NASKAH PSIKIATRI
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik
Oleh:
Pembimbing:
Dr. dr, Amel Yanis, Sp.KJ(K)
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
Penulis
Halaman
Kata Pengantar ......................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………........................................................................ 1
1.2 Batasan Masalah................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................ 3
1.4 Metode Penulisan............................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi............................................................................................... 4
2.2 Epidemiologi....................................................................................... 4
2.3 Etiologi............................................................................................... 5
2.4 Gambaran Klinis................................................................................. 8
2.5 Kriteria Diagnosis .............................................................................. 9
2.6 Tatalaksana ........................................................................................ 15
BAB 3 LAPORAN KASUS
3.1 Identitas ............................................................................................. 19
3.2 Riwayat Psikiatri ................................................................................ 20
3.3 Grafik Perjalanan Penyakit ................................................................ 31
3.4 Status Internus.................................................................................... 32
3.5 Status Neurologikus............................................................................ 32
3.6 Status Mental...................................................................................... 33
3.7 Pemeriksaan Laboratorium ................................................................ 37
3.8 Pemeriksaan Psikologis...................................................................... 37
3.9 Ikhtisar Penemuan Bermakna ............................................................ 37
3.10 Diagnosis Multiaksial ...................................................................... 38
3.11 Diagnosis Banding Axis I ................................................................ 39
3.12 Daftar Masalah................................................................................. 39
3.13 Penatalaksanaan ............................................................................... 39
3.14 Prognosis.......................................................................................... 40
BAB 4 DISKUSI
Diskusi ..................................................................................................... 41
Daftar Pustaka............................................................................................... 43
Gangguan bipolar merupakan gangguan mood yang kronis dan berat yang
ditandai dengan episode mania, hipomania, depresi dan campuran. Terdiri dari
peningkatan afek serta penambahan energi dan aktivitas, dan pada waktu lainnya
terjadi penurunan afek serta penurunan energi dan aktivitas. Gangguan ini bersifat
episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dan terdapat waktu
penyembuhan sempurna antar episode.1,2
Ada empat jenis gangguan bipolar tertera di dalam Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition yaitu gangguan bipolar I,
gangguan bipolar II, gangguan siklotimia, bipolar dan gangguan berkaitan lainnya
yang disebabkan oleh penggunan obat, other specified bipolar and related disorder,
dan unspecified bipolar and related disorder.3,4
Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Adult psychiatric Morbidity
Survey di Inggris, didapatkan prevalensi seumur hidup gangguan bipolar I
sebanyak 0,4-1,6% dan gangguan bipolar II sebanyak 0,5%. Gabungan prevalensi
gangguan bipolar I dan II adalah 2%. Angka ini lebih besar bila dibandingkan
dengan skizofrenia. Satu dari tiga gangguan bipolar memiliki episode pertama
pada masa remaja.5
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh National Institute of Mental
Health pada orang berusia 18 tahun ke atas, didapatkan bahwa 4.4% pernah
mengalami bipolar selama masa hidupnya. Hasil lain yang didapatkan pada
survey ini adalah prevalensi terjadinya bipolar pada laki-laki dan perempuan
cukup mirip, yaitu 2.9% pada laki-laki dan 2.8% pada perempuan.6
Prevalensi antara laki-laki dan wanita sama besar. Onset gangguan
bipolar adalah dari masa anak-anak (usia 5-6 tahun) sampai 50 tahun atau lebih.
Rata-rata usia yang terkena adalah usia 30 tahun. Hal ini didukung oleh suatu
penelitian yang menemukan bahwa dua rentang usia paling banyak munculnya
onset bipolar, yaitu usia 15-24 tahun dan 45-54 tahun. Tetapi, perkiraan usia
munculnya onsettidak dapat dikatakan akurat karena terdapat faktor-faktor
2.1. Definisi
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi dan campuran, biasanya
rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup.1-4
Kelainan fundamental pada kelompok gangguan ini adalah perubahan
suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi (dengan atau tanpa
anxietas yang menyertainya), atau ke arah elasi (suasana perasaan yang
meningkat). Perubahan suasana perasaan ini biasanya disertai dengan suatu
perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya
adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya
dengan perubahan tersebut.5
Ada empat jenis GB tertera di dalam Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders IV-Text Revision (DSM-IV TR) yaitu GB I, GB II.
gangguan siklotimia, dan GB yang tak dapat dispesifikasikan.1-3
Gangguan Bipolar I adalah suatu perjalanan klinis yang
dikarakteristikkan oleh terdapatnya satu atau lebih episode manik atau
campuran, dimana individu tersebut juga mempunyai satu atau lebih episode
depresi mayor. Kekambuhan ditunjukkan oleh perpindahan polaritas dari
episode atau terdapatnya interval diantara episode-episode paling sedikit 2
bulan tanpa adanya gejala-gejala mania.1
2.2. Epidemiologi
Prevalensi GB I selama kehidupan mencapai 2,4%, GB II berkisar
antara 0,3- 4,8%, siklotimia antara 0,5-6,3%, dan hipoania antara 2,6-7,8%. Total
prevalensi spectrum bipolar, selama kehidupan, yaitu antara 2,6-7,8%.1,5
2.3. Etiologi
Faktor biologi
Hingga saat ini neurotransmitter monoamine seperti norepinefrin,
dopamine serotonin, dan histamine menjadi focus teori dan masih diteliti
hingga saat ini. Sebagai biogenik amin norepinefrin dan serotonin adalah
neurotransmitter yang paling berpengaruh dalam patofisiologi gangguan mood
ini.1,3,4
2.4.2.2. Derajat8
1. Episode depresif ringan
a. Minimal harus ada 2-3 gejala utama depresi dan 2 gejala lain.
b. Lamanya episode minimal berlangsung selama 2 minggu
c. Tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-harinya
2. Episode depresif sedang
a. Minimal harus ada 2-3 gejala utama dan 3 gejala lain
b. Lamanya episode minimal berlangsung 2 minggu.
c. Mulai mengganggu aktivitas Episode depresi berat
- Tanpa gejala psikotik :
a. Semua gejala utama dan disertai 4 gejala tambahan.
divalproat + lamotrigin
Lini III Karbamazepin, olanzapin, litium + karbamazepin,
litium atau divalproat + venlafaksin, litium + MAOI,
ECT, litium atau divalproat atau AA + TCA, litium
ataudivalproat atau karbamazepin + SSRI +
lamotrigin,
penambahan topiramat
Tidak direkomendasikan Gabapentin monoterapi, aripiprazol
monoterapi
Efek samping
Efek samping yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor, somnolen,
penambahan berat badan, dan penumpulan kognitif. Neurotoksisitas, delirium,
dan ensefalopati dapat pula terjadi akibat litium. Neurotoksisitas bersifat
irreversible. Akibat intoksikasi litium, deficit neurologi permanen dapat terjadi
misalnya, ataksia, deficit memori, dan gangguan pergerakan. Untuk mengatasi
intoksikasi litium, hemodialisis harus segera dilakukan. Litium dapat merusak
tubulus ginjal. Factor resiko kerusakan ginjal adalah intoksikasi litium,
polifarmasi dan adanya penyakit fisik yang lainnya. Pasien yang mengkonsumsi
litium dapat mengalami poliuri. Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk banyak
meminum air.
Pemeriksaan laboratorium
Sebelum memberikan litium, fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) dan
fungsi tiroid, harus diperiksa terlebih dahulu. Untuk pasien yang berumur di
atas 40 tahun, pemeriksaan EKG harus dilakukan. Fungsi ginjal harus diperiksa
Setiap Setiap 2-3 bulan dan fungsi tiroid dalam enam bulan pertama. Setelah
enam bulan, fungsi ginjal dan tiroid diperiksa sekali dalam 6-12 bulan atau bila
ada indikasi.
Wanita hamil
Penggunaan litium pada wanita hamil dapat menimbulkan malformasi
janin. Kejadiannya meningkat bila janin terpapar pada kehamilan yang lebih dini.
Wanita dengan GB yang derajatnya berat, yang mendapat rumatan litium, dapat
melanjutkan litium selama kehamilan bila ada indikasi klinis. Kadar litium
darahnya harus dipantau dengan seksama. Pemeriksaan USG untuk memantau
janin, harus dilakukan. Selama kehamilannya, wanita tersebut harus
disupervisioleh ahli kebidanan dan psikiater. Sebelum kehamilan terjadi, risiko
litium terhadap janin dan efek putus litium terhadap ibu harus didiskusikan
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 30 Juli 2022 di rumah pasien
sendiri.
2. Alloanamnesis dengan saudara kandung (Abang) pasien pada tanggal 1
Agustus 2022 via telepon.
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf
yang sesuai
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
2. Sebab Utama
Pasien datang dengan keluhan sulit untuk tidur dan tremor sejak 1 minggu
terakhir.
4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik RSUP Dr. M. Djamil pada tanggal 28 Juli 2022
yang merupakan kontrol pengobatan dan penambahan obat. Pasien datang dengan
keluhan sulit untuk tidur dan tremor sejak 1 minggu terakhir. Pasien mengeluhkan
menjadi sulit tidur dan merasakan tremor bila memikirkan tentang hal-hal yang
sudah lalu dan kelanjutan klinik yang akan dia jalani. Tremor yang dirasakan
menyebabkan setiap barang yang dipegang pasien terjatuh. Selain itu pasien sulit
untuk konsentrasi, mudah lupa dan pada saat bangun tidur badan terasa sakit di
seluruh tubuh. Pasien merasa kesal dan marah kepada orangtua pasien karena
masih belum diberikan hak untuk membuat keputusan sendiri dan memanegemen
21
sebuah klinik yang akan pasien jalani. Pasien mengaku sudah putus obat sejak 1
minggu yang lalu karena belum sempat untuk kontrol ulang. Pasien mengisi
aktivitasnya dengan menonton, menulis setiap aktivitas yang sudah dilakukan dan
hal tersebut membuatnya bahagia.
5. Riwayat Penyakit Sebelumnya
22
hari yang dijalani, kesal saat berbicara dengan orang tua, mudah
tersinggung, overthinking, dan suka curiga terhadap orang lain. Melihat
kondisi seperti itu, orangtua pasien berinisiatif untuk membawa pasien
berobat ke psikiater lain. Setelah dilakukan pemeriksaan, psikiater
memberikan obat untuk mengurangi gejala dan menyarankan pasien untuk
kontrol seminggu kemudian. Selama pengobatan pasien mulai merasakan
gejala yang berbeda, gejala yang dialami selama pengobatan seperti tidak
bisa berhenti bicara, merasa aktivitas selama 24 jam tidak cukup, muncul
ide-ide di pikiran yang saling berhubungan, mulai merasakan senang, dan
suka menyetir tanpa tujuan. Psikiater kemudian mendiagnosa pasien
dengan Gangguan Afektif Bipolar Tipe Campuran Ciri Psikotik.
b. Riwayat Gangguan Medis
Pasien tidak ada menderita hipertensi, DM, trauma, tumor, kejang,
gangguan kesadaran, HIV.
c. Riwayat Merokok, Penggunaan Alkohol dan Zat Adiktif lain
Pasien tidak perokok, tidak ada mengonsumsi alkohol dan zat
adiktif lainnya.
6. Riwayat keluarga
23
Kurang Bagus Kurang
Tak peduli Tak peduli
Dan lain-lain - -
Ket : * coret yang tidak perlu
b) Sifat/ Perilaku Orang tua kandung/ pengganti............. :
24
5 Biasa, suka bergaul Autis tidak dapat didefinisikan
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan Gambaran sikap Kualitas hubungan
pasien dan tingkah laku (akrab/biasa/kurang/tak
peduli)
1 - - -
Ket: untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.
Saudara
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 ASD - -
Dan lain-lain
25
Skema Pedegree
Keterangan
Pasien Laki-laki
Meninggal Perempuan
Keadaan Rumah
No Rumah tempat
tinggal Tidak
Tenang Cocok Nyaman
Nyaman
1 Rumah di Padang + - -
2 Rumah di - - - +
Pekanbaru
26
Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*
Minum ASI : sampai umur 2 tahun
Usia mulai bicara : 1 tahun 6 bulan
Usia mulai jalan : 1 tahun
Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-),
gangguan hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (-), cemas
terhadap orang asing sesuai umum (-), cemas perpisahan (-), dan
lain-lain
c) Gejala-gejala sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari (-), ngompol (-), BAB di
tempat tidur (-), night teror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-),
masturbasi (-), mutisme selektif (-), dan lain-lain.
d) Toilet training
Umur : 2 tahun
Sikap orang tua :(memaksa/menghargai/membiarkan/memberikan
arahan)
Perasaan anak untuk toilet training ini: baik
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau (-
), kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran (-), dan lain-lain.
f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu (-), gelisah (-) overaktif (-),
menarik diri (-), suka bergaul (+), suka berolahraga (-), dan lain-lain
g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Umur 5 tahun 11 tahun 15 tahun 18 tahun
Prestasi* Baik Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Aktifitas Sekolah* Baik Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang Sedang
27
Kurang Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Teman * Baik Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Guru Baik Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang Kurang
Kemampuan Khusus (Bakat) ( - ) ( - ) ( - ) ( - )
Tingkah Laku ( baik ) ( baik ) ( baik ) ( baik )
h) Masa remaja: Fobia (+), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-),
peminum minuman keras (-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa (-
), bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri (-), cemas (-),
gangguan tidur (+), sering sakit kepala (+), dan lain-lain.
i) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal: rumah sendiri (+), rumah kontrak (+), rumah susun
(-), apartemen (-), rumah orang tua (-), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-) dan lain-lain.
2. Polusi lingkungan: bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (+) dan lain-
lain.
Ket: *coret yang tidak perlu, **( ), diisi (+) atau (-) ai: atas
indikasi
28
berlebihan (-), sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (-),
tidak mau menerima kritik (-), meragukan kesetiaan
orang lain (+), secara intensif mencari-cari kesalahan dan
bukti tentang prasangkanya (-), perhatian yang berlebihan
terhadap motif-motif yang tersembunyi (-), cemburu
patologik (-), hipersensifitas (-),keterbatasan kehidupan
afektif (-).
Skizotipal Pikiran gaib (-), ideas of reference (-), isolasi sosial (-),
ilusi berulang (-), pembicaraan yang ganjil (-), bila bertatap
muka dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh (-).
Siklotimik Ambisi berlebihan (+), optimis berlebihan (+), aktivitas
seksual yang berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang
merugikan (-), melibatkan dirinya secara berlebihan dalam
aktivitas yang menyenangkan tanpa menghiraukan
kemungkinan yang merugikan dirinya (-), melucu
berlebihan (-), kurangnya kebutuhan tidur (-), pesimis (-),
putus asa (-), insomnia (+), hipersomnia (-), kurang
bersemangat (-), rasa rendah diri (-), penurunan aktivitas
(-), mudah merasa sedih dan menangis (-), dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi (-), selalu berusaha menarik perhatian bagi
dirinya (-), mendambakan rangsangan aktivitas yang
menggairahkan (-), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal
sepele (-), egosentris (-), suka menuntut (-), dependen (-),
dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (-),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan
dan kecantikan (-), ekshibisionisme (-), membutuhkan
perhatian dan pujian yang terus menerus (-), hubungan
interpersonal yang eksploitatif (-), merasa marah, malu,
terhina dan rendah diri bila
dikritik (-), dan lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang
29
amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus
menerus (-), tidak mampu mengalami rasa bersalah dan
menarik manfaat dari pengalaman (-), tidak peduli pada
norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial (-), tidak
mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung
lama (-), iritabilitas (+), agresivitas (-), impulsif (-),
sering berbohong (-), sangat cenderung menyalahkan
orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang masuk
akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik
dengan masyarakat (+).
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak
stabil (-), kurangnya pengendalian terhadap kemarahan (-),
gangguan identitas (-), afek yang tidak mantap (-), tidak
tahan untuk berada sendirian (-), tindakan mencederai diri
sendiri(-), rasa bosan kronik (-), dan lain-lain.
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya
tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang
lain (-), keengganan untuk terlibat dengan orang lain
kecuali merasa yakin disukai (-), preokupasi yang
berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi
sosial (-), menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan
yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut
dikritik, tidak didukung atau ditolak (-).
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan (-),
preokupasi pada hal-hal yang rinci (details), peraturan,
daftar, urutan, organisasi dan jadwal (-), perfeksionisme
(+), ketelitian yang berlebihan (+), kaku dan keras
kepala (-), pengabdian yang berlebihan terhadap
pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan
nilai-nilai hubungan interpersonal (+), pemaksaan yang
berlebihan agar orang lain mengikuti persis caranya
mengerjakan sesuatu (-), keterpakuan yang berlebihan
30
pada kebiasaan sosial (-), dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan
sehari-hari tanpa nasehat dan masukan dari orang
lain (+), membutuhkan orang lain untuk mengambil
tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya (-),
perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian,
karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang
ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut
ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-)
Pertunangan (-), perkawinan (-), perceraian (-), kawin paksa (-), kawin lari ( -),
kawin terpaksa (-), kawin gantung (-), kematian pasangan (-), problem punya
anak (-), anak sakit (-), persoalan dengan anak (-), persoalan dengan orang tua
(+), persoalan dengan mertua (-), masalah dengan pasangan (-), masalah dengan
teman dekat (-), masalah dengan atasan/ bawahan (-), mulai pertama kali
bekerja (-), masuk sekolah (-), pindah kerja (-), persiapan masuk pension (-),
pensiun (-), berhenti bekerja (-), masalah di sekolah (+), masalah jabatan/
kenaikan pangkat (-), pindah rumah (-),pindah ke kota lain (-), transmigrasi (-),
pencurian (-), perampokan (-), ancaman (-), keadaan ekonomi yang kurang (-),
memiliki hutang (-), usaha bangkrut (-), masalah warisan (-), mengalami
tuntutan hukum (-), masuk penjara (-), memasuki masa pubertas (-), memasuki
usia dewasa (-), menopause (-), mencapai usia 50 tahun (-), menderita
penyakit fisik yang parah (-), kecelakaan (-), pembedahan (-), abortus (-),
hubungan yang buruk antar orang tua (-), terdapatnya gangguan fisik atau
mental dalam keluarga (-), cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua
orang tua atau kakek nenek (+), sikap orang tua yang acuh tak acuh pada
anak (+), sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak (-), campur
tangan atau perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak (+),orang
tua yang jarang berada di rumah (-), terdapat istri lain (-), sikap atau kontrol
yang tidak konsisten (-), kontrol yang tidak cukup (-), kurang stimulasi kognitif
dan sosial (-), bencana alam (-), amukan masa (-), diskriminasi sosial (-),
31
perkosaan (-), tugas militer (-), kehamilan (-), melahirkan di luar perkawinan (-),
dan lain-lain.
Pasien beragama Islam, pendidiakan terakhir profesi dokter gigi, pasien selalu
Keluarga berharap agar pasien dapat sehat kembali dan dapat beraktivitas
seperti biasa.
Pasien menyadari penyakit jiwa yang dialami, pasien berharap segera sembuh,
berdamai dengan keadaan saat ini dan berusaha untuk mengambil keputusan
32
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT PASIEN
33
III. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 139/86 mmHg
Nadi : 89x/ menit
Nafas : 18x/menit
Suhu : 36,5oC
Tinggi Badan : 164 cm
Berat Badan : 78 kg
IMT : 29 kg/m2
Status Gizi : obesitas derajat 1
Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
Kelainan Khusus : Tidak ditemukan
GCS : E4M6V5
Tanda ransangan Meningeal : tidak ada
Tanda-tanda efek samping piramidal :
● Tremor tangan : tidak ada
● Akatisia : tidak ada
● Bradikinesia : tidak ada
● Cara berjalan : tidak ada
● Keseimbangan : tidak ada
● Rigiditas : tidak ada
● Kekuatan motorik : baik
● Sensorik : baik
● Refleks : bisep (+/+), trisep(+/+), achiles(+/+), patella (+/+)
41
V. STATUS MENTAL
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis ( + ), apatis ( - ), somnolen
( - ), stupor ( - ), kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ), delirium
( - ), kesadaran berubah ( - ), dan lain-lain
2. Penampilan
Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang ( - ), kaku ( - ),
gelisah ( - ), kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda ( + ),
berpakaian sesuai gender ( + ).
Cara berpakaian : rapi ( - ), biasa ( + ), tak menentu ( - ), sesuai dengan
situasi ( - ), kotor ( + ), kesan ( dapat mengurus diri )*
Kesehatan fisik : sehat ( + ), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak
tangan basah ( - ), dahi berkeringat ( - ), mata terbelalak ( - ).
3. Kontak psikis
dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar (+), kurang wajar
( - ), sebentar ( - ), lama ( - ).
4. Sikap
Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( - ), menggoda ( -
), bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( - ),
selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen ( - ), infantil ( - ),
curiga ( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain
Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik ( -),
rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ),
negativisme (-), katapleksi (-), stereotipik ( -), mannerisme ( -), otomatisme
(-), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi psikomotor ( - ),
hiperaktivitas/ hiperkinesis ( + ), tik ( - ), somnabulisme ( - ), akathisia
( - ), kompulsi( - ), ataksia ( - ), hipoaktivitas ( - ), mimikri ( - ), agresi ( -
), acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( - ), distonia
( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ), convulsi ( - ),
seizure ( - ), piromania ( - ), vagabondage ( - ).
42
Ket : ( ) diisi (+) atau (-)
C. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil/tidak), pengendalian (adekuat/tidak
adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diferensiasi (sempit/luas),
arus emosi (biasa/lambat/cepat).
1. Afek
Afek appropriate/ serasi ( + ), afek inappropriate/ tidak serasi ( - ), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( -), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood
mood eutimik( - ), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap (expansive
mood) ( - ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) (-),
mood meninggi (elevated mood/ hipertim) ( + ), euforia ( - ), ectasy ( - ),
mood depresi (hipotim) ( -), anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia ( - ),
elasi ( - ), hipomania ( - ), mania ( - ), melankolia ( - ), La belle
indifference ( - ), tidak ada harapan ( - ).
3. Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ),
tension (ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ),
abreaksional ( - ), rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol impuls
43
( - ).
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( + ), hipersomnia ( - ), variasi
diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( + ), pica ( -
), pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)
44
Idea of reference
Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ),
kompulsi ( - ), koprolalia ( - ), fobia ( - ), noesis ( - ), unio mystica ( - )
E. Persepsi
Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( - ), halusinasi visual ( - ), halusinasi olfaktorik ( - ),
halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ),
halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang
tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi
perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
Ilusi ( - )
Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
Mimpi : Memimpikan apa yang aka ingin dilakukan namun berakhir tidak
menyenangkan.
Fantasi : -
45
6. Pikiran konkrit :baik/ terganggu
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu
8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( - ),
pseudodemensia ( - ).
H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
I. Discriminative Judgement :
46
Pasien merasa aktivitas selama 24 jam tidak cukup
Pasien merasakan muncul ide-ide di pikiran yang saling berhubungan,
Pasien melakukan sesuatu tanpa tujuan, seperti suka menyetir tanpa tujuan
Saat ini pasien mengeluhkan sulit tidur
Pasien juga mengalami tremor bila banyak pikiran
oleh penyakit primer di otak atau penyakit sekunder di luar otak yang
menyebabkan disfungsi otak. Dari allo dan autoanamesis serta rekam medis pasien,
tidak ditemukan adanya riwayat penyakit hipertensi, DM, trauma kepala, kejang
atau penyakit berat lainnya yang mungkin menyebabkan disfungsi otak. Dengan
bahwa pada pasien ini ditemukan gangguan dalam perilaku pasien yaitu banyak
bicara, bicara cepat, tidak bisa tidur malam. Saat dilakukan autoanamnesis, pasien
tampak afek appropriate, semangat, banyak bicara, dan mood hipertim. Dari
47
keluar (F31.1).
kepribadian. Pada pasien ini tidak ditemukan kondisi medis umum yang bermakna
sehingga tidak ada diagnosis pada axis III. Pada pasien ditemukan adanya
beberapa masalah dengan primary support group (keluarga) yaitu dengan ayah
dan ibunya. Ayah bersikap tidak bertangung jawab dan tidak peduli terhadapnya
dan ibu bersikap otoriter terhadapnya. Hal ini menyebabkan perubahan perilaku,
perasaan dan pikiran yang rentan pada pasien sehingga axis IV pada pasien ini
X. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Gejala Psikotik
b. Psikologis : banyak bicara, bicara cepat dan jelas, tidur kurang, dan disertai
tremor
48
c. Lingkungan dan psikososial : masalah dengan keluarga
XIII. PENATALAKSANAAN
- Kepada keluarga
Psikoedukasi
Diberikan pengetahuan kepada keluarga mengenai penyakit yang diderita
pasien, terapi perilaku keluarga, dukungan, sosial, dan perhatian dari keluarga
kepada pasien dan terapi serta kepatuhan minum obat pasien
49
XIV. PROGNOSIS
50
BAB 4
DISKUSI
41
seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas social yang biasa dilakukan.
Perubahan afek harus disertai dengan energy yang bertambah sehingga terjadi
aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang
berkurang, ide-ide perihal kebesaran/ ” grandiose ideas ” dan terlalu optimistic.
Serta tidak ditemukan delusi, iritabilitas, halusinasi ataupun ilusi.
Sedangkan menurut DSM-IV pasien dapat didiagnosis Gangguan mood
bipolar I, episode manic sekarang ini, yakni dengan criteria diagnosis :saat ini
dalam episode manic, sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali
episode manik, depresi, atau campuran dimana episode mood pada kriteria A
dan B bukan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak
dapat diklasifikasikan ,gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik
langsung zat atau kondisi medik umum, gejala mood menyebabkan penderitaan
yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social,
pekerjaan dan aspek fungsi penting lainnya.
Saat ini pasien mendapatkan Risperidone , Carbamazepin , Nopres dan vit
B6 , Diazepam (bila perlu saat sulit tidur). Terapi non farmakologis memegang
peranan yang juga penting pada pasien ini. Jenis terapi non farmakologis yang
bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah psikoterapi suportif, dan psikoedukasi.
Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperlihatkan minat kita pada pasien,
memberikan perhatian, dukungan, dan optimis. Dalam psikoterapi suportif, terapis
menunjukkan penerimaan terhadap kasus dengan cara menunjukkan perilaku yang
hangat, ramah namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa
aman, diterima dan dilindungi
42
DAFTAR
PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan’s and sadock’s synopsis of psychiatry
behavioral sciences and clinical psychiatry. 10th edition.Philadelphia:
Lippincott William and Wilkins;2007.p.527-62.
2. Fitriayah Izzatul, Margono.M Hendy. Gangguan Afektif Bipolar Episode
Manik dengan Gejala Psikotik. Program Studi Psikologi Ilmu Pendidikan
Universitas Airlangga Surabaya
3. Febrian Yusianto Herditya, dkk. Studi Kualitatif Cognitive Behavioour
Therapy pada Bipolar Disorder.Surabaya,2012
4. DSM-5 Category: Bipolarand Related Disorders.
file:///D:/KLINIK/Jiwa/Bipolar%20II%20Disorder%20DSM5%20296.89
%20(F31.8 1)%20-%20Therapedia.html[diakses 20 Februari 2019]
5. American Psychiatry Assosiasion. Practice guideline for the treatment of
patients with bipolar disorder. 2nd edition. 2002. Diunduh dari apa.org,
20 April 2013.
6. Amir N. Gangguan mood bipolar: kriteria diagnostic dan tatalaksana
dengan obat antipsikotik atipik. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
7. D.Elvira Sylvia, Hadisukanto Gitayanti. Buku Ajar PSIKIATRI Edisi
kedua.Badan Penerbit Fakultas Kedokteran UI,2014
8. Maslim Rusdi, Dr.”Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas Dari
PPDGJ-III”. Pedoman Diagnostik : F 30-39 : gangguan suasana
perasaan/mood (gangguan afektif). Jakarta, Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK- UNIKA Atmajaya. 2001.
9. Konsesus Nasional Terapi Gangguan Bipolar. Panduan tatalaksana
gangguan bipolar. Jakarta: Konsesus Nasional Terapi Gangguan Bipolar;
2010
43