Anda di halaman 1dari 28

Respiratory Distress

Syndrome
(RDS)
KELOMPOK 4
PUTRI KUSUMAWATI
(J210170081)
YUSRIYA NADA KUSUMA
(J210170091)
FAUZIAH DIAH EKOWATI
(J210170119)
AULIA FITRIANNUR JIHAN
(J210170131)
RINI NURFANI
(J210170141)
PENGERTIAN

Respiratory Distress Syndrome (RDS) atau Hyaline


Membrane Disease (HMD), merupakan sindrom
gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan
terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi
yang kurang (Mansjoer, 2002).
ETIOLOGI

RDS terjadi ketika tidak ada cukup zat di paru-paru


yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah cairan yang
diproduksi oleh paru-paru yang membuat saluran
udara terbuka (disebut alveoli). Saat alveoli runtuh,
sel-sel yang rusak berkumpul di saluran udara dan
selanjutnya memengaruhi kemampuan bernapas
NEXT

Ketika fungsi paru-paru bayi berkurang, lebih sedikit


oksigen yang diambil dan lebih banyak karbon
dioksida menumpuk di dalam darah. Ini dapat
menyebabkan peningkatan asam dalam darah yang
disebut asidosis, suatu kondisi yang dapat
mempengaruhi organ tubuh lainnya. Tanpa
perawatan, bayi menjadi lelah berusaha bernapas dan
akhirnya menyerah. Ventilator mekanik (mesin
pernafasan) harus melakukan pekerjaan pernapasan
sebagai gantinya ( Children’s Hospital of Philadelphia,
2009).
MANIFESTASI KLINIS

 Menurut Balest, Arcangela Lattari 2019, Gejala dan


tanda-tanda RDS termasuk respirasi cepat,
mendengus muncul segera atau dalam beberapa jam
setelah melahirkan, dengan retraksi suprasternal
dan substernal dan pembakaran alae hidung. Ketika
atelektasis dan gagal napas berlanjut, gejalanya
memburuk, dengan sianosis, lesu, pernapasan tidak
teratur, dan apnea.
GEJALA UTAMA

 Takipnea: laju napas lebih dari 60 kali per menit


(normal laju napas 40 kali per menit)
 Sianosis
 Retraksi: cekungan pada sternum dan costae pada
saat inspirasi
 Grunting: suara merintih saat ekspirasi
 Pernapasan cuping hidung
PATOFISIOLOGI

Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum


siap sepenuhnya untuk berfungsi sebagai organ
pertukaran gas yang efektif. ketidaksiapan paru
menjalankan fungsinya tersebut disebabkan oleh
kekurangan atau tidak adanya surfaktan. Bila surfaktan
tidak ada, janin tidak dapat menjaga parunya tetap
mengembang. Ketidakmampuan mempertahankan
pengembangan paru ini dapat menyebabkan atelaktasis.
Next..

 Tidak adanya stabilitas dan atelektasis akan


meningkatkan pulmomary vascular resistance
(PVR) yang nilainya menurun pada ekspansi paru
normal. Akibatnya, terjadi hipoperfusi jaringan paru
dan selanjutnya menurunkan aliran darah pulmonal.
Di samping itu, peningkatan PVR juga menyebabkan
pembalikan parsial sirkulasi darah janin dengan
arah aliran dari kanan ke kiri melalui duktus
arteriosus dan foramen ovale.
Next...

 Kolaps paru (atelektasis) akan menyebabkan


gangguan ventilasi pulmonal yang menimbulkan
hipoksia. Akibat dari hipoksia adalah konstriksin
vaskularisasi pulmonal yang menimbulkan
penurunan oksigenasi jaringan dan selanjutnya
menybabkan metabolism anareobik.
Next...

 RDS atau sindrom gangguan pernapasan adalah


penyakit yang dapat sembuh sendiri dan mengikuti
masa deteriorasi (kurang lebih 48 jam) dan jika
tidak ada komplikasi paru akan membaik dalam 72
jam. Proses perbaikan ini, terutama dikaitkan
dengan meningkatkan produksi dan ketersediaan
materi surfaktan.
PATHWAY
Bayi lahir prematur

Inadekuat Surfaktan Lapisan lemak belum

Terbentuk pada kulit

Alveolus kolaps
Resiko gangguan
Termoregulasi:

Ventilasi berkurang hipoksia hipotermia

Peningkatan usaha Cedera paru


Nafas Pembentukan membran
Edema hialin
Takipnea
Pertukaran gas Mengendap di alveoli
Pola nafas terganggu
tidak efektif

Refleks hisap Penguapan meningkat

menurun
Resiko kekurangan
Intake tidak volume cairan
adekuat

Ketidakseimbangan
Nutrisi kurang dari
Kebutuhan tubuh
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Analisis Gas Darah : Menilai derajat hipoksemia dan


keseimbangan asam basa.
 Kultur Darah : Menunjukkan keadaan bakteriemia.
 Glukosa Darah : Menilai keadaan hipoglikemia,
karena hipoglikemia dapat menyebabkan atau
memperberat takipnea.
 Rontgen Toraks : Mengetahui etiologi distress nafas.
NEXT...

 Darah rutin dan hitung jenis: Leukositosis


menunjukkan adanya infeksi, Neutropenia
menunjukkan infeksi bakteri, dan Trombositopenia
menunjukkan adanya sepsis.
 Pulse Oximetry (Menilai hipoksia dan kebutuhan
tambahan oksigen.
PENATA LAKSANAAN
Non Respiratorik

 Monitoring temperatur merupakan hal yang penting


dalam perawatan neonatus yang mengalami distress
pernafasan. Keadaan hipo maupun hipertermi harus
dihindari. Temperatur bayi harus dijaga dalam
rentang 36,5−37,5ºC. Enteral feeding harus
dihindari pada neonatus yang mengalami distress
nafas yang berat, dan cairan intravena dapat segera
diberikan, untuk mencegah keadaan
hipoglikemia,dan jaga keseimbangan cairan
elektrolit dan glukosa.
Respiratorik

 Penanganan awal adalah dengan membersihkan


jalan nafas, jalan nafas dibersihkan dari lendir atau
sekret yang dapat menghalangi jalan nafas selama
diperlukan, serta memastikan pernafasan dan
sirkulasi yang adekuat
next...

 Monitoring saturasi oksigen dapat dilakukan dengan


menggunakan pulse oxymetri secara kontinyu untuk
memutuskan kapan memulai intubasi dan ventilasi.
Semua bayi yang mengalami distress nafas dengan
atau 7 tanpa sianosis harus mendapatkan tambahan
oksigen. Oksigen yang diberikan sebaiknya oksigen
lembab dan telah dihangatkan.
Di ruang NICU

 Penatalaksanaan gagal nafas pada neonatus di ruang


perawatan intensif neonatus (NICU) saat ini telah
mengalami perkembangan. Penggunaan surfaktan,
high frequency ventilator, inhaled nitric oxide (iNO),
telah banyak dilakukan dan berakibat pada
berkurangnya penggunaan extracorporeal
membrane oxygenation yang memiliki banyak efek
samping.
Ventilasi Mekanis

 Ventilasi mekanis merupakan prosedur bantuan


hidup yang invasif dengan berbagai efek pada ystem
kardiopulmonal. Tujuan ventilasi mekanis adalah
membaiknya kondisi klinis pasien dan optimalisasi
pertukaran gas dan pada FiO2 (fractional
concentration of inspired oxygen) yang minimal,
serta tekanan ventilator/volume tidal yang minimal.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN RDS
PENGKAJIAN
IDENTITAS

meliputi biodata bayi dan biodata orang tua(nama,jeis


kelamin,suku bangsa,tanggal lahir,alamat,agama,dan
tanggal pengkajian)
RIWAYAT KESEHATAN

 Riwayat kesehatan sekarang : Terdapatnya tanda


dan gejala yang berhubungan dengan RDS.
 Riwayat kesehatan dahulu: Apakah pernah
mengalami penyakit yang sama sebelumnya,
apakah klien pernah menderita penyakit yang
biasanya menyebabkan terjadinya sindome gawat
nafas, biasanya bayi lahir premature, BBLR.
 Riwayat kesehatan keluarga: Apakah ada anggota
keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
PEMERIKSAAN FISIK

 Kepala
 Mata
 Telinga
 Hidung
 Mulut
 Leher
 Kulit
 Dada
 Paru-paru
 Jantung
 Abdomen
 Genitalia
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Foto rontgen thorak: Untuk mengetahui


kemungkinan adanya kardiomegali bila ada sistem
lain yang terkena
 Pemeriksaan hasil analisa gas dara: Untuk
mengetahui adanya hipoksemia, hipokapnia, dan
alkalosis respiratori ( pH >7,45) pada tahap dini.
 Tes fungsi paru: Untuk mengetahui keadaan paru
kanan dan paru kiri
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/ Kriteria Hasil (NOC,2013) Intervensi (NIC)
(NANDA,2015-2017)
1 Gangguan pertukaran gas b.d Setelah dilakukan asuhan Monitor Respirasi (3350,hal.236) :
perubahan membran alveolar- keperawatan selama ...x 24 jam,
1. Monitor kecepatan,irama, kedalaman, dan
kapiler (00030, hal.220) pertukaran gas pasien menjadi kesulitan bernafas.
efektif, dengan kriteria : 2. Catat gerakan dada, ketidaksimetrisan,
Batasan karakteristik : penggunaan otot bantu dan retraksi
Status Respirasi : Ventilasi (0403, dinding dada.
– Takikardia
hal.560) : 3. Monitor kelemahan otot diafragma
– Hiperkapnea 4. Auskultasi suara nafas, catat area dimana
a. Pasien menunjukkan terjadi penurunan atau tidak adaya
– Dispnea peningkatan ventilasai ventilasi dan adanya suara nafas
dan oksigenasi adekuat tambahan.
– Sianosis berdasarkan nilai AGD Terapi Oksigen (3320,hal.444) :
sesuai parameter normal
– Hipoksemia 1. Kelola O2 sesuai indikasi
pasien
2. Monitor terapi O2
b. Menunjukkan fungsi paru
– Pola Pernapasan Abnormal 3. Pantau tanda-tanda adanya kercunan
yang normal dan bebas oksigen dan kejadian atelektasis
(frekuensi, irama, kedalaman nafas)
dari tanda-tanda distres 4. Pertahankan kepatenan jalan nafas.
– Nafas cuping hidung pernafasan Manajemen Asam Basa (1910,hal.150) :

1. Posisikan pasien untuk medapatkan


ventilasi yang adekuat.
2. Monitor pola pernapasan
3. Monitor adanya gejala kegagalan
pernapasan.
4. Berikan terapi oksigen dengan tepat
5. Monitor nilai AGD dan saturasi oksigen
dalam batas normal
2 Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas (3140,hal.186) :
imaturitas (defisiensi surfaktan). keperawatan selama …..x 24 jam
1. Bebaskan jalan nafas dengan posisi
(00032, hal.243) diharapkan pola nafas efektif
leher ektensi jika memungkinkan.
denga kriteria hasil :
Batasan karakteristik : 2. Posisikan klien untuk
Status Respirasi : Ventilasi memaksimalkan ventilasi dan
- Pola nafas abnormal mengurangi dispnea
(0403,hal.560) :
- Dispnea 3. Auskultasi suara nafas
- Penggunaan otot bantu a. Pernapasan pasien 30- 4. Monitor respirasi dan status oksigen
60x/menit
b. Pengembangan dada
simetris.
c. Irama pernapasan
teratur
d. Tidak ada retraksi dada
saat bernapas
e. Tidak ada suara napas
tambahan

3 Hipotermia b.d peningkatan kebutuhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengobatan Hipotermi (3800,hal.360) :
oksigen (00006,hal.458) selama …..x 24 jam hipotermia tidak
terjadi dengan kriteria : 1. Pindahkan bayi dari lingkungan yang
Batasan karakteristik : dingin ke dalam lingkungan / tempat yang
- Peningkatan kosumsi oksigen Termoregulasi Neonatus (0801,hal.565) : hangat (didalam inkubator atau lampu
sorot)
- Pucat - Suhu axila 36-37˚ C
2. Monitor warna dan suhu kulit
- Menggigil - RR : 30-60 X/menit

- Kulit dinginSEKIAN DAN TERIMA KASIH


- Warna kulit merah muda
3. Monitor gejala dari hipotermia : fatigue,
lemah, apatis.
- Dasar kuku sianosis - Tidak ada distress respirasi 4. Bebaskan dari lingkungan yang dingin dan
- Pengisian kapiler lambat - Tidak menggigil dari pakaian yang basah atau dingin.
4 Resiko kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan (NIC, hal.229: 2013)
cairan berhubungan dengan keperawatan selama …..x 24
gangguan mekanisme 1. Observasi suhu dan nadi.
jam tidak terjadi kekurangan
regulasi. (00027,hal.193) volume cairan dengan kriteria 2. Monitor membran mukosa,
hasil: (0601,hal.192) turgor kulit, dan respon haus
Batasan karakteristik:
- Haus - Tidak ada tanda-tanda pada pasien
dehidrasi. 3. Catat dengan akurat asupan dan
- Kelemahan
- Turgor kulit normal pengeluaran
- Penurunan turgor kulit
4. Berikan susu dan cairan
intravena sesuai kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai