Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN PSIKIATRI

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI (RBD)

Dosen Fasilitator :
DrHanik Endang Nihayati, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun Oleh:
Kelompok 8 Aj2-B25
Ulfa Solfadilla (132225040)
Muamalia M. Nusi (132225042)
Natnusia Chrisnawati. T (132225044)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA, 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
karunia dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Risiko Bunuh Diri (RBD)” dengan baik
meskipun masih jauh dari kata sempurna. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr Hanik Endang Nihayati, S.Kep., Ns., M.Kep. yang telah
membimbing kami dalam menyelesaiakan tugas mata kuliah Keperawatan
Psikiatri.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari
segi materi, sistematika, maupun ilustrasi pembahasannya. Oleh karena itu kritik
dan saran semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan serta pengalaman bagi kami semua, Amiin.

Surabaya, September
2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Risiko Bunuh Diri (RBD)........................................................................3
2.1.1 Definisi Risiko Bunuh Diri (RBD)..................................................3
2.1.2 Penyebab Risiko Bunuh Diri (RBD)................................................3
2.1.3 Gejala Risiko Bunuh Diri (RBD).....................................................4
2.1.4 Penatalaksanaan Risiko Bunuh Diri (RBD).....................................5
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Risiko Bunuh Diri (RBD)....................6
2.2.1 Pengkajian .......................................................................................6
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................8
2.2.3 Intervensi Keperawatan....................................................................8
2.2.4 Implementasi Keperawatan..............................................................9
2.2.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................10
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Pengkajian ................................................................................................12
3.2 Analisa Data..............................................................................................13
3.3 Diagnosa Keperawatan..............................................................................13
3.4 Intervensi Keperawatan.............................................................................13
3.5 Implementasi Keperawatan.......................................................................14
3.6 Evaluasi Keperawatan..............................................................................16

iii
BAB IV
PEMBAHASAN..............................................................................................18
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................20
4.2 Saran..........................................................................................................20
Daftar Pustaka................................................................................................21

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bunuh diri adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan
kematian diri sendiri. Bunuh diri seringkali dilakukan akibat adanya rasa
keputusasaan yang disebabkan oleh gangguan jiwa misalnya depresi,
gangguan bipolar, schizophrenia, ketergantungan alkohol/alkoholisme atau
penyalahgunaan obat.
Di dunia lebih dari 1000 tindakan bunuh diri terjadi tiap hari. Di Inggris
ada lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun. Di Amerika Serikat
dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun dan merupakan penyebab
kematian kesebelas. Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan wanita adalah
tiga berbanding satu. Pada usia remaja, bunuh diri merupakan penyebab
kematian kedua. (Susanto, 2010)
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan
bahwa 1 juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 15-34 tahun,
selain karena faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali lebih sering
melakukan bunuh diri daripada wanita, karena laki-laki lebih sering
menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain dengan
pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan
wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun, namun
sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih
sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang
lain. Berdasarkan fenomena tersebut, kelompok ingin membahas lebih
lanjut mengenai peran perawat dalam menghadapi dan membantu klien
dengan resiko bunuh diri.

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Risiko Bunuh Diri?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami dengan baik dan
menerapkan di lapangan mengenai asuhan keperawatan pada klien
dengan risiko bunuh diri.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi risiko bunuh diri (RBD)
b. Untuk mengetahui penyebab risiko bunuh diri (RBD)
c. Untuk mengetahui gejala risiko bunuh diri (RBD)
d. Untuk mengetahui penatalaksanaan risiko bunuh diri (RBD)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Risiko Bunuh Diri (RBD)


2.1.1 Definisi
Bunuh diri adalah dengan sengaja menimbulkan kematian pada
dirinya sendiri (Kaplan- Sadock, 2010). Bunuh diri adalah usaha
tindakan atau pikiran yang bertujuan untuk mengakhiri hidup yang
dilakukan dengan sengaja, mulai dari pikiran pasif tentang bunuh
diri sampai akhirnya benar-benar melakukan tindakan yang
mematikan. Keparahan tingkat bunuh diri bervariasi, mulai dari ide
bunuh diri, ancaman bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan
melakukan bunuh diri (completed suicide). Ide bunuh diri yaitu
pemikiran untuk membunuh diri sendiri; membuat rencana kapan,
dimana, dan bagaimana bunuh diri akan dilakukan; dan pemikiran
tentang efek bunuh dirinya terhadap orang lain.
Ancaman bunuh diri merupakan ungkapan yang ditujukan
kepada orang lain yang mengindikasikan keinginan untuk melakukan
bunuh diri. Sedangkan percobaan bunuh diri/parasuicide
didefinisikan sebagai semua tindakan melukai diri sendiri dengan
hasil yang tidak fatal dengan tujuan untuk mencari perhatian, dan
keinginan untuk menjadikan bunuh diri sebagai penyebab kematian
yang tercantum pada sertifikat kematian atas dirinya (Rathus dan
Miller, 2002; Pelkonen dan Marttunen, 2003; Orden et al., 2011).
2.1.2 Penyebab
Secara universal penyebab utama dari bunuh diri adalah
ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah. Etiologi
dari bunuh diri meliputi:
a. Faktor Genetik
Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada
keturunannya. Lebih sering terjadi pada kembar monozygot dari
pada kembar dizygot. Disamping itu ada penurunan serotonin
yang dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya

3
resiko bunuh diri. Prevalensi bunuh diri berkisar antara 1,5-3
kali lebih besar terjadi pada individu yang menjadi kerabat
tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan mood
atau depresi yang pernah melakukan upaya bunuh diri.
b. Faktor Biologis
Biasanya berhubungan dengan keadaan-keadaan tertentu seperti
penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya stroke,
gangguan kerusakan kognitif (dimensia), diabetes, penyakit
arteri koronaria, kanker, HIV/AIDS, dan lain- lain.
c. Faktor Psikososial dan Lingkungan
1) Teori psikoanalitik/psikodinamika
Dalam teori Freud, Sigmund Freud dan Karl Menninger
meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari marah
yang diarahkan pada diri sendiri, yaitu bahwa kehilangan
objek berkaitan dengan agresi dan kemarahan, perasaan
negative terhadap diri sendiri dan terakhir depresi
2) Teori perilaku kognitif
Beck menyatakan bahwa adanya pola kognitif negative
yang berkembang, memandang rendah diri sendiri.
d. Stressor Lingkungan
Kehilangan anggota keluarga, penipuan, kuranganya system
dukungan sosial: Teori sosiologi: Emile Durkheim membagi
suicide dalam tiga kategori yaitu: egoistic (orang yang tidak
terintegrasi pada kelompok sosial), altruistic (melakukan suicide
untuk kebaikan orang lain) dan anomic (suicide karena kesulitan
dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan
stressor).
2.1.3 Gejala
Tanda dan gejala pada pasien dengan risiko bunuh diri meliputi:
a. Melakukan ancaman untuk bunuh diri
b. Sudah pernah mencoba bunuh diri sebelumnya
c. Mengalami depresi seperti perasaan putus asa

4
d. Harga diri rendah dan cenderung menyalahkan diri sendiri
e. Terjadi peristiwa kehilangan dalam kehidupannya seperti
kehilagan anggota keluarga, binatang peliharaan ataupun
kekasih akibat kematian, perceraian, diabaikan atau putusnya
suatu hubungan, mendapat tekanan dalam hidup.
f. Kuragnya adanya afeksi dan dukungan emosional dari orang di
sekitarnya.
g. Gangguan tidur, kebersihan diri dan kebiasaan makan
h. Hilagnya minat secara tiba-tiba terhadap aktivitas yang disukai
atau aktivitas yang menjadi rutinitas.
i. Terjadi pola perubahan tingkah laku yang dramatis yaitu
seseorang yang periang tiba-tiba menjadi pemurung dan
penyendiri, menarik diri dari lingkungan sekitar, merasa
disingkirkan oleh orang yang berarti. (Tombokan, 2021)
2.1.4 Penatalaksanaan
Penanganan awal yang dapat diberikan adalah krisis
intervensi yang bertujuan untuk memberikan pengalaman yang baik
antara keluarga dan staf medik gawat darurat, mengatur harapan
realistis tentang follow up treatment, dan mendapatkan komitmen
dari remaja yang bunuh diri serta keluarganya untuk kembali dan
melakukan evaluasi lebih lanjut. Pelaku percobaan bunuh diri harus
dirawat inap jika kondisinya tidak stabil dan perilakunya tidak bisa
diprediksi. Gambaran diagnostik yang bisa digunakan sebagai
indikasi untuk rawat inap adalah depresi mayor dengan gejala
psikotik, siklus cepat perilaku impulsif dan iritabel, psikotik dengan
halusinasi perintah dan penyalahgunaan alkohol dan zat terlarang
(AACAP, 2001).
Penanganan selanjutnya dilakukan menggunakan teknik
psikoterapi yang bertujuan untuk mengurangi perasaan tidak
berdaya, marah, cemas, putus asa, serta untuk mereorientasi
perspektif kognitif dan emosional dari anak/remaja yang melakukan
bunuh diri. Jenis-jenis psikoterapi yang dapat digunakan yaitu terapi

5
perilaku kognitif, psikoterapi interpersonal, dialectical behavioral
therapy (DBT), psikoterapi psikodinamik dan terapi keluarga
(Rathus dan Miller, 2002; Calear et al., 2015).
Psikofarmakologi diberikan berdasarkan gangguan yang
mendasari perilaku bunuh diri. Pelaku bunuh diri yang memiliki
riwayat gangguan bipolar, pertama kali harus diberikan mood
stabilizer sebelum mendapatkan anti depresan, dan lithium
merupakan pengobatan lini pertama. SSRI dipilih sebagai
penatalaksanaan depresi pada anak dan remaja. Obat antidepresan
golongan trisiklik harus dihindari karena efek yang mematikan
(Pfeffer, 2000; Baron et al., 2009).
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Risiko Bunuh Diri
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian Keperawatan merupakan suatu proses pengumpulan
data yang berisikan tentang informasi klien yang dilakukan secara
sistematis untuk menemukan masalah dan kebutuhan keperawatan
klien.
a. Identitas
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku
bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan.
b. Keluhan utama
Keluhan utama biasanya yang menyebabkan pasien harus
dirawat di rumah sakit seperti ketidakmampuan pasien dalam
mengontrol emosinya.
c. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi ini biasanya berkaitan etiologi dari
skizofrenia.
d. Psikososial
1) Genogram
Tidak ada ketarkaitan keluarga dalam
2) Konsep diri

6
Kurangnya atau dangkalnya kontrol emosi pada klien
dapat mempengaruhi pada konsep diri klien.
3) Hubungan sosial
Pada pasien risiko bunuh diri memiliki kecenderungan
berprilaku menarik diri dari orang lain, lebih senang
melamun dan menyendiri, sedikit bicara dan sedikit
makna.
4) Spiritual
Kemauan untuk melakukan aktivitas spiritual sesuai
keyakinan biasanya menurun bahkan hampir tidak
pernah lagi melakukan kegiatan beribadah.
e. Status mental
1) Penampilan diri
Pasien dengan risiko bunuh diri biasanya terlihat lesu,
penampilan tidak terawat, kotor, rambut acak acakan.
Hal tersebut timbul karena menurun nya kemauan klien
untuk melakukan perawatan diri.
2) Pembicaraan
Cenderung akan terjadi pembicaraan satu arah, pasien
akan bersikap apatis dengan lawan bicara.
3) Aktivitas motorik
Pasien cenderung tidak memiliki ambisi atau gairah saat
melakukan aktivitas, lebih sering tampak diam seperti
setangah sadar.
4) Emosi
Pasien cenderung memiliki emosi yang dangkal.
5) Persepsi
Pasien biasaya mengalami halusinasi dan waham.
6) Proses berpikir
Pasien cenderung memiliki proses berfikir flight of idea.

7
f. Kesadaran
1) Memori
Pasien cenderung hanya mengingat satu topik atau
gagasan dan akan terus mengingat dan membicarakan itu
saja.
2) Kemampuan penilaian
Pasien cenderung tidak mampu mengambil keputusan
secara tepat, ini dikarenakan proses berpikir yang tidak
terarah.
g. Kebutuhan sehari-hari
Terjadi penurunan gairah atau ambisi untuk memenuhi
kebutuhan sehari hari seperti, makan, minum, merawat diri,
BAB/BAK.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Risiko Bunuh Diri.
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien dengan risiko bunuh diri :
Tujuan Umum : klien tidak mencederai diri
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Perkenalkan diri dengan klien
2) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak
menyangkal
3) Bicara dengan tegas, jelas dan jujur
4) Bersifat hangat dan bersahabat
5) Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
b. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri.
1) Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat
membahayakan (pisau, silet, gunting, dll)
2) Tempatka klien di ruangan yang tenang dan selalu
terlihat oleh perawat.
3) Awasi klien secara ketat setiap hari.

8
c. Klien dapat mengekspresikan perasaannya.
1) Dengarkan keluhan yang dirasakan
2) Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan
keraguan, ketakutan, dan keputusasaan.
3) Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan
bagaiman harapannya.
4) Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti
penderitaan.
5) Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang
menunjukkan keingina untuk hidup.
2.2.4 Implementasi Keperawatan
a. SP 1 Pasien
1) Mengidentifikasi -benda-benda yang dapat
membahayakan pasien.
2) Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan
pasien.
3) Melakukan kontrak treatment.
4) Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
5) Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
b. SP 2 Pasien
1) Mengidentifikasi aspek positif pasien.
2) Mendorong pasien untuk herfikirpositif terhadap diri.
3) Mendorong pasien untuk menhargaidiri sebagai individu
yang berharga.
c. SP 3 Pasien
1) Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan
pasien.
2) Menilai pola koping yg biasa dilakukan.
3) Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif.
4) Mendorong pasien memilih pola koping yang
konstruktif.

9
5) Menganjurkan pasien menerapkan pola koping
konstruktif dalam kegiatan harian.
d. SP 4 Pasien
1) Membuat rencana masa depan yang realistis bersama
pasien.
2) Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan
yang realistis.
3) Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam
rangka meraih masa depan yang realistis.
e. SP 1 Keluarga
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien.
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala risiko bunuh
diri, dan jenis perilaku bunuh diri yang dialami pasien
beserta proses terjadinya .
3) Menjelaskan cara-cara merawat pasienrisiko bunuh diri
f. SP 2 Keluarga
1) Melatih keluarga mempraktekkan caramerawat pasien dg
risiko bunuh diri.
2) Melatih keluarga melakukan tara merawat langsung
kepada pasien risikobunuh diri.
g. SP 3 Keluarga
1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat(dischargc planning) .
2) Menjelaskan follow lip pasien setelah pulang.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
a. Kemampuan yang diharapkan pada pasien :
1) Menyebutkan cara mengamankan benda-benda
berbahaya.
2) Menyebutkan cara mengendalikan dorongan diri.
3) Menyebutkan aspek positif diri.

10
4) Menyebutkan koping konstruktif untuk mengatasi
masalah.
5) Menyebutkan rencana masa depan.
6) Membuat rencana masa depan.
b. Kemampuan yang diharapkan pada keluarga :
1) Menyebutkan pengertian bunuh diri danproses terjadinya
bunuh diri.
2) Menyebutkan tanda dan gejala resiko bunuh diri.
3) Menyebutkan cara merawat pasien dengan bunuh diri.
4) Membuat jadwal aktivitas dan minum obat klien di
rumah (discharge planning).
5) Memberik an pujian atas kemampuan pasien.

11
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama Lengkap : Nn. R
Usia : 22 tahun
Status : Belum kawin
Alamat : Jl. Kuningan
b. Alasan Masuk
Keluarga membawa klien ke rumah sakit jiwa karena klien mencoba
gantung diri di kamarnya.
c. Faktor Predisposisi
Klien frustasi karena baru ditinggalkan oleh pacarnya, yang sudah
bersama selama 7 tahun, Ada anggota keluarga yang juga mengalami
gagguan jiwa.
d. Faktor Presipitasi
Klien mengatakan hidupnya tidak berguna lagi dan tidak lagi yang
mau bersamanya dan lebih memilih mengakhiri hidupnya.
e. Psikososial
1) Genogram

2) Konsep diri
Klien merasa tidak lagi kelebihan lagi dalam dirinya, klien merasa
tidak berdaya dan tidak berharga.
3) Hubungan sosial
Klien bersikap bermusuhan dan tidak ingin berinterkasi dengan
orang lain, klien juga menutup diri ketika keluarga dan teman
ingin membatu menyelesaikan masalahnya.

12
f. Spiritual
Klien percaya tentang keberadaan tuhannya, tetapi merasa tuhan
sangat jahat atas kondisinya saat ini.
g. Status Mental
1) Penampilan
Penampilan klien lusuh dan tidak terawatt, mata bengkak dan
berkantung, wajah pucat dan pipi tirus.
2) Pembicaraan
Klien bersikap apatis saat ditanyai, afek datar, lambat dengan
suara yang pelan, sensitive dan terkadang terjadi blocking.
3) Aktivitas motorik
Klien lebih banyak murung dan motorik lambat tidak bergairah,
serta banyak tidur dan malas beraktivitas.
4) Memori
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penuruna kognitif.
3.2 Analisa Data
Data Subyektif : klien mengatakan hidupnya tidak berguna lagi, tidak ada
lagi yang mau bersamanya, tidak ada lagi kelebihan dalam dirinya, merasa
tidak berdauya dan tidak berharga, serta klien mengatakan ingin mati saja.
Data Obyektif :
a. Klien tampak, lusuh dan tidak terawat
b. Klien tampak murung dan tidak bergairah.
c. Mata bengkak dan berkantung
d. Wajah pucat dan pipi tirus
3.3 Diagnosa Keperawatan
Risiko Bunuh Diri
3.4 Intervensi Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien dengan risiko bunuh diri :
Tujuan Umum : klien tidak mencederai diri
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Perkenalkan diri dengan klien

13
2) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal
3) Bicara dengan tegas, jelas dan jujur
4) Bersifat hangat dan bersahabat
5) Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
b. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri.
1) Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan
(pisau, silet, gunting, dll)
2) Tempatka klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
3) Awasi klien secara ketat setiap hari.
c. Klien dapat mengekspresikan perasaannya.
1) Dengarkan keluhan yang dirasakan
2) Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan, dan keputusasaan.
3) Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaiman
harapannya.
4) Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan.
5) Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang
menunjukkan keingina untuk hidup.
3.5 Implementasi Keperawatan
a. SP 1 Pasien
1) Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
R: benda yang berisiko mencederai klien seperti gunting, silet dan
pisau dll.
2) Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
R: tidak ada benda tajam yang berisiko mencederai klien di
sekitar klien
3) Melakukan kontrak treatment.
R: klien menyetujui kontrak yang diberikan perawat
4) Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
R: klien memahami dan kooperatif terhadap arahan perawat
5) Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri.

14
R : klien bersedia dan berusaha mengikuti langkah yang telah
diajari perawat
b. SP 2 Pasien
1) Mengidentifikasi aspek positif pasien.
R: klien suka bernyanyi dan menggambar.
2) Mendorong pasien untuk berfikirpositif terhadap diri.
R: klien berusaha berfikir positif sesuai arahan perawat
3) Mendorong pasien untuk menhargaidiri sebagai individu yang
berharga.
R: klien bersedia dan mengidentifikasi harga dirinya
c. SP 3 Pasien
1) Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien.
R : klien sebelumnya memiliki pola koping maladaptif
2) Menilai pola koping yang biasa dilakukan.
R : klien memiliki pola koping destruktif (mengamuk dan
menyakiti diri sendiri)
3) Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif.
R : pola koping konstruktif yang dapat dilakukan klien sesuai
bakat dan kegemaran.
4) Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif.
R : klien bersedia memilih pola koping yang diajurkan perawat.
5) Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian.
R : klien berusaha menjalankan pola konstruftif ( bernyanyi dan
menggambar) dalam kegiatan harian.
d. SP 1 Keluarga
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien.
R: Keluarga merasa kesulitan dengan sikap antipati dan menutup
diri klien.

15
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala risiko bunuh diri, dan
jenis perilaku bunuh diri yang dialami pasien beserta proses
terjadinya .
R: keluarga memahami tanda, gejala, proses, dan jenis risiko
bunuh diri.
3) Menjelaskan cara-cara merawat pasienrisiko bunuh diri
R: Keluarga memahami dan dapat menjelaskan kembali cara-cara
merawat pasien risiko bunuh diri.
e. SP 2 Keluarga
1) Melatih keluarga mempraktekkan caramerawat pasien dg risiko
bunuh diri.
R: Keluarga dapat menjelaskan dan mempraktekkan kembali cara
merawat klien dengan benar.
2) Melatih keluarga melakukan tara merawat langsung kepada
pasien risikobunuh diri.
R: Keluarga dapat mempraktekkan secara langsung cara merawat
klien dengan diobservasi oleh perawat.
3.6 Evaluasi Keperawatan
No. Diagnosa Evaluasi Paraf
1. Risiko bunuh SP 1 Pasien :
diri S : klien mengatakan bersedia
dan berusaha mengikuti arahan
perawat dalam mengendalikan
arahan bunuh diri.
O: Klien menunjukan sikap
kooperatif, meskipun masih
kurang responsive.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan SP 2 Pasien

SP 2 Pasien:
S: Klien mengatakan bersedia

16
mengikuti arahan perawat
tentang berfikir positif, serta
menyebutkan aspek positif
dalam dirinya.
O: Klien tampak kooperatif,
responsif, serta kontak mata
aktif dengan perawat.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan SP 3 Pasien

SP 3 Pasien:
S: klien mengatakan bersedia
berusaha menerapkan pola
koping konstruktif sesuai
anjuran perawat.
O : klien kooperatif, responsif
dan mampu memilih koping
sesuai yang dianjurkan.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.

SP 1 Keluarga:
S: Keluarga mengatakan masih
kesulitan dalam perawatan
klien, tetapi keluarga sudah
memahami arahan perawat
tentang cara tanda, gejala,
proses, dan cara merawat
pasien dengan risiko bunuh
diri.
O: Keluarga tampak kooperatif
dan responsif.

17
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan SP2 Keluarga

SP 2 Keluarga:
S: Keluarga mampu
menjelaskan kembali cara
merawat klien.
O: Keluara kooperatif dan
mampu mendemonstrasikan
dan mempraktekkan langsung
cara merawat klien dengan
risiko bunuh diri.
A: Masalah sudah teratasi.
P: Intervensi dihentikan.

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Studi kasus pada Nn. R dengan diagnosa risiko bunuh diri menunjukan
perbaikan positif selama dan setelah pemberian asuhan keperawatan. Gejala,
tanda, dan jenis risiko bunuh diri pada klien diidentifikasi dan dijelaskan pada
klien dan keluarga. Pemberian intervensi keprawatan dilakukan dengan
menggunakan strategi pelaksanaan klien dan keluarga. Strategi pelaksanaan
terbagi atas 3 sesi. Klien dan keluarga kooperatif dan memberikan respon
positif setelah pemberian intervensi. Hasil evaluasi akhir menunjukan perbaikan
perilaku dan persepsi klien tentang upaya bunuh diri dan harga diri klien.
Keluarga juga mampu menjelaskan kembali dan mendemonstrasikan langsung
perawatan klien secara mandiri. Masalah risiko bunuh diri teratasi dalam total
pelaksanaan 5 SP pada Klien dan Keluarga.

19
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya
melaksanakan hasratnya untuk mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-
isyarat, percobaan dan ancaman verbal yang akan mengakibatkan
kematian, atau luka yang menyakiti diri sendiri. Terjadinya bunuh diri
dapat diakibatkan oleh depresi maupun gangguan sensori seperti
halusinasi. Penatalaksanaan dilakukan dari segi medis dan keperawatan.
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan
terapi farmakologi sedangkan penatalaksanaan keperawatan yang
dilakukan berfokus pada klien dan keluarga klien. Selain penatalaksanaan,
resiko bunuh diri dapat dicegah melalui upaya pencegahan, baik upaya
pencegahan dari diri sendiri tetapi juga upaya pencegahan yang berasal
dari lingkungan klien.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan pembaca mengenai cara mengenali dan pemberian asuhan
keperawatan pada klien dengan resiko bunuh diri yang baik. Karena
dengan adanya manajemen yang baik, maka kejadian bunuh diri dapat
diminimalisir dan hidup masyarakat akan menjadi lebih baik pula.

20
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson. (2008). Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E. B. (2010). Perkembangan Anak . Jakarta: Erlangga.
Kartono. (2016). Patologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Mappiare. (2013). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Nugraha, K., & dkk. (2020). Focus Grub Discussion Tentang Pencegahan Risiko
Bunuh Diri Terhadap Perilaku Risiko Bunuh Diri Pada Remaja Berisiko.
Media Husada Journal Of Nursing Science, 11-21.
Purbaningsih, E. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Depresi dan Risiko
Bunuh Diri. Jurnal Ilmiah Indonesia, 60-67.
Zulaikha, A., & Febriyana, N. (2018). Bunuh Diri Pada Anak dan Remaja. Jurnal
Ilmiah Indonesia, 63-70.

21

Anda mungkin juga menyukai