Anda di halaman 1dari 55

REVISI Case Report Session

Hari/ tanggal: Rabu / 6 November 2019

NASKAH PSIKIATRI
F.31 Gangguan Afektif Bipolar

Oleh:
Addelin Sildferisa P 2841 B
Annisa Widi Rizkia P 2845 B

Preseptor:
Dr.dr. Amel Yanis, Sp.KJ (K)

BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG

i
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada


Allah SWT dan shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad S.A.W, berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Case Report Session
dengan judul “F.31 Gangguan Afektif Bipolar” yang merupakan salah satu tugas
dalam kepaniteraan klinik Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Dalam usaha penyelesaian tugas Case Report Session ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.dr. Amel Yanis, Sp.
KJ (K), selaku pembimbing dalam penyusunan Case Report Session ini.
Kami menyadari bahwa didalam penulisan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan
kritik yang membangun guna penyempurnaan tugas referat ini. Akhir kata,
semoga Case Report Session ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, 5 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Metode Penulisan.............................................................................. 2
1.4 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi ............................................................................................. 3
2.2 Epidemiologi..................................................................................... 3
2.3 Etiologi ............................................................................................. 4
2.4 Manifestasi Klinis ............................................................................. 6
2.5 Diagnosis .......................................................................................... 9
2.6 Diagnosis Banding ............................................................................ 15
2.7 Tatalaksana ....................................................................................... 17
2.8 Prognosis .......................................................................................... 22
BAB 3 LAPORAN KASUS
3.1 Identitas ........................................................................................... 24
3.2 Riwayat Psikiatri .............................................................................. 24
3.3 Grafik Perjalanan Penyakit .............................................................. 36
3.4 Status Internus .................................................................................. 37
3.5 Status Neurologikus ......................................................................... 37
3.6 Status Mental.................................................................................... 38
3.7 Pemeriksaan Laboratorium .............................................................. 42
3.8 Ikhtisar Penemuan Bermakna ........................................................... 42
3.9 Diagnosis Multiaksial ...................................................................... 43
3.10 Diagnosis Banding Axis I .............................................................. 43

iii
3.11 Daftar Masalah ............................................................................... 43
3.11 Penatalaksanaan ............................................................................. 44
3.12 Prognosis ........................................................................................ 45
BAB 4 DISKUSI
4.1 Diskusi .............................................................................................. 46
Daftar Pustaka ............................................................................................... 48
Lampiran 1. Kutipan Wawancara Psikiatri ............................................... 50

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Gangguan mood bipolar (GB) sudah dikenai sejak zaman Yunani kuno.
Emil Kraepelin, seorang psikiater Jerman, menyebut GB sebagai manik-depresif.
la melihat adanya perbedaan antara manik- depresif dengan skizofrenia. Awitan
manik-depresif tiba-tiba dan perjalanan penyakitnya berfluktuasi dengan keadaan
yang relatif normal di antara episode, terutama di awal-awal perjalanan penyakit.
Sebaliknya, pada skizofrenia, bila tidak diobati, terdapat penurunan yang progresif
tanpa kembali ke keadaan sebelum sakit. Walaupun demikian, pada keadaan akut
kedua penyakit terlihat serupa yaitu adanya waham dan halusinasi.1
Bipolaritas artinya pergantian antara episode manik atau hipomanik
dengan depresi. Istilah GB sebenarnya kurang tepat karena ia tidak selalu
merupakan dua emosi yang berlawanan dari suatu waktu yang berkesinambungan.
Kadang-kadang pasien bisa memperlihatkan dua dimensi emosi yang muncul
bersamaan, pada derajat berat tertentu. Keadaan ini disebut dengan episode
campuran. Sekitar 40% pasien dengan GB memperlihatkan campuran emosi.
Keadaan campuran yaitu suatu kondisi dengan dua emosi tersebut dapat muncul
bersamaan atau pergantian emosi tersebut (mania dan depresi) sangat cepat
sehingga disebut juga mania disforik.1
Ada empat jenis GB tertera di dalam Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders IV-Text Revision (DSM-IV TR) yaitu GB I, GB II. gangguan
siklotimia, dan GB yang tak dapat dispesifikasikan.1,3
Gangguan bipolar (GB) sering salah atau tidak terdiagnosis. Karena salah
atau tidak terdiagnosis, pengobatan GB sering tidak efektif sehingga menjadi
beban keluarga, disabilitas psikososial jangka panjang, dan tingginya risiko bunuh
diri. Sekitar 20%-50% pasien yang mulanya didiagnosis sebagai episode depresi
mayor unipolar ternyata adalah GB. Bila manifestasi yang muncul adalah mania
akut, penegakan diagnosisnya lebih mudah. Meskipun demikian, mania akut sulit
dibedakan dengan skizofrenia.1
1
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik
dan ditandai oleh gejala-gejala manik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren
serta dapat berlangsung seumur hidup. Angka morbiditas dan mortalitasnya cukup
tinggi. Tingginya angka mortalitas disebabkan oleh seringnya terjadi komorbiditas
antara GB dengan penyakit fisik, misalnya, dengan diabetes melitus, penyakit
jantung koroner, dan kanker. Komorbiditas dapat pula terjadi dengan penyakit
psikiatrik lainnya misalnya, dengan ketergantungan zat dan alkohol yang juga
turut berkontribusi dalam meningkatkan mortalitas. Selain itu, tingginya
mortalitas juga dapat disebabkan oleh bunuh diri. Sekitar 25% penderita gangguan
bipolar pemah melakukan percobaan bunuh diri, paling sedikitsatu kali dalam
kehidupannya. Oleh karena itu, penderita GB harus diobati dengan segera dan
mendapat penanganan yang tepat.1,2

2. Batasan Masalah
Laporan kasus ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi,
gambaran klinis, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan, dan prognosis
gangguan afektif bipolar.
3. Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam penulisan laporan kasus ini berupa tinjauan
kepustakaan yang merujuk kepada kasus dan berbagai literatur.
4. Tujuan Penulisan
Laporan kasus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran klinis, diagnosis,
diagnosis banding, penatalaksanan, dan prognosis gangguan afektif bipolar.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa bersifat episodik dan ditandai
oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi dan campuran, biasanya rekuren
serta dapat berlangsung seumur hidup.1,4
Kelainan fundamental pada kelompok gangguan ini adalah perubahan
suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi (dengan atau tanpa
anxietas yang menyertainya), atau ke arah elasi (suasana perasaan yang
meningkat). Perubahan suasana perasaan ini biasanya disertai dengan suatu
perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya
adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya
dengan perubahan tersebut.5

2.2 Epidemiologi
Prevalensi GB I selama kehidupan mencapai 2,4%, GB II berkisar antara
0,3-4,8%, siklotimia antara 0,5-6,3%, dan hipoania antara 2,6-7,8%. Total
prevalensi spectrum bipolar, selama kehidupan, yaitu antara 2,6-7,8%.1,2
Menurut American Psychiatric Association gangguan afektif bipolar I
mencapai 0.8% dari populasi dewasa, dalam penelitian yang dilakukan dengan
komunitas mencapai antara 0,4-1,6%. Angka ini konsisten di beragam budaya dan
kelompok etnis. Gangguan bipolar II mempengaruhi sekitar 0,5% dari populasi.
Sementara gangguan bipolar II tampaknya lebih umum pada wanita hal ini
dperkirakan dipengaruhi oleh hormon, efek dari melahirkan, stressor psikososial
untuk wanita, dan pembelajaran budaya yang mengajarkan wanita tidak dapat
berusaha sendiri (behavioral models of learned helplessness), gangguan bipolar I
mempengaruhi pria dan wanita cukup merata. Ini perkiraan prevalensi dianggap
konservatif. Episode manik lebih banyak didapatkan pada pria dan depresi lebih
umum pada wanita. Saat seorang wanita mengalami episode manik gelaja yang
timbul dapat bercampur antara manik dan depresi. Pada wanita juga lebih sering
ditemukan siklus cepat atau rapid cycling seperti memiliki 4 episode manik dalam
1 tahun periode. 3,4
3
2.3 Etiologi
Faktor biologi
Hingga saat ini neurotransmitter monoamine seperti norepinefrin,
dopamine, serotonin, dan histamine menjadi focus teori dan masih diteliti
hingga saat ini. Sebagai biogenik amin norepinefrin dan serotonin adalah
neurotransmitter yang paling berpengaruh dalam patofisiologi gangguan
mood ini.1,3,4
- Norepinefrin.
Teori ini merujuk pada penurunan regulasi dan penurunan sensitivitas
dari reseptor β adrenergik dan dalam klinik hal ini dibuktikan oleh
respon pada penggunaan anti depresan yang cukup baik sehingga
mendukung adanya peran langsung dari system noradrenergik pada
depresi. Bukti lainnya melibatkan reseptor β2 presinaps pada depresi
karena aktivasi pada reseptor ini menghasilkan penurunan dari
pelepasan norepinefrin. Reseptor β2 juga terletak pada neuron
serotoninergic dan berperan dalam regulasi pelepasan serotonin. 3
- Serotonin.
Teori ini didukung oleh respon pengobatan SSRI (selective serotonin
reuptake inhibitor) dalam mengatasi depress. Rendahnya kadar
serotonin dapat menjadi factor resipitat depresi, beberapa pasien
dengan dorongan bunuh diri memiliki konsentrasi serotonin yang
rendah dalam cairan cerebropinalnya dan memiliki kadar konsentrasi
rendah uptake serotonin pada platelet. 3
- Dopamine.
Selain dari norepinefrin dan serotonin, dopamine juga diduga memiliki
peran. Data memperkirakan bahwa aktivitas dopamine dapat
mengurangi depresi dan meningkat pada mania. Dua teori mengenai
dopamine dan depresi adalah bahwa jalur mesolimbic dopamine tidak
berfungsi terjadi pada depresi dan dopamine reseptor D1 hipoaktif pda
keadaan depresi. 3
- Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini.
Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan

4
penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic resonance imaging
(MRI) dan positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah
substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks
prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen
Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada amygdale
dan hippocampus. Korteks prefrontal, amygdale, dan hippocampus
merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood
dan afek). Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin
berkurang pada otak penderita bipolar. Seperti diketahui,
oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang membungkus
akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar saraf.
Bila jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan
komunikasi antar saraf tidak berjalan lancar.3
Faktor genetik
- Studi pada keluarga.
Data dari studi ini mengatakan 1 orang tua dengan gangguan mood,
anaknya akan memiliki risiko antara 10-25% untuk menderita
gangguan mood. Jika kedua orang tuanya menderita gangguan mood,
maka kemungkinannya menjadi 2 kali lipat. Risiko ini meningkat jika
ada anggota keluarga dari 1 generasi sebelumnya daripada kerabat
jauh. Satu riwayat keluarga gangguan bipolar dapat meningkatkan
risiko untuk gangguan mood secara umum, dan lebih spesifik pada
kemungkianan munculnya bipolar.1,3
- Studi pada anak kembar.
Studi ini menunjukan bahwa gen hanya menjelaskan 50-70% etiologi
dari gangguan mood. Studi ini menunjukan rentang gangguan mood
pada monozigot sekitar 70-90% dibandingkan dengan kembar dizigot
sekitar 16-35%.1,3,4

Faktor psikososial
- Stress dari lingkungan dan peristiwa dalam hidup seseorang.
Penelitian telah membuktikan faktor lingkungan memegang peranan
penting dalam Gangguan perkembangan bipolar. Faktor lingkungan
5
yang sangat berperan pada kehidupan psikososial dari pasien dapat
menyebabkan stress yang dipicu oleh faktor lingkungan. Stress yang
menyertai episode pertama dari Gangguan bipolar dapat menyebabkan
perubahan biologik otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan lama
tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai
neurotransmitter dan sistem pemberian signal intraneuronal. Perubahan
mungkin termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam
kontak sinaptik. Hasil akhir perubahan tersebut adalah menyebabkan
seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi untuk menderita
Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya stressor eksternal.3
Faktor kepribadian.
Tidak ada bukti yang mengindikasikan bahwa gangguan kepribadian
tertentu berhubungan dengan berkembangnya gangguan bipolar I,
walaupun pasien dengan gangguan distimik dan siklotimik berisiko
untuk dapat berkembang menjadi depresi mayor atau gangguan bipolar
I. Kejadian tiba-tiba yang memicu stress yang kuat adalah prediktor
dari onset episode depresi.3

2.4 Manifestasi Klinis


Terdapat dua pola gejala dasar pada Gangguan bipolar yaitu,
episode depresi dan episode mania.1-3
Episode manic:
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien
mengalami mood yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki,
secara menetap, tiga atau lebih gejala berikut (empat atau lebih bila hanya
mood iritabel) yaitu: 1-3,6-9
a. Grandiositas atau percaya diri berlebihan
b. Berkurangnya kebutuhan tidur
c. Cepat dan banyaknya pembicaraan
d. Lompatan gagasan atau pikiran berlomba
e. Perhatian mudah teralih
f. Peningkatan energy dan hiperaktivitas psikomotor

6
g. Meningkatnya aktivitas bertujuan (social, seksual, pekerjaan dan
sekolah)
h. Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa
perhitungan yang matang). 1-3,6-9
Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengan penderitaan, gambaran
psikotik, hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta
adanya Gangguan fungsi sosial dan pekerjaan. Pasien hipomania kadang
sulit didiagnosa sebab beberapa pasien hipomania justru memiliki tingkat
kreativitas dan produktivitas yang tinggi. Pasien hipomania tidak memiliki
gambaran psikotik (halusinasi, waham atau perilaku atau pembicaraan
aneh) dan tidak memerlukan hospitalisasi. 1-3,6-9

Episode Depresi Mayor


Paling sedikit dua minggu pasien mengalami lebih dari empat
symptom atau tanda yaitu :1-3,6-9
a. Mood depresif atau hilangnya minat atau rasa senang
b. Menurun atau meningkatnya berat badan atau nafsu makan
c. Sulit atau banyak tidur
d. Agitasi atau retardasi psikomotor
e. Kelelahan atau berkurangnya tenaga
f. Menurunnya harga diri
g. Ide-ide tentang rasa bersalah, ragu-ragu dan menurunnya
konsentrasi
h. Pesimis
i. Pikiran berulang tentang kematian, bunuh diri (dengan atau tanpa
rencana) atau tindakan bunuh diri. 1-3,6-9
Gejala-gejala diatas menyebabkan penderitaan atau mengganggunya
fungsi personal, sosial, pekerjaan. 1-3,6-9

Episode Campuran
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan
depresi yang terjadi secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih

7
sering mood disforik), iritabel, marah, serangan panic, pembicaraan cepat,
agitasi, menangis, ide bunuh diri, insomnia derajat berat, grandiositas,
hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang bingung. Kadang-
kadang gejala cukup berat sehingga memerlukan perawatan untuk
melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai gambaran psikotik, dan
mengganggu fungsi personal, sosial dan pekerjaan. 1-3,6-9

Episode Hipomanik
Paling sedikit empat hari, secara menetap, pasien mengalami
peningkatan mood, ekspansif atau irritable yang ringan, paling sedikit
terjadi gejala (empat gejala bila mood irritable) yaitu: 1-3,6-9
a. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
b. Berkurangnya kebutuhan tidur
c. Meningkatnya pembicaraan
d. Lompat gagasan atau pemikiran berlomba
e. Perhatian mudah teralih
f. Meningkatnya aktifitas atau agitasi psikomotor
g. Pikiran menjadi lebih tajam
h. Daya nilai berkurang
Tidak ada gambaran psikotik (halusinasi, waham, atau prilaku atau
pembicaraan aneh) tidak membutuhkan hospitalisasi dan tidak
mengganggu fungsi personal, sosial, dan pekerjaan. Sering kali dilupakan
oleh pasien tetapi dapat dikenali oleh keluarga. 1-3,6-9

Sindrom Psikotik
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik
yang paling sering yaitu:1-3,6-9
a. Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)
b. Waham
Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania
sedangkan waham nihilistic terjadi pada episode depresi. Ada kalanya
simtom psikotik tidak serasi dengan mood. Pasien dengan Gangguan

8
bipolar sering didiagnosis sebagai skizofrenia. Ciri psikotik biasanya
merupakan tanda prognosis yang buruk bagi pasien dengan Gangguan
bipolar. Faktor berikut ini telah dihubungkan dengan prognosis yang
buruk seperti: durasi episode yang lama, disosiasi temporal antara
Gangguan mood dan gejala psikotik, dan riwayat penyesuaian social
pramorbid yang buruk. Adanya ciri-ciri psikotik yang memiiki penerapan
terapi yang penting, pasien dengan symptom psikotik hampir selalu
memerlukan obat anti psikotik di samping anti depresan atau anti mania
atau mungkin memerlukan terapi antikonvulsif untuk mendapatkan
perbaikan klinis. 1-3,6-9

2.5 Diagnosis
Keterampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan
diagnosis. Informasi dari keluarga sangat diperlukan. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan criteria yang terdapat dalam DSM-IV atau ICD-
10. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
symptom Gangguan bipolar adalah The Structured clinical Interview for
DSM-V (SCID). The Present State Examination (PSE) dapat pula
digunakan untuk mengidentifikasi symptom sesuai dengan ICD-10.3,4
Pembagian menurut DSM-V: ,4
Gangguan mood bipolar I
Gangguan mood bipolar I, episode manic tunggal
A. Hanya mengalami satu kali episode manic dan tidak ada rwayat
depresi mayor sebelumnya.
B. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
skizoafektif, Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik
yang tidak dapat diklasifikasikan.
C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medic umum
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan
aspek fungsi penting lainnya.

9
Gangguan mood bipolar I, episode manic sekarang ini
A. Saat ini dalam episode manic
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode
manik, depresi, atau campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak
bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan
waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat
atau kondisi medik umum.
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan
aspek fungsi penting lainnya.4
Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini
A. Saat ini dalam episode campuran
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik,
depresi atau campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizifreniform, Gangguan waham, atau Gangguan psikotik yang
tidak diklasifikasikan
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat
atau kondisi medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau
aspek fungsi penting lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini
A. Saat ini dalam episode hipomanik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manic
atau campuran

10
C. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup
bermakna atau hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting
lainnya
D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan
sebagai skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan
skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan
Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini
A. Saat ini dalam episode depresi mayor
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan
campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan
sebagai skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan
skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan
Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau
aspek fungsi penting lainnya.
Gangguan mood bipolar I, Episode Yang tidak dapat diklasifikasikan saat
ini
A. Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik,
hipomanik, campuran atau episode depresi.
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik
atau campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan
sebagai skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan
skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, atau dengan
Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.

11
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau
aspek fungsi penting lainnya.
Ganggguan Mood Bipolar II
Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling
sedikit satu episode hipomanik.
Gangguan Siklotimia
A. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode
dengan gejala-gejala hipomania dan beberapa periode dengan
gejala-gejala depresi yang tidak memenuhi criteria untuk
Gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan remaja
durasinya paling sedikit satu tahun.
B. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas
dari gejala-gejala pada kriteria A lebih dari dua bulan pada
suatu waktu.
C. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode
campuran, selama dua tahun Gangguan tersebut
Catatan: setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang
tindih dengan manic atau episode campuran (diagnosis GB I
dan Gangguan siklotimia dapat dibuat) atau episode depresi
mayor (diagnosis GB II dengan Gangguan siklotimia dapat
ditegakkan)
D. Gejala-gejala pada criteria A bukan skizoafektif dan tidak
bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak
dapat diklasifikasikan.
E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung
zat atau kondisi medic umum
F. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara
klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam
social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya.

12
Pembagian menurut PPDGJ III:1,2,5,8
F31 Gangguan Afek bipolar
a. Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-
kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat
aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari
peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas
(mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan
afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang
khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan
berlangsug antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi
cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan)
meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia
lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah
peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lainnya
(adanya stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis).
b. Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif
Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal
(F30). 1,2,5,8
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Klinik Hipomanik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk
hipomania (F30); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik , depresif, atau campuran) di masa lampau.
1,2,5,8

F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa


Gejala Psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania
tanpa gejala psikotik (F30.1); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.
1,2,5,8

13
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan
gejala psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania
dengan gejala psikotik (F30.2); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.
1,2,5,8

F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan


atau Sedang
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresi ringan (F32.0) atau pun sedang (F32.1); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau. 1,2,5,8
F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa
gejala psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk
episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau. 1,2,5,8
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat
dengan Gejala Psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk
episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3);dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
1,2,5,8
hipomanik, manik, atau campuran dimasa lampau.
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran
a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik,
hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian
dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresif yang sama-
sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit
yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu); dan

14
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau. 1,2,5,8
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama
beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-
kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya
satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depres if atau
campuran). 1,2,5,8
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT. 1,2,5,8
2.6 Diagnosis Banding
- Skizofrenia
Agak sulit membedakan episode manik dengan skizofrenia,
sehingga dapat menjadi salah satu diagnosis banding. Gembira
berlebihan, elasi, dan pengaruh mood lebih banyak ditemukan pada
episode manik dibandingkan pada skizofrenia. Kombnasi dari mood
manik, cara bicara yang cepat dan hiperaktivitas yang berlebihan daapt
ditemukan dalam episode manik. Onset pada episode manik
berlangsung cepat dan menimbulkan sebuah perubahan pada perubahan
perilaku pasien. Sebagian dari pasien bipolar I memiliki riwayat
keluarga dengan gangguan mood. Kataonik dapat menjadi bagian dari
fase depresif gangguan bipolar I. Saat mengevaluasi pasien dengan
katatonia dokter harus teliti dengan riwayat sebelumnya untuk manik
atau episode depresi serta riwayat keluarga dengan gangguan mood. 3
- Depresi berat
Gangguan bipolar tipe I sering dapat bertumpang tindih dengan
depresi berat, perlu dibedakan antara depresi berat yang berdiri sendiri
atau depresi yang merupakan bagian dari gangguan bipolar. Gejala dari
kedua gangguan ini hampir sama dimana seseorang mengalai afek
depresi, kehilangan semangat, putus asa dan tidak bersemangat
ditambah gelaja seperti sulit tidur, napsu makan menurun dan lain

15
sebagainya. Sehingga teknik wawancara yang baik diperlukan untuk
menggali apakah pasien memiliki episode manik atau hipomanik
sebelumnya dan apakah pasien menunjukan gejala-gejala yang sesuai
dengan episode manik, sehingga dapat dibedakan antara depresi yang
berdiri sendiri dangan depresi yang menjadi bagian dari gangguan afek
bipolar.3,6
- Intoksikasi obat
Penyalahgunaan obat seperti amfetamin dapat memicu keadaan
manik. Selain itu, penyalahgunaan obat seperti benzodiazepine dapat
memicu keadaan depresif.1,6,7
- Hiper dan hipotiroid
Gangguan bipolar dapat berupa epidose manik atau hipomanik
maupun episode depresi. Kondisi hiper dan hipotiroid dapat
memnyebabkan pasien menunjukan gejala-gejala yang mirips dengan
gangguan bipolar. Pada hipertiroid pasien akan merasa mudah
tersinggung, dan dapat terjadi hiperaktivitas yang harus dibedakan
dengan episode manik pada gangguan bipolar. Sedangkan pada
hipotiroid pasien dapat mengalami penurunan aktivitas, pasien menjadi
lemas dan tidak bersemangat. Pemeriksaan fisik yang baik serta
penggalian informasi pada anamnesis dapat membedakan gangguan
bipolar dengan hiper atau hipotiroid, penemuan gejala lain gangguan
pada tiroid seperti penurunan berat badan cepat adanya pembesaran
pada leher maupun gejala hiper dan hipotiroid lainnya dapat
membedakan kedua gangguan ini.6,7
- Skizoafektif
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol
pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari
yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama,
dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak
memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau
depresif.6,7

16
2.7 Tatalaksana
Terapi psikososial 1,3,4,8
- Terapi kognitif (Aaron Beck)
Tujuannya :
a. Menghilangkan episode depresi dan mencegah rekurennya
dengan membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif
negatif.
b. Mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel dan positif,
serta melatih kembali respon kognitif dan perilaku yang baru. 8
- Terapi interpersonal (Gerrad Kleman)
Memusatkan pada masalah interpersonal yang sekarang dialami
oleh pasien dengan anggapan bahwa masalah interpersonal sekarang
mungkin terlibat dalam mencetuskan atau memperberat gejala depresi
sekarang. Terapi ini difokuskan pada problem interpersonal yang ada.
Diasumsikan bahwa, pertama, problem interpersonal yang ada saat ini
merupakan akar terjadinya disfungsi hubungan interpersonal. Problem
interpersonal saat ini berperan dalam terjadinya gejala depresi.
Biasanya sesi berlangsung antara 12 sampai 16 minggu dan ditandai
dengan pendekatan terapeutik yang aktif. Tidak ditujukan pada
fenomena intrapsikik seperti mekanisme defensi dan konflik internal.
Keterbatasan asertif, gangguan kemampuan sosial, serta penyimpangan
pola berpikir hanya ditujukan bila memang mempunyai efek pada
hubungan interpersonal tersebut.8
- Terapi perilaku
Terapi didasarkan pada hipotesis bahwa pola perilaku maladaptif
menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan balik positif dari
masyarakat dan kemungkinan penolakan yang palsu. Dengan demikian
pasien belajar untuk berfungsi di dunia dengan cara tertentu dimana
mereka mendapatkan dorongan positif. 8
- Terapi berorientasi-psikoanalitik

17
Mencapai kepercayaan dalam hubungan interpersonal, keintiman,
mekanisme penyesuaian, kapasitas dalam merasakan kesedihan serta
kemampuan dalam merasakan perubahan emosional secara luas. 8
- Terapi keluarga
Diindikasikan untuk gangguan yang membahayakan perkawinan
pasien atau fungsi keluarga atau jika gangguan mood dapat ditangani
oleh situasi keluarga. Terapi keluarga meneliti peran suasana hati
teratur dalam keseluruhan kesejahteraan psikologis dari seluruh
keluarga, tetapi juga mengkaji peran seluruh keluarga dalam
pemeliharaan gejala pasien. Pasien dengan gangguan mood memiliki
tingkat tinggi perceraian, dan sekitar 50 persen dari semua pasangan
melaporkan bahwa mereka tidak akan menikah atau memiliki anak jika
mereka tahu bahwa pasien akan mengembangkan gangguan mood. 1,3,4,8
- Rawat Inap
Yang pertama dan paling penting keputusan dokter harus dibuat
adalah apakah untuk memutuskan pasien rawat inap atau pasien rawat
jalan. Jelas indikasi untuk rawat inap adalah risiko bunuh diri atau
pembunuhan, pasien yang sangat berkurang kemampuannya untuk
makan dan kebutuhan untuk prosedur diagnostik. Suatu onset yang
berkembang cepat gejala juga dapat menjadi indikasi untuk rawat inap.
Seorang dokter dapat dengan aman mengobati depresi ringan atau
hypomania dengan rawat jalan jika evaluasi pasien terus rutin
dilakukan. Tanda-tanda klinis dari gangguan penilaian, penurunan berat
badan, atau insomnia harus minimal. Sistem pendukung pasien harus
kuat, tidak ada menarik diri dari pasien. Setiap perubahan negatif
dalam gejala-gejala pasien atau perilaku mungkin cukup untuk menjadi
indikasi rawat inap rawat inap. Pasien dengan gangguan mood sering
tidak mau masuk rumah sakit secara sukarela, dan mungkin harus
sengaja dimasukan. Pasien-pasien ini sering tidak dapat membuat
keputusan karena pemikiran mereka melambat, Weltanschauung
negatif (pandangan dunia), dan keputusasaan. Pasien yang manik

18
sering memiliki seperti kurangnya wawasan gangguan mereka yang
rawat inap tampaknya benar-benar tidak masuk akal bagi mereka.3,8

Terapi Fisik : Electro Convulsive Therapy (ECT)


Terapi dengan melewatkan arus listrik ke otak melalui 2 elektrode
yang ditempatkan pada bagian temporal kepala.
Sering digunakan pada kasus depresif berat atau mempunyai risiko
bunuh diri yang besar dan respon terapi dengan obat antidepresan
kurang baik (dengan dosis yang sudah adekuat).

Farmakoterapi
Pendekatan farmakoterapeutik terhadap gangguan bipolar telah
menimbulkan perubahan besar dalam pengobatannya dan secara
dramatis telah mempengaruhi perjalanan gangguan bipolar dan
menurunkan biaya bagi penderita.1,2
Episode mania atau hipomania
1. Mood Stabilizer
2. Antipsikotik atipikal
3. Mood stabilizer + antipsikotik atipikal. 1,2
Episode depresi
1. Antidepresan
2. Mood stabilizer
3. Antipsikotik atipikal
4. Mood stabilizer + antidepresan
5. Antipsikotik atipikal + antidepresan1,2

Table 1 Penatalaksanaan kedaruratan agitasi akut.1


Lini I • Injeksi IM Aripiprazol efektif untuk pengobatan agitasi pada
pasien dengan episode mania atau campuran akut. Dosis adalah
9,75mg/injeksi. Dosis maksimum adalah 29,25mg/hari (tiga kali
injeksi per hari dengan interval dua jam). Berespons dalam 45-60
menit.

19
• Injeksi IM Olanzapin efektif untuk agitasi pada pasien dengan
episode mania atau campuran akut. Dosis 10mg/ injeksi. Dosis
maksimum adalah 30mg/hari. Berespons dalam 15-30 menit.
Interval pengulangan injeksi adalah dua jam. Sebanyak 90%
pasien menerima hanya satu kali injeksi dalam 24 jam pertama.
Injeksi lorazepam 2 mg/injeksi. Dosis maksimum Lorazepam 4
mg/hari. Dapat diberikan bersamaan dengan injeksi IM
Aripiprazol atau Olanzapin. Jangan dicampur dalam satu jarum
suntik karena mengganggu stabilitas antipsikotika
Lini II • Injeksi IM Haloperidol yaitu 5 mg/kali injeksi. Dapat diulang
setelah 30 menit. Dosis maksimum adalah 15 mg/hari.
• Injeksi IM Diazepam yaitu 10 mg/kali injeksi. Dapat diberikan
bersamaan dengan injeksi haloperidol IM. Jangan dicampur dalam
satu jarum suntik.

Rekomendasi terapi pada mania akut


Tabel 2 Terapi mania.1
Lini I Litium, divalproat, olanzapin, risperidon,
quetiapin, quetiapin XR, aripiprazol, litium atau
divalproat + risperidon, litium atau divalproat +
quetiapin, litium atau divalproat + olanzapin,
litium atau divalproat + aripiprazol
Lini II Karbamazepin, ECT, litium + divalproat,
paliperidon
Lini III Haloperidol, klorpromazin, litium atau divalproat
haloperidol, litium + karbamazepin, klozapin
Tidak direkomendasikan Gabapentin, topiramat, lamotrigin, risperidon
+ karbamazepin, olanzapin + karbamazepin

Penatalaksanaan pada Episode Depresi Akut, GB I


Tabel 3 Penatalaksanaan episode depresi akut.1
Lini I Litium, lamotrigin, quetiapin, quetiapin XR,
20
litium atau divalproat + SSRI, olanzapin + SSRI,
litium + divalproat
Lini II Quetiapin + SSRI, divalproat, litium atau
divalproat + lamotrigin
Lini III Karbamazepin, olanzapin, litium + karbamazepin,
litium atau divalproat + venlafaksin, litium +
MAOI, ECT, litium atau divalproat atau AA +
TCA, litium atau divalproat atau karbamazepin +
SSRI + lamotrigin, penambahan topiramat
Tidak direkomendasikan Gabapentin monoterapi, aripiprazol monoterapi

Rekomendasi terapi rumatan pada GB I


Tabel 4 Terapi rumatan GB I.1
Lini I Litium, lamotrigin monoterapi, divalproat,
olanzapin, quetiapin, litium atau divalproat +
quetiapin, risperidon injeksi jangka panjang
(RIJP), penambahan RIJP, aripirazol
Lini II Karbamazepin, litium + divalproat, litium +
karbamazepin, litium atau divalproat + olanzapin,
litium + risperidon, litium + lamotrigin, olanzapin
+ fluoksetin
Lini III Penambahan fenitoin, penambahan olanzapin,
penambahan ECT, penambahan topiramat,
penambahan asam lemak omega-3, penambahan
okskarbazepin
Tidak direkomendasikan Gabapentin, topiramat atau antidepresan
monoterapi

Rekomendasi terapi akut depresi, GB II


Tabel 5 Terapi akut depresi, GB II.1
Lini I Quetiapin
Lini II Litium, lamotrigin, divalproat, litium atau
21
divalproat + antidepresan, litium + divalproat,
antipsikotika atipik + antidepresan
Lini III Antidepresan monoterapi (terutama untuk pasien
yang jarang mengalami hipomania)

Rekomendasi terapi rumatan GB II


Tabel 6 Terapi Rumatan GB II.1
Lini I Litium, lamotrigin
Lini II Divalproat, litium atau divalproat atau
antipsikotika atipik + antidepresan, kombinasi dua
dari: litium, lamotrigin, divalproat, atau
antipsikotika atipik
Lini III Karbamazepin, antipsikotika atipik, ECT
Tidak direkomendasikan Gabapentin

2.8 Prognosis
Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang kurang baik
dibandingkan depresi mayor. Sekitar 40-50% pasien dengan bipolar 1 memiliki
kemungkinan mengalami episode manik kedua dalam 2 tahun episode pertama.
Walaupun dnegan penggunaan litium sebagai profilaksis meningkatkan prognosis
bipolar I, kemungninan hanya 50-60% pasien mencapai control signifikan akan
gejala mereka dengan litium. Pasien bipolar I dengan premorbid status pekerjaan
yang tidak mendukung, ketergantungan alkohol, gejala psikotik, gejala depresi
dan jenis kelamin laki-laki juga mempengaruhi prognosis yang kurang baik.
Durasi pendek dari manik, usia yang tidak terlalu muda saat onset menghasilkan
prognosis yang lebih baik. Sekitar 7% pasien dengan gangguan bipolar tidak
memiliki gejala rekuren; 45% memiliki lebih dari 1 episode, dan 40% memiliki
gangguan kronik. Pasien mungkin memiliki 2 hingga 30 episode, walaupun angka
rata-ratanya adalah 9 episode. Sekitar 40% dari keseluruhan pasien mengalami
lebih dari 10 episode. Pada follow up jangka panjang 15% dari seluruh pasien
dengan bipolar I dapat hidup dengan baik, 45% hidup dengan baik namun

22
memiliki multirelaps, 30% pasien dengan remisi parsial, dan 10% pasien dengan
sakit kronis. 1,3,4
Untuk prognosis bipolar II, sampai saat ini masih dilakukan penelitian.
Bipolar II adalah penyakit kronik dimana memerlukan strategi penatalaksana
jangka panjang. ,3,4

23
BAB 3
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
KETERANGAN PRIBADI PASIEN
Nama (inisial) : Ny. WS
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat & tanggal lahir/ Umur : Padang, 30 Agustus 1987 / 31 tahun
Status perkawinan : Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku bangsa : Minang
Negeri Asal : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kuranji, Padang
Nama, Alamat, No HP keluarga terdekat : Tn. M, Padang, 0852xxxxxxxx

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 4 November 2019
2. Alloanamnesis dengan keluarga pasien via telepon tanggal 5 – 7
November 2019
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf
yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain

24
2. Sebab Utama
Pasien datang ke poli untuk mengambil obat agar pasien tidak mudah
tersinggung dan marah-maah/ mengamuk
3. Keluhan Utama (Chief Complaint)
 Pasien merasa cemas sejak 2 minggu ini
 Pasien merasa kurang tidur
 Mudah tersinggung
 Sering marah kepada anaknya yang masih batita
4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan suami pasien karena pasien mudah marah dan sulit
tidur sejak 6 bulan ini. Pasien mengatakan bahwa pasien mudah tersinggung
dan mudah marah. Perasan mudah tersinggung telah pasien rasakan sejak
2016. Jika pasien tersinggung, kadang-kadang pasien bisa mengamuk dan
mengganggu orang lain termasuk anak batitanya. Kadang-kadang pasien
merasa risih dengan anaknya yang sangat aktif saat ini sehingga pasien sering
memarahi anaknya tersebut. Oleh sebab itu, Ibu pasien ikut membantu pasien
dalam merawat anaknya karena merasa kasihan melihat cucunya itu.Suami
pasien tidak terlalu berperan mengurus anak karena kesibukannya kerja dan
jarang pulang.
Sebelumnya pasien pernah dirawat di bangsal jiwa RSUP dr. M. Djamil
sebanyak 3 kali pada juni 2019 dengan mengamuk-ngamuk dan pada Januari
dan April 2016 dengan bicara meracau dan mengganggu orang. Pasien
merasa dapat beraktifitas normal setelah pulang dari rawatan dengan
meminum obat secara teratur. Saat ini adalah kunjungan ke-6 pasien ke
poliklinik jiwa RSUP Dr. M. Djamil Padang, sudah mulai berobat sejak Juli
2019, pasien dan suaminya merasa ada perubahan, pasien sudah mulai
berkurang marah-marahnya dan dapat bekerja serta melakukan pekerjaan
rumah namun untuk merawat anak masih tetap dengan bantuan ibu pasien.
Pasien merasa cemas sejak 2 minggu ini. Pasien merasa banyak pikiran
yang berkecamuk di otaknya sehingga pasien kesulitan tidur akhir-akhir ini
ditambah dengan anak bayinya yang suka menagis dimalam hari.

25
Pasien juga merasa ada suara-suara yang membisikinya untuk melakukan
sesuatu hal. Selain itu pasien juga merasa orang – orang dilingkungannya
cenderung membicarakannya.
Riwayat trauma kepala dan riwayat kejang tidak ada. Riwayat merokok
tidak ada . Riwayat penggunaan NAPZA tidak ada. Riwayat minum alkohol
tidak ada.
5. Riwayat Penyakit Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
- Pasien sakit sejak ± 2006. Pasien mengatakan bahwa pada tahun itu beliau
kesurupan dikarenakan masuk mesjid yang tidak berpenghuni. Beliau
mengamuk, bicara meracau, dan berkeliling lingkungan rumah tanpa
menggunakan pakaian tanpa beliau sadari. Orang tua beliau tidak
membawanya ke rumah sakit, tetapi lebih memilih ke orang pintar. Setelah
beberapa bulan berobat, pasien merasa normal kembali.
- Pasien sudah pernah dirawat di RSUP DR. M.Djamil sebaganyak 3 kali pada
Januari dan April 2016 serta Juni 2019, selain itu pasien juga pernah dirawat
di RSJ Puti Bungsu namun pasien lupa kapan
- Pada Januari 2016, Pasien dirawat dikarenakan bicara meracau, mengganggu
orang dan tidak bisa tidur. Bicara banyak dan meracau telah dikeluhkan
keluarga sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit dan pasien mengamuk
dengan mengganggu orang sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
tidak bisa tidur sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit dan pasien
mengatakan hanya bisa tidur selama 2 jam. Selama terjaga pasien gelisah dan
banyak bicara. Pasien juga mengeluhkan melihat jin dan kadang-kadang salah
mengenali anggota keluarga sebagai jin. Pasien mengaku dirinya merupakan
anak nabi. Pasien tidak pernah mendengar suara-suara aneh. Keluhan-keluhan
tersebut sudah sering berulang sejak 2006 sebanyak ± 4 kali. Pasien telah
diberian obat injeksi lodomer 5 mg IM, injeksi difenhidramin 10mg/ml IM,
Risperidon 2mg 2x1, THP 2mg 2x1, CPZ 100 mg 1x1 malam pada awal
masuk IGD. Pasien dirawat -selama ± 3 minggu, dan dilanjutkan dengan
kontrol teratur ke spesalis jiwa dan meminum obat teratur.

26
- Pada April 2016, pasien dirawat dibangsal jiwa lagi dengan keluhan yang
hampir sama dengan sebelumnya dan dirawat ± 30 hari.
- Pada Juni 2019, Pasien dirawat di RSUP dr. M. Djamil dikarenakan pasien
mengamuk dengan suka menggigit orang sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pasien takut-takut dan pasien tidak mau makan sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pasien telah diberikan Risperidon 2mg 2x1, lorazepam
2mg 1x1 dan Injeksi klorpromazin 50mg IM pada saat masuk IGD. Pasien
dirawat selama ± 2,5 minggu. Selanjutnya pasien kontrol di Poli Jiwa RSUP
DR. M Djamil Padang dan diberi obat Risperidon 3 mg 2x1, Asam valproat
250mg 2x1, Olazepin 10mg 1x1, lorazepam 2mg 1x1 dan pasien minum obat
teratur.
b. Riwayat Gangguan Medis
Tidak ada riwayat hipertensi, DM, trauma, tumor, kejang, gangguan
kesadaran, HIV dan penyakit fisik lain.
c. Riwayat Penggunaan NAPZA
Pasien tidak merokok . Riwayat menggunakan NAPZA tidak ada. Minum
alkohol tidak ada.
6. Riwayat keluarga
a) Identitas orang tua/ penganti
IDENTITAS Orang tua/ Pengganti Keterangan
Bapak Ibu
(Darlis) (Nurhayati)
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Minangkabau Minangkabau
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Wiraswasta IRT

Umur 65 tahun 55 tahun


Alamat Kuranji Kuranji
Hubungan pasien* Akrab Akrab
Biasa Biasa

27
Kurang Kurang
Tak peduli Tak peduli
Dan lain-lain :- :-
`
b) Sifat/ Perilaku Orang tuatua kandung/ pengganti............. :
Bapak (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya)
Pemalas ( - )**, Pendiam (-), Pemarah (+), Mudah tersinggung ( - ), Tak suka
Bergaul ( - ), Banyak teman ( + ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( +),
Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis (
- ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois (-),
Penakut ( - ), Tak bertanggung jawab ( - ).
Ibu ( Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya)
Pemalas ( - )**, Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak
suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat (- ),
Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis (
- ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ),
Penakut ( - ), Tak bertanggung jawab ( - ), Penyayang (+), Baik hati (+)
c) Saudara
Pasien anak ke 2 dari 2 bersaudara
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr (35 tahun)
2. Lk/ Pr (31 tahun)
e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan
pasien terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa
dengan yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.*
Saudara ke Gambaran sikap dan perilaku Kualitas hubungan dengan
saudara (akrab/
biasa,/kurang/tak peduli)
1 Biasa, suka bergaul Akrab

28
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap dan Kualitas hubungan
tingkah laku (akrab/
biasa,/kurang/tak
peduli)
1. Ayah Kandung Biasa, suka bergaul Biasa
2 Ibu Kandung Biasa, suka bergaul Akrab
3 Kakak Kandung Biasa, suka bergaul Akrab
4 Abang Ipar Biasa, suka bergaul Biasa
5 Suami Biasa, suka bergaul Biasa
6 Anak Pasien Biasa Biasa
7 Anak 1 Kakak Biasa, suka bergaul Biasa
8 Anak 2 Kakak Biasa, suka bergaul Biasa
9 Anak 3 Kakak Biasa, suka bergaul Biasa

g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik


(yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :
Anggota Penyakit Kebiasaan- Penyakit
keluarga jiwa kebiasaan fisik
Bapak - - Penyakit Jantung Koroner
Ibu - - -
Saudara 1 - - -

Skema Pedegree

Keterangan : : Pria, : Wanita, : meninggal , : Pasien


: Gangguan Jiwa : Gangguan medis lain

29
h) Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:
No Rumah tempat Keadaan rumah
tinggal Tenang Cocok Nyaman Tidak Nyaman

1. Rumah orang tua Tenang Cocok Tidak Nyaman


di Padang
i) Dan lain-lain

7. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan


perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) yang
meliputi :
a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan.
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau
kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu )
 Kesehatan Fisik : Baik
 Kesehatan Mental : Baik
- Keadaan melahirkan :
 Aterm ( + ), partus spontan ( + ), partus tindakan ( - ) sebutkan jenis
tindakannya
 Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan ( YA )
 Jenis kelamin anak sesuai harapan ( YA )
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
 Pertumbuhan Fisik : Biasa
 Minum ASI : tidak diketahui
 Usia mulai bicara : tidak diketahui
 Usia mulai jalan : tidak diketahui
 Sukar makan ( - ), anoreksia nervosa ( - ), bulimia ( - ), pika ( - ), gangguan
hubungan ibu-anak ( - ), pola tidur baik ( - ), cemas terhadap orang asing
sesuai umum ( - ), cemas perpisahan (- ), dan lain-lain.....
c) Simtom-simtom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari ( - ), ngompol ( + ), BAB di

30
tempat tidur ( - ), night teror ( - ), temper tantrum ( - ), gagap ( - ), tik (- ),
masturbasi ( - ), mutisme selektif ( - ), dan lain-lain.
d) Toilet training
Umur : 5 tahun
Sikap orang tua: membiarkan
Perasaan anak untuk toilet training ini: biasa
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau ( - ),
kejang-kejang ( - ), demam berlangsung lama ( - ), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran ( -), dan lain-lain.
f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu ( - ), gelisah ( - ) overaktif ( + ),
menarik diri ( - ), suka bergaul ( + ), suka berolahraga ( - ), dan lain-lain.
g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Umur 7 tahun 13 tahun 16 tahun -
Prestasi* Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang
Aktifitas Sekolah* Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Teman * Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Guru Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang
Kemampuan Khusus (Bakat) (-) (-) (-)
Tingkah Laku Baik Baik Baik

h) Masa remaja: Fobia ( - ), masturbasi ( - ), ngompol ( - ), lari dari rumah (-),


kenakalan remaja ( - ), perokok berat ( - ), penggunaan obat terlarang (- ),
peminum minuman keras (- ), problem berat badan ( - ), anoreksia nervosa (-
), bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri ( - ), cemas ( -), gangguan
tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), dan lain-lain.

31
i) Riwayat Pekerjaan
Usia mulai berkerja 20 tahun, kepuasan kerja ( + ), pindah-pindah kerja ( -
), pekerjaan yang pernah dilakukan: pedagang tv bekas
Konflik dalam pekerjaan : ( - ), konflik dengan atasan ( - ), konflik dengan
bawahan ( - ), konflik dengan kelompok ( - ).
Keadaan ekonomi*: cukup (menurut pasien)
j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga
 Pasien sudah menikah.
 Hubungan seks sebelum menikah (-)
 Riwayat pelecehan seksual (-)
 Orientasi seksual (normal)
Perkawinan didahului dengan pacaran (+), kawin terpaksa (-), kawin paksa
(-), perkawinan kurang disetujui orang tua (-), kawin lari (-), sekarang ini
perkawinan yang ke -.1
 Kehidupan rumah tangga: rukun (+), masalah rumah tangga (+)
 Keuangan : Kebutuhan sehari-hari terpenuhi (+), pengeluaran dan
pendapatan seimbang (-), dapat menabung (+).
 Mendidik Anak : suami-istri bersama-sama (-), istri saja (+) suami saja (-),
selain orang tua sebutkan ibu pasien
k) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di asrama (-
) dan lain-lain (+)
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.

l) Perihal anak-anak pasien meliputi:


No Sex Umur Pendidikan Sikap&perila Kesehatan Sikap
kui pada anak
Fisik Mental
1 Laki-laki 1 th - Hiperaktif baik Baik Pemarah
Penyayang

32
m) Ciri Kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian (untuk axis II)
Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-)
Kepribadian Gambaran Klinis
Skizoid Emosi dingin ( - ), tidak acuh pada orang lain ( - ), perasaan hangat
atau lembut pada orang lain ( - ), peduli terhadap pujian maupun
kecaman ( - ), kurang teman ( - ), pemalu ( - ), sering melamun(-
), kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual (-), suka
aktivitas yang dilakukan sendiri ( - )
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan ( - ), kewaspadaan berlebihan (- ),
sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi ( - ), tidak mau menerima
kritik ( - ), meragukan kesetiaan orang lain ( - ), secara intensif
mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya ( - ),
perhatian yang berlebihan terhadap motif-motif yang
tersembunyi (-),cemburu patologik ( - ), hipersensifitas ( -),
keterbatasan kehidupan afektif ( - ).
Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference (- ), isolasi sosial ( - ), ilusi
berulang (- ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ).
Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual
yang berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( - ),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang
merugikan dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya
kebutuhan idur ( - ), pesimis ( - ), putus asa ( - ), insomnia ( + ),
hipersomnia ( - ), kurang bersemangat (-), rasa rendah diri (-),
penurunan aktivitas (-), mudah merasa sedih dan menangis (-),
dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi ( - ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (- ),
mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ),
bereaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele ( - ), egosentris ( - ),
suka menuntut ( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ),
33
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan
kecantikan ( - ), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian
dan pujian yang terus menerus ( - ), hubungan interpersonal yang
eksploitatif (- ), merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila
dikritik (- ) dan lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak
mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari
pengalaman ( - ), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan
kewajiban sosial ( - ), tidak mampu memelihara suatu hubungan
agar berlangsung lama ( - ), iritabilitas (+), agresivitas ( - ),
impulsif (- ), sering berbohong ( - ), sangat cendrung
menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang
masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan
masyarakat ( - )
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ),
kurangnya pengendaian terhadap kemarahan (+), gangguan
identitas ( - ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak tahan untuk
berada sendirian ( - ), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa
bosan kronik ( - ), dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (+), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ),
kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan
penolkan dalam situasi social (-), menghindari aktivitas sosial
atau pkerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal
karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan,
organisasi dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang
berlebihan ( - ), kaku da keras kepala ( - ), pengabdian yang
berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan
34
kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal ( - ),
pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis
caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan yang berlebihan
pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam
hidupnya (-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila
sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang
ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut ditinggalkan
oleh orang yang dekat dengannya ()

8. Stresor psikososial (axis IV)


Pertunangan ( - ), perkawinan ( - ), perceraian ( - ), kawin paksa ( - ), kawin
lari ( - ), kawin terpaksa ( - ), kawin gantung ( - ), kematian pasangan ( - ),
problem punya anak (+), anak sakit ( - ), persoalan dengan anak (-),
persoalan dengan orang tua ( - ), persoalan dengan pasangan ( + ), masalah
dengan teman dekat ( - ), masalah dengan atasan/ bawahan ( - ), mulai
pertama kali bekerja ( - ), masuk sekolah ( - ), pindah kerja ( - ), persiapan
masuk pensiun ( - ), pensiun ( - ), berhenti bekerja ( - ), masalah di sekolah (
- ), masalah jabatan/ kenaikan pangkat ( - ), pindah rumah ( - ), pindah ke
kota lain ( - ), transmigrasi ( - ), pencurian ( - ), perampokan ( - ), ancaman
( - ), keadaan ekonomi yang kurang ( - ), memiliki hutang ( - ), usaha
bangkrut ( - ), masalah warisan ( - ), mengalami tuntutan hukum ( -),
masuk penjara ( - ), memasuki masa pubertas( - ), memasuki usia dewasa ( -
), menopause ( - ), mencapai usia 50 tahun ( - ), menderita penyakit fisik yang
parah ( - ), kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ), abortus ( - ), hubungan yang
buruk antar orang tua ( - ), terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam
keluarga ( - ), cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau
kakek nenek ( - ), sikap orang tau yang acuh tak acuh pada anak ( - ), sikap
orang tua yang kasar atau keras terhadap anak ( - ), campur tangan atau
perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak ( - ), orang tua yang jarang

35
berada di rumah ( - ), terdapat istri lain ( - ), sikap atau kontrol yang tidak
konsisten ( - ), kontrol yang tidak cukup ( - ), kurang stimulasi kognitif dan
sosial ( - ), bencana alam ( - ), amukan masa ( - ), diskriminasi sosial ( - ),
perkosaan ( - ), tugas militer ( - ), kehamilan ( - ), melahirkan di luar
perkawinan ( - ), dan lain-lain.
9. Pernah suicide ( - )
10. Riwayat pelanggaran hukum
Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum
11. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam, sholat ada
12. Persepsi Dan Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar pasien dapat sehat secara mental
13. Persepsi Dan Harapan Pasien
Pasien menyatakan ingin sembuh.

GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT


Pasien kembali beraktifitas Pasien dapat
Pasien dapat melakukan
seperti biasa, pasien melakukan
aktifitas sehari-hari dan
menamatkan SMA nya dengan kegiatan
melahirkananaknya serta
baik dan mulai bekerja sehari-hari
merawat anaknya dengan baik
membantu orang tuanya dengan baik

Tahun 2006 Januari 2016 April 2016 Juni 2019 November 2019

Pasien kesurupan. Pasien mengaku anak Pasien Pasien sulit


mengamuk, nabi. Pasien mengaku ngamuk tidur, mudah
bicara meracau, sering melihat jin dan dengan tersinggung,
dan berkeliling terkadang salah menggigit nafsu makan
lingkungan rumah mengenali anggota orang, tidak berkurang,
tanpa keluarga sebagai jin mau makan Suka marah
menggunakan Pasien sering kepada anak
pakaian tanpa mengamuk.Bicara
beliau sadari. meracau dan tidak
bisa tidur

36
III. STATUS INTERNUS
 Keadaan Umum : sakit sedang
 Kesadaran : CMC
 Tekanan Darah : 130/80 mmHg
 Nadi : 82 x/menit
 Nafas : 20 x/menit
 Suhu : 36,5 C
 Tinggi Badan : 145 cm
 Berat Badan : 52 kg
 Status Gizi : IMT : 24,7
 Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
 Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
 Kelainan Khusus : Tidak ditemukan

IV. STATUS NEUROLOGIKUS


GCS : E4M5V6
Tanda ransangan Meningeal : tidak ada
Tanda-tanda efek samping piramidal :
 Tremor tangan : tidak ada
 Akatisia : tidak ada
 Bradikinesia : tidak ada
 Cara berjalan : tidak ada
 Keseimbangan : tidak ada
 Rigiditas : tidak ada
 Kekuatan motorik : Normal
 Sensorik : Halus (+), Kasar (+)
 Refleks : Reflek Fisiologis + normal, Refleks Patologis –

37
V. STATUS MENTAL
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis ( + ), somnolen ( - ), stupor ( - ),
kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ), delirium ( - ), kesadaran
berubah ( - ), dan lain-lain…..
2. Penampilan
 Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang ( - ), kaku ( - ),
gelisah ( - ), kelihatan seperti tua ( - ), kelihatan seperti muda ( - ),
berpakaian sesuai gender ( + ).
 Cara berpakaian : rapi ( - ), biasa ( + ), tak menentu ( - ), sesuai dengan
situasi ( + ),kotor ( - ), kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)*
 Kesehatan fisik : sehat ( + ), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak
tangan basah ( - ), dahi berkeringat ( - ), mata terbelalak ( - ).
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( + ), kurang wajar
( - ), sebentar ( + ), lama ( + ).
4. Sikap
Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( - ), menggoda ( - ),
bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( - ),
selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen (- ), infantil (- ), curiga (
- ), pasif ( - ), dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
 Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain
 Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-),
rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik (-), cerea flexibilitas (-),
negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( - ),
otomatisme( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi psikomotor
(+), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( + ), tik ( - ), somnabulisme ( - ),
akathisia ( - ), kompulsi( - ), ataksia, hipoaktivitas ( - ), mimikri ( - ), agresi (
- ), acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( - ),
distonia ( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ), convulsi (
- ), seizure ( - ), piromania ( - ), vagabondage (-).
38
B. Verbalisasi dan cara berbicara
 Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat
 Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
 Perbendaharaan* : biasa, sedikit, banyak
 Nada pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
 Volume pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
 Isi pembicaraan* : sesuai / tidak sesuai
 Penekanan pada pembicaraan* : Ada/ tidak
 Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
 Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ), gagap ( -
), afasia ( - ), bicara kacau ( - ).
C. Emosi
 Hidup emosi*: stabilitas (stabil), pengendalian (adekuat/tidak adekuat),
echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas), arus emosi
(cepat).
1. Afek
Afek appropriate/ serasi ( + ), afek inappropriate/ tidak serasi( - ), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood
mood eutimik ( + ), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap (expansive
mood) ( - ), mood yang iritabel (+), mood yang labil (swing mood) ( - ),
mood meninggi (elevated mood/ hipertim) ( - ), euforia ( - ), ectasy ( - ),
mood depresi (hipotim) ( - ), anhedonia ( - ), duka cita ( - ), aleksitimia ( - ),
elasi ( - ), hipomania ( - ), mania( - ), melankolia( - ), La belle indifference (
- ), tidak ada harapan ( - ).
3. Emosi lainnya
Ansietas (+), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( + ), tension
(ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional ( - ),
rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol impuls ( - ).

39
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia (+), hipersomnia ( - ), variasi
diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( - ),
pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).

D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)


 Kecepatan proses pikir (biasa/cepat /lambat)
 Mutu proses pikir (jelas/tajam)
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental ( - ), psikosis (+), tes realitas ( terganggu ), gangguan
pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis ( - ), pikiran autistik ( - ), dereisme (
- ), berpikir magis ( - ), proses berpikir primer ( - ).
2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas (+), tangensialitas ( -
), inkohenrensia ( - ), perseverasi ( - ), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ),
kondensasi ( - ), jawaban yang tidak relevan ( - ), pengenduran asosiasi (+),
derailment ( - ), flight of ideas ( -), clang association ( - ), blocking ( - ),
glossolalia ( - ).
3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
 Kemiskinan isi pikiran ( - ), Gagasan yang berlebihan ( - )
 Delusi/ waham
waham bizarre ( - ), waham tersistematisasi ( - ), waham yang sejalan dengan
mood ( - ), waham yang tidak sejalan dengan mood ( - ), waham nihilistik ( -
), waham kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham persekutorik ( + ),
waham kebesaran ( - ), waham referensi ( - ), thought of withdrawal ( - ),
thought of broadcasting ( - ), thought of insertion (), thought of control (-),
Waham cemburu/ waham ketidaksetiaan ( - ), waham menyalahkan diri
sendiri ( - ), erotomania ( - ), pseudologia fantastika ( - ), waham agama ( - ).
 Idea of reference
Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ),
kompulsi ( - ), koprolalia ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), koprolalia ( -
), fobia ( - )Ulat noesis ( - ), unio mystica ( - ).
40
E. Persepsi
 Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( + ), halusinasi visual ( - ), halusinasi olfaktorik (-),
halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( + ), halusinasi somatik ( - ),
halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang
tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi
perintah (command halusination) (-), trailing phenomenon ( - ).
 Ilusi ( - )
 Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )

F. Mimpi dan Fantasi


Mimpi : -
Fantasi : -

G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual


1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).
2. Atensi (perhatian) ( - ), distractibilty ( + ), inatensi selektif ( - ),
hipervigilance ( - ), dan lain-lain
3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi ( baik/ terganggu )
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( - ),
gangguan memori jangka menengah/ recent past ( - ), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent ( - ), gangguan memori segera/ immediate ( -
). Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ).
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit : baik/ terganggu
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu
8. Kemunduran intelek : (Ada/tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( - ),
pseudodemensia ( - ).

41
H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)

I. Discriminative Judgement :
 Judgment tes : tidak terganggu
 Judgment sosial : tidak terganggu

VI. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya


 Rutin
Darah rutin, Kimia klinik
 Anjuran

VII. Ikhtisar penemuan bermakna


Telah diperiksa pasien Ny. WS 31 tahun, agama Islam, suku Minang.
Pasien kontrol poli RSUP dr. M. Djamil Padang sejak Juli 2019 , 1 minggu
setelah pasien dipulangkan dari rawatan di bangsal Jiwa RSUP dr. M. Djamil
Padang. Pasien mengamuk dengan suka menggigit orang sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pasien takut-takut dan pasien tidak mau makan sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengatakan bahwa pasien mudah tersinggung dan mudah marah.
Perasan mudah tersinggung telah pasien rasakan sejak 2016. Jika pasien
tersinggung, kadang-kadang pasien bisa mengamuk dan mengganggu orang
lain termasuk anak batitanya.
Pasien merasa cemas sejak 2 minggu ini. Pasien merasa banyak pikiran
yang berkecamuk di otaknya sehingga pasien kesulitan tidur akhir-akhir ini
ditambah dengan anak batitanya yang suka menagis dimalam hari.

42
Pasien juga merasa ada suara-suara yang membisikinya untuk melakukan
sesuatu hal. Selain itu pasien juga merasa orang – orang dilingkungannya
cenderung membicarakannya.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan pasien perempuan dengan usia
sesuai, perilaku tenang selama wawancara, sikap kooperatif terhadap
pemeriksa. Pembicaraan jelas dan spontan, mood iritabel, afek appropriate,
halusinasi ada, waham ada. Orientasi tidak terganggu, tes realitas terganggu.
Dari pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kelainan.

VIII. Diagnosis Multiaksial


Aksis I : F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala
psikotik
Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan primary support grup
Aksis V : GAF 70-61 Beberapa gejala ringan dan menetap, diabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik

IX. Diagnosis Banding Axis I


- F32.3 Skizoafektif tipe manik

X. Daftar Masalah
 Organobiologik
 Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala atau riwayat kejang
 Psikologis
 Pasien gelisah
 Waham Curiga
 Halusinasi Auditorik
 Lingkungan dan psikososial
 Anak bayinya yang sedang aktif
 Suaminya yang sibuk dengan pekerjaannya dan tidak membantu pasien
dalam mengurus anak

43
XI. Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi
 Risperidone 2 x 2 mg
 Lorazepam 2 x 2 mg
 Clozapine 1 x 100mg
 THP 2 x 2mg
B. Non Farmakoterapi
 Psikoterapi
 Istirahat yang cukup dengan Sleep Hygiene
 Makan yang seimbang dan teratur
 Olahraga yang teratur
C. Psikoterapi
Kepada pasien:
 Psikoterapi suportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistic kepada pasien,
membantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya.
 Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang
dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan yang semakin efektif
untuk mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan
pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari bahwa obat merupakan
kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.

Kepada keluarga:
 Psikoedukasi
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan edukatif
tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan antara gejala dan perilaku,
perjalanan penyakit, serta prognosis). Pada akhirnya, diharapkan keluarga bisa
mendukung proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan. Serta menjelaskan
bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang membutuhkan pengobatan yang
lama dan berkelanjutan.
 Terapi

44
Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien (kegunaan
obat terhadap gejala pasien dan efek samping yang mungkin timbul pada
pengobatan). Selain itu, juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum
obat secara teratur.

XIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

45
BAB 4
DISKUSI

Seorang pasien perempuan berumur 31 tahun datang ke RSUP DR M.


Djamil Padang untuk kontrol ulang dengan keluhan saat ini berupa pasien mudah
tersinggung, dan adanya rasa cemas sehingga pasien sulit tidur.
Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan
penyakit dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan isi pikir,
perilaku, perasaan, dan persepsi yang secara klinis bermakna dan menimbulkan
hendaya (disability) dalam fungsi sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ
III dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa. Untuk
memastikan diagnosis gangguan jiwa, diperlukan wawancara yang baik untuk
mengumpulkan data dan informasi mengenai gejala yang bermakna, jangka
waktu, awitan, episode dan perjalanan penyakitnya.
Pada pasien ditemukan gejala klinis yang men
garahkan diagnosis aksis I yaitu Gangguan afektif bipolar episode kini manik
dengan gejala psikotik dengan pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ III.5
Pasien ini memiliki gejala afek yang sangat menonjol disertai dengan gejala
psikotik yang menonjol dalam satu episode waktu. Gejala psikotik yang
ditemukan pada pasien berupa halusinasi auditorik yaitu pasien merasa
mendengar suara –suara yang menyuruhnya melakukan sesuatu dan waham
curiga yaitu pasien merasa orang-orang dilingukannya membicarakannya disertai
dengan gejala manik pada pasien yaitu mood iritabel, tidur kurang, agitasi
psikomotor sejak 2 minggu ini. Sebelumnya pasien juga terdapat episode afektif
manik lainnya juga terjadi pada pada bulan Juni 2019, Juni dan April 2016.
Selain itu, selama rentang episode –episode tersebut pasien dapat melakukan
kegiatan sehari-hari dengan baik.
Pendekatan farmakoterapi terhadap gangguan bipolar pada episode mania
yaitu pemberian mood stabilizer dengan maupun tanpa antipsikotik atipikal.1,2
Pasien diberikan Risperidone 2x2 mg, Clozapin 1x100mng, Lorazepam 1x1 mg
dan THP 2x2mg. Risperidone merupakan antipsikosis atipikal generasi kedua dan
juga merupakan mood stabilizer. Risperidone bekerja dengan; 1. menghambat
reseptor dopamin 2, mengurangi gejala positif psikosis dan stabilisasi gejala
46
afektif; 2. menghambat reseptor serotonin 2A, menyebabkan peningkatan
pelapasan dopamin di regio sentral otak sehingga mengurangi efek samping
motorik dan meningkatkan kognitif dan gejala afektif. Dosis yang biasa diberikan
2-8 mg/hari.12 Pemberian Risperidon pada bipolar merupakan suatu Adjunctive
treatment pada pasien bipolar yang tidak memberikan respons dengan pemberian
litium atau valproat.11 Pada pasien ini pemberian asam valproat telah diberikan
pada Juli 2019, namun pasien masih mengeluhkan mudah marah sehingga
pemberian risperidon dipertimbangkan pada pasien ini. Clozapin merupakan
antipsikotik atipik golongan dibenzodiazepin dimana pemberian clozapin
ditujukan pada pasien dengan resisten/intoleran terhadap antipsikotik lain.11
Lorazepam merupakan golongan benzodiazepin. Lorazepam bekerja dengan; 1.
berikatan dengan reseptor benzodiazepin pada ligan GABA-A yng merupakan
gerbang kompleks saluran klorida; 2. meningkatkan efek inhibitor GABA;3.
menghambat aktivitas neuronal di amigdala yang bermanfaat untuk gangguan
anxietas.12 Benzodiazepine terpilih sebagai penenang dan anti-insomnia agar
pasien bisa beristirahat dan tidur. THP merupakan obat anti muskarinik yang
biasanya digunakan pada penyakit parkinson. Pemberian obat ini kepada pasien
didasarkan oleh kegunaan lain pada obat ini yang dapat mengatasi gangguan
ekstrapiramidal karena obat.11 Obat-obat antipsikotik beresiko akan gangguan
ekstrapiramidalnya Pada pasien ini ditemukan gejala gangguan ekstrapiramidal
yaitu agitasi psikomotor (resting tremor).
Psikoterapi dan psikoedukasi perlu diberikan kepada pasien maupun
keluarga. Tujuannya adalah agar pasien dan keluarga lebih memahami tentang
penyakit yang dialami, sehingga pasien memiliki kesadaran untuk melaksanakan
anjuran terapi sesuai instruksi dokter. Sebagian besar pasien dengan gangguan
jiwa akan lebih diuntungkan dari kombinasi farmakologis dan non-farmakologis.
Prognosis untuk pasien ini dubia ad bonam dikarenakan awitannya lambat,
riwayat sosial, seksual, pekerjaan dalam keadaan baik. Selain itu, faktor sudah
menikah dan keluarga pasien yang dapat mendukung pasien membuat prognosis
penyakit ini baik.

47
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir N. Gangguan mood bipolar: kriteria diagnostic dan tatalaksana dengan


obat antipsikotik atipik. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2010. h. 3-32.
2. Konsesus Nasional Terapi Gangguan Bipolar. Panduan tatalaksana gangguan
bipolar. Jakarta: Konsesus Nasional Terapi Gangguan Bipolar; 2010.h.2-21.
3. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan’s and sadock’s synopsis of psychiatry
behavioral sciences and clinical psychiatry. 10th edition.Philadelphia:
Lippincott William and Wilkins;2007.p.527-62.
4. American Psychiatry Assosiasion. Diagnostic and statistic manual of mental
disorder . Ed.5. Washington, DC : American psychiatric Publising; 2013.
5. Departemen Kesehatan RI. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan
jiwa di Indonesisa III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1993.hlm.140-50.
6. Soreff S, Ahmed I. Bipolar affective disorder. 22 April 2013. Diunduh dari
emedicine.medscape.com, 4 November 2019.
7. Simon H, Zieve D. Bipolar Disorder. 22 Januari 2009. Diunduh dari
www.umm.edu, 4 November 2019.
8. Fakultas Kedokteran Universiats Indonesia. Buku ajar psikiatri. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2010.hlm.197-208.
9. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan-sadock sinopsis psikiatri: ilmu
pengetahuan perilaku psikiatri klinis. Jilid satu. Jakarta: Binarupa Aksara;
2010.hlm.791-853.
10. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar kompetensi dokter Indonesia.2012.
Diunduh dari pdk3mi.org, 4 November 2019.
11. MENKES RI. Formularium Nasional. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia NOMOR HK.01.07/MENKES/659/2017 tentang
Formulariun nasional. Jakarta : KEMENKES RI;2017.
12. Benjamin J., Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook
of Psychiatric Drug Treatment Psychosis and Schizophrenia.Editor : Stahl,
Stephen M. Antipsychotics and Mood Stabilizers : Stahl’s Essential

48
Psychopharmacology. 3rd Edition.England : Cambridge University Press.
2008:26-34.

49
Lampiran 1. Kutipan wawancara psikiatri

AUTOANAMNESA dilakukan pada tanggal 4 November 2019

Pertanyaan Jawaban Interpretasi


- Assalamualaikum - Waalaikumsalam
Ibu, perkenalkan saya - Boleh Kooperatif
dokter muda Widi
dan Dellin. Kami
ingin bertanya
tentang keadaan ibu
sekarang, boleh?
- Siapa nama lengkap - WS
Ibu?
- Bagaimana kabar Ibu - Baik
hari ini?
- Coba Ibu ceritakan - Saya mau ngambil
mengapa bapak bisa obat soalnya saya
berada disini ? suka cemas dan tidur
kurang
- Sudah berapa lama - 2 minggu ini
buk?
- Menurut ibu , apa - Tidak tau dek.
yang menyebabkan Banyak yang terpikir
hal itu terjadi? sebelum tidur
jadinya ngga bisa
tidur.

- Apakah bapak pernah - Ada saya mendengar Halusinasi Auditori


mendengar suara- ada bisikan untuk
suara saat sedang melakukan sesuatu
sendiri? seperti membuka
pintu dll

- Apakah Ibu punya - Tidak ada saya biasa


kehebatan yang tidak biasa aja
dimiliki orang lain?

- Pernah masuk rumah - Pernah, dari tahun


sakit sebelumnya? 2016 saya sudah 2-3
kali masuk RSUP
DR M. Djamil

- Ada yang membuat - Tidak ada


Ibu merasa sedih atau
tertekan?
- Ibu ada sering - Tidak ada
50
mengurung diri dan
ada pernah punya
kinginan untk bunuh
diri?
- Jam berapa sekarang - Jam 10 Orientasi waktu
Bu? baik
- Bapak tahu ini - Di RSUP DR M Orientasi tempat
sekarang dimana? Djamil padang baik
- Bu kalau ada - Saya lari ke tempat discriminative
kebakaran disini apa yang aman judgement baik
yang bapak lakukan?
- Ibu tau kalau bapak - Tahu pak. Saya tahu discriminative
sakit sekarang bu ? saya seperti ini insight derajat III
karena saya dulu
sering kesurupan
- Baik bu, sekarang - Tidak dek
Ibu udah tau kan
tentang penyakit Ibu,
ada yang mau Ibu
tanyakan?

51

Anda mungkin juga menyukai