DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
Kelas : 3 C
Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa II
Dosen pengampu :
Ns. Rina Herniyanti, M. Kep
Puji sykur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karuniaNya, kami dapat
menyelesaikan makalah sebagai salah salah satu implementasi tugas mata kuliah Keperawatan
Jiwa 2, dengan judul : “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan RBD (Resiko Bunuh Diri)”
Selama melakukan penyelesaian makalah ini banyak mendapatkan bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Ns. Rina
Herniyanti, M.Kep.
Semoga apa yang tertuang dalam makalah ini dapat terlaksana dengan baik nantinya.
Kami sangat mengharapkan saran dan masukannya dari berbagai pihak demi terlaksana nya
kegiatan ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................iii
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan............................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 3
2.1. Defenisi Resiko Bunuh Diri........................................................................... 3
2.2. Pengkajian Resiko Bunuh Diri....................................................................... 3
2.3. Diagnosa ........................................................................................................ 5
2.4. Tindakan Keperawatan .................................................................................. 6
2.5. Evaluasi ......................................................................................................... 6
BAB 3 PEMBAHASAN KASUS......................................................................................8
3.1. Contoh Kasus ............................................................................................... 8
3.2. Asuhan Keperawatan Kasus........................................................................... 10
BAB 4 PENUTUP.............................................................................................................. 13
4.1. Kesimpulan..................................................................................................... 13
4.2. Saran............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Rumusan masalah
Bagaima konsep asuhan keperawatan jiwa resiko bunuh diri ?
diri .
B. Tujuan khusus
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada resiko bunuh diri.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
usaha seseorang untuk mengakhiri hidupnya dengan cara suka rela atau
sengaja. Kata Suicide berasal dari kata latin Sui yang berarti diri (self), dan
kata Caedere yang berarti membunuh (to kill). (Husain, 2005:6) Sedangkan
menurut aliran human behavior, bunuh diri ialah bentuk pelarian parah dari
dunia nyata, atau lari dari situasi yang tidak bisa ditolerir, atau merupakan
bentuk regresi ingin kembali pada keadaan nikmat, nyaman dan tentram.
(Kartono, 2000:143)
dibencinya.
kematian pemrakarsa.
12
3
13
g. Bunuh diri ialah suatu derajat sentral dari keputusan pelaku yang
kematian sendiri.
j. Bunuh diri ialah derajat efektifitas satu perbuatan yang disengaja dan
bunuh diri adalah usaha seseorang untuk menyakiti dirinya sendiri dengan
13
14
a. Bunuh diri egoistik, yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh orang-orang
kesatuan sosialnya,
b. Bunuh diri altruistik, yaitu bunuh diri karena adanya perasaan integrasi
c. Bunuh diri anomi, yaitu tipe bunuh diri yang lebih terfokus pada keadaan
d. Bunuh diri fatalistik, tipe bunuh diri yang demikian tidak banyak dibahas
oleh Durkheim. pada tipe bunuh diri anomi terjadi dalam situasi di mana
diri fatalistik terjadi ketika nilai dan norma yang berlaku di masyarakat
a. Bunuh diri konvensional, adalah produk dari tradisi dan paksaan dari
pada suami yang telah meninggal ataupun Suttee atau membakar diri
sendiri yang dilakukan oleh janda di India tengah pada saat penguburan
14
15
sosial.
b. Bunuh diri personal, bunuh diri ini banyak terjadi pada masa modern,
karena orang merasa lebih bebas dan tidak mau tunduk pada aturan dan
Selain itu juga terdapat bunuh diri yang dilakukan dengan adanya
bantuan dari seorang dokter atau tenaga medis, bunuh diri ini disebut
penyakit yang sulit diobati atau menderita sakit keras. Ada dua tipe
Eutanasia yaitu Eutanasia aktif dan Eutanasia pasif. dan Eutanasia aktif
terjadi apabila kematian disebabkan oleh suatu usaha yang dengan sengaja
yang mematikan dan Eutanasia pasif terjadi ketika seseorang diizinkan mati
15
16
2002:264) Hal ini bermula sekitar awal tahun 1990-an ketika seorang dokter
berusia 54 tahun yang menderita Alzheimer tahap awal, suatu penyakit otak
praktek-praktek dokter yang mencabut kabel dari pasien yang telah mati
tersendiri seperti motif atau harapan yang mendasari. Secara umum metode
a. Gantung diri,
memotong urat nadi, atau menembak dirinya dengan senjata api atau
pistol,
16
17
e. Membakar diri,
f. Menabrakkan diri.
yaitu:
bunuh diri. dalam studi yang digelar pada tahun 1990, ditemukan bahwa
penting dalam percobaan bunuh diri, hal ini dapat dilihat dari berbagai
obatan lainnya iku ambil bagian dalam kasus bunuh diri dengan
17
18
2005:73)
sekitar 20% dari kasus bunuh diri yang dilakukan orang-orang tua.
Para pakar yang akhir-akhir ini meneliti bunuh diri secara biologis
tindakan bunuh diri yang dilakukan salah satu anggota keluarga atau
kerabat bukanlah sebab langsung bagi bunuh diri, namun para anggota
keluarga ini lebih rentan terhadap bunuh diri dari pada yang lain. Hal ini
18
19
membawa dampak positif dan negatif, disengaja dan tidak sengaja, baik
dalam bidang ekonomi, sosial, kejiwaan, politik dan budaya. Semua ini
yang serius.
g. Kondisi keluarga
tidak layak. Biasanya para orangtua yang berada disekitar anak berlaku
ikut berperan bagi perkembangan bahaya bunuh diri. Kehilangan cinta ini
19
20
kehidupan seseorang.
untuk melakukannya. Ketika mereka tahu bahwa orang yang mati bunuh
diri sebelumnya hidup dengan posisi dan keadaan yang sama dengan
yang mereka alami, maka itu bisa mendorong mereka untuk meniru dan
menurut Wade dan tavris (2007:144) motivasi adalah suatu proses dalam
menuju tujuan yang dimiliki, atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak
a. Motivasi interpersonal, dalam kasus bunuh diri terjadi apabila pribadi yang
mengharapkan adanya perubahan tingkah laku pada orang lain. Orang lain
disini biasanya adalah orang yang dekat dengan orang yang melakukan
20
21
interpersonal ini bisa ditemukan pada semua usia akan tetapi paling
banyak pada usia puber/remaja dan usia pertengahan. Perbuatan bunuh diri
diri.
dilupakan orang.
perasaan amat kesepian, merasa tidak diperlukan lagi, tidak bisa bekerja
dengan efektif, badan semakin lemah dan sakit-sakitan dan bahwa dia
sudah pernah hidup dan kini tidak punya apa-apa lagi. Suasana hatinya
21
22
b. Harapan positif dan oleh sikap-sikap persetujuan terhadap legitimasi dari bunuh diri,
(D. Stein dkk, 1998) orang yang membunuh dirinya sendiri mungkin berharap
bahwa mereka akan dirindukan atau dikenang setelah kematian mereka, orang yang
d. Upaya untuk melakukan perubahan atas kesalahan yang dilihat pada masa lalu
g. Keinginan untuk bertemu dengan orang yang dicintai yang telah meninggal
h. Keinginan atau kebutuhan untuk melarikan diri dari stress, kehancuran, rasa sakit,
atau kekosongan emosional. Secara umum bunuh diri merupaka upaya individu
untuk menyelesaikan masalah, yang dilakukan dalam kondisi stress berat dan
penihilan diri muncul sebagai solusi terbaik (Linehan & Sherin, 1988)
22
.
B. Factor presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.
Kondisi klien seperti kelemahan fisik ,keputus asaan ,ketidakberdayaan ,percaya, diri
yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian juga dengan situasi
lingkup yang rebut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan ,kehilangan orang
yang dicintai,atau merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi social yang provokatif
dan konflik dapat pula memicu kekerasan .
C. Tanda gejala
Menurut Ade Herman Surya Direja 2011 : 158, tanda dan gejala bunuh diri adalah
sebagai berikut :
Mempunyai ide unutk bunuh diri
Mengungkapkan keinginan unuuk mati
Mengungkapkan rasa bersaah dan keputusasaan
Impulsif
Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( menjasi sangat patuh)
Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
Verbal terselubung
( berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan)
Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat, panik)
2
3
2.3. Diagnosa
Resiko bunuh diri b.d masalah sosial
Pohon Masalah
3
4
4
5
2.5. Evaluasi
S : Klien mampu mengontrol keinginan bunuh dirinya
O : Klien tidak perlu meminum obat lagi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
5
6
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1. Contoh Kasus
Nn. Jahrah usia 22 tahun, dirawat di Rumah Sakit jiwa karena Nn. Jahrah pernah m
elakukan percobaan bunuh diri setelah ditinggal calon suaminya menikah dengan per
empuan lain. Keluarga Nn. Jahrah mengatakan pasien sering mengurung diri dikama
r. Saat pengkajian pasien terlihat kecewa dan melamun.
Strategi Pelaksanaan
B. ORIENTASI
Perawat : Assalamualaikum mba, perkenalkan saya adalah perawat Putri yang bert
ugas di Ruang Mawar ini, saya dinas pagi jam 7 sampai jam 2 siang. Nam
a mba siapa ya?
Pasien : Wallaikumsalam sus, saya Jahrah
Perawat : Baik, bagaimana perasaan mba Jahrah hari ini?
Pasien : Saya masih merasa kecewa sus, saya masih ingin bunuh diri
Perawat : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang mba Jahrah rasak
an selama ini ?
Pasien : Boleh mba
Perawat : Dimana dan berapa lama kita bisa bicara mba ?
Pasien : 10 menit saja mba, disini saja
C. KERJA
Perawat : Bagaimana perasaan mba Jahrah setelah apa yang terjadi?
Pasien : Saya benar-benar frustasi sus, kecewa, sedih
Perawat : Apakah mba Jahrah kehilangan kepercayaan diri ? Apakah mba merasa t
ak berharga atau bahkan lebih rendah dari orang lain ?
Pasien : Iya sus, saya merasa tidak percaya diri setelah calon suami saya pergi be
gitu saja meninggalkan saya dan pergi bersama wanita lain. Saya merasa ti
dak berharga lagi bagi dia
Perawat : apakah mba merasa bersalah ?
Pasien : iya sus, saya merasa mungkin saya kurang cantik
Perawat : apakah mba sering mengalami sulit konsentrasi ?
Pasien : semenjak kejadian itu, saya tidak bisa berkonsentrasi sus
Perawat : apakah mba berniat untuk mengakhiri hidup mba atau menyakiti diri mba
sendiri?
Pasien : iya sus, saya ingin mati saja. Saya benar-benar kecewa sus
Perawat : kenapa mba merasa ingin bunuh diri ?
6
7
Pasien : saya sudah terlanjur malu sus sama orang-orang. Saya tidak berani keluar
rumah saya lebih memilih mengurung diri dikamar
Perawat : bagaimana mba memikirkan cara untuk melakukan percobaan bunuh diri ?
Pasien : saya ingin gantung diri saja sus, saya malu sus
Perawat : baik mba, saya perlu memeriksa isi kamar ini untuk memastikan tidak ad
a benda-benda yang membahayakan.
Pasien : periksa saja sus, kalau ada barang-barang yang berbahaya
Perawat : baik ya mba, karena mba jahrah tampaknya masih memiliki keinginan ya
ng kuat untuk bunuh diri, saya tidak akan membiarkan mba jahrah sendiri
Pasien : iya sus
Perawat : Begini ya mba, apabila keinginan itu muncul maka untuk mengatasinya
mba jahrah harus langsung meminta bantuan kepada perawat di ruangan in
i dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk ya mba
Pasien : Baik sus, bagaimana sus?
Perawat :mba bisa mengatakan “ suster,suster, bantu saya, keinginan saya untuk bu
nuh diri mucul lagi”. Begitu ya mba jahrah. Sekarang mba coba praktekka
n apa yang saya bilang tadi
Pasien : Apabila keinginan saya untuk bunuh diri, saya harus langsung meminta b
antuan kepada perawat di ruangan ini atau teman sus.
Perawat : bagaimana caranya mba?
Pasien : “suster,suster, bantu saya, keinginan saya untuk bunuh diri mucul lagi”
Perawat : bagus sekali ya mba jahrah, mba sudah memahami apa yang saya kataka
n. Jadi mba jangan sendirian ya. Katakan pada perawat jika ada keinginan
untuk bunuh diri
Pasien : iya sus, nanti saya berteman supaya tidak sendiri
D. TERMINASI
7
8
Perawat : kalau begitu sebelum kita akhiri, kita berdoa dulu ya mba. Nanti mba
mengikuti apa yang saya ucapkan.
Pasien : Iya sus
Perawat :Ya Allah ya Tuhan kami, berikanlah ketabahan dan kekuatan bagi hamba
Mu ini agar bisa menjalani ujian yang Engkau beri. Semoga
kedepannya menjadi hamba yang lebih baik lagi. Amin. Kalau begitu
saya permisi dulu ya mba, Wassalamualaikum
Pasien : wallaikumsalam
8
9
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri b.d masalah sosial.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnose 1 :Resiko bunuh diri b.d masalah sosial
TUJUAN : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam di harapkan pasien
dapat mengendalikan keinginan bunuh diri
KH :
- Perilaku melukai diri sendiri menurun
- Perilaku merusak lingkungan sekitar Menurun
- Perilaku agresif Menurun
INTERVENSI :
Pencegahan Bunuh Diri
Observasi
4. Monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin (mis. Barang pribadi,pisau
cukur,jendela)
5. Monitor adanya perubahan mood atau perilaku
6. Identifikasi keinginan dan pikiran rencana bunuh diri
Terapeutik
1. Berikan lingkungan dengan pengamanan ketat dan mudah dipantau (mis. Tempat
tidur dekat ruangan perawat)
2. Libatkan keluarga dalam perawatan
3. Lakukan pendekatan langsung dan tidak menghakimi saat membahas bunuh diri
4. Hindari diskusi berulang tentang bunuh diri sebelumnya,diskusi berorientasi pada
masa sekarang dan masa depan
9
10
Edukasi
1. Jelaskan tindakan pencegahan bunuh diri kepada keluarga atau orang terdekat
2. Latih pencegahan resiko bunuh diri
3. Anjurkan mendiskusikan perasaan yang dialami kepada orang lain
4. Implementasi
O:
1. Memonitor lingkungan bebas bahaya secara rutin
2. Mengidentifikasi keinginan dan rencana bunuh diri
T:
1. Memberikan lingkungan dengan pengamanan ketat dan mudah dipantau
2. Melakukan pendekatan langsung dan tidak menghakimi saat membahas bunuh
diri
E:
1. Melatih pencegahan resiko bunuh diri
2. Menganjurkan mendiskusikan perasaan yang dialami kepada orang lain
K:
1. -
5. Evaluasi
S : Klien mampu mengontrol keinginan bunuh dirinya
O : Klien tidak perlu meminum obat lagi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
10
11
4.1. Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).
a. Faktor Genetik.
b. Faktor Biologis lain.
c. Faktor Psikososial & Lingkungan.
4.2. Saran
Dengan adanya akalah ini penulis beharap agar pembaca sebagai mahasiswa dapat
memahami tentang asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa Resiko Bunuh Diri
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, E, (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta,
Trans Info Media.
Jenny, (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan, USU Press.
Refika Aditama.
12