1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-
Nya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan tugas referat ini yang berjudul
“Krisis Intervensi pada Suicide”. Referat ini dibuat untuk memenuhi syarat
Sp. KJ, M.Sc selaku pembimbing penyusunan referat ini yang telah memberikan
bimbingan dan nasehat dalam penyelesaian referat ini. Terimakasih pula kepada
teman-teman serta staf bagian Psikiatri dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian referat ini. Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh
dari kata sempurna baik mengenai isi, susunan bahasa, maupun kadar ilmiahnya.
Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dari penulis dalam
menyelesaikan referat ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
kata, semoga referat ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan bagi pembaca
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................5
DAFTAR TABEL..................................................................................................6
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................7
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................8
1.1 Latar Belakang...........................................................................................8
1.2 Tujuan Penulisan........................................................................................8
1.3 Manfaat Penulisan......................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10
2.1 Bunuh Diri...............................................................................................10
2.1.1 Definisi Bunuh Diri.................................................................................10
2.1.2 Rentang Respon Protektif Diri................................................11
2.1.3 Epidemiologi Bunuh Diri........................................................12
2.1.4 Etiologi Bunuh Diri8................................................................14
2.1.6 Tahapan Bunuh Diri................................................................17
2.1.7 Aspek Neurobiologi Bunuh Diri2............................................19
2.1.8 Penatalaksanaan pada Kasus Bunuh Diri................................21
2.1.9 Pencegahan dan Edukasi pada Kasus Bunuh Diri...................23
BAB III PENUTUP..............................................................................................28
3.1 Kesimpulan.............................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR SINGKATAN
6
BAB I
PENDAHULUAN
faktor stress yang tinggi dan bekepanjangan dan individu tersebut dianggap gagal
menjadi bagian dari 20 penyebab utama kematian di dunia untuk semua umur dan
kurang lebih satu juta orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya.1
waktu yang singkat dan disengaja bahkan individu tersebut tau akibat dari
perilakunya. Tindakan ini merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan stres
yang dialaminya.2
intervensi pada suicide dan sebagai bahan materi di kepaniteraan klinik bagian
7
1.3 Manfaat Penulisan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum, bunuh diri (suicide) berasal dari bahasa latin “suicidium,
dengan “sui” yang berarti sendiri dan “cidium” yang berarti pembunuhan. Bunuh
perilaku bunuh diri sebagai bentuk tindakan dari individu dengan cara membunuh
dirinya sendiri dan paling sering diakibatkan oleh adanya tekanan, depresi ataupun
sebagai kematian yang disebabkan oleh perilaku merugikan yang diarahkan pada
diri sendiri dengan niat untuk mati sebagai akibat dari perilaku tersebut. NIMH
kemudian juga mendefinisikan percobaan bunuh diri sebagai perilaku tak fatal
yang ditujukan pada diri sendiri dan berpotensi merugikan dengan niat untuk mati
sebagai akibat dari perilaku tersebut. Sedangkan ide bunuh diri diacu kan pada
9
1. Pikiran, niat atau tindakan bunuh diri mempunyai penyebab
2. Bunuh diri dapat dicegah. Pikiran tentang kematian dan menyakiti diri
intensif dari psikiater dan psikolog klinis agar tak berujung pada tindakan
bunuh diri.5
melakukan upaya tindakan bunuh diri seperti ucapan, ide, niat mengakhiri
hidup, penyebutan alat dan waktu untuk mengakhiri hidup. Segera cari
keasadaran diri.1
10
3. Perilaku destruktif diri tak langsung, usaha untuk merusak keadaan fisik
menyimpang sosial.1
sendiri dan dilakukan dengan sengaja, tanpa bantuan orang lain, serta
menyebabkan cedera yang cukup parah pada tubuh, termasuk: melukai dan
5. Bunuh diri, merupakan tindakan agresif secara langsung pada diri sendiri
Prevention (IASP) 2023, diperkirakan lebih dari 700.000 orang meninggal dunia
akibat bunuh diri setiap tahunnya dan hampir 77% dari seluruh kasus bunuh diri
global terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Untuk setiap kasus
bunuh diri, ada lebih banyak lagi orang yang mencoba bunuh diri atau memiliki
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2020
melaporkan bahwa bunuh diri merupakan penyebab kematian nomor dua pada
individu berusia 10-14 dan 25-34 tahun, penyebab kematian ketiga pada individu
berusia 15-24 tahun, dan penyebab kematian keempat pada individu berusia antara
15-24 tahun. dari 35 dan 44. Jumlah kasus bunuh diri di Amerika diketahui
11
hampir dua kali lebih banyak (45.979) dibandingkan jumlah kasus pembunuhan
(24.576).7
angka bunuh diri dalam dua dekade terakhir. Meski begitu, wilayah eropa masih
memiliki angka kematian akibat bunuh diri tertinggi yaitu 12,8 per 100.000
penduduk. Asia Tenggara sendiri berada pada posisi kedua dengan angka 10,1
kematian per 100.000 penduduk. WHO menyebut, total global kematian akibat
bunuh diri telah menurun sejak tahun 2000, dari hampir 800.000 menjadi sedikit
di atas 700.000 pada tahun 2019. Di Indonesia, tingkat bunuh diri tergolong dalam
kategori rendah, yaitu dibawah 5 per 100.000 populasi atau lebih tepatnya adalah
12
Gambar 2.3. Angka tingkat bunuh diri berdasarkan jenis kelamin pada 2021.7
diri tertinggi di dunia ada pada jenis kelamin laki-laki. Pada laporan ini ditemukan
rasio bunuh diri laki-laki 22.8% dan diperkirakan 4 kali lebih tinggi dibandingkan
digunakan oleh penduduk di wilayah Asia adalah gantung diri (23% di Hongkong,
Korea Selatan (26%) dan di Jepang (60%). Secara keseluruhan, di Asia lebih
banyak digunakan metode bunuh diri, gantung diri, dan meminum racun.2
1. Faktor Genetik
diri. Angka kejadian bunuh diri berkisar 1,5-3 kali lebih tinggi terjadi pada
2. Faktor Psikologis
13
merasakan perasaan sedih, marah, cemas bahkan tidak berdaya merupakan
suatu luapan emosi dan stress yang dialaminya yang kemudian akan
penyalahgunaan obat-obatan.8
3. Faktor Biologis
diri. Faktor biologis erat hubungannya dengan keadaan fisik tertentu pada
tetapi juga pada penderita penyakit fisik yang memiliki resiko tinggi
atas dasar untuk kebaikan masyarakat), egoistic (terjadi pada individu yang
14
tidak terintegrasi pada kelompok sosialnya), serta anomik (yaitu bunuh diri
penipuan, dukungan sosial yang rendah, serta adanya duka cita akibat
Gangguan psikiatri yang sering menjadi faktor resiko bunuh diri pada anak
dan remaja adalah gangguan suasana perasaan (depresi dan bipolar), skizofrenia,
penyalahgunaan zat, gangguan tingkah laku, dan gangguan makan. Faktor resiko
lain yang juga bisa memunculkan perilaku bunuh diri yaitu adanya kejadian yang
meyelesaikan masalah yang buruk juga dihubungkan dengan perilaku bunuh diri.
Perilaku bunuh diri dijumpai diantara pasien dengan range IQ retardasi mental
sedang atau di atasnya dan lebih sering dijumpai pada remaja dibandingkan anak-
anak.5,9
(SPET) didapati pasien yang dengan sengaja menyakiti diri memiliki penurunan
kadar ikatan reseptor 5-HT2a. Pada remaja korban bunuh diri juga dijumpai
kinase. Penurunan kadar triptopan di dalam darah dijumpai pada anak prepubertal
dibandingkan dengan anak yang normal atau anak dengan masalah psikiatri yang
15
memiliki ide bunuh diri. Sehingga kadar triptopan darah dapat dijadikan penanda
- Masalah pidana/hukum
- Penggunaan zat
sebelumnya
- Penindasan
- Putus hubungan
- Isolasi sosial
- Kekerasan komunitas
16
2.1.6 Tahapan Bunuh Diri
Ide bunuh diri sebagai pikiran tentang atau berencana untuk terlibat dalam
merupakan proses kontemplasi dari bunuh diri atau sebuah metoda yang
demikian, perlu disadari bahwa klien pada tahap ini memiliki pikiran
melakukan bunuh diri namun tanpa adanya tindakan. Ancaman bunuh diri
disampaikan kepada orang lain yang berisi keinginan untuk mati disertai
Isyarat bunuh diri ini ditunjukkan melalui perilaku tidak langsung ingin
bunuh diri seperti mengatakan:”tolong jaga anak saya karena saya akan
17
pergi jauh”, “segala sesuatu akan menjadi lebih baik tanpa saya”. Pada
kondisi ini seseorang sudah memiliki ide untuk bunuh diri namun tidak
disertai ancaman atau percobaan bunuh diri. Tahap ini sering dinamakan
“Crying for help”sebab individu ini sedang berjuang dengan stres yang
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan serius untuk melukai diri secara
1. Serotonin
ide bunuh diri. Serotonin juga dikaitkan dengan gangguan depresi dan
perilaku agresif atau impulsif, dua hal ini berkaitan dengan bunuh diri dan
2. Norepinefrin
18
Norepinefrin dan katekolamin disebutkan berhubungan dengan respons
bunuh diri. Pada korban bunuh diri ditemukan juga peningkatan ekpsresi
katekolamin.2
3. Dopamin
jalur dopaminergik pada pasien gangguan mood dan bunuh diri. Striatal
pada pasien bunuh diri. Terdapat hubungan antara bunuh diri dan gen G2
19
reseptor GABA, GABRG. Gen tersebut juga ditemukan pada pasien
pengelolaan stres pada manusia. Disfungsi sistem HPA axis ini telah
terbukti memiliki hubungan dengan depresi dan bunuh diri. Pada suicide
hipertrofi kortikal.2
bertujuan untuk memberikan pengalaman yang baik antara keluarga dan staf
medik gawat darurat, mengatur harapan realistis tentang follow up treatment, dan
mendapatkan komitmen dari remaja yang bunuh diri serta keluarganya untuk
kembali dan melakukan evaluasi lebih lanjut. Pelaku percobaan bunuh diri harus
dirawat inap jika kondisinya tidak stabil dan perilakunya tidak bisa diprediksi.
penilaian risiko bunuh diri melalui asesmen singkat yang dapat ditanyakan
20
Gambar 2.4 Asesmen Penilaian Risiko Bunuh Diri.5
inap adalah depresi mayor dengan gejala psikotik, siklus cepat perilaku impulsif
dan iritabel, psikotik dengan halusinasi perintah dan penyalahgunaan alkohol dan
yang bertujuan untuk mengurangi perasaan tidak berdaya, marah, cemas, putus
asa, serta untuk mereorientasi perspektif kognitif dan emosional dari anak/remaja
yang melakukan bunuh diri. Jenis-jenis psikoterapi yang dapat digunakan yaitu
21
terapi perilaku kognitif, psikoterapi interpersonal, Dialectical Behavioral Therapy
perilaku bunuh diri. Pelaku bunuh diri yang memiliki riwayat gangguan bipolar,
pertama kali harus diberikan mood stabilizer sebelum mendapatkan anti depresan,
22
Tabel 2.1 Golongan Obat Anti-depressan
Nama Obat Dosis harian (mg) Efek samping
1. Melakukan Pendekatan11,12
bunuh diri.
23
Hindari mengangkat topik tentang bunuh diri dengan OKBD saat sedang
OKBD tidak selalu bersedia untuk bicara, atau kita mungkin tidak berhasil
dan beri waktu kepadanya untuk sampai pada topik mengenai ide bunuh
kamu pernah berharap bahwa kamu tidak lagi bisa terbangun saat pagi
Berbicara tentang bunuh diri tidak akan ‘memunculkan ide bunuh diri’
bahwa ada orang yang peduli. Penting untuk menghindari ekspresi negatif
marah. Berusahalah untuk tampak tenang, percaya diri, dan penuh empati
dalam situasi krisis agar dapat memberikan efek yang sama pada OKBD.
24
Jika Anda masih merasa khawatir setelah menanyai OKBD, jangan
Perlu diingat bahwa pada kondisi krisis, OKBD mungkin tidak suka
perhatian.
Yakinkan bahwa pikiran bunuh diri ialah hal yang umum, dapat dialami
Segera setelah memastikan adanya risiko bunuh diri, kita harus bertindak
tidak memiliki akses pada senjata, racun, atau apapun yang dapat
digunakan untuk bunuh diri. Singkirkan semua alat yang bisa digunakan
25
untuk bunuh diri di sekitarnya (tidak hanya senjata api, tali, atau obat tidur,
OKBD seringkali percaya bahwa mereka tidak punya pilihan lain selain
bunuh diri. Ingatkan bahwa dia memiliki kendali atas pikiran/ide bunuh
dirinya; ide tersebut tidak perlu direalisasikan dan akan berlalu seiring
bisa jadi berkaitan dengan suatu gangguan yang bisa diobati, karena hal ini
5. Rencana Keselamatan11,12
atau orang terdekat yang memiliki hubungan yang positif dengan OKBD
spiritual/agama).
26
Gambar 2.6 Lima Tindakan Prevensi Bunuh Diri.13
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
dan dewasa muda, hal ini membutuhkan perhatian yang serius. Pengetahuan dan
pemahaman yang baik terhadap etiologi dan faktor risiko bunuh diri serta
dengan OKBD, menjaga agar tetap aman, dan rencana keselamatan. Selain itu,
28
DAFTAR PUSTAKA
10. Putra IGNE, Karin PAES, Ariastuti NLP. Suicidal ideation and suicide
attempt among Indonesian adolescent students. Int J Adolesc Med Health.
2021;33(5):1–12.
11. Zulaikha A, Febriyana N. Bunuh Diri pada Anak dan Remaja. J Psikiatri
Surabaya. 2018;7(2):62.
12. Lalenoh GA, Zega IBP., Yuni IF, Florensa MVA, Ningsih MTAS.
Hubungan Tingkat Stres Dengan Ide Bunuh Diri Pada Mahasiswa [the
Relationship Between Stress Levels and Suicide Ideation in College
Students]. Nurs Curr J Keperawatan. 2021;9(1):89.
29