“SKIZOFRENIA”
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
KELAS E
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai “SKIZOFRENIA”.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini.Oleh karena itu kami berharap pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ...................................................................................
I.2 Rumusan Masalah ..............................................................................
I.3 Tujuan ................................................................................................
BAB IIPEMBAHASAN
II.1 Definisi Skizofrenia ..........................................................................
II.2 Epidemiologi Skizofrenia .................................................................
II.3Etiologi Skizofrenia ...........................................................................
II.4 Patofisiologi Skizofrenia ..................................................................
II.5 Fsktor Resiko Skizofrenia ................................................................
II.6Klasifikasi Skizofrenia ......................................................................
II.7Tanda, Gejala Skizofrenia .................................................................
II.8Prognosis-Monitoring Skizofrenia ....................................................
II.9Terapi Farmakologi Skizofrenia ........................................................
II.10Terapi Non Farmakologi Skizofrenia ..............................................
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan ......................................................................................
III.2 Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan psikiatri yang kompleks, ditandai
dengan adanya gangguan berpikir berupa delusi, halusinasi, pikiran kacau dan
perubahan perilaku. Tanda lain pada skizofrenia berupa hilangnya motivasi (avolitin),
menurunnya pengendalian emosi serta sulitnya berbicara. Tiga gejala terakhir
merupakan gejala negatif yang secara kolektif sering disebut dengan sindrom deficit
Hafifah,A,dkk (2018)
Prevalensi skizofrenia pada pria dan wanita kurang lebih sama, namun onset
penyakit cenderung lebih awal pada pria. Episode pertama pada pria terjadi pada usia
20-an, sedangkan pada wanita terjadi pada usia 20-an akhir hingga 30-an awal.
Penyebab skizofrenia masih belum diketahui secara jelas. Penelitian menunjukkan
adanya kelainan pada struktur dan fungsi otak. Kombinasi faktor genetik dan
lingkungan berperan dalam perkembangan skizofrenia. Faktor genetik dapat menjadi
penyebab skizofrenia sekitar 0,6-1,9% pada populasi U.S. Seseorang dengan riwayat
kedua orang tua mengalami skizofrenia berisiko 40% untuk menderita skizofrenia. Pada
kembar monozigot, jika satu kembar telah didiagnosis menderita skizofrenia maka
kemungkinan kembar lainnya menderita skizofrenia a sekitar 50% Skizofrenia dapat
disebabkan oleh hiperaktivitas atau hipoaktivitas dopaminergik pada area tertentu di
otak serta ketidaknormalan reseptor dopamin (DA). Hiperaktivitas reseptor dopamin
(DA) pada area mesocaudate berkaitan dengan munculnya gejala-gejala positif.
Sementara hipoaktivitas reseptor dopamin (DA) pada area korteks prefrontal berkaitan
dengan munculnya gejala-gejala negatif . Dopamin disekresikan oleh neuron yang
badan selnya terletak di bagian tegmentum ventral mesensefalon, medial dan superior
substansia nigra. Neuron-neuron ini menyebabkan kondisi hiperaktivitas dopaminergik
pada sistem mesolimbik. Dopamin tersebut disekresikan ke bagian medial dan anterior
sistem limbik, terutama hipokampus, amygdala, anterior caudate, nukleus dan bagian
lobus prefronta yang merupakan pusat pengendali perilaku Hafifah,A,dkk (2018).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Skizofrenia?
2. Bagaimana epidemiologi dari Skizofrenia?
3. Bagaimana etiologi dari Skizofrenia?
4. Bagaimana patofisiologi dari Skizofrenia?
5. Apa saja faktor resiko dari Skizofrenia?
6. Bagaimana klasifikasi dari Skizofrenia?
7. Bagaimana tanda dan gejala dari Skizofrenia?
8. Bagaimana prognosis-monitoring dari Skizofrenia?
9. Bagaimana terapi farmakologi Skizofrenia?
10. Bagaimana terapi non farmakologi dari Skizofrenia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Skizofrenia.
2. Untuk mengetahuiepidemiologi dari Skizofrenia.
3. Untuk mengetahuietiologi dari Skizofrenia.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Skizofrenia.
5. Untuk mengetahui apa saja faktor resiko dari Skizofrenia.
6. Untuk mengetahui klasifikasi dari Skizofrenia.
7. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Skizofrenia.
8. Untuk mengetahui prognosis-monitoring dari Skizofrenia.
9. Untuk mengetahuiterapi farmakologi dari Skizofrenia.
10. Untuk mengetahuiterapi non farmakologi dari Skizofrenia.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Defisini Skizofrenia
Menurut Hafifah,A,dkk (2018), Skizofrenia merupakan salah satu gangguan
psikiatri yang kompleks, ditandai dengan adanya gangguan berpikir berupa delusi,
halusinasi, pikiran kacau dan perubahan perilaku Tanda lain pada skizofrenia berupa
hilangnya motivasi (avolitin), menurunnya pengendalian emosi serta sulitnya
berbicara. Tiga gejala terakhir merupakan gejala negatif yang secara kolektif sering
disebut dengan sindrom defisit
II.2 Epidemiologi Skizofrenia
Menurut Hafifah,A,dkk (2018) Menurut Epidemiologic Catchment Area Study,
prevalensi penderita skizofrenia berkisar 0,6%-1,9% dari seluruh populasi dunia
dengan 2%-3% populasi menderita skizofrenia semasa hidupnya.Umumnya, penderita
skizofrenia adalah orang dewasa berusia 15-35 tahun.
Prevalensi skizofrenia pada pria dan wanita kurang lebih sama, namun onset
penyakit cenderung lebih awal pada pria. Episode pertama pada pria terjadi pada usia
20-an, sedangkan pada wanita terjadi pada usia 20-an akhir hingga 30-an awal.
II.3 Etiologi Skizofrenia
Menurut Hafifah,A,dkk (2018), Penyebab skizofrenia masih belum diketahui
secara jelas. Penelitian menunjukkan adanya kelainan pada struktur dan fungsi otak.
Kombinasi faktor genetik dan lingkungan berperan dalam perkembangan skizofrenia.
Faktor genetik dapat menjadi penyebab skizofrenia sekitar0,6-1,9% pada populasi
U.S.Seseorang dengan riwayat kedua orang tua mengalami skizofrenia berisiko 40%
untuk menderita skizofrenia. Pada kembar monozigot, jika satu kembar telah
didiagnosis menderita skizofrenia maka kemungkinan kembar lainnya menderita
skizofrenia a sekitar 50%.
1. Peningkatan ukuran ventrikel, penurunan ukuran otak dan asimetri otak. Penurunan
volume hipokampus berhubungan dengan kerusakan neuropsikologis dan penurunan
respons terhadap antipsikotik tipikal.
2. Hipotesis dopaminergik.
Skizofrenia dapat disebabkan oleh hiperaktivitas atau hipoaktivitas dopaminergik
pada area tertentu di otak serta ketidaknormalan reseptor dopamin (DA).
Hiperaktivitas reseptor dopamin (DA) pada area mesocaudate berkaitan dengan
munculnya gejala-gejala positif. Sementara hipoaktivitas reseptor dopamin (DA) pada
area korteks prefrontal berkaitan dengan munculnya gejala-gejala negatif . Dopamin
disekresikan oleh neuron yang badan selnya terletak di bagian tegmentum ventral
mesensefalon, medial dan superior substansia nigra. Neuron-neuron ini menyebabkan
kondisi hiperaktivitas dopaminergik pada sistem mesolimbik. Dopamin tersebut
disekresikan ke bagian medial dan anterior sistem limbik, terutama hipokampus,
amygdala, anterior caudate, nukleus dan bagian lobus prefronta yang merupakan
pusat pengendali perilaku.
3. Disfungsi glutamatergik.
Penurunan aktivitas glutamatergik berkaitan dengan munculnya gejala skizofrenia.
4. Kelainan serotonin (5-HT).
Pasien skizofrenia memiliki kadar serotonin 5-HT yang lebih tinggi. Hal ini juga
berkaitan dengan adanya peningkatan ukuran ventrikel.
a. Umur
Umur 25-35 tahun kemungkinan berisiko 1,8 kali lebih besar menderita skizofrenia
dibandingkan umur 17-24 tahun.6
b. Jenis kelamin
Proporsi skiofrenia terbanyak adalah lakilaki (72%) dengan kemungkinan laki-laki
berisiko 2,37 kali lebih besar mengalami kejadian skizofrenia dibandingkan
perempuan. Kaum pria lebih mudah terkena gangguan jiwa karena kaum pria yang
menjadi penopang utama rumah tangga sehingga lebih besar mengalami tekanan
hidup, sedangkan perempuan lebih sedikit berisiko menderita gangguan jiwa
dibandingkan laki-laki karena perempuan lebih bisa menerima situasi kehidupan
dibandingkan dengan laki-laki. Meskipun beberapa sumber lainnya mengatakan
bahwa wanita lebih mempunyai risiko untuk menderita stress psikologik dan juga
wanita relatif lebih rentan bila dikenai trauma.3 Sementara prevalensi skizofrenia
antara laki-laki dan perempuan adalah sama.
c. Pekerjaan
Pada kelompok skizofrenia, jumlah yang tidak bekerja adalah sebesar 85,3%
sehingga orang yang tidak bekerja kemungkinan mempunyai risiko 6,2 kali lebih
besar menderita skizofrenia dibandingkan yang bekerja. Orang yang tidak bekerja
akan lebih mudah menjadi stres yang berhubungan dengan tingginya kadar hormon
stres (kadar katekolamin) dan mengakibatkan ketidakberdayaan, karena orang yang
bekerja memiliki rasa optimis terhadap masa depan dan lebih memiliki semangat
hidup yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak bekerja.
d. Status perkawinan
Seseorang yang belum menikah kemungkinan berisiko untuk mengalami gangguan
jiwa skizofrenia dibandingkan yang menikah karena status marital perlu untuk
pertukaran ego ideal dan identifikasi perilaku antara suami dan istri menuju
tercapainya kedamaian. Dan perhatian dan kasih sayang adalah fundamental bagi
pencapaian suatu hidup yang berarti dan memuaskan.
e. Konflik keluarga
Konflik keluarga kemungkinan berisiko 1,13 kali untuk mengalami gangguan jiwa
skizofrenia dibandingkan tidak ada konflik keluarga.6 f. Status ekonomi Status
ekonomi rendah mempunyai risiko 6,00 kali untuk mengalami gangguan jiwa
skizofrenia dibandingkan status ekonomi tinggi. Status ekonomi rendah sangat
mempengaruhi kehidupan seseorang. Beberapa ahli tidak mempertimbangkan
kemiskinan (status ekonomi rendah) sebagai faktor risiko, tetapi faktor yang
menyertainya bertanggung jawab atas timbulnya gangguan kesehatan.6 Himpitan
ekonomi memicu orang menjadi rentan dan terjadi berbagai peristiwa yang
menyebabkan gangguan jiwa. Jadi, penyebab gangguan jiwa bukan sekadar stressor
psikososial melainkan juga stressor ekonomi. Dua stressor ini kaitmengait, makin
membuat persoalan yang sudah kompleks menjadi lebih kompleks.
Faktor genetik turut menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan
dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama
anak-anak kembar monozigot. Angka kesakitan bagi saudara tiri adalah 0,9-1,8%;
bagi saudara kandung 7-15%; bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita
skizofrenia 7-16%; bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40- 68%; bagi
heterozigot 2-15%; dan bagi monozigot 61-86%. Diperkirakan bahwa yang
diturunkan adalah potensi untuk mendapatkan skizofrenia melalui gen yang resesif.
Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada
lingkungan individu itu apakah akan terjadi manifestasi skizofrenia atau tidak.
II.8 Prognosis-Monitoring
1. Self management
Self management merupakan salah satu model dalam cognitive behavior therapy
(CBT).Self management meliputi pemantauan diri (self-monitoring), reinforcement
yang positif (selfreward),kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self-
contracting) dan penguasaan terhadap rangsangan (stimuluscontrol).CBT mulai
banyak dibicarakan pada tahun 70-an. Salah satu tokohnya yaitu
Meichenbaum.CBT merupakansalah satu rumpun aliran konseling direktif yang
ditemukan oleh Williamson dengan modifikasi bersama kognitif.Anggapan dasar
self management merupakan tehnik cognitif behavior adalah bahwa setiap manusia
memilikikecenderungan positif maupun negatif. Setiap perilaku manusia
merupakan hasil dari proses belajar (pengalaman) dalammerespon berbagai
stimulus dari lingkungannya.
self management adalah kemampuan individu untuk mengelola
gejalapenyakit seperti perubahan fisik dan psikologis sebagai konsekuensi diri
perubahan pola hidup selama pengobatan yangmelekat dalam kondisi kronis. self
management sebagai perilakuseseorang dalam:
1). Kegiatan yang melindungi dan meningkatkan kesehatan,
2) Monitoring dan mengelola tanda gejalapenyakitnya,
3). Mengelola dampak penyakit pada fungsi, emosi serta hubungan interpersonal,
4). Mengikutipengobatan rejimen. Menurut teori self-regulatory, self management
adalah proses reaktif dalam menetapkan tujuan,memilih strategi dan mebuat
penilaian berdasarkan pengamatan diri sendiri .
Selain untuk penyakit kronis self management pada beberapa penelitian
sebelumnya ditemukan sebagai tehnik efektifuntuk membantu mengelola penyakit
dan melakukan pemeriksaan medis secara teratur pada orang-orang dengan
berbagaigangguan mental serius, meningkatkan keteraturan konsumsi obat sebagai
pencegahan terhadap relaps pada pasienskizofrenia, , dapat mengendalikan gejala
gangguan, perawatan diri, keterampilan sosial dan meningkatkan keberfungsian
Penerapan nyata yang dilakukan oleh pihak RSJ melalui 4 level tersebut yaitu:
1) Level 4 : melakukan home visit, namun tidak ke semua pasien (hanya yang
bermasalah). Contohnya pasien yang jarang dikunjungi pihak keluarga, pasien
yang sering mengalami kekambuhan, dan pasien dengan riwayat pemasungan.
2) Level 3 : memberikan penyuluhan/pengobatan gratis melalui program bansos.
3) Level 2 : RSJ memiliki beberapa jejaring puskesmas disetiap daerah. Pihak RSJ
juga dengan rutin melakukan kunjungan setiap bulannya disetiap puskesmas,
memberikan pengobatan secara rutin, melatih tenaga puskesmas (dokter &
perawat) untuk mampu memberikan penanganan pertama pada pasien.
4) Level 1 : RSJ setiap tahunnya melakukan bakti sosial dan program komunitas
yaitu penanganan & penyuluhan.
Penatalaksanaan Keperawatan
Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya, hal yang dapat dilakukan
Novitayani, S, 2017. Penyebab Skizofrenia Pada Pasien Rawat Jalan Di Aceh. Universitas
Syiah Kuala Banda Aceh. Aceh
Zahni, S, dkk. 2016. Kajian Epidemiologis Skizofrenia. Universitas Lampung