Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

BIPOLAR DISORDER

Disusun Oleh :
Dewi Mastuti J210170059
Mita Putri Pratwi J210170076
Nurvaisya Sinta A J210170079
Rizky Amin N J210170089
Brugruera Krisna Dwi P J210170093
Fauziah Diah Ekowati J210170119

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH SURAKARTA
2019
BAB I
PENDHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini kesehatan jiwa menjadi salah satu permasalahan kesehatan di dunia,
termasuk Indonesia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan
sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus
bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan
produktivitas manusia untuk jangka panjang. Menurut data WHO (2016) terdapat
sekitar 163 juta orang yang memiliki masalah dalam kesehatan jiwa seperti penyakit
bipolar, depresi, skizofrenia dan dimensia. Gangguan bipolar menjadi masalah
kesehatan jiwa terbanyak di dunia yaitu sebanyak 60 juta orang (Kemenkes
RI,2016). Di Indonesia jumlah pasien yang mengalami gangguan ini tidak diketahui
dengan pasti. Sekitar 10%, individu dengan gangguan depresi mayor biasanya akan
mengalami episode manik atau hipomanik pada perkembangan penyakitnya.
Gangguan Bipolar atau juga dikenal sebagai mania-depresif merupakan
gangguan otak yang menyebabkan perubahan yang tidak normal dalam suasana hati,
energi, tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari
(NIMH, 2016). Suasana hati penderitanya dapat berganti-ganti secara tiba tiba antara
dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagian (mania) dan kesedihan
(depresi) yang berlebihan tanpa pola dan waktu yang pasti. Gangguan bipolar sering
tidak diketahui dan salah diagnosa dan bahkan bila terdiagnosa sering tidak terobati
dengan adekuat (Evans 2000; Tohen & Angst 2002; Toni et al 2000).
Diagnosis gangguan bipolar sulit dibuat karena gejala gangguan bipolar yang
bertumpang tindih dengan gangguan psikiatrik yang lain yaitu skizofrenia dan
skizoafektif. Hal ini mengakibatkan prevalensi gangguan skizoafektif, skizofrenia,
dan gangguan bipolar berbeda-beda pada setiap penelitian yang dilakukan. Perjalanan
penyakit gangguan bipolar sangat bervariasi dan biasanya kronik (Amir 2010).
Gangguan bipolar biasanya berkembang sekitar usia 20 tahun, baik laki-laki
ataupun perempuan. Sebuah penelitian mengungkapkan hanya satu dari tiga orang
dengan gangguan bipolar yang mendapat penanganan, dan satu dari lima orang yang
tidak mendapat penanganan kemudian melakukan bunuh diri (Hilts, 1994 dalam
Nevid, Rahuts &Greene,2003). Rata-rata angka morbiditas dari pasien yang tidak
diterapi adalah 14 tahun dimana akan muncul kondisi hilangnya produktivitas dan
gangguan dalam fungsi hidup sehari-hari. Dijumpai perilaku bunuh diri pada 10-20%
pasien.
Gangguan bipolar akan berdampak pada semua aspek kehidupan. Mereka sulit
mempertahankan hubungan dengan pasangan karena sering bertengnkar, memiliki
prestasi yang buruk di sekolah, kehilangan pekerjaan, mengkonsumsi minuman
beralkohol, dan lain-lain. Bahkan mereka yang telah menjalani penanganan di rumah
sakit umumnya tidak dapat segera pulih.
Berdasarkan fakta diatas bahwa gangguan bipolar merupakan salah satu penyakit
kesehatan jiwa yang menjadi sorotan saat ini, maka sangat penting bagi kami sebagai
mahasiswa keperawatan untuk mempelajari penyakit ini agar kami dapat memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai. Oleh karena itu dalam makalah ini kami
merangkum mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan bipolar
sebagai bahan belajar mahasiswa keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari bipolar disorder?
2. Apa epidemiologi dari bipolar disorder?
3. Apa faktor penyebab bipolar disorder ?
4. Apa tanda dan gejala bipolar disorder?
5. Apa saja klasifikasi dari bipolar disorder
6. Bagaimana komplikasi dari bipolar disorder?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dari bipolar disorder?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menambah
wawasan mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan bipolar disorder, sebagai
bahan kajian bagi perawat dalam praktiknya menangani penderita dengan bipolar
disorder dan untuk memenuhi tugas dalam stase keperawatan jiwa.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bipolar Disorder
Bipolar disorder adalah penyakit otak serius yanh disebuit juga manic-depresive
illness atau manic depression. Orang dengan gangguan bipolar terjadi perubahan
mood yang tidak biasa. Sewaktu-waktu mereka merasa sangat bahagia dan “up”,
sangat energik dan aktif dari biasanya. Ini yang disebut manic-episode. Sewaktu-
waktu mereka merasa sangat sedih dan terpuruk serta tidak bersemangat. Ini yang
disebut periode depresi.
Gangguan bipolar adalah suatu gangguan yang ditandai dengan perubahan mood
antara rasa girang yang ekstrim dan depresi yang parah. Orang dengan gangguan
bipolar (bipolar disorder) seperti mengendarai suatu roller coaster emosional,
berayun dari satu ketinggi rasa girang ke kedalaman depresi tanpa adanya penyebab
eksternal (Nevid, 2005).
Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana
perasaan yang ditandai oleh adanya episode berulang (sekurang-kurangnya dua
episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitas jelas terganggu, pada waktu
tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania
atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan
energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan
sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan
berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung
berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi satu
tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode tersebut sering terjadi
setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak
esensial untuk penegakan diagnosis) (Depkes RI 2012).

B. Epidemologi
Gangguan bipolar relatif tidak umum terjadi, sekitar 1% - 3% dari populasi
orang dewasa mengalami gangguan bipolar baik bipolar I atau bipolar II. Angka
prevalensi semasa hidup yang dilaporkan oleh sebuah survey nasional bahwa antara
0,4%-1,6% untuk bipolar 1 dan sekitar 0,5% untuk bipolar II di Amerika Serikat
(APA, 2000). Sedangkan jumlah yang menderita ganguan bipolar di Indonesia tidak
diketahui dengan pasti.
Tidak seperti depresi mayor, prevalensi gangguan bipolar I tampak hampir sama
pada pria dan wanita. Namun, pada pria, onset dari gangguan bipolar I biasanya
dimulai dengan suatu episode depresi-mania, sementara, pada wanita, biasanya
dimulai dengan suatu episode depresi mayor. Sedangkan gangguan bipolar II terlihat
lebih umum terjadi pada wanita. Usia onset untuk gangguan bipolar I terentang dari
masa anak-anak (5–6 tahun) sampai 50 tahun atau bahkan lebih lanjut pada kasus
yang jarang, dengan rata-rata usia adalah 30 tahun (APA, 2000).

C. Faktor Penyebab
Penyebab gangguan bipolar bersifat komplek atau multi faktor. Gangguan
bipolar bukan hanya disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan kimia didalam
otak yang cukup disembuhkan dengan minum obat obatan. Para ahli berpendapat
bahwa gangguan bipolar disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, psikologis dan
sosial.

Ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko terkena gangguan


bipolar, yaitu :

a. Mempunyai hubungan darah atau saudara penderita gangguan bipolar


b. Periode pengalaman hidup yang sangat menekan (stressful).
c. Penyalah guna obat atau alcohol.
d. Perubahan hidup yang besar, seperti ditinggal mati orang yang dicintai.
e. Saat ini berumur di awal 20an tahun.
Menurut teori stress-vulnerability model, ada beberapa resiko atau factor
penyebab gangguan jiwa bipolar, yaitu:

a. Genetika dan riwayat keluarga. Penderita bipolar lebih sering dijumpai pada
penderita yang mempunyai saudara atau orang tua dengan gangguan bipolar.
Riwayat pada keluarga dengan penyakit bipolar bukan berarti anak atau saudara
akan pasti menderita gangguan bipolar. Penelitian menunjukkan bahwa pada
orang orang dengan riwayat keluarga penderita bipolar maka kemungkinannya
terkena bipolar akan sedikit lebih besar dibandingkan masyarakat pada umumnya.
Artinya ada factor predisposisi terhadap gangguan bipolar. Hanya saja, tanpa
adanya factor pemicu, maka yang bersangkutan tidak akan terkena gangguan
bipolar. Faktor predisposisi gangguan bipolar bisa terjadi juga karena anak meniru
cara bereaksi yang salah dari orang tuanya yang menderita gangguan bipolar.
b. Kerentanan psikologis (psychological vulnerability). Kepribadian dan cara
seseorang menghadapi masalah hidup kemungkinan juga berperanan dalam
mendorong munculnya gangguan bipolar.
c. Lingkungan yang menekan (stressful) dan kejadian dalam hidup (live events).
Riwayat pelecehan, pengalaman hidup yang menekan.
d. Gangguan neurotransmitter di otak.
e. Gangguan keseimbangan hormonal.
f. Faktor biologis. Ada beberapa perubahan kimia di otak yang diduga terkait
dengan gangguan bipolar. Hal ini menunjukkan adanya factor biologis dalam
masalah gangguan bipolar. Beberapa kondisi kesehatan yang biasanya menyertai
gangguan jiwa bipolar. Pada seseorang yang menderita gangguan jiwa bipolar,
sebelum mendapat diagnosa atau beberapa saat setelah didiagnosa, sering
ditemukan beberapa penyakit lain. Kondisi tersebut perlu didiagnosa dan diobati
karena dapat memperburuk gangguan bipolar. Beberapa kondisi tersebut adalah:
 Anxiety disorder, gangguan kecemasan termasuk didalamnya post
traumatic stress disorder (PTSD yang banyak diderita tentara Amerika
yang berperang di Afghanistan), phobia social, dan generalized anxiety
disorder.
 Attention-deficit/ hyperactivity disorder (ADHD), Gangguan
hiperaktivitas dan kurang atensi/ perhatian, ADHD mempunyai gejala
yang tumpang tindih (overlap) dengan gangguan bipolar. Oleh karena itu,
gangguan bipolar sering sulit dibedakan dari ADHD. Gangguan ADHD
sering keliru didiagnosa gangguan bipolar, atau sebaliknya. Bahkan
kadang seseorang didiagnosa dengan 2 penyakit sekaligus.
 Kecanduan obat bius. Banyak penderita gangguan bipolar juga kecanduan
rokok, alcohol atau obat obatan. Obat obatan atau alcohol seperti dapat
meringankan gejala bipolar, namun sebenarnya akan dapat memicu,
memperparah atau memperlama depresi atau mania.
 Gangguan kesehatan fisik. Penderita gangguan jiwa bipolar sering
menderita sakit jantung, kelenjar gondok atau kegemukan.

D. Tanda dan Gejala


Gejala Gangguan Jiwa Bipolar bervariasi antara satu orang dengan lainnya. Pada
sebagian orang, masalah timbul ketika dalam kondisi mania, pada orang lain masalah
timbul pada kondisi depresi. Kadang kadang gejala mania dan depresi muncul
bersamaan (campuran).

Pada kondisi mania, beberapa gejala yang muncul antara lain:

 Euphoria (gembira)
 Inflated self-esteem (percaya diri berlebihan)
 Poor judgment (kemampuan menilai menjadi jelek)
 Bicara cepat
 Racing thoughts (pikiran saling berkejar-kejaran)
 Aggressive behavior (perilaku agresif)
 Agitation or irritation (agitasi atau iritasi)
 Kegiatan fisik meningkat
 Risky behavior (perilaku yang berbahaya)
 Spending sprees or unwise financial choices (tidak mampu mengelola
uang, mengeluarkan uang tanpa perhitungan)
 Meningkatnya dorongan untuk berprestasi atau mencapai tujuan
 Meningkatnya dorongan seksual
 Berkurangnya dorongan untuk tidur, tidak merasa mengantuk.
 Gampang terganggu konsentrasi
 Berlebihan dalam mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan
 Sering bolos sekolah atau kerja
 Mempunyai waham atau keluar dari realitas
 Prestasi kerja atau sekolah menurun
Pada kondisi depresi, gejala yang muncul antara lain:
 Kesedihan
 Merasa tanpa harapan
 Keinginan atau tindakan bunuh diri
 Anxiety (kecemasan)
 Perasaan bersalah
 Gangguan tidur
 Nafsu makan menurun atau bahkan naik.
 Merasa lelah berlebihan
 Hilangnya minat pada kegiatan yang dulu dinilainya menarik/ menyenangkan
 Sulit berkonsentrasi
 Mudah tersinggung
 Rasa nyeri kronis tanpa alasan yang jelas
 Sering mangkir sekolah/kerja
 Prestasi rendah di sekolah atau tempat kerja

Gangguan jiwa bipolar, sering juga mempunyai gejala gejala sebagai berikut:

a. Seasonal changes in mood, perubahan suasana hati musiman. Seperti pada


penyakit Seasonal Affective Disorder (gangguan affektif musiman), suasana
hati atau mood penderita bipolar dapat berubah selaras dengan perubahan
musim. Beberapa penderita menjadi mania atau hipomania dimusim semi dan
musim panas, kemudianberubah menjadi depresi dimusim gugur atau musim
dingin. Pada beberapa penderita bipolar lain, gejalanya malah kebalikannya,
yaitu depresi di musim panas namun hipomania atau mania dimusim dingin.
b. Rapid cycling bipolar disorder. Pada beberapa penderita gangguan bipolar
perubahan suasana hati berlangsung cepat, yaitu mengalami perubahan mood
(suasana hati) 4 kali atau lebih dalam setahun. Namun kadang kadang,
perubahan perasaan bisa berlangsung lebih cepat, yaitu dalam hitungan jam.
c. Psikosis. Pada penderita bipolar dengan gejala mania atau depresi berat, sering
muncul gejala psikosis yaitu pemikiran yang tidak berdasar realita. Gejalanya
bisa berupa halusinasi (suara atau penglihatan) dan delusi (percaya sesuatu
yang berbeda dengan kenyataan).
Gejala gangguan bipolar pada anak anak dan remaja biasanya tidak
jelas perubahan dari mania ke depresi atau sebaliknya, pada anak anak dan
remaja, gejala yang menonjol adalah sikap yang mudah meledak (marah atau
menangis), perubahan suasana hati yang cepat, agresif dan ugal-
ugalan/sembrono (reckless). Sebagai contoh, seorang anak dengan gangguan
bipolar bisa terlihat sangat gamang atau pandir/bodoh, dan kemudian diikuti
dengan tangisan atau kemarahan panjang dalam kurun waktu satu hari.

E. Klasifikasi
American Psychiatric Association telah mengeluarkan kriteria untuk
menegakkan diagnose depresi yang tertuang dalam Diagnostic and Statistical
manual of Mental Disorders (DSM).
a. Gangguan Bipolar Tipe I.
Gangguan perasaan sangat mengganggu sehingga penderita kesulitan
mengikuti sekolah atau pekerjaan, dan pertemanan. Ketika dalam kondisi mania,
penderita ini sering dalam kondisi “berat” dan berbahaya. Setidaknya mempunyai
satu fase (episode) mania atau satu episode campuran. Penderita bipolar mungkin
mengalami depresi berat (major depression) namun mungkin juga tidak karena gejala
gangguan bipolar bervariasi antara satu orang dengan lainnya. Ada beberapa sub-
kategori tergantung tanda dan gejalanya.

Kriteria episode mania:


Episode mania adalah suatu periode tersendiri yang ditandai dengan secara
terus menerus (persistent), secara tidak normal (abnormal) dan naik (elevated),
meluas (expansive), suasana hati yang mudah marah (irritable mood) yang
berlangsung selama minimal 1 minggu (atau kurang dari 1 minggu bila
dipondokkan di rumah sakit). Dalam masa dimana terjadi gangguan suasana hati
tersebut, setidaknya ada 3 atau lebih gejala harus ada (4 gejala harus ada bila
hanya irritable mood):
 Waham kebesaran atau terlalu percaya diri (Inflated self-esteem or
grandiosity)
 Menurunnya kebutuhan untuk tidur (misalnya hanya perlu tidur 3 jam
sehari)
 Terlalu banyak bicara
 Pikiran yang berkejaran
 Distractibility (mudah terganggu)
 Meningkatnya kegiatan untuk mencapai suatu tujuan (bisa di sekolah,
kerja, social atau seksual)
 Melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan konsekuensi yang
menyakitkan, misalnya menghamburkan uang, hubungan seksual atau
investasi bisnis yang bodoh
Untuk dipertimbangkan sebagai episode mania:
 Gangguan suasana hati (mood) harus cukup besar sehingga terlihat
menganggu di sekolah, di tempat kerja, hubungan atau kegiatan social;
memerlukan perawatan di rumah sakit untuk mencegah tindakan yang
bisa membahayakan diri sendiri atau orang lain atau untuk memutuskan
pemicu kearah psikosis (berpikir tidak sesuai realita)
 Gejala tidak memenuhi kriteria sebagai episode campuran (lihat
penjelasan dibawah)
 Gejala tidak disebabkan secara langsung oleh sesuatu yang lain seperti
minum obat atau narkotika, atau karena penyakit hipertiroid.
b. Gangguan jiwa Bipolar Tipe II.
Pada Tipe II, kondisi perasaan tidak seberat Tipe I sehingga penderita masih
bisa berfungsi melaksanakan kegiatan harian rutin. Penderita mudah tersinggung.
Ketika perasaan “naik”, penderita hanya mencapai tingkat hipomania. Pada Tipe
II, kondisi depresi biasanya berlangsung lebih lama dibandingkan dengan kondisi
hipomania-nya. Setidaknya mempunyai satu fase (episode) depresi dan satu episode
hipomania (namun tidak mania penuh atau campuran/ mixed episode). Ada beberapa
sub-kategori tergantung tanda dan gejalanya. Gangguan jiwa bipolar tipe II mempunyai
gejala yang mengganggu atau membuat sipenderita mengalami kesulitan dalam
beberapa area kehidupannya, seperti dalam hal kerja dan hubungan social.

Kriteria episode hipomania


Episode hipomania adalah suatu periode tersendiri yang ditandai dengan
secara terus menerus (persistent), secara tidak normal (abnormal) dan naik
(elevated), meluas (expansive), suasana hati yang mudah marah (irritable mood)
yang berlangsung selama minimal 4 hari, dan berbeda dengan kondisi biasa
ketika tidak depresi (non-depressed mood). Episode hipomania harus mempunyai
3 gejala atau lebih ( 4 gejala bila hanya irritable mood):
 Waham kebesaran atau terlalu percaya diri (Inflated self-esteem or
grandiosity)
 Menurunnya kebutuhan untuk tidur (misalnya hanya perlu tidur 3
jam sehari)
 Terlalu banyak bicara
 Pikiran yang berkejaran
 Distractibility
 Meningkatnya kegiatan untuk mencapai suatu tujuan (bisa di
sekolah, kerja, social atau seksual)
 Melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan konsekuensi yang
menyakitkan, misalnya menghamburkan uang, hubungan seksual
atau investasi bisnis yang bodoh
Agar dipertimbangkan sebagai hipomania:
 Gangguan suasana hati (mood) harus cukup besar sehingga bisa terlihat
dan mengubah fungsi secara tidak spesifik.
 Tidak cukup berat sehinggan menganggu di sekolah, di tempat kerja,
hubungan atau kegiatan social; atau memerlukan perawatan di rumah
sakit atau menyebabkan timbulnya psikosis (tidak berdasar realita)
 Gejala tidak memenuhi kriteria sebagai episode campuran (lihat
penjelasan dibawah)
 Gejala tidak disebabkan secara langsung oleh sesuatu yang lain seperti
minum obat atau narkotika, atau karena penyakit hipertiroid.

c. Gangguan Cyclothymic.
Merupakan bentuk ringan dari Gangguan jiwa bipolar. Kondisi mania dan
depresi bisa mengganggu, namun tidak seberat pada Gangguan Bipolar I dan
Tipe II. Penderita mengalami beberapa episode hipomania dan episode depresi,
namun tidak pernah mengalami episode mania (full manic) atau depresi berat
(major depression) atau episode campuran. Diagnosa cyclothymic disorder
ditegakkan bila penyakit berlangsung selama 2 tahun atau lebih (setahun pada
anak anak dan remaja). Selama masa itu, gejala tidak pernah hilang setidaknya
selama 2 bulan. Gejala menimbulkan kesulitan atau gangguan dalam kehidupan
yang bersangkutan, misalnya dalam masalah sekolah atau hubungan social.
Kriteria untuk depresi berat (major depression)
Agar bisa didiagnosa sebagai major depression, maka pasien harus
mempunyai lima atau lebih gejala selama kurun waktu minimal 2 minggu atau
lebih. Salah satu gejala yang ada haruslah berupa suasana hati yang tertekan atau
rendah (depressed mood) atau berupa adanya gejala kehilangan minat atau
keinginan. Gejala yang ada bisa seperti yang dirasakan pasien atau seperti yang
terlihat oleh orang lain yang mengamati. Beberapa gejala depresi untuk
penegakkan diagnose adalah:
 Perasaan hati yang tertekan atau rendah (depressed mood) sepanjang hari,
hampir setiap hari, seperti perasaan sedih, hampa, menangis (Pada anak
anak atau remaja, depressed mood bisa terlihat sebagai gejala mudah
tersinggung secara terus menerus—constant iritability).
 Berkurangnya minat terhadap hampir semua kegiatan atau tidak ada
gairah terhadap sesuatu yang menyenangkan selama sepanjang hari,
hampir setiap hari.
 Berkurangnya berat badan secara bermakna ketika tidak sedang diet atau
puasa, atau bertambah berat badan, berkurangnya atau meningkatnya
nafsu makan hamper setiap hari (pada anak anak, bila berat badan anak
tidak naik sesuai perkembangan umur, bisa merupakan salah satu gejala
depresi).
 Susah tidur atau mengantuk/ ingin tidur sepanjang hari, hampir setiap
hari.
 Terlihat gelisah (restless) atau berperilaku lambat sehingga bisa terlihat
oleh orang lain.
 Kecapean atau kehilnagn kekuatan/ energi yang dirasakan hampir setiap
hari
 Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang tidak pada tempatnya
yang terjadi hampir setiap hari
 Kesulitan dalam mengambil keputusan, atau kesulitan berpikir atau
berkonsentrasi yang terjadi hampir setiap hari.
 Berulang kali timbul keinginan untuk mati atau bunuh diri, atau berniat/
mencoba bunuh diri.
Beberapa gejala yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan diagnosa
depresi berat (major depression):
 Gejala yang muncul bukan karena adanya episode campuran (mixed
episode) dari gejala mania dan depresi yang muncul bersamaan pada
gangguan jiwa bipolar
 Gejala yang muncul harus cukup berat sehingga terlihat mengganggu
kegiatan sehari-hari, seperti kegiatan sekolah, kerja , kegiatan sosial dan
atau hubungan dengan orang lain.
 Gejala yang muncul bukan karena akibat langsung dari sesuatu yang lain,
misalnya karena memakai narkoba, atau akibat minum obat untuk
mengatasi penyakit hypothyroid.
 Gejala yang timbul bukan karena adanya duka cita atau kesedihan yang
sifatnya sementara seperti akibat baru saja ditinggal mati orang yang
dicintainya.
Kriteria unuk episode campuran
 Kriteria untuk mania dan depresi berat (major depression) memenuhi
kriteria diatas selama hamper setiap hari dalam kurun waktu seminggu
 Gangguan suasana hati (mood) harus cukup besar sehingga terlihat
menganggu di sekolah, di tempat kerja, hubungan atau kegiatan social;
memerlukan perawatan di rumah sakit untuk mencegah tindakan yang
bisa membahayakan diri sendiri atau orang lain atau untuk memutuskan
pemicu kearah psikosis (berpikir tidak sesuai realita)
 Gejala tidak disebabkan secara langsung oleh sesuatu yang lain seperti
minum obat atau narkotika, atau karena penyakit hipertiroid.
d. Gangguan bipolar pada anak anak
Kriteria yang berlaku untuk penderita bipolar pada orang dewasa sama
dengan kriteria yang berlaku pada anak anak. Hanya saja, gangguan jiwa bipolar
pada anak anak mempunyai pola yang berbeda sehingga kriteria diatas tidak
selalu pas benar. Bila pada orang dewasa terlihat adanya episode yang jelas
antara mania dan depresi, pada anak dan remaja polanya lebih kearah tidak
menentu (erratic), perubahan suasana hati (mood) dan etingkat nergi yang cepat.
Susah untuk membedakan dengan keadaan normal ketika lagi “up” dan
“down”, akibat dari stress atau trauma, atau tanda dan gejala gangguan jiwa
lainnya. Anak dengan gangguan bipolar juga sering mempunyai ADHD atau
gangguan perilaku lain. Meskipun gangguan bipolar dapat terjadi pada anak
anak, diagnose pada anak umur dibawah usia sekolah sangatlah sulit. Kriteria
yang ada untuk menentukan diagnose belum benar benar terbukti, dan banyak
gangguan perasaan (mood) dan perilaku selain bipolar yang dapat menyerang
anak-anak.

F. Contoh Kasus dan Asuhan Keperawatan


1. Contoh Kasus
Sheyna, 13 tahun, memiliki orangtua yang overprotective dan sangat
menuntut supaya Sheyna mengikuti apa saja perintah yang diberikan
kepadanya.
Sheyna merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara, dan hanya ia yang
perempuan. Sheyna menganggap dirinya sangat bergantung pada orangtua,
ditambah lagi orangtua memperlakukan Sheyna seperti anak kecil yang
berusia di bawah usia dirinya.
Kedua kakak Sheyna sangat pembangkang bahkan kakak pertama
Sheyna (18 tahun) pernah blak-blakan mengaku kepada orangtua mereka
bahwa ia telah melakukan aktivitas seksual dengan teman di sekolah. Tentu
saja, orangtua menjadi sangat marah, apalagi orangtua sangat strict terhadap
isu-isu seksual. Bahkan, orangtua selalu membahas kepada Sheyna dan kedua
kakak bahwa virginity itu harus dijaga hingga kelak menikah. Kondisi
kakaknya ini berbanding terbalik dengan Sheyna yang sangat pasif dan
penurut, serta menjadi satu-satunya anak yang dianggap “baik” oleh
orangtuanya sehingga Sheyna dijuluki “Little Miss Perfect”.
Ada riwayat sakit mental di dalam keluarga Sheyna. Nenek kandung
Sheyna dari pihak Ibu serta Bibi Sheyna dari pihak Ayah sama-sama
menderita depresi.
Sheyna mengalami insomnia sejak ia berusia 10 tahun. Setiap malam ia
mengalami kesulitan untuk tidur dan akhirnya mengganggu kegiatan belajar di
sekolah. Nilai Sheyna sampai mengalami penurunan yang cukup parah,
sehingga orangtua memutuskan supaya Sheyna menjalani home-schooling
saja supaya Sheyna dapat mengatur waktu kapan untuk belajar. Perilaku
insomnia ini dialami Sheyna pasca pertengkaran hebat di dalam keluarga, di
mana kakak pertama Sheyna ternyata sampai menghamili temannya di
sekolah. Pada saat itu, kondisi rumah sangat “panas”, Ayah dan Ibu selalu
bertengkar setiap ada kesempatan di pagi-siang-sore-malam. Keadaan
semakin memanas karena kakak pertama Sheyna sempat kabur dari rumah
bersama teman yang ia hamili, sehingga memicu pertengkaran antara keluarga
Sheyna dengan keluarga yang anaknya dihamili oleh kakak Sheyna tersebut.
Kondisi tersebut berlangsung hingga kurang-lebih dua bulan dan sejak itu,
Sheyna sulit sekali memejamkan mata seberapa pun dirinya mengantuk
karena bayangan pertengkaran dan suasana memanas itu selalu menghantui
Sheyna. Untuk pertama kalinya, di masa sebulan itu, Sheyna mengalami
ledakan emosi yang tinggi.
Sejak saat itu, Sheyna juga semakin sering menyendiri di dalam kamar
untuk menghindari pertengkaran. Bagi Sheyna, dia menjadi lebih rileks
dengan berada di dalam kamar. Dia juga semakin bisa berpikir, mencari tahu,
dan menganalisa segala hal yang ia senangi. Sheyna tertarik dengan politik
dan memiliki pemikiran tersendiri tentang politik, misalnya ia percaya bahwa
dirinya merupakan reinkarnasi dari seorang politikus Romawi di masa lalu.
Keluarga dan teman-teman Sheyna melihat Sheyna sebagai orang yang
sangat rapi dan teroganisir. Sheyna senang menuliskan apapun ide-ide yang ia
miliki dan menuliskan di buku diary, komputer, bahkan dinding kamarnya
penuh dengan papernote yang ditempelkan secara berantakan dan berisi ide-
idenya tersebut. Kebanyakan ide yang Sheyna tuliskan berisi tentang hal-hal
yang selama ini dianggap tabu untuk dibicarakan di dalam keluarganya,
seperti tentang dorongan seksual dan tingkat spiritualitas. Aktivitas ini
semakin menjadi-jadi saat ia merasakan gairah luar biasa untuk melakukan
sesuatu.
Selama proses pertengkaran di dalam keluarganya, Sheyna sempat
mengalami depresi dan depresi yang ia miliki semakin menjadi-jadi karena
hingga saat ini Sheyna masih menderita insomnia. Sheyna juga menderita
kesulitan untuk makan dan konsentrasi. Di puncak depresinya, Sheyna
akhirnya beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri. Beruntung, Ibu
selalu menemukan Sheyna tepat waktu sehingga Sheyna masih bisa
diselamatkan.
 Analisa Kasus
Sheyna menunjukkan simptom perilaku yang mengarah ke Bipolar I
Disorder. Sheyna meyakini bahwa dirinya merupakan reinkarnasi dari politisi
Romawi di masa lalu, yang menunjukkan simptop psikotis ada pada dirinya.
Simptom psikotis sendiri hanya muncul pada Bipolar I Disorder. Sheyna juga
menunjukkan perilaku mania dengan cara menuliskan semua ide-ide yang ia
miliki di buku diary, komputer, bahkan papernote yang ditempel berantakan di
dinding kamarnya. Ide-ide tersebut termasuk pula ide-ide yang sebenarnya
selalu tabu untuk dibicarakan di dalam keluarga (tentang seksualitas dan
spiritualitas). Perilaku ini jelas berbeda dengan kebiasaan Sheyna yang selalu
rapi dan terorganisir. Kemunculan perilaku mania ini dibarengi pula dengan
kemunculan perilaku depresi yang membuat Sheyna sampai beberapa kali
melakukan percobaan bunuh diri.
Pada kasus Sheyna, ditemukan bahwa ada riwayat genetis di dalam
keluarga dekatnya yang memiliki gangguan depresi, yaitu Nenek kandung
Sheyna dari pihak Ibu serta Bibi Sheyna dari pihak Ayah. Perlu ada
pemeriksaan mendalam tentang apakah kasus Sheyna terkait dengan riwayat
genetis di dalam keluarganya. Tetapi, kemungkinan itu tetap ada.
BD yang diderita Sheyna merupakan masalah yang perlu penanganan
hingga seumur hidup karena tidak dapat dengan mudah ditentukan bahwa
gejala mania dan depresi yang diderita Sheyna tidak akan lagi muncul di masa
depan. Cara terbaik untuk memberikan treatment kepada Sheyna adalah
dengan memberikan pengobatan medis yang tepat serta menjalani
psikoterapi. Misalnya, mengkombinasikan pemberian obat
antipsychotic(seperti: Seroquel) dan mood-stabilizer (seperti: Lithium),
ditambah psikoterapi (seperti: terapi regulasi emosi, anger management untuk
membantu Sheyna dalam mengatasi mania dan depresi yang muncul di
dirinya).
2. Asuhan Keperawatan
ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1. DS : Faktor Lingkungan Insomnia
- Klien mengatakan
ayah dan ibunya
selalu bertengkar
setiap ada
kesempatan di
pagi-siang-sore-
malam.
- Klien mengatakan
setiap malam ia
mengalami
kesulitan untuk
tidur.
- Klien mengalami
insomnia sejak usia
10 tahun.
DO :
- Kantung mata klien
terlihat hitam
- Klien terlihat tidak
berkonsentrasi
- Klien terlihat
lemah dan lesu
2. DS : Tingkat Persepsi Ketidakefektifan
Kontrol yang tidak kopping
- Klien mengatakan
adekuat
dirinya sangat
bergantung pada
orang tua
DO :
3. DS : Perilaku Impulsif Risiko bunuh diri
- Klien mengatakan
orangtua nya
overprotective
-

4. DS : Halusinasi Gangguan sensori


persepsi
- Klien mengatakan
ia percaya bahwa
dirinya merupakan
reinkarnasi dari
seorang politikus
Romawi di masa
lalu.
DO :
- Klien
menunjukkan
perilaku mania
dengan cara
menuliskan semua
ide-ide yang ia
miliki di buku
diary, komputer,
bahkan papernote
yang ditempel
berantakan di
dindding
kamarnya.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Insomnia b.d Faktor lingkungan

2. Ketidakefektifan kopping b.d Tingkat Persepsi Kontrol yang tidak adekuat


3. Risiko bunuh diri b.d Perilaku Impulsif
4. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

RENCANA KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
o Keperawatan Hasil (NOC)

1. Insomnia b.d Setelah dilakukan O :


Faktor tindakan keperawatan
lingkungan Monitor keluhan
selama …. x 24 jam
sesak nafas pasien
diharapkan :
termasuk kegiatan
1. Pola tidur tidak yang meningkatkan
terganggu atau memperburuk
sesak nafas tersebut
2. Kualitas tidur
tidak tergaggu N:
3. Efisiensi tidur  Palpasi
terpenuhi. kesimetrisan
ekspansi paru
 Perkusi
thorak
anterior dan
posterior dari
apeks ke
basis paru
kanan dan
kiri
E:
Ajarkan relaksasi
napas dalam
C:
Kolaborasi dengan
dokter untuk
memberikan bantuan
terapi napas
( nebulizer)

2. Ketidakefektifa Setelah dilakukan O: Kaji klien


n kopping b.d tindakan keperawatan terhadap presepsi
Tingkat penyakit yang
Persepsi selama 2 x 24 jam, dideritanya
Kontrol yang diharapkan : N: Intruksikan
tidak adekuat
1. Tidak pernah pasien untuk
menunjukkan menggunkan teknik
perilaku impulsif relaksasi sesuai
yang berbahaya dengan kebutuhan

2. Sering E:
menunjukkan  Dukung
mendapatkan kemampuan
bantuan ketika mengatasi
merasakan impuls situasi secara
berangsur-
angsur.

 Dukung
keterlibatan
keluarga
dengan cara
yang tepat

3. Risiko bunuh Setelah dilakukan O :


diri b.d tindakan keperawatan …
Perilaku x24 jam, diharapkan  Tentukan motif
Impulsif Tidak pernah atau alasan
menunjukkan verbalisasi tingkah laku.
ide-ide bunuh diri  Monitor pasien
untuk adanya
impuls menyakiti
diri yang mungkin
memburuk
menjadi pikiran
atau sikap bunuh
diri.
N:
 Pindahkan barang
yang berbahaya
dari lingkungan
sekitar pasien
 Sediakan terus
-menerus
pengecekan
terhadap pasien
dan
lingkungannya
 Intruksikan pasien
untuk melakukan
strategi koping
(misalnya latihan
asertif, impuls
kontrol training
dan relaksasi otot
progresif) dengan
cara yang tepat
E:
 Komunikasikan
tingkah laku yang
diharapkan dari
pasien dan
konsekuensinya
bagi pasien
 Ajarkan dan
kuatkan pasien
untuk melakukan
tingkah laku
koping yang
efektif dan untuk
mengekspresikan
perasaan dengan
cara yang tepat
C:
 Berikan
pengobatan
dengan cara yang
tepat untuk
menurunkan
cemas,
menstabilkan
alam
perasaan/mood
dan menurunkan
stimulasi diri

4. Gangguan Setelah dilakukan O:


sensori persepsi tindakan keperawatan …
Monitor status fisik
: Halusinasi x24 jam, diharapkan: 1.
pasien
Tidak ada gangguan
konsentrasi Monitor delusi untuk
mengetahui adanya
3. Nafsu makan
isi delusi yang
meningkat
membahayakan diri
4. Tidak ada pikiran atau kekerasan
bunuh diri yang
N:
berulang
Dukung pasien untuk
menfalidasi
kepercayaan delusi
dengan orang yang
dipercaya (tes
realita)
E:
Ajarkan keluarga
mengenai cara-cara
mengatasi pasien
yang mengalami
delusi
C:
Berikan obat anti
psikotik dan anti
cemas secara rutin
dan sesuai kebutuhan
BAB III
KESIMPULAN

Gangguan bipolar adalah suatu gangguan yang ditandai dengan perubahan


mood antara rasa girang yang ekstrim dan depresi yang parah. Orang dengan
gangguan bipolar (bipolar disorder) seperti mengendarai suatu roller coaster
emosional, berayun dari satu ketinggi rasa girang ke kedalaman depresi tanpa adanya
penyebab eksternal. Bipolar terdapat tipe I dan tipe II yang dikategorikan menurut
kriteria episode mania. Faktor penyebab bipolar disorder antaralain genetika,
lingkungan, faktor psikologis dan gangguan neurotransmitter di otak.
Asuhan keperawatan yang dapat dibuat ketika masalah muncul adalah melalui
analisa data dari kasus Shyena. Dapat diambil diagnosa keperawatan
1. Insomnia b.d Faktor lingkungan
2. Ketidakefektifan kopping b.d Tingkat Persepsi Kontrol yang tidak adekuat
3. Risiko bunuh diri b.d Perilaku Impulsif
4. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
DAFTRA PUSTAKA

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN. Buku


Kedokteran : Jakarta EGC

Yosep, Iyus. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Reflika Aditama

Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya : Airlangga
University Press

Anda mungkin juga menyukai