Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

BIPOLAR DISORDER

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan
Dosen Pembimbing: Resta Dwi Yuliani, S.Tr.Kes., M.K.M

Oleh :

Indah Diah Rahmawati (211336300005)

Kelas A1
PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
PERIODE 2022/2023

1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 5

1.4 Manfaatnya ............................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6

2.1 Pengertian Gangguan Bipolar Disorder.................................................... 6

2.2 Tanda dan gejala ....................................................................................... 7

2.3 Tanda dan gejala mania ............................................................................ 8

2.4 Tanda dan gejala hipomania ..................................................................... 9

2.5 Tanda dan gejala depresi bipolar .............................................................. 9

2.6 Tanda dan gejala episode campuran ....................................................... 10

2.7 Faktor penyebab ..................................................................................... 12

2.8 Beberapa jenis gangguan bipolar............................................................ 16

2.9 Tata laksana perawatan........................................................................... 16

BAB III CONTOH KASUS .................................................................................. 19

3.1 KASUS I ................................................................................................. 19

3.2 KASUS II ( TETAP BERPRESTASI ) .................................................. 22

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 26

4.1 KESIMPULAN ...................................................................................... 26

4.2 SARAN........................................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir-akhir ini semakin sering dijumpai orang-orang yang
mengalami penyakit atau gangguan psikologi akibat berbagai macam
faktor. Keadaan ekonomi maupun sosial yang menekan terus menerus
yang lama kelamaan apabila tidak diwaspadai akan menimbulkan
masalah yag lebih buruk, yaitu terjadinya gangguan mental. Ada
beberapa gangguan yang dikenal luas seperti stres, fobia, bulimia,
pedofilia, homoseks, dan sebagainya. Sebagian besar manusia bahkan
mungkin seluruh manusia pernah merasa depresi, tetapi perilaku ini
tidak dianggap abnormal pada kondisi tertentu (contoh kehilangan
seseorang yang dekat dan disayangi). Perasaan sedih atau depresi
bukanlah hal yang abnormal dalam peristiwa atau situasi yang penuh
tekanan, namun keadaan seseorang dianggap abnormal ketika kondisi
emosional seperti depresi tidak sesuai dengan situasinya. Orang dengan
gangguan mood (mood disorder) mengalami gangguan perasaan yang
luar biasa buruk atau berlangsung lama dan mengganggu kehidupan
seseorang baik dengan dirinya ataupun lingkungannya. Salah satu
gangguan perubahan mood yaitu gangguan bipolar (bipolar disorder),
gangguan ini melibatkan kondisi depresi dan manik (girang atau
bahagia yang berlebihan), biasanya dalam pola yang saling bergantian.
Remaja sekarang cenderung labil atau dalam bahasa popuer disebut
ababil (abg labil). Mahasiswa yang masih termasuk kategori remaja
sangat mudah berubah pola pikir, pendirian, dan mood, karena rata-rata
remaja masih labil dalam beberapa hal sehingga sangat mudah
mengalami depresi. Menurut Kashani, Hoeper, Beck, dan Corcoran
(seperti dikutip Durand & Barlow, 2006) depresi tidak terlalu sering
terjadi pada anak-anak dibanding pada orang dewasa, tetapi meningkat

3
tajam pada masa remaja. Wong & Whitaker (seperti dikutip Nevid,
Rathus, & Greene, 2005) sebuah survei dengan sampel mahasiswa
menunjukkan bahwa sekitar 30% mahasiswa melaporkan mengalami
paling tidak 2 depresi ringan. Banyak yang telat mengidentifikasi
(teridentifikasi saat sudah memburuk) gangguan bipolar (bipolar
disorder), menunjukkan bahwa banyak orang belum mengetahui apa itu
gangguan bipolar (bipolar disorder). Padahal jika tidak ditangani
dengan baik maka dapat berakibat fatal, mulai dari halusinasi
berlebihan, sampai keinginan bunuh diri. Penelitian studi kasus yang
dilakukan pada seorang penderita gangguan bipolar di Bipolar Center
Indonesia menunjukkan pernah melakukan percobaan bunuh diri
sebanyak lima kali. Percobaan bunuh diri paling sering terjadi saat
malam hari saat pikiran-pikiran negatif (trauma, patah hati) muncul
ditambah masalah yang terjadi saat itu. Gangguan bipolar yang dialami
sudah bertahun-tahun, awal muncul gejalanya dari kecil dan terdeteksi
saat usia belasan (sekitar umur 18 tahun). Penderita melakukan
pengobatan dengan menggunakan obat-obatan anti depresan dan
antipsikotik, dan melakukan terapi psikologis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengertian dari Bipolar Disorder
2. Jelaskan Tanda dan gejala dari Gangguan Bipolar Disorder
3. Jelaskan apa saja faktor penyebab Terjadinya Bipolar Disorder ?
4. Sebutkan Beberapa jenis gangguan bipolar!
5. Apa saja perawatan yang dilakukan untuk penderita?

4
1.3 Tujuan
1. Dapat Mengetahui Apa itu Bipolar disorder
2. Dapat mengetahui Tanda dan gejala dari Gangguan Bipolar
Disorder
3. Dapat mengetahui Faktor Penyebab Terjadinya Bipolar Disorder
4. Mengetahuiapa saja jenis Gangguan Bipolar Disorder
5. Mengetahui perawatan yg dapat dilakukan untuk penderita Bipolar
Disorder

1.4 Manfaatnya
Yaitu dapat memberikan gambaran umum kepada para pembaca
tentang gangguan Bipolar Disorder, Tanda dan gejala umum yg
ditimbulkan oleh penderita, apa saja jenis dari bipolar disorder, faktor
penyebabnya, serta apa saja perawatan yg dapat dilakukan oleh
penderita Bipolar Disorder, agar mereka dapat denganbijak
menanganinya sehingga tidak menimbulkan hal-hal yg berbahaya bagi
penderita maupun orang disekitarnya.Dan penyajian contoh kasus
untuk menambah wawasan pembaca.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gangguan Bipolar Disorder

Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang


kondisi psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati
yang sangat ekstrim berupa mania dan depresi, karena itu istilah medis
sebelumnya disebut dengan manic depressive. Suasana hati
penderitanya dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar)
yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi)
yang berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti.

Setiap orang pada umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik
(mood high) dan suasana hati yang buruk (mood low). Akan tetapi,
seseorang yang menderita gangguan bipolar memiliki ayunan perasaan
(mood swings) yang ekstrim dengan pola perasaan yang mudah berubah
secara drastis. Suatu ketika, seorang pengidap gangguan bipolar bisa
merasa sangat antusias dan bersemangat (mania). Saat suasana hatinya
berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa, bahkan
sampai mempunyai keinginan untuk bunuh diri. Suasana hati
meningkat secara klinis disebut sebagai mania, atau di saat ringan
disebut hipomania. Individu yang mengalami episode mania juga sering
mengalami episode depresi, atau episode campuran di saat kedua fitur
mania dan depresi hadir pada waktu yang sama. Episode ini biasanya
dipisahkan oleh periode suasana hati normal, tetapi dalam beberapa
depresi individu dan mania mungkin berganti dengan sangat cepat yang
dikenal sebagai rapid-cycle. Episode manik ekstrim kadang-kadang
dapat menyebabkan gejala psikosis seperti delusi dan halusinasi.
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara
dua minggu sampai lima bulan. Sedangkan depresi cenderung

6
berlangsung lebih lama. Episode hipomanik mempunyai derajat yang
lebih ringan daripada manik. Gangguan bipolar dibagi menjadi bipolar
I, bipolar II, cyclothymia, dan jenis lainnya berdasarkan sifat dan
pengalaman tingkat keparahan episode suasana hati; kisaran sering
digambarkan sebagai spektrum bipolar.

Insiden gangguan bipolar berkisar antara 0,3% - 1,5% yang


persentasenya tergolong rendah jika dibandingkan dengan persentase
insiden yang dikategorikan skizofrenia. Gangguan bipolar saat ini
sudah menjangkiti sekitar 10 hingga 12 persen remaja di luar negeri. Di
beberapa kota di Indonesia juga mulai dilaporkan penderita berusia
remaja. Risiko kematian terus membayangi penderita gangguan bipolar,
dan itu lebih karena mereka mengambil jalan pintas.

Episode pertama bisa timbul mulai dari masa kanak-kanak


sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30
tahun. Semakin dini seseorang menderita gangguan bipolar, risiko
penyakit akan lebih berat, berkepanjangan, bahkan sering kambuh.
Sementara anak-anak berpotensi mengalami perkembangan gangguan
ini ke dalam bentuk yang lebih parah dan sering bersamaan dengan
gangguan hiperaktif defisit atensi. Orang yang berisiko mengalami
gangguan bipolar adalah mereka yang mempunyai anggota keluarga
mengidap gangguan bipolar.

2.2 Tanda dan gejala

Gangguan bipolar dapat terlihat sangat berbeda pada orang yang


berbeda. Gejala bervariasi dalam pola mereka, keparahan, dan
frekuensi. Beberapa orang lebih rentan terhadap baik mania atau
depresi, sementara yang lain bergantian sama antara dua jenis episode.

7
Gangguan suasana hati sering terjadi pada seseorang, sementara yang
lain hanya mengalami sedikit selama seumur hidup.

Ada empat jenis episode suasana hati pada penderita gangguan


bipolar, yakni mania, hipomania, depresi, dan episode campuran. Setiap
jenis episode suasana hati gangguan bipolar memiliki gejala yang unik.

2.3 Tanda dan gejala mania

Gejala-gejala dari tahap mania gangguan bipolar adalah sebagai


berikut:

• Gembira berlebihan.
• Mudah tersinggung sehingga mudah marah.
• Merasa dirinya sangat penting.
• Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain.
• Penuh ide dan semangat baru.
• Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya.
• Mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengarnya.
• Nafsu seksual meningkat.
• Menyusun rencana yang tidak masuk akal.
• Sangat aktif dan bergerak sangat cepat.
• Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang
dibicarakan.
• Menghambur-hamburkan uang.
• Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung
membahayakan.
• Merasa sangat mengenal orang lain.
• Mudah melempar kritik terhadap orang lain.
• Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari.
• Sulit tidur.

8
• Merasa sangat bersemangat, seakan-akan satu hari tidak cukup 24
jam.

2.4 Tanda dan gejala hipomania

Hipomania adalah bentuk kurang parah dari mania. Orang-orang


dalam keadaan hipomanik merasa gembira, energik, dan produktif,
tetapi mereka mampu meneruskan kehidupan sehari-hari dan tidak
pernah kehilangan kontak dengan realitas. Untuk yang lain, mungkin
tampak seolah-olah orang dengan hipomania hanyalah dalam suasana
hati yang luar biasa baik. Namun, hipomania dapat menghasilkan
keputusan yang buruk yang membahayakan hubungan, karier, dan
reputasi. Selain itu, hipomania sering meningkat menjadi mania penuh
dan terkadang dapat diikuti oleh episode depresi berat.

Tahap hipomania mirip dengan mania, perbedaannya adalah


penderita yang berada pada tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan
telah kembali normal serta tidak mengalami halusinasi dan delusi.
Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan
biasa, tapi membawa risiko yang sama dengan mania. Gejala-gejala
dari tahap hipomania pada gangguan bipolar adalah sebagai berikut:

• Bersemangat dan penuh energi dengan munculnya kreativitas.


• Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat
marah.
• Penurunan kebutuhan untuk tidur.

2.5 Tanda dan gejala depresi bipolar

Gejala-gejala dari tahap depresi gangguan bipolar adalah sebagai


berikut:

9
• Suasana hati yang murung dan perasaan sedih yang berkepanjangan.
• Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas.
• Kehilangan minat untuk melakukan sesuatu.
• Tidak mampu merasakan kegembiraan.
• Mudah letih, tak bergairah, tak bertenaga.
• Sulit konsentrasi.
• Merasa tak berguna dan putus asa.
• Merasa bersalah dan berdosa.
• Rendah diri dan kurang percaya diri.
• Beranggapan masa depan suram dan pesimistis.
• Berpikir untuk bunuh diri.
• Hilang nafsu makan atau makan berlebihan.
• Penurunan berat badan atau penambahan berat badan.
• Sulit tidur, bangun tidur lebih awal, atau tidur berlebihan.
• Mual sehingga sulit berbicara karena menahan rasa mual, mulut
kering, susah buang air besar, dan terkadang diare.
• Kehilangan gairah seksual.
• Menghindari komunikasi dengan orang lain.

Hampir semua penderita gangguan bipolar mempunyai pikiran


tentang bunuh diri. dan 30% di antaranya berusaha untuk
merealisasikan niat tersebut dengan berbagai cara.

2.6 Tanda dan gejala episode campuran

Episode ini merupakan gangguan bipolar campuran dari kedua


fitur gejala mania atau hipomania dan depresi. Tanda-tanda umum
episode campuran termasuk depresi dikombinasikan dengan agitasi,
iritabilitas, kegelisahan, insomnia, distractibility, dan layangan pikiran
(flight of idea). Kombinasi energi tinggi dan rendah membuat suasana
hati penderita berisiko tinggi untuk bunuh diri.

10
Dalam konteks gangguan bipolar, episode campuran (mixed
state) adalah suatu kondisi di saat tahap mania dan depresi terjadi
bersamaan. Pada saat tertentu, penderita mungkin bisa merasakan
energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-ide yang berlalu-
lalang di kepala, agresif, dan panik (mania). Akan tetapi, beberapa jam
kemudian, keadaan itu berubah menjadi sebaliknya. Penderita merasa
kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap lingkungan
sekitarnya. Hal itu terjadi bergantian dan berulang-ulang dalam waktu
yang relatif cepat. Alkohol, narkoba, dan obat-obat antipedresan sering
dikonsumsi oleh penderita saat berada pada epiode ini. Episode
campuran bisa menjadi episode yang paling membahayakan penderita
gangguan bipolar. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki
keinginan untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusi, dan
halusinasi. Gejala-gejala yang diperlihatkan jika penderita akan
melakukan bunuh diri antara lain sebagai berikut:

• Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada


orang-orang di sekitarnya.
• Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.
• Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.
• Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti tagihan listrik dan
telepon.

Penderita yang mengalami gejala-gejala tersebut atau siapa saja


yang mengetahuinya sebaiknya segera menelepon dokter atau ahli jiwa,
jangan meninggalkan penderita sendirian dan jauhkan benda-benda atau
peralatan yang berisiko dapat membahayakan penderita atau orang-
orang di sekelilingnya.

11
2.7 Faktor penyebab

• Genetika

Genetika bawaan adalah faktor umum penyebab gangguan


bipolar. Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah satunya
merupakan pengidap gangguan bipolar memiliki risiko mengidap
penyakit yang sama sebesar 15 % hingga 30%. Bila kedua orangtuanya
mengidap gangguan bipolar, maka berpeluang mengidap gangguan
bipolar sebesar 50% - 75%. Kembar identik dari seorang pengidap
gangguan bipolar memiliki risiko tertinggi kemungkinan
berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik.
Penelitian mengenai pengaruh faktor genetis pada gangguan bipolar
pernah dilakukan dengan melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10% - 15% keluarga dari pasien
yang mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu episode
gangguan suasana hati.

• Fisiologis

Sistem neurokimia dan gangguan suasana hati. Salah satu faktor


utama penyebab seseorang mengidap gangguan bipolar adalah
terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak. Sebagai
organ yang berfungsi menghantarkan rangsang, otak membutuhkan
neurotransmitter (saraf pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian
tubuh lainnya) dalam menjalankan tugasnya. Norepinephrin, dopamin,
dan serotonin adalah beberapa jenis neurotransmitter yang penting
dalam penghantaran impuls syaraf. Pada penderita gangguan bipolar,
cairan-cairan kimia tersebut berada dalam keadaan yang tidak
seimbang.
Sebagai contoh, ketika seorang pengidap gangguan bipolar dengan
kadar dopamin yang tinggi dalam otaknya akan merasa sangat

12
bersemangat, agresif dan percaya diri. Keadaan inilah yang disebut fase
mania. Sebaliknya dengan fase depresi yang terjadi ketika kadar cairan
kimia utama otak itu menurun di bawah normal, sehingga penderita
merasa tidak bersemangat, pesimis dan bahkan keinginan untuk bunuh
diri yang besar.

Seseorang yang menderita gangguan bipolar menandakan adanya


gangguan pada sistem motivasional yang disebut dengan behavioral
activation system (BAS). BAS memfasilitasi kemampuan manusia
untuk memperoleh penghargaan (pencapaian tujuan) dari
lingkungannya. Hal ini dikaitkan dengan positive emotional states,
karakteristik kepribadian seperti ekstrovert (bersifat terbuka),
peningkatan energi dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Secara
biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam otak yang
melibatkan dopamin dan perilaku untuk memperoleh penghargaan.
Peristiwa kehidupan yang melibatkan penghargan atau keinginan untuk
mencapai tujuan diprediksi meningkatkan episode mania tetapi tidak
ada kaitannya dengan episode depresi. Sedangkan peristiwa positif
lainnya tidak terkait dengan perubahan pada episode mania.

Sistem neuroendokrin. Area limbik di otak berhubungan dengan


emosi dan mempengaruhi hipotalamus yang berfungsi mengontrol
kelenjar endokrin dan tingkat hormon yang dihasilkan. Hormon yang
dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar pituaritas. Kelenjar
ini terkait dengan gangguan depresi seperti gangguan tidur dan
rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut, bahwa
orang yang depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon
adrenocortical) yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh produksi yang
berlebih dari pelepasan hormon rotropin oleh hipotalamus. Produksi
yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga menyebabkan

13
semakin banyaknya kelenjar adrenal. Banyaknya cortisol tersebut juga
berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus dan penelitian juga
telah membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan
hipoccampal yang tidak normal. Penelitian mengenai Cushing’s
Syndrome juga dikaitkan dengan tingginya tingkat cortisol pada
gangguan depresi.

• Lingkungan

Gangguan bipolar tidak memiliki penyebab tunggal. Tampaknya


orang-orang tertentu secara genetis cenderung untuk mengidap
gangguan bipolar, namun tidak semua orang dengan kerentanan
mewarisi penyakit berkembang yang menunjukkan bahwa gen
bukanlah satu-satunya penyebab. Beberapa studi pencitraan otak
menunjukkan perubahan fisik pada otak penderita gangguan bipolar.
Dalam penelitian lain disebutkan, gangguan ini juga disebabkan oleh
poin ketidakseimbangan neurotransmitter, fungsi tiroid yang abnormal,
gangguan ritme sirkadian dan tingkat tinggi hormon stres kortisol.
Faktor eksternal lingkungan dan psikologis juga diyakini terlibat dalam
pengembangan gangguan bipolar. Faktor-faktor eksternal yang disebut
pemicu dapat memulai episode baru mania atau depresi dan membuat
gejala yang ada memburuk, namun banyak episode gangguan bipolar
terjadi tanpa pemicu yang jelas.

Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu


munculnya penyakit yang melibatkan hubungan antarperseorangan atau
peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan (penghargaan) dalam hidup.
Contoh dari hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta,
dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara
lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Selain
itu, seorang penderita gangguan bipolar yang gejalanya mulai muncul

14
saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil
yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan
atau depresi. Selain penyebab di atas, alkohol, obat-obatan dan penyakit
lain yang diderita juga dapat memicu munculnya gangguan bipolar.

Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat


mendukung penderita gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan
dengan normal. Berikut ini adalah faktor lingkungan yang dapat
memicu terjadinya gangguan bipolar:

• Stres merupakan peristiwa kehidupan yang dapat memicu gangguan


bipolar pada seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini
cenderung melibatkan perubahan drastis atau tiba-tiba-baik atau
buruk seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi,
kehilangan orang yang dicintai, atau dipecat dalam pekerjaan.
• Penyalahgunaan zat tidak menyebabkan gangguan bipolar, itu dapat
membawa pada sebuah episode dan memperburuk perjalanan
penyakit. Obat-obatan seperti kokain, ekstasi dan amphetamine
dapat memicu mania, sedangkan alkohol dan obat penenang dapat
memicu depresi.
• Obat-obat tertentu, terutama obat-obatan antidepresan, bisa memicu
mania. Obat lain yang dapat menyebabkan mania termasuk obat flu,
penekan nafsu makan, kafein, kortikosteroid dan obat tiroid.
• Perubahan musiman merupakan episode mania dan depresi sering
mengikuti pola musiman. Episode mania lebih sering terjadi selama
musim panas, dan episode depresif lebih sering terjadi selama
musim dingin, musim gugur, serta musim semi (untuk negara
dengan 4 musim).
• Kurang tidur atau melewatkan beberapa jam istirahat dapat memicu
episode mania.

15
2.8 Beberapa jenis gangguan bipolar

Gangguan bipolar dapat terlihat dalam berbagai bentuk.


Beberapa jenis telah diidentifikasi; jenis-jenis tersebut terutama terkait
dari pola terjadinya gangguan bipolar:

• Gangguan Bipolar I: Setidaknya terjadi satu kejadian kegembiraan


berlebihan (manik).[1]
• Gangguan Bipolar II: Tidak ada kejadian kegembiraan berlebihan,
tetapi setidaknya ada satu kejadian Hypomania, dan setidaknya satu
kejadian kesedihan berlebihan (major depressive).[2]
• Cyclothymia: Seperti halnya gangguan bipolar II, tetapi depresinya
tidak dapat dikategorikan sebagai kesedihan berlebihan.[3]
• Unipolar : gejala yang diperlihatkan hanya satu gejala depresi saja.
Sedangkan pada bipolar 1 dan 2 sama-sama memiliki episode manik
dan depresi. Namun perbedaan terletak pada maniknya.

“Jika dianalogikan dengan angka, pada pasien bipolar 1 maniknya 10,


bipolar 2 maniknya 5, sedangkan pada unipolar nol,”. Menurut Ketua
Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia
(PDSKJI), Dokter Danardi Sosrosumihardjo SpKJ(K).

2.9 Tata laksana perawatan

• Terapi penyinaran (Light theraphy)


adalah salah satu cara tata laksana perawatan gangguan
bipolar.Seperti kebanyakan penyakit mental lainnya, banyak cara untuk
melakukan tata laksana perawatan gangguan bipolar. Kadang-kadang
pemberian obat-obatan dan terapi/konsultasi dapat membuat hal ini
lebih mudah dikontrol. Tetapi hal ini belum tentu bisa dilakukan pada

16
semua orang dan tidak jarang terjadi masa kegembiraan berlebihan
(manik), ketika mereka berhenti minum obat, karena mereka merasa
sudah dapat mengontrol dirinya sendiri. Hal ini dapat membuat sulitnya
hidup dengan gangguan bipolar, tetapi dengan adanya edukasi tentang
hal ini, maka gangguan bipolar sesungguhnya tidak benar-benar sulit.
Kadang-kadang, penderita gangguan bipolar perlu diberikan obat-
obatan atas kemauannya; tergantung dari tingkat beratnya, penderita
mungkin berpikir tentang bunuh diri, atau mungkin mereka tidak dapat
melihat keadaannya dengan tepat. Dalam banyak kasus, menerangkan
kasusnya pada penderita akan sangat membantu. Ketika mereka telah
melewati banyak tahap dari gangguan bipolar ini berulang kali, mereka
seringkali melihat tata laksana perawatan dapat membuat hidup mereka
lebih mudah.
Kopi, teh atau rokok di kehidupan sehari-hari adalah hal yang
biasa, tetapi akan berpengaruh besar pada penderita gangguan bipolar:

• Kopi dan teh adalah stimulan; yang menyebabkan pengurangan


waktu tidur, dan hal ini bisa menimbulkan masalah.
• Alkohol juga berperan dalam kenyenyakan dan lamanya tidur; hal
ini data menambah penyebab depresi. Terlebih pula hal ini
menyebabkan kecanduan.
• Ganja sebagai obat kadang-kadang diberikan; masalahnya hal ini
menimbulkan paranoia, walaupun dapat menjadi indikasi dari tahap
kegembiraan (manik), tetapi kurang dapat mendeteksi depresi.

• Terapi diri sendiri

Berikut ini cara-cara untuk membantu diri sendiri dalam


penanganan gangguan bipolar:

17
• Dapatkan pengetahuan tentang cara mengatasi gangguan dan hal-hal
yang berkaitan dengan gangguan bipolar. Semakin banyak
diketahui, semakin baik dalam membantu pemulihan sendiri dari
gangguan ini.
• Jauhkan stres dengan menjaga situasi keseimbangan antara
pekerjaan dan hidup sehat, dan mencoba teknik relaksasi seperti
meditasi, yoga, shalat malam (tahajjud) atau pernapasan dalam.
• Mencari dukungan dengan memiliki seseorang yang untuk diminta
bantuan dan dorongan. Cobalah bergabung dengan kelompok
pendukung atau berbicara dengan teman yang dipercaya.
• Buatlah pilihan yang sehat. Pola tidur, makan, dan berolahraga
dapat membantu menstabilkan suasana hati. Menjaga jadwal tidur
yang teratur sangatlah penting.
• Pemantauan suasana hati secara mandiri dengan melacak gejala dan
tanda-tanda ayunan suasana hati Anda berayun di luar kendali
sehingga dapat menghentikan masalah sebelum dimulai.

18
BAB III
CONTOH KASUS
3.1 KASUS I

• KASUS SHEYNA

Sheyna, 13 tahun, memiliki orangtua yang overprotectivedan sangat


menuntut supaya Sheyna mengikuti apa saja perintah yang diberikan
kepadanya.

Sheyna merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara, dan hanya ia


yang perempuan. Sheyna menganggap dirinya sangat bergantung pada
orangtua, ditambah lagi orangtua memperlakukan Sheyna seperti anak
kecil yang berusia di bawah usia dirinya.

Kedua kakak Sheyna sangat pembangkang bahkan kakak pertama


Sheyna (18 tahun) pernah blak-blakan mengaku kepada orangtua
mereka bahwa ia telah melakukan aktivitas seksual dengan teman di
sekolah. Tentu saja, orangtua menjadi sangat marah, apalagi orangtua
sangat strict terhadap isu-isu seksual. Bahkan, orangtua selalu
membahas kepada Sheyna dan kedua kakak bahwa virginity itu harus
dijaga hingga kelak menikah. Kondisi kakaknya ini berbanding terbalik
dengan Sheyna yang sangat pasif dan penurut, serta menjadi satu-
satunya anak yang dianggap “baik” oleh orangtuanya sehingga Sheyna
dijuluki “Little Miss Perfect”.

Ada riwayat sakit mental di dalam keluarga Sheyna. Nenek


kandung Sheyna dari pihak Ibu serta Bibi Sheyna dari pihak Ayah
sama-sama menderita depresi.

Sheyna mengalami insomnia sejak ia berusia 10 tahun. Setiap


malam ia mengalami kesulitan untuk tidur dan akhirnya mengganggu

19
kegiatan belajar di sekolah. Nilai Sheyna sampai mengalami penurunan
yang cukup parah, sehingga orangtua memutuskan supaya Sheyna
menjalani home-schooling saja supaya Sheyna dapat mengatur waktu
kapan untuk belajar. Perilaku insomnia ini dialami Sheyna pasca
pertengkaran hebat di dalam keluarga, di mana kakak pertama Sheyna
ternyata sampai menghamili temannya di sekolah. Pada saat itu, kondisi
rumah sangat “panas”, Ayah dan Ibu selalu bertengkar setiap ada
kesempatan di pagi-siang-sore-malam. Keadaan semakin memanas
karena kakak pertama Sheyna sempat kabur dari rumah bersama teman
yang ia hamili, sehingga memicu pertengkaran antara keluarga Sheyna
dengan keluarga yang anaknya dihamili oleh kakak Sheyna tersebut.
Kondisi tersebut berlangsung hingga kurang-lebih dua bulan dan sejak
itu, Sheyna sulit sekali memejamkan mata seberapa pun dirinya
mengantuk karena bayangan pertengkaran dan suasana memanas itu
selalu menghantui Sheyna. Untuk pertama kalinya, di masa sebulan itu,
Sheyna mengalami ledakan emosi yang tinggi.

Sejak saat itu, Sheyna juga semakin sering menyendiri di dalam


kamar untuk menghindari pertengkaran. Bagi Sheyna, dia menjadi lebih
rileks dengan berada di dalam kamar. Dia juga semakin bisa berpikir,
mencari tahu, dan menganalisa segala hal yang ia senangi. Sheyna
tertarik dengan politik dan memiliki pemikiran tersendiri tentang
politik, misalnya ia percaya bahwa dirinya merupakan reinkarnasi dari
seorang politikus Romawi di masa lalu.

Keluarga dan teman-teman Sheyna melihat Sheyna sebagai orang


yang sangat rapi dan teroganisir. Sheyna senang menuliskan apapun
ide-ide yang ia miliki dan menuliskan di buku diary, komputer, bahkan
dinding kamarnya penuh dengan papernote yang ditempelkan secara
berantakan dan berisi ide-idenya tersebut. Kebanyakan ide yang Sheyna
tuliskan berisi tentang hal-hal yang selama ini dianggap tabu untuk

20
dibicarakan di dalam keluarganya, seperti tentang dorongan seksual dan
tingkat spiritualitas. Aktivitas ini semakin menjadi-jadi saat ia
merasakan gairah luar biasa untuk melakukan sesuatu.

Selama proses pertengkaran di dalam keluarganya, Sheyna sempat


mengalami depresi dan depresi yang ia miliki semakin menjadi-jadi
karena hingga saat ini Sheyna masih menderita insomnia. Sheyna juga
menderita kesulitan untuk makan dan konsentrasi. Di puncak
depresinya, Sheyna akhirnya beberapa kali melakukan percobaan
bunuh diri. Beruntung, Ibu selalu menemukan Sheyna tepat waktu
sehingga Sheyna masih bisa diselamatkan.

• Analisa Kasus Sheyna

Sheyna menunjukkan simptom perilaku yang mengarah ke Bipolar I


Disorder. Sheyna meyakini bahwa dirinya merupakan reinkarnasi dari
politisi Romawi di masa lalu, yang menunjukkan simptop psikotis ada
pada dirinya. Simptom psikotis sendiri hanya muncul pada Bipolar I
Disorder. Sheyna juga menunjukkan perilaku mania dengan cara
menuliskan semua ide-ide yang ia miliki di buku diary, komputer,
bahkan papernote yang ditempel berantakan di dinding kamarnya. Ide-
ide tersebut termasuk pula ide-ide yang sebenarnya selalu tabu untuk
dibicarakan di dalam keluarga (tentang seksualitas dan spiritualitas).
Perilaku ini jelas berbeda dengan kebiasaan Sheyna yang selalu rapi
dan terorganisir. Kemunculan perilaku mania ini dibarengi pula dengan
kemunculan perilaku depresi yang membuat Sheyna sampai beberapa
kali melakukan percobaan bunuh diri.

Pada kasus Sheyna, ditemukan bahwa ada riwayat genetis di dalam


keluarga dekatnya yang memiliki gangguan depresi, yaitu Nenek
kandung Sheyna dari pihak Ibu serta Bibi Sheyna dari pihak Ayah.
Perlu ada pemeriksaan mendalam tentang apakah kasus Sheyna terkait

21
dengan riwayat genetis di dalam keluarganya. Tetapi, kemungkinan itu
tetap ada.

BD yang diderita Sheyna merupakan masalah yang perlu


penanganan hingga seumur hidup karena tidak dapat dengan mudah
ditentukan bahwa gejala mania dan depresi yang diderita Sheyna tidak
akan lagi muncul di masa depan. Cara terbaik untuk
memberikan treatment kepada Sheyna adalah dengan memberikan
pengobatan medis yang tepat serta menjalani psikoterapi. Misalnya,
mengkombinasikan pemberian obat antipsychotic(seperti: Seroquel)
dan mood-stabilizer (seperti: Lithium), ditambah psikoterapi (seperti:
terapi regulasi emosi, anger management untuk membantu Sheyna
dalam mengatasi mania dan depresi yang muncul di dirinya).

3.2 KASUS II ( TETAP BERPRESTASI )

Vindy Ariella (23) dan Igi (34) adalah dua sosok muda yang
optimistis, dinamis, dan penuh karya. Mereka tetap menjalani hidup
dengan semangat meski mengalami gangguan bipolar.

Mengakui dan menerima dirinya gangguan bipolar, kedua sosok ini


setuju, hal ini malah membantu mereka untuk mengontrol diri dan
menjalani hidup normal saat mengalami episode ketidakstabilan
perasaan, baik saat bahagia atau manik maupun saat merasa depresi.

• Kisah Vindy

Vindy misalnya, pertama kali didiagnosis gangguan bipolar saat


usia 18 tahun. Sudah 5 tahun ia jalani kehidupan dengan gangguan
kejiwaan ini namun kini ia bisa berkarya di bidang seni sebagai

22
freelance designer yang mampu menghasilkan desain sketsa dengan
gambar apik.

Tak hanya memenuhi permintaan desain, ia pun berkarya pada saat


depresi. "Saya sedang mencoba menjalani art health. Misalnya, saat
depresi, saya tuangkan apa yang saya rasakan ke atas kanvas,".

• Kisah Igi

Gangguan Bipolar bisa bekerja Dikantoran. Igi membuktikannya.


Gangguan bipolar yang diketahuinya September 2013 lalu tak
mengganggu kinerjanya sebagai pekerja di bidang finance.

"Selama ini saya mampu mengontrol diri untuk terus berangkat


kerja dan tidak ada masalah dengan pekerjaan yang saya lakukan.
Meski sedang mengalami depresi, tanggung jawab sebagai pekerja itu
yang mendorong saya," ungkap perempuan berambut pendek itu, yakin.

Semangatnya dua sosok ini dalam menjalani kehidupan sebagai


pasien gangguan bipolar, merembet ke teman-teman lain. Bersama
Mili, Miri, dan Rendi mereka mendirikan sebuah komunitas Bipolar
Care Indonesia (BCI) pada Mei 2013. BCI sebagai sebagai wadah
terutama bagi teman-teman Orang Dengan Bipolar (ODB) dan care
giver atau orang-orang yang berada di sekitar ODB serta orang-orang
yang peduli ODB.

Mencapai kehidupan seperti layaknya orang sehat jiwa lainnya,


kedua sosok ini penuh usaha untuk mencapai titik ini. Seperti layaknya
pasien gangguan bipolar, kedua orang ini mengalami ketidakstabilan
perasaan baik episode depresi maupun manik.

23
Semasa kuliah di fakultas kedokteran dahulu Vindy pernah
merasakan seperti ada beban sungguh berat untuk kuliah. Duduk di
kelas dengan pikiran kosong, konsentrasi terganggu, langkahnya gontai,
tiba-tiba menangis bahkan pernah muncul perasaan ingin mengamuk.

Saking sedihnya episode depresi yang ia alami, ia merasa masa


depannya suram, ia tak berguna lagi dan merasa hidupnya hanya
menyulitkan orang lain. Sampai-sampai ia pernah berpikir bunuh diri,
upaya bunuh diri pernah ia lakukan sekali dengan menenggak banyak
obat hingga overdosis.

Berbeda halnya saat manik, energi perempuan asal Jakarta ini jadi
berlebih. Segala ketertinggalan materi kuliah pada saat depresi
langsung dikejarnya dengan semangat. Sampai-sampai ia kurang tidur.
Lalu, ia lebih boros, bisa saja tiba-tiba ingin shopping, beli baju-baju
mahal menggunakan uang kosnya.

Pernah juga ia merasakan bosan makan obat, karena tiap hari harus
makan obat antidepresan dan mood stabilizer dari psikiater. "Pernah
empat bulan nggak makan obat, tapi malah episode depresi dan
maniknya berlangsung cepat. Pas datang lagi ke psikiater lagi diberi
obat dengan dosis tinggi,"

Pikiran untuk bunuh diri pun pernah menghampiri Igi, tapi


untungnya belum sampai mencoba untuk melakukannya. Selain itu,
pada saat depresi ia tak ingin melakukan apa-apa. Rasanya malas.
Bahkan untuk mengangkat sendok untuk makan pun tak ada. Bahkan
hal-hal yang sangat disukainya pada saat normal bisa tak menarik
sangat depresi.

24
Mendengarkan lagu-lagu sedih pun mampu memicu emosinya
untuk depresi."Misalnya lagu Geisha, itu kan enak banget ya... Tapi
bisa buat saya larut dan memunculkan perasaan sedih dan depresi," ujar
perempuan asal Depok ini.

Akhirnya kini ia tidak masukkan playlist lagu-lagu sedih. Memilih


dengan lagu-lagu semangat agar memunculkan perasaan positif pada
dirinya.

Kini Igi sudah diizinkan untuk tidak mengonsumsi obat oleh


psikiaternya. Karena itu ia berusaha untuk mengontrol pikirannya dan
segera beraktivitas jika merasa depresi muncul.

Kedua sosok ini kini jadi penyemangat ODB lain bahwa mereka
sama seperti orang sehat jiwa lainnya, yang mampu berkarya dan
berprestasi.

25
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Dari Pembahasan Dan Contoh kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa :

Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang


kondisi psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati
yang sangat ekstrim berupa mania dan depresi, karena itu istilah medis
sebelumnya disebut dengan manic depressive. Suasana hati
penderitanya dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar)
yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi)
yang berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti.

Gangguan bipolar merefleksikan adanya gangguan pada sistem


motivasional yang disebut dengan Behavioral Activation System atau
BAS. BAS memfasilitasi kemampuan manusia untuk
memperoleh reward dari lingkungannya dan ini dikaitkan
dengan positive emotional states yang dimiliki seseorang, karakteristik
kepribadian seperti extrovert, peningkatan energi, dan berkurangnya
kebutuhan untuk tidur.

Faktor penyebab terjadinya Bipolar Disorder yaitu : Genetika,


Fisiologis , dan Lingkungan.

Ada 3 jenis tipe gangguan Bipolar Disorder :

• Gangguan Bipolar I: Setidaknya terjadi satu kejadian kegembiraan


berlebihan (manik).[1]

26
• Gangguan Bipolar II: Tidak ada kejadian kegembiraan berlebihan,
tetapi setidaknya ada satu kejadian Hypomania, dan setidaknya satu
kejadian kesedihan berlebihan (major depressive).[2]
• Cyclothymia: Seperti halnya gangguan bipolar II, tetapi depresinya
tidak dapat dikategorikan sebagai kesedihan berlebihan.[3]
• Unipolar : gejala yang diperlihatkan hanya satu gejala depresi saja.
Sedangkan pada bipolar 1 dan 2 sama-sama memiliki episode manik
dan depresi. Namun perbedaan terletak pada maniknya.

Gangguan bipolar dapat diterapi dengan berbagai cara yaitu :


Terapi penyinaran (Light theraphy) dan juga terapi diri sendiri.

4.2 SARAN

Berkonsultasilah dengan ahlinya, seperti seorang dokter atau psikiater


ketika mengetahui tanda dan gejala Bipolar Disorder, agar tidak menjadi lebih
berbahaya. Terimalah diri dengan selalu berperasaan Positive dan mencari
lingkungan yang nyaman jika memang dinyatakan menderita gangguan
bipolar, karena lingkungan sangat berpengaruh bagi para penderita Bipolar
Disorder agar menjalani kehidupan dengan normal, seperti contoh kasus Vindy
dan Igi, walaupun menderita Bipolar Disorder, tetapi mereka mampu
berprestasi dan meraih sesuatu. Kedua sosok ini kini jadi penyemangat ODB
lain bahwa mereka sama seperti orang sehat jiwa lainnya, yang mampu
berkarya dan berprestasi. karena mereka mampu mengatasi suasana hatinya
serta mengontrolnya dengan baik. suasana hati juga berpengaruh saat depresi,
karena suasana hati yang buruk akan berakibat fatal hingga membuat penderita
merasa ingin bunuh diri. Penderita bipolar disorder diharapkan dapat
mengendalikan emosi diri, sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang
lain.

27
DAFTAR PUSTAKA
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/638/jbptunikompp-gdl-galihginan-31857-9-
unikom_g-i.pdf

http://bipolarcenterindonesia.blogspot.co.id/2014/08/contoh-kasus-bipolar-
disorder-pada-anak.html

28
29

Anda mungkin juga menyukai