Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

CROSS SECTIONAL

Oleh :

Dinda Silvia Khusnul .K. : 1801100478


Feri Irfan : 1801100482
Sea Gaty Trisnani : 1801100498

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat dan karuniaNya yang
telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang penelitian bagi yang membacanya sehingga
dapat memberikan kemudahan apabila melakukan sebuah penelitian.

Tak lupa pula kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen yang telah
membimbing kami dan teman-teman yang telah membantu dan memberikan kami motifasi
sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan saran-saran dari teman-teman yang bersifat
membangun sehingga makalah ini dapat mendekati kesempurnaan.

Malang, 7 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i


KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................1
1.3. Tujuan..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Penelitian Crosssectional...................................................2
2.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian Metode Crosssectional...................2
2.3 Keuntungan Penelitian Metode Crosssectional...............................3
2.4 Kerugian Penelitian Metode Crosssectional....................................4
2.5 Ciri-ciri Penelitian Crosssectional...................................................5
2.6 Protokol Penelitian...........................................................................6
2.6.1 Merumuskan Pertannyaan Penelitian...................................6
2.6.2 Menentukan Tujuan Penelitian............................................7
2.6.3 Populasi Studi......................................................................7
2.6.4 Kriteria Subjek Studi............................................................7
2.6.5 Cara Pengambilan dan Besarnya Sampel............................8
2.6.6 Variabel yang Akan Diukur...............................................10
2.6.7 Daftar Pertanyaan dan Pemeriksaan..................................10
2.6.8 Pengumpulan Data.............................................................10
2.6.9 Analisis Data............................................................................................. 11
Bab III Penutup...................................................................................................12
Daftar Pustaka.....................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian kedokteran dan penelitian epidemiologi dapat dilakukan dengan mengikuti
proses perjalanan penyakit secara prospektif atau secara retrospektif untuk mencari hubungan
sebab akibat. Disamping itu, penelitian kedokteran juga dapat dilakukan tanpa mengikuti
perjalanan penyakit, tetapi dilakukan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode tertentu
dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian. Pengamatan
demikian seolah-olah merupakan suatu penampang melintang dan disebut penelitian cross
sectional diantaranya adalah penelitian eksploratif, penelitian deskriptif, dan dalam hal hal
tertentu, penelitian analitik. Pada umumnya, penelitian cross sectional disebut juga studi
prevalensi dengan tujuan mengadakan deskripsi subjek studi seperti pada penelitian
deskriptip murni atau mengadakan penelusuran seperti pada penelitian eksploratif. Dalam
hal-hal tertentu, penelitian dengan pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk
penelitian analitik.

1.2 Rumusan Masalah


1 Apakah definisi metodologi penelitian cross sectional?
2 Apa tujuan dan manfaat penelitian cross sectional?
3 Apa keuntungan penelitian cross sectional?
4 Apa kerugian penelitian cross sectional?
5 Apa saja yang harus diketahui tentang protokol penelitian?

.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui definisi dari metofologi penelitian crosssectional.
2 Untuk mengetahui tujuan dan manfaat penelitian crosssectional.
3 Untuk megetahui keuntungan dari penelitian crosssectional,
4 Untuk mengetahui kerugian dari penelitian crosssectional.
5 Untuk mengetahui tahapan dari protocol penelitian.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penelitian Crosssectional


Cross sectional adalah sebagai suatu penelitian untuk mempelajari suatu dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dan dengan suatu pendekatan, observasi
ataupun dengan teknik pengumpulan data pada suatu waktu tertentu (point time
approach). (Notoatmodjo, 2002) 
Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua
subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. Desain ini dapat mengetahui dengan
jelas mana yang jadi pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya hubungan sebab
akibatnya.
Penelitian crosssectional ini, peneliti hanya mengobservasi fenomena pada satu
titik waktu tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun eksplanatif,
penelitian cross-sectional mampu menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel
lain pada populasi yang diteliti, menguji keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis
serta tingkat perbedaan di antara kelompok sampling pada satu titik waktu tertentu.
Namun penelitian cross-sectional tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan
dinamika perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya dalam periode
waktu yang berbeda, serta variabel dinamis yang mempengaruhinya
2.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian Metode Crosssectional
Secara garis besar apat dikatakan bahwa penelitian cross sectional dilakukan
dengan tujuan sebagai berikut :

5
1. Tujuan utama penelitan cross sectional adalah untuk mencari prevalensi satu atau
beberapa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat seperti pada studi deskriptif,
tetapi pada keadaan tertentu, studi cross sectional dapat juga digunakan untuk
memperkirakan insidensi, misalnya penyakit dengan bekas yang permanen seperti
variola. Dengan menemukan prevalensi bekas yang ditinggalkan oleh variola dapat
diperkirakan bahwa pada masa lalu terjadi peningkatan insiden penyakit tersebut,
tetapi cara ini tidak dapat digunakan bila bekas yang ditinggalkan penyakit akan
hilang dalam waktu tertentu dan penemuan insidensi dengan studi cross sectional
hasilnya akan bias. Misalnya varicella, walaupun menggialkan bekas, tetapi pada
suatu waktu bekas tersebut akan hilang dan pencarian insidensi penyakit tersebut
hanya dapat dilakukan seperti wawancara

2. Memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat pada penyakit-penyakit dengan


perubahan yang jelas, misalnya, hubungan golongan darah (ABO) dengan ulkus
gaster dan duodenum. Dan penelitian tersebut ditemukan bahwa ulkus gaster dan
duodeni banyak terdapat pada orang dengan golongan darah A.

3. Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk menghitung besarnya risiko


kelompok, risiko relatif, dan risiko atribut. Misalnya, suatu survei yang dilakukan di
suatu desa untuk mengetahui prevalensi diare pada anak-anak. Dan penelitian tersebut
ditemukan bahwa sebagian anak-anak yang menggunakan kolam sebagai sarana air
minum menderita diare dan sebagian lagi tidak. Demikian pula anak-anak yang tidak
menggunakan kolam sebagai sarana air minum sebagian menderita diare dan sebagian
tidak. Dan ternuan tersebut dapat dihitung besarnya risiko diare pada anak-anak yang
menggunakan kolam dan risiko diane bagi yang tidak menggunakan air kolam. Dan
hasil perhitungan risiko tiap kelompok dapat dihitung risiko relatif dengan
membandingkan besarnya nisiko tiap kelompok dan dapat dihitung pula risiko atribut
serta diuji secara statistik. Dengan cara demikian penelitian cross sectional seolah-
olah menjadi penelitian prospektif. Penelitian ini tidak menjamin komparabilitas
kelompok yang dibandingkan dan hasilnya mempunyai potensi untuk menimbulkan
bias. Untuk penelitian epidemiologis dan penelitian operasional, penelitian cross

6
sectional sudah cukup memadai untuk mengadakan perbaikan program pelayanan
kesehatan. Seperti rancangan penelitian yang lain, rancangan penelitian cross
sectional memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.
2.3 Keuntungan Penelitian Metode Crosssectional
Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional mempunyai beberapa
keuntungan sebagai berikut;
1. Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk memperkirakan adanya hubungan
sebab-akibat dan penghitungan risiko relatif dengan cara yang cepat dan biaya yang
relatif kecil dibandingkan dengan penelitian prospektif.
2. Karena kita hanya mengumpulkan data pada satu titik waktu, studi cross-sectional
relatif murah dan tidak memakan waktu dibandingkan jenis penelitian lainnya.
3. Studi cross-sectional memungkinkan kita mengumpulkan data dari banyak subjek dan
membandingkan perbedaan antar kelompok.
4. Dapat digunakan unruk membandingkan besarnya risiko kelornpok yang terpajan
oleh faktor yang dianggap sebagai penyebab terjadinya penyakit dengan kelompok
yang tidak terpajan dan hasilnya digunakan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat serta berguna untuk rnenyusun perencanaan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat.
2.4 Kerugian Penelitian Metode Crosssectional
Di samping keuntungan yang telah disebutkan, penelitian cross sectional tidak
luput dari kerugian. Kerugiannya adalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi dengan
berjalannya waktu karena pengamatan pada subjek studi hanya dilakukan satu kali
selama penelitian.
2. Penelitian cross sectional dengan tujuan analisis sulir untuk menentukan
komparabilitas kedua kelompok yang dibandingkan karena tidak díketahui apakah
insidensi terjadi sebelum atau sesudah terpajan.
3. Sulit untuk mengadakan ekstrapolasi pada populasi yang lebih besar.
4. Penelinian cross sectional tidak dirancang untuk penelitian analitik.

7
5. Penelitian cross sectional tidak dapat digunakan untuk menentukan hubungan sebab
akibat pada perubahan biokimia dan fisiologi karena antara sebab dan akibat dapat
saling mempengaruhi.

Misalnya, pada suatu survei ditemukan bahwa orang-orang dengan hipertensi


mempunyai kadar kolesterol yang tinggi maka dalam hal ini tidak dapat diketahui
secara pasti apakah tingginya kadar kolesterol merupakan faktor penyebab timbulnya
hipertensi atau setelah hipertensi keimidian diikuti dengan tingginya kadar kolesterol.

Bila tingginya kadar kolesterol mendahului timbulnya hipertensi dapat


diasumsikan bahwa tingginya kolesterol merupakan faktor penyebab timbulnya
hipertensi, tetapi bila terjadi sebaliknya tidak dapat dikatakan bahwa kolesterol
merupakan faktor penyebab timbulnya hipertensi. Untuk membedakan kedua hal
tersebut sangat sulit, bahkan tidak mungkin dilakukan karena penentuan hipertensi
dan tingginya kadar kolesterol dilakukan pada saat bersamaan.

Contoh lain adalah pada penelitian cross sectional ditemukan kadar kolesterol
yang tinggi pada penderita penyakit jantung koroner. Dalarn hal ini belum dapat
dikatakan bahwa tingginya kadar kolesterol merupakan faktor penyebab terjadinya
penyakit jantung koroner. Untuk mengetahui apakah tingginya kadar kolesterol
merupakan risiko terjadinya penyakit jantung koroner harus dilakukan penelitian
analitik.

2.5 Ciri-ciri Penelitian Crosssectional


Dari uraian di atas dapat diketahui ciri-ciri penelitian cross sectional sebagai berikut;
1. Sesuai dengan istilahnya, pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu
periode tertentu dan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu
penelitian.
2. Penghitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok yang
terpajan atau tidak. Pada penelitian di rumah sakit, besarnya sampel tidak dihitung,
tetapi ditentukan berdasarkan periode tertentu.
3. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi. Misalnya,
hubungan antara Cerebral blood flow pada perokok, bekas perokok dan bukan
perokok. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian

8
ini dikumpulkan sebanyak 268 orang secara sukarela dan dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu kelompok perokok, bekas perokok, dan bukan perokok. Komparabilitas ketiga
kelompok dibagi berdasarkan umur. Kemudian diperiksa aliran darah otak dan
hasilnya dibandingkan. Cara pengambilan dan besarnya sampel tidak
dipermasalahkan.
4. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.
5. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan sebagai
hipotesis dalam penelitian analitik atau eksperirnental.
Kelemahan penelitian ini terletak pada:
1. Sulit untuk mengadakan ekstrapolasi
2. Kemungkinan terdapat subjek studi yang terlalu sedikit dalam salah satu kelompok.
3. Kriteria perokok, bekas perokok, dan bukan perokok tidak dijelaskan secara rinci.
Contoh lain ialah penelitian tentang hubungan anemia dengan kelahiran bayi
prematur. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan rekam medis di rumah sakit
terhadap semua ibu ibu yang melahirkan selama periode 1 tahun. Data yang diperoleh
dibagi menjadi kelompok anemia dan tidak anemia. Dan kelompok anemia dicatat
jumlah kelahiran prematur, demikian pula dengan kelompok tidak anemia.
Selanjutnya, dihitung risiko masing-masing kelompok, risiko relatif dan dibandingkan
dengan uji statistik chi-kuadrar. Penelitian ini seolah-olah dilakukan secara
prospektif.
2.6 Protokol Penelitian
Untuk perencanaan dan pelaksanaan penelitian hendaknya dilakukan dengan
menuliskan protokol berupa langkah-langkah kegiatan yang digunakan sebagai pedoman
dalam kegiatan penelitian.
Adapun susunan protokoL di bawab ini tidak mutlak, tetapi disesuaikan dengan
selera setiap institusi yang membenikan persetujuan atau penyandang dana, tetapi dengan
substansi yang tidak berbeda. Secara garis besar, protokol penelitian cross sectional
adalah sebagai berikut;
1. Merumuskan pertanyaan penelitian
2. Menentukan tujuan penelitian
3. Populasi studi

9
4. Kriteria subjek studi
5. Cara pengambilan dan perkiraan besarnya sampel
6. Menentukan variabel yang akan diukur
7. Siapkan daftar pertanyaan atau pemeriksaan yang dibutuhkan
8. Pengumpulkan data
9. Analisis data
2.6.1 Merumuskan Pertannyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian hendaknya diarahkan sesuai dengan tujuan
penelitian. Misalnya, bila penelitian bertujuan untuk membandingkan keadaan
kesehatanpenduduk suatu daerah setelah adanya program pelayanan kesehatan
untuk meningkatkan status gizi anak maka pertanyaan yang diajukan adalah
sebagai berikut. Apakah dengan pemberian makanan tambahan, status gizi anak
akan meningkat dibandingkan dengan anak yang tidak mendapat makanan
tambahan?
2.6.2 Menentukan Tujuan Penelitian
Tujuan penelirian harus dirurnuskan dengan jelas tentang apa yang akan
dicari dalarn penelitian yang akan dilaksanakan. Misalnya, dan pertanyaan
tentang status gizi anak dapat diketahui bahwa penelitian yang akan dilakukan
merupakan penelirian analitik yang bertujuan untuk membandingkan status gizi
anak yang mendapatkan makanan tambahan dengan status gizi anak yang tidak
mendapat makanan tambahan.
2.6.3 Populasi Studi
Populasi studi pada studi cross sectional dapat berupa masyarakat daerah
tertentu dengan batas administratif atau institusi seperti rumah sakit, sekolah atau
industri, tergantung tempat penelitian dilakukan. Populasi studi dapat pula berupa
kelompok masyarakat dengan cmi rertentu, misalnya wanita pasangan usia subur
di suatu daerah. Populasi pada penelitian di rumah sakit ditentukan berdasarkan
banyaknya penderita (subjek studi) yang dicatat selama kurun waktu rertentu.
2.6.4 Kriteria Subjek Studi
Penentuan kriteria subjek studi pada studi cross sectional sangat penting
untuk menentukan dengan jelas terhadap siapa penelitian ini dilakukan terutama

10
bila penelitian cross sectional yang digunakan sebagai penelitian analitik untuk
memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat atau pengukuran faktor risiko.
Kriteria tersebut dapat berupa umur, tingkat pendidikan, status matrial, pekerjaan
atau kondisi lain yang berkaitan dengan perkiraan faktor risiko timbulnya suatu
penyakit.
Misalnya, pada penelitian tentang pemakaian alat kontrasepsi IUD dengan
tromboflebitis harus dijelaskan kriteria pasangan usia subur dan kritenia pemakai
alat kontrasepsi, apakah yang pernah memakai juga dimasukkan dalam subjek
studi atau tidak dan tentukan juga diagnosis tromboflebitis yang digunakan, dan
Lain-lain.
Setelah ditentukan kriteria subjek studi hendaknya diuraikan tentang
definisi operasional agar variabel penelitian yang bersifat abstrak dapat diukur,
misalnya untuk mengukur pengecahuan tentang pemakalan oralit pada diare
karena pengetahuan tidak dapat diukur secara langsung maka pengukuran
dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan, misalnya, apakah ibu
mengetahui arti diare?, apakah ibu mengetahui tentang oralit?, apakah ibu
mengetahui manfaat oralit?, di mana ibu dapat memperoleh oralit?, sebanyak 10
pertanyaan, kemudian setiap jawaban diberi angka 1 untuk jawaban yang benar
dan nilai 0 untuk jawaban yang salah hingga seluruhnya akan diperoleh nlai dan 0
sampai dengan 10.
Dan hasil ini kemudian direntukan nilainya misalnya 8—10 pertanyaan
dijawab dengan benar dikatakan pengetahuannya baik, nilai 6—8 termasuk
kategori sedang dan dibawah nilai 6 dikategorikan pengetahuannya kurang.
2.6.5 Cara Pengambilan dan Besarnya Sampel
Cara pengambilan sampel dapat dilakukan dengan random sampling bila
penelitian dilakukan di lapangan atau sampel diambil berdasarkan rekam medis
pada suatu periode tertentu bila penelitian yang dilakukan berbasis rumah sakit.

Besarnya Sampel

11
Penentuan perkiraan besarnya sampel pada penelitian cross sectional yang
bersifat analitis berbasis rurnah sakit dapat dijelaskan dengan tabel 2 x 2 sebagai
berikur.

Dan tabel di atas jelaslah bahwa penentuan besarnya sampel dilakukan


tanpa memperhatikan ada atau ridaknya penyakit atau pajanan. Setelah besarnya
sampel diperoleh, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang terpajan
oleh faktor risiko dan kelompok lain yang tidak terpajan Dan kedua kelompok
tersebut dicatar ada atau tidaknya penyakir yang diteliti.

Kelemahan cara ini adalah kemungkinan terdapatnya nilai yang terlalu


kecil dalam satu sel hingga sulit untuk dianalisis.

Contoh:

Penelitian tentang hubungan antara anemia dan BBLR berbasis rumah sakit maka
semua ibu harniltrirnester3 yang melahirkan di rumah sakit paJa perthde tertentu
diambil sebagai sampel berdasarkan rekam medis yang adir, kern udian dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu ibu-ibu yang anemia sebagai kelompok audi dan
tidak anemia sebagai kelompok kontrol Selanjutnya, dicamt banyaknya bayi
dengan Berat Rada,, Lahir Rendab (BBLR) yang rerdiiparpada kelompok audi
dan kelompok kontrol.

Dan ha.cil tersebut dihitung besarnya nisiko masing-masin kelompok dan dihitung
risiko re /at f dilaku kan uji stati.ctik dengan chi-kuadrat, dan ditirrik kesimpulan
ada atau tidaknya hubungan antara anemia dengan BBLR.

12
Dengan cara ini, besarnya sampel dutentukan dahulu kern udian barre dibagi
menjadi ke/ompok yang terpajan dan kelompok yang tidak terpajan dan dilakukan
pengamatan tentang terjadinya BBLRpada kedua keornpok. Besarnya sampel
dapat dihitung dengan runzus seperti pada penelitian analitik (lihat rancangan
penelitian prospektif atau retrospektif).

1. Tentukan Variabel yang Akan Diukur

karena tidak mungkin untuk mengumpulkan semua variabel maka harus


dipilih variabel-variabeÍ penting yang berkaitan dengan tujuan penelitian dan
dapat digunakan sebagai indikator.

Misalnya pada contoh tentang pola pemakaian alat kontrasepsi, variabel yang
diteliti adalah variabel umur, paritas, lama pemakaian, pendidikan. pekerjaan,
jenis alat kontrasepsi, tempat pelayanan, pemberi layanan, dan lain-lain.

2. Siapkan Daftar Pertanyaan dan Daftar Pemeriksaan

Untuk penyusunan daftar pertanyaan sama seperti pada penelitian deskriptif


dan alat ukur yang akan digunakan, misalnya untuk pengukuran status gizi anak
yang menggunakan pengukuran LLA maka disiapkan meteran yang akan
digunakan.

Penelitian yang datanya diambil dan rekam medís di rumah sakit, hal itu tidak
dilakukan. ini merupakan salah satu kelemahan data sekunder, misalnya,
penelitian tentang anemia tidak dapat diketahui cara pengukuran atau siapa yang
melakukan pengukuran Hb.

2.6.6 Variabel yang Akan Diukur


Karena tidak mungkin untuk mengumpulkan semua variabel maka harus
dipilih variabel-variabeÍ penting yang berkaitan dengan tujuan penelitian dan
dapat digunakan sebagai indikator.
Misalnya pada contoh tentang pola pemakaian alat kontrasepsi, variabel
yang diteliti adalah variabel umur, paritas, lama pemakaian, pendidikan.

13
pekerjaan, jenis alat kontrasepsi, tempat pelayanan, pemberi layanan, dan lain-
lain.
2.6.7 Daftar Pertanyaan dan Pemeriksaan
Karena tidak mungkin untuk mengumpulkan semua variabel maka harus
dipilih variabel-variabeÍ penting yang berkaitan dengan tujuan penelitian dan
dapat digunakan sebagai indikator.
Misalnya pada contoh tentang pola pemakaian alat kontrasepsi, variabel
yang diteliti adalah variabel umur, paritas, lama pemakaian, pendidikan.
pekerjaan, jenis alat kontrasepsi, tempat pelayanan, pemberi layanan, dan lain-
lain.
2.6.8 Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian cross sectional bersifat analitis dilakukan
dengan survei atau rekam medis di rumah sakit sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. Mìsalnya, penelitian tentang hubungan antara status gizi anak 1-5
tahun dengan cacingan.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan semua anak 1 5
tahun yang terdapat pada lokasi penelitian kemudian dipisahkan menjadi dua
kelompok. yairu anak-anak dengan gizi baik dan anak-anak dengan gizi kurang.
Pada semua anak dilakukan pemeriksaan tinja untuk mendeteksi cacing kemudian
frekuensi cacingan pada anak dengan gizi baik dan gizi kurang dibandingkan.
Untuk penelitian di rumah sakit dengan rekam medís sebagai sumber data.
Misalnya, penelitian tentang hubungan antara primipara dengan preekiamsia.
Pengumpulari data dilakukan dengan cara mengumpulkan semua ibu-ibu yang
melahirkan selama periode tertentu kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yairu
kelompok primípara dan multípara.
Selanjurnya, pada kelompok primipara dicatat jumlah preekiamsia,
demikian pula pada kelompok multipara kemudian díbandingkan. Komparabilitas
kedua kelompok didasarkan pada umur, tingkat pendidikan. dan sosial ekonomi.
Penyajian data berupa karaktenistik subjek studi pada kelompok studi dan
kelompok kontrol. Karakteristik dapat berupa umur, jenis kelainin, pendidikan,

14
pekerjaan atau hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian, misainva jenis
alat kontrasepsi yang digunakan.
2.6.9 Analisa Data
Analisis data dilakukan dengan menghitung risiko masing-masing
kelompok risiko relatif, risiko atribut, dan uji statistik sesuai dengan data yang
diperoleh. Laporan hasil penelitian hendaknya dipublikasikan agar peneliti lain
dapat mengadakan evaluasi atau mengadakan penelitian serupa untuk
dibandingkan atau membandingkan dengan hasil penelitian yang pernah
dilakukan di tempat lain.

BAB III

PENUTUP

.1 Kesimpulan

15
Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan
satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara variabel independen
(faktor resiko) dengan variabel dependen (efek).
Beberapa tujuannya adalah, mencari prevalensi serta indisensi satu atau beberapa
penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat, Memperkirakan adanya hubungan
sebab akibat pada penyakit-penyakit tertentu dengan perubahan yang jelas,
Menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko atribut.

Daftar Pustaka

16
Ary, Jacobs, dan Razavuch, (2000) Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (Alih bahasa : Arif
Furchman). Surabaya : Usaha Nasional.

Brokopp, Doroothy Young dan Tisma, Marie T.H (2000) Dasar-Dasar Riset Keperawatan. (Alih Bahasa :
Yasmin Asih dan Aniek Maryuni) Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Djarwanto, (1994) Pokok-Pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi. Yogyakarta :
Liberty.

Machfordz, Ircham. (2007) Metodologi Penelitian : Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan.I
Yogyakarta: Fitramaya.

Mohammad Nazir. (1998) Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

17

Anda mungkin juga menyukai