Disusun oleh :
2021
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga dapat menyusun Makalah “SEPSIS”, sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Gawat Darurat”. Dalam hal ini, saya banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan kali ini saya mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diperlukan guna
tersusunnya makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan ..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sepsis......................................................................................3
2.2 Etiologi.................................................................................................3
2.3 Patofisiologi..........................................................................................3
2.4 Manifestasi Klinis.................................................................................4
2.5 Penatalaksanaan Medis.........................................................................5
2.6 Pencegahan...........................................................................................6
2.7 Terapi Resusitasi...................................................................................6
2.8 Algoritma Sepsis...................................................................................7
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan ..............................................................................8
3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................10
3.3 Intervensi Keperawatan ...............................................................................11
3.4 Implementasi Keperawatan..........................................................................20
3.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................................21
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................22
3.2 Saran ....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................23
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sepsis merupakan suatu kondisi kerusakan sistim imun akibat infeksi. Hal ini
merupakan masalah kesehatan dunia karena patogenesisnya yang sangat kompleks
dan pengobatannya yang sulit serta angka mortalitasnya yang tinggi meskipun selalu terjadi
perkembangan antibiotic yang baru. Sepsis terjadi di beberapa Negara dengan angka
kejadian yang tinggi, dan kejadiannnya yang terus meningkat. Berdasarkan data
Epidemiologi di Amerika Utara bahwa sepsis terjadipada 3 kasus dari 1000 populasi yang
diartikan 75.000 penderita per tahun.(Guntur AH,2007)
Angka mortalitas sepsis mencapai 30% dan bertambah pada usia tua 40% dan
penderita syok sepsis mencapai 50 %. Meskipun selalu terjadi perkembangan antibiotic dan
terapi perawatan intensif, sepsis menimbulkan angka kematian yang tinggi dihampir semua
ICU. Sindrom sepsis mulai dari Sistemic Inflammatory Respond Syndrome (SIRS) sampai
sepsis yang berat (Disfungsi organ yang akut) dansyok sepsis (Sepsis yang berat ditambah
dengan hipotensi yang tak membaik denganresusitasi cairan).(Kasper,2005)
Terapi utama meliputi resusitasi cairan untuk mengembalikan tekan sirkulasi
darah, terapi antibiotic, mengatasi sumber infeksi, pemberian vasopresor untuk mencegah
syok dan pengendalian kadar gula dalam darah. Sepsis akan menyebabkan terjadinya syok,
sehinggga berdampak pada kerusakan organ. Responsepsis dapat dipicu oleh trauma
jaringan, ischemia-reperfusion injury, endokrin dan eksokrin.(Guntur A H,2007)
Bakteri gram negative terdpat endotoksin yang disebut lipopolisakarida (LPS) yang
terletak pada lapisan terluar. Lapisan luar membrane bakteri gram negative tersusun atas lipid
bilayer, yaitu membrane sitoplasmic dalam dan luar yang dipisahkan peptidoglikan. .(Guntur
A H,2007)
Sepsis terdapat produksi mediator-mediator inflamasi atau sitokin. Makrofag
merupakan salah satu mediator seluler, makrofag memegang peranan penting dalam
pathogenesis syok sepsis.
5
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang ada, rumusan masalah yang didapatkan antara lain:
1. Apa definisi dari sepsis?
2. Bagaimana etiologi dari sepsis?
3. Bagaimana patofisiologi dari sepsis?
4. Bagaimana manifestasi klinisi dari sepsis?
5. Bagaimana penatalaksanan medis dari sepsis?
6. Bagaimana pencegahan dari sepsis?
7. Apa saja terapi resusitasi dari sepsis?
8. Bagaimana algoritma dari sepsis?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan sepsis?
1.3 TUJUAN
Dari rumusan masalah yang ada, tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Mengetahui definisi sepsis
2. Mengetahui etiologi sepsis.
3. Mengetahui patofisiologi sepsis.
4. Mengetahui manifestasi klinisi sepsis.
5. Mengetahui enatalaksanan medis sepsis.
6. Mengetahui pencegahan sepsis.
7. Mengetahui terapi resusitasi dari sepsis.
8. Mengetahui algoritma dari sepsis.
9. Mengetahui konsep asuhan keperawatan sepsis.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Sepsis adalah bakteri umum generalisasi yang biasanya terjadi pada bulan pertama
kehidupan. (muscari 2000). Sepsis adalah sistemik inflamasi yang berhubungan dengan
infeksi yang dapat menyebabkan kematian. (agenda gawat darurat jilid 3). Sepsis adalah
sindrom yang berkarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala infeksi yang parah yang
berkembang kearah septisma dan syok. (dongos marilin E. 2002) Sepsis adalah suatu
sindroma klinik yang ditandai dengan adanya penyakit sistemik simptomatik dan adanya
bakteri dalam darah (Behrman, 1998).
2.2 Etiologi
Penyebab terbesar adalah bakteri gram negatif. Produk yang berperan penting
terhadap sepsis adalah lipopolisakarida (LPS), yang merupakan komponen terluar dari
bakteri gram negatif. LPS merupakan penyebab sepsis terbanyak, dapat langsung
mengaktifkan sistem imun seluler dan humoral, yang dapat menimbulkan gejala septikemia.
LPS tidak toksik, namun merangsang pengeluaran media torinflamasi yang bertanggung
jawab terhadap sepsis. Bakteri gram positif, jamur, dan virus, dapat juga menyebabkan
sepsis dengan prosentase yang lebih sedikit. Peptidoglikan yang merupakan komponen
dinding sel dair semua kuman, dapat menyebabkan agregasi trombosit. Eksotoksin dapat
merusak integritas membran selimun secara langsung (Hermawan, 2007).
2.3 Patofisiologi
Sepsis disebabkan oleh bakteri gram negatif (70%), bakteri gram positif (20-40%),
jamur dan virus (2-3%), protozoa. (Iskandar, 2002). Produk yang berperan penting pada
sepsis adalah lipopolisakarida (LPS) yang merupakan komponen utama membran terluar
bakteri gram negatif dan berperan terhadap timbulnya syok sepsis. (Guntur, 2008). LPS
mengaktifkan respon inflamasi sistemik yang dapat mengakibatkan syok serta Multiple
Organ Failure ( MOF). (Arul, 2001). Apoptosis berperan dalam terjadinya patofisiologi
7
sepsis dan mekanisme kematian sel pada sepsis. Pada pasien sepsis akan terjadi peningkatan
apoptosis limfosit lebih besar dari 25% total limfosit di lien (Irene, 2007)
Pathway
Resiko Infeksi
8
dingin). Pada pasien dengan manifestasi klinis ini dan gambaran pemeriksaan fisik yang
konsisten dengan infeksi, diagnosis mudah ditegakkan dan terapi dapat dimulai secara dini.
Pada bayi dan orang tua, manifestasi awalnya kemungkinan adalah kurangnya
beberapa gambaran yang lebih menonjol, yaitu pasien ini mungkin lebih sering ditemukan
dengan manifestasi hipotermia dibandingkan dengan hipertermia, leukopenia dibandingkan
leukositosis, dan pasien tidak dapat ditentukan skala takikardia yang dialaminya (seperti pada
pasien tua yang mendapatkan beta blocker atau antagonis kalsium) atau pasien ini
kemungkinan menderita takikardia yang berkaitan dengan penyebab yang lain (seperti pada
bayi yang gelisah). Pada pasien dengan usia yang ekstrim, setiap keluhan sistemik yang non-
spesifik dapat mengarahkan adanya sepsis, dan memberikan pertimbangan sekurang-
kurangnya pemeriksaan skrining awal untuk infeksi, seperti foto toraks dan urinalisis.
Pasien yang semula tidak memenuhi kriteria sepsis mungkin berlanjut menjadi
gambaran sepsis yang terlihat jelas sepenuhnya selama perjalanan tinggal di unit gawat
darurat, dengan permulaan hanya ditemukan perubahan samar-samar pada pemeriksaan.
Perubahan status mental seringkali merupakan tanda klinis pertama disfungsi organ, karena
perubahan status mental dapat dinilai tanpa pemeriksaan laboratorium, tetapi mudah
terlewatkan pada pasien tua, sangat muda, dan pasien dengan kemungkinan penyebab
perubahan tingkat kesadaran, seperti intoksikasi. Penurunan produksi urine
(≤0,5ml/kgBB/jam) merupakan tanda klinis yang lain yang mungkin terlihat sebelum hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan dan seharusnya digunakan sebagai tambahan
pertimbangan klinis.
9
3) Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan
asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
4) Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit
5) PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati yang diasosiasikan
dengan hati/ sirkulasi toksin/ status syok.
6) Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok
7) Glukosa Serum : hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan glikoneogenesis dan
glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/ perubahan seluler dalam
metabolisme.
8) BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau kegagalan hati.
9) GDA : Alkalosis respiratosi dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya. Dalam tahap
lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolik terjadi karena
kegagalan mekanisme kompensasi
10) EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan distritmia menyerupai
infark miokard.
2.6 Pencegahan
a) Hindarkan trauma pada permukaan mukosa yang biasanya dihuni bakteri Gram-negatif
b) Berikan semprotan ( spray) polimiksin pada faring posterior untuk mencegah pneumonia
Gram–negatif, nasokomial
c) Lingkungan yang protektif pasien beresiko kurang berhasil karena sebagian besar infeksi
berasal dari dalam ( endogen )
10
c. Terapi inotropik
Bila resusitasi cairan adekuat, kebanyakan pasien syok septik mengalami hiperdinamik,
tetapi kontraktilitas miokardium yang dinilai dari ejection fraction mengalami gangguan.
Kebanyakan pasien mengalami penurunan cardiac output, sehingga diperlukan inotropic:
dobutamine, dopamine, dan epinephrine.
11
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian primer selalu menggunakan pendekatan ABCDE.
Airway
yakinkan kepatenan jalan napas
berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa
segera mungkin ke ICU
Breathing
kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang
signifikan
kaji saturasi oksigen
periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan
asidosis
berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
periksa foto thorak
Circulation
kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
monitoring tekanan darah, tekanan darah <>
periksa waktu pengisian kapiler
pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
pasang kateter
lakukan pemeriksaan darah lengkap
siapkan untuk pemeriksaan kultur
catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari
36oC
12
siapkan pemeriksaan urin dan sputum
berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal sebelumnya
tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.
Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan dan
tempat sumber infeksi lainnya.
Tanda ancaman terhadap kehidupan
Sepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan fungsi
organ. Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka pasien harus
dibawa ke ICU, adapun indikasinya sebagai berikut:
Penurunan fungsi ginjal
Penurunan fungsi jantung
Hyposia
Asidosis
Gangguan pembekuan
Acute respiratory distress syndrome (ards) – tanda cardinal oedema pulmonal.
Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas dan istirahat
a) Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan dan insomnia
2. Sirkulasi
a) Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary, fenomena
embolik (darah, udara, lemak)
b) Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia),
hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock)
c) Heart rate : takikardi biasa terjadi
d) Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat terjadi
disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal
13
e) Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa terjadi
(stadium lanjut)
3. Integritas Ego
a) Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian
b) Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.
4. Makanan/Cairan
a) Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea
b) Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan, hilang/melemahnya bowel
sounds
5. Neurosensori
a) Subyektif atau Obyektif : Gejala truma kepala, kelambatan mental, disfungsi
motorik
6. Respirasi
a) Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal diffuse,
kesulitan bernafas akut atau khronis, “air hunger”
b) Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting
7. Rasa Aman
a) Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah, episode
anaplastik
8. Seksualitas
a) Subyektif atau obyektif : Riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia
14
3.3 Intervensi
membaik untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
Persiapan intubasi
dan ventilasi, jika
perlu
Pasang jalur IV, jika
perlu
Pasang kateter urine
15
untuk menilai
produksi urine
Lakukan skin test
untuk mencegah
reaksi alergi
3. Edukasi
Jelaskan
penyebab/faktor
risiko syok
Jelaskan tanda dan
gejala awal syok
Anjurkan melapor
jika
menemukan/merasa
kan tanda dan gejala
syok
Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
Anjurkan
menghindari alergen
4. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian IV, jika
perlu
Kolaborasi
pemberian transfusi
darah, jika perlu
Kolaborasi
pemberian
antiinflamasi, jika
16
perlu
Pucat/sianosis oksigen
menurun Identifikasi
stratifikasi pada
sindrom coroner
akut
2. Terapeutik :
Pertahankan tirah
baring min 12 jam
Pasang akses
intravena
Puasakan hingga
17
bebas nyeri
Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi ansietas
dan stress
Sediakan
lingkungan yang
kondusif untuk
beristirahat dan
pemulihan
3. Edukasi :
Anjurkan segera
melaporkan nyeri
dada
Anjurkan
menghindari
maneuver valsava
Jelaskan tindakan
yang dijalani pasien
Ajarkan teknik
menurunkan
kecemasan dan
ketakutan
4. Kolaborasi :
Kolaborasi
pemeriksaan x-ray
dada, jika perlu
18
Gejala dan tanda mayor Tujuan :
Subjektif: Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi :
1. Dipsneu keperawatan selama 2 x Monitor frekuensi,
Objektif: 24 jam diharapkan irama, kedalaman
1. PCO2 meningkat atau pertukaran membaik. dan upaya napas
menurun Kriteria Hasil : Monitor pola napas
2. PO2 menurun 1. Dipsneu menurun Monitor
3. Takikardia 2. PO2 membaik kemampuan batuk
4. Bunyi napas tambahan 3. Bunyi nafas efektif
tambahan Monitor adanya
Gejala dan tanda minor menurun produksi sputum
Subjektif: 4. Pola nafas Monitor adanya
1. Pusing membaik sumbatan jalan
Objektif: 5. Pusing menurun napas
1. Pola nafas abnormal Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Auskultasi bunyi
napas
Monitor saturasi
oksigen
Monitor hasil x-ray
thoraks
2. Terapeutik :
Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
Dokumentasikan
hasil pemantauan
19
3. Edukasi :
Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
20
berat badan
Monitor
hasil pemeriksaan
laboratorium
2. Terapeutik
Lakukan
oral hygiene
sebelum makan,
jika perlu
Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
(mis. Piramida
makanan)
Sajikan
makanan secara
menarik dan suhu
yang sesuai
Berikan
makan tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
Berikan
makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
Hentikan
21
pemberian makan
melalui selang
nasigastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
3. Edukasi
Anjurkan
posisi duduk, jika
mampu
Ajarkan diet
yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu
Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
2. PROMOSI BERAT
BADAN
1. Observasi
22
Identifikasi
kemungkinan
penyebab BB
kurang
Monitor
adanya mual dan
muntah
Monitor
jumlah
kalorimyang
dikomsumsi
sehari-hari
Monitor
berat badan
Monitor
albumin, limfosit,
dan elektrolit
serum
2. Terapeutik
Berikan
perawatan mulut
sebelum
pemberian makan,
jika perlu
Sediakan
makan yang tepat
sesuai kondisi
pasien( mis.
Makanan dengan
tekstur halus,
makanan yang
23
diblander,
makanan cair
yang diberikan
melalui NGT atau
Gastrostomi, total
perenteral
nutritition sesui
indikasi)
Hidangkan
makan secara
menarik
Berikan
suplemen, jika
perlu
Berikan
pujian pada pasien
atau keluarga
untuk peningkatan
yang dicapai
3. Edukasi
Jelaskan
jenis makanan
yang bergizi
tinggi,
namuntetap
terjangkau
Jelaskan
peningkatan
asupan kalori
yang dibutuhkan
24
3.4 Implementasi
Lakukan implementasi kepada klien sesuai dengan kondisi dan hal yang diperlukan
oleh klien. Semua tindakan yang dilakukan pada klien bertujuan untuk meningkatkan kondisi
kesehatan klien menuju yang lebih baik.
3.5 Evaluasi
1. Sirkulasi darah kembali normal sehingga transport O2 kembali lancar
2. Sirkulasi darah kembali normal sehingga pertukaran gas dapat berlangsung
3. nafsu makan meningkat sehingga status nutrisi membaik
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sepsis adalah sindrom yang berkarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala
infeksi yang parah yang berkembang kearah septisma dan syok. (dongos marilin E. 2002).
Penyebab terbesar adalah bakteri gram negatif. Produk yang berperan penting terhadap sepsis
adalah lipopolisakarida (LPS), yang merupakan komponen terluar dari bakteri gram negatif.
Untuk pencegahan Hindarkan trauma pada permukaan mukosa yang biasanya dihuni bakteri
Gram-negatif, Berikan semprotan ( spray) polimiksin pada faring posterior untuk mencegah
pneumonia Gram–negatif, nasokomial dan Lingkungan yang protektif pasien beresiko kurang
berhasil karena sebagian besar infeksi berasal dari dalam ( endogen )
4.2 Saran
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Sepsis ini dapat memberikan
ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga dengan
makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Setyohadi, Bambang dkk.(2006), Buku ajar penyakit dalam. Jakarta. Fakultas Kedokteran UI.
Prof Dr. H.Rab.tabirin .(1998), Agenda Gawat Darurat, Bandung. PT Alumni.
http ://www.total kesehatannanda.com/sepsis.htlm.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
27