-diri, pencederaan diri, dan bunuh diri merupakan respon
maladaptif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri
mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi
masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada
diri seseorang.

4. Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009) :

1. Mempunyai ide untuk bunuh diri


2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan
diri).
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan

i
menyalahgunakan alcohol).
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam
karier).
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14.Pekerjaan.
15. Konflik interpersonal.
16.Latar belakang keluarga.
17. Orientasi seksual.
18. Sumber-sumber personal.
19. Sumber-sumber social.
20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil

5. Jenis–jenis Bunuh Diri


Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Bunuh diri egoistic (factor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi
kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak
berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluargadapat menerangkan mengapa
mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri
dibandingkan mereka yang menikah.
2. Bunuh dirialtruistic(terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri
karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok tersebut
sangat mengharapkannya.
3. Bunuh diri anomik(faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan
masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang
biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak
memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan
terhadap kebutuhan-kebutuhannya.

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien untuk mengakhiri
kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien melakukan bunuh diri, ada tiga
macam perilaku bunuh diri yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh
diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi
jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Pada kondisi iniklien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,
namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak
berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana bunuh
diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.Walaupun dalam kondisi ini
klien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilaksanakan.
i
Kesempatan sedikit saja dapatdimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana
bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diri.
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri dengan
cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari
tempat tinggi

i
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKOBUNUH
DIRI
1. Pengkajian

A.Faktor predisposisi
1) Diagnosis psikiatri
Tn.K dalam kasus tersebut didiagnosis skizofrenia.

2) Sifat kepribadian
Sifat kepribadian pada Tn.K yang meningkatkan resiko bunuh diri adalah
adanya teman khayalan sehingga Tn.K selalu berusaha melindunginya
dengan mengorbankan dirinya sendiri yang bisa membahyakan.

3) Lingkungan psikososial
Tn.K mulai mengalami gangguan adalah ketika dia diserang dan dicoba
dibunuh oleh kakaknya yang baru keluar penjara dimana kakaknya
mengalami dendam terhadapnya.

4) Biologis
Tidak ada keturunan dari Tn.K yang sama memiliki gangguan seperti
dirinya.

5) Psikologis
Perilaku yang ditujukan oleh Tn.K dengan selalu melindungi teman
khayalannya yang merupakan cerminana dirinya tersebut karena dia ingin
teman khayalan tersebut tidak seperti dirinya sekarang. Dia juga merasa
bersalah dengan apa yang terjadi pada kakaknya sehingga dia juga
tertekan. Tn.K akan selalu berusaha melindungi dengan cara yang
membahayakan dirinya tanpa dia sadari tersebut. Karena pada dunia Tn.K,
teman khayalan yang dia lihat itu nyata dan perlu perlindungannya.

6) Sosiokultural:
Hubungan dengan orang disekitarnya, Tn.K memiliki hubungan yang baik
dan Tn.K merupaka tokoh yang diidolakan karena karya bukunya. Akan
tetapi, hubungan Tn.K dengan kakaknya sangat tidak baik. Dan hal
tersebut salah satu yang melatarbelakangi apa yang dialaminya sekarang.

B. Faktor prepitasi
Faktor pencetus dari kasus diatas adalah adanya rasa bersalah terhadap
kakaknya, dan adanya perasaan dendam dari kakaknya yang terus ingin

menyerang Tn.K, sehingga teman khayalan Tn.K muncul sebagai cerminan


dirinya.

C. Respon terhadap stres


1) Kognitif
Kognitif klien sejak mengalami gangguan ini terganggu, yaitu
kemampuan menulisnya sangat menurun dan cenderung hanya
mengulang tulisan yang sudah pernah dia tulis sebelumnya.

i
2) Afektif
Tn.K seringkali merasakan cemas akan serangan dari kakaknya, dan
selain itu bayangan dari masa lalunya terus saja datang membayangi

3) Fisiologis:
Tn.K sering kali merasakan keringat dingin dan susah tidur ketika
bayangan dari masa lalunya sudah mulai ada, dan Tn.K selalu
mencemaskan teman bayangannya.

4) Perilaku
Tn.K sehari-harinya berperilaku seperti orang normal lainnya dalam
menjalani aktivitas hariannya, hanya saja orang sekeliling Tn.K sering
melihat Tn.k mengobrol sendiri seolah ada orang lain didepannya yang
diajak mengobrol. Selain itu, Tn.K sering berperilaku yang
membahayakn seperti menabrakkan mobilnya sendiri dan menjatuhkan
dirinya sendiri seperti orang yang sedang dipukuli

5) Sosial
Hubungan sosial Tn.k dengan sekitar baik, tidak mengalami gangguan

D. Kemampuan Mengatasi Masalah/ Sumber Coping


1) Kemampuan personal:
Tn.K kurang bisa mengendalikan dirinya apabila sudah menyangkut
dengan teman bayangannya, sehingga menurut orang sekitar Tn.K sering
melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.

2) Dukungan social:
Pada awalnya, keluarga dan temannya tidak mengetahui apa yang sedang
dialami Tn.K, akan tetapi ketika mengetahui Tn.K sedang sakit keluarga
dan temannya memberikan dukungan penuh pada Tn.K agar cepat
sembuh.

3) Asset material:
Tn.K merupakan penulis terkenal, sehingga memiliki penghasilan yang
cukup untuk kehidupannya dan keluarganya

4) Keyakinan positif:
Tn.K memiliki keyakinan penuh bahwa dirinya akan sembuh dengan
keyakinan padaNya, selain itu dukungan dari keluarga dan orang sekitar
juga menjadi penyemangat tersendiri baginya

1. Diagnosa Keperawatan
i
Resiko Bunuh Diri
2. Intervensi Keperawatan

i
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Resiko Bunuh setelah Pencegahan
Diri (D.0136) dilakukan Bunuh diri
tindakan Observasi:
keperawatan 1.
3x24 jam Identifikasigej
maka ala risiko
diharapakan bunuh diri
rkontrol diri (mis.gangguan
mneingkat mood,
dengan kriteria halusinasi,
hasil: delusi,panik,
1. verbalisasi penyalahguna
ancaman a
kepada orang zat,kesedihan,
lain menurun gangguan
2. verbalisasi kepribadian)
umpatan 2. Identifikasi
menurun keinginan dan
3. perilaku pikiran
menyerang rencana bunuh
menurun diri
4. perilaku 3. Monitor
merusak lingkungan
lingkungan bebas bahaya
sektar menurun secara rutin
5. perilaku amuk (mis.barang
/ agresif menurun pribadi, pisau
6. bicara ketus cukur, jendela)
menurun 4. Monitor
adanya
perubahn
mood atau
perilaku

Terapeutik:
1. Libatkan
dalam
perencanaan
perawatan
mandiri
2. Libatkan
keluarga
dalam
perencanaan
perawatan
3. Lakukan
pendekatan
lamgsung dan
tidak
menghakimi
saat
membahas
i bunuh diri
4. Berikan
lingkungan
dengan
pengamanan
ketat dan
mudah
dipantau
(mis.tempat
tidur dekat
dengan ruang
perawat)
Tingkatkan
pengawasan
pada kondidi
tertentu
(missal,rapat
staf,
pergantian shif
2. Harga Diri Setelah Dukungan
Rendah dilakukan penampilan
Situasional tindakan peran
(D.0102) keperawatan
3x24 jam Observasi:
maka 1. Identifikasi
diharapkan berbagai peran
terjadi dan periode
peningkatan transisi sesuai
terhadap tingkat
perasaan perkembangan
positif 2. Identifikasi
terhadap diri peran yang
sendriri ada dalam
dengan kriteria keluarga
hasil: 3. Identifikasi
1. Penilaian adanya peran
diri positif yang tidak
menngkat terpenuhi
2. Penerimaan
penilaian Terapeutik:
positif 1. Fasilitasi
terhadap diri adaptasi peran
sendiri keluarga
menungkat terhadap
3. postur perubahan
tubuh peran yang
menampakan tidak
wajah diinginkan
meningkat 2. Fasilitasi
4. perasaan bermain peran
malu dalam
meningkat mengantisipasi
5. perasaan reaksi oran
bersalah lain terhadap
menurun perilaku
i
3. Fasilitasi
diskusi
perubahan
peran anak
terhadap bayi
baru lahir, jika
perlu
4. Fasilitasi
diskusi tentang
peran orang
tua, jika perlu
5. Fasilitasi
diskusi
harapan
adaptasi peran
saat anak
meninggalkan
rumah, jika
perlu
6. Fasilitasi
diskusi
harapan
dengan
keluarga
dalam peran
timbal balik

Edukasi:
1. Diskusikan
perilaku yang
dibutuhkan
untuk
pengembanga
n peran
2. Diskusikan
perubahan
peran yang
diperlukan
akibat
penyakit atau
ketidakmampu
an
3. Diskusikan
perubahan
peran dalam
menerima
ketergantunga
n orang tua
4. Diskusikan
strategi positif
untuk
mengelola
perubahan

i
peran
5. Ajarkan
perilaku baru
yang
dibutuhkan
oleh
pasien/orang
tua untuk
memenuhi
peran

Kolaborasi:
1. Rujuk dalam
kelompok
mempelajari
peran
3. Koping Tidak Setelah Dukungan
Efektif dilakukan pengambilan
(D.0096) keperawatan keputusan
selama 3x24
jam maka Observasi:
diharapkan 1. Identifikasi
koping persepsi
membaik mengenai
dengan kriteria maslah saat
hasil; pembuatan
1. kemampuan keputusan
memenuhi kesehatan
peran
meningkat Terapeutik:
2. verbalisasi 1. Fasilitasi
kemampuan mengklarifikas
mengatasi i nilai dan
masalah harapan yang
meningkat membantu
3. verbalisasi membuat
pengkuan pilihan
masalah 2. Diskusikan
meningkat kelebihan dan
4. verbalisasi kekurangan
kelemahan diri dari setiap
meningkat solusi
5. perilaku 3. Fasilitasi
asertif melihat situasi
meningkat secara realistic
6. verbalisasi 4. Motivasi
menyalahkan mengungkapk
orang lain an tujuan
menurun perawatan
7. verbalisasi yang
rasionalisasi diharapkan
kegagalan 5. Fasilitasi
menurun pengambilan
8. hipersensitif keputusan
i
terhadap kritik secara
menurun kolaboratif
6. Hormati
hak pasien
untuk
menerima atau
menolak
informasi
7. Fasilitasi
menjelaskan
keputusan
kepada orang
lain, jika perlu
8. Fasilitasi
hubungan antara
pasien , keluarga
dan tenaga
kesehtan lainnya

Edukasi:
1. Informasikan
alternatif solusi
secara jelas
2. berrikan
informasi yang
diminta pasien

i
klien
4. Active Listening
a. Bantu klien untuk mendapatkan
dukungan sosial
5) Informasikan
kepada keluarga dan saudara
bahwa klien membutuhkan
dukungan sosial yang
adekuat
6) Dorong klien melakukan
aktivitas sosial
7) Jadilah pendengar yang baik
bagi klien dan bantu klien
untuk mengatasi masalah
5. Afirmasi Positif

6. Berikan reinforcement positif


kepada klien

3.Implementasi
Melakukan apa yang sudah direncakan di intervensi kepada klien
4. Evaluasi
S : Tuliskan apa yang masih dirasakan klien
a. Klien masih sering melihat teman bayangannya setiap waktu yang seolah- olah
selalu meminta bantuannya

O : Klien masih terlihat sering berbicara sendiri seolah ada lawan bicara didepannya.
A : Tanda gejala yang masih ada atau yang sudah hilang

a. klien masih terlihat murung dan melakukan hal yang mengarah pada mencedari
diri dengan alasan melindungi temannya
b. klien masih sering mengobrolsendiri
c. klien masih menaganggap bahwa temannya itu nyata

P : Lanjutkan intervensi no 2, 4, 5, 6

23
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapatmengakhiri
kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara eksprsi orang yang penuh stress dan
berkembang dalam beberapa rentang.
Banyak penyebab/alasan seseorang melakukan bunuh diri diantaranyakegagalan
beradaptasi,perasaan marah dan terisolasi, dan lainnyaBunuh diri biasanya didahului oleh
isyarat bunuh diri,ancaman bunuh diri serta percobaan bunuh diri. Pengkajian orang yang
bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebuttidak membuat rencana yang spesifik dan
apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut
2. Saran
Hendaknya perawat memiliki pengetahuan yang cukup cirri-ciri pasienyang ingin
mengakhiri hidupnya sehingga dapat mengantisipasi terjadinya perilaku bunuh diri pasien.
Hendaknya perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan jiwa.

24
DAFTAR PUSTAKA
Stuartdan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009.

(Gail w. Stuart, 2007. Dikutip Dez, Delicious, 2009).

Cornelius K,dkk. 2002. At a Glance Psikiatri.Jakarta: Penerbit Erlangga


Direja A.H.S.2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha
Medika
Herdman,T.Heather.2015.Nanda Internasional Inc. Diagnosa Keperawatan :
definisi &
Klasifikasi 2015-2017.Edisi:10.Jakarta: EGC
Potter, A. Patricia dan Anne G. Perry. 2010. Fundamental Keperawatan,
Edisi 7 Buku 2.
Singapore: Elsevier.

25

Anda mungkin juga menyukai