I. 2 Rumusan masalah
Bagaimana peran mutasi Mtdna dapat menyebabkan skizofrenia ?
I. 3 Tujuan
- Mengetahui tentang skizofrenia dan faktor-faktor yang menyebabkan skizofrenia.
- Mengetahui tentang mitokondria, mutasi DNA mitokondria (mtDNA), serta disfungsi
mitokondria pada skizofrenia.
- Mengetahui bagaimana proses mutasi DNA mitokondria (mtDNA) pada penderita
skizofrenia.
BAB II
PEMBAHASAN
Skizofrenia adalah penyakit gangguan otak kronis dengan prognosis yang buruk,
dengan remisi total hanya dialami oleh sekitar 20% penderitanya, sedangkan sisanya akan
mengalami berbagai tingkat kesulitan dan kemunduran secara klinis dan sosial (Sadock,
2007). Beban akibat skizofrenia tidak hanya ditanggung oleh individu penderita melainkan
juga keluarga dan masyarakat secara umum (Knapp, 2004).
Perilaku–perilaku pada pasien skizofrenia meliputi gejala positif (halusinasi, delusi,
gangguan pikiran, gangguan perilaku), dan gejala negatif (afek datar, defisit perawatan diri,
menarik diri (Verge et al, 2011). National Institute of Mental Health (2009) menambahkan
tentang perilaku–perilaku yang terjadi pada pasien skizofrenia dengan gejala kognitif, yaitu
kurangnya kemampuan memahami dan menggunakan informasi dan sulit fokus. Sedangkan
Stuart dan Laraia (2005) menjelaskan bahwa pasien skizofrenia dapat berperilaku seperti
kurangnya motivasi, isolasi sosial, perilaku makan, tidur yang buruk, sulit menyelesaikan
tugas, kurang perhatian, penampilan tidak rapi/bersih, bicara sendiri, sering bertengkar, dan
tidak teratur minum obat.
Gambar 1. Rantai respirasi mitokondria. Representasi skematik rantai respirasi menunjukkan subunit mtDNA-encoded
(lingkaran menunjukkan gen mtDNA dan ditandai sesuai dengan gambar 2). Reduced cofactor, NADH dan FADH2
diproduksi dari metabolisme perantara dari karbohidrat, protein, dan lemak. Kofaktor ini mendonasikan elektron pada
kompleks I (NADH-ubiquinone oxidoreductase) dan kompleks II (succinate-ubiquinone oxidoreductase) dimana ditransfer ke elektron
(e-) transfer carrier coenzym Q dan sitokrom c. Pada akhir transpor elektron, kompleks IV mendonasikan sebuah elektron untuk
oksigen, dimana menghasilkan pembentukan air. Proton dipompa dari matriks ke ruang antarmembran melalui kompleks I, III, dan IV.
Gradien proton menghasilkan potensi elektrokimia mitokondria, yang digunakan oleh kompleks V untuk menyintesis ATP dari ADP.
Karakteristik unik dari mitokondria yaitu memiliki sistem genetik sendiri yang terdapat
pada matriks mitokondria dan berbeda dari genom inti. DNA mitokondria (mtDNA) manusia
adalah molekul doubel helix yang berbentuk sirkuler, tidak mengalami rekombinasi dan
merupakan haploid. Satu mitokondria rata-rata memiliki 5-10 cincin DNA yang membawa
16.569 pasang basa yang terdiri dari 12S dan 16S gen rRNA, 13 protein subunit kompleks
enzim rantai respirasi yang sangat penting dari 83 polipeptida OXPHOS, 22 gen tRNA, dan
D-loop seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Gambar 2. mtDNA manusia. MT-RNR1 dan RNR2 merupakan gen ribosomal RNA 12S dan 16S. 13 gen polipeptida ditandai seperti
pada gambar 1 : MT-ND1, ND2, ND3, ND4, ND4L, ND5, dan ND6 merupakan gen pengkode untuk subunit NADH dehydrogenase
(complex I); MT-CYB merupakan gen pengkode sitokrom b oxidoreductase (complex III); MT-CO1, CO2, dan CO3 merupakan gen
pengkode subunit sitokrom c oksidasi (complex IV); dan MT-ATP6 dan ATP8 merupakan gen pengkode subunit ATP synthase. Gen
transfer RNA ditandai dengan warna abu-abu. OH dan OL merupakan sumber replikasi strand berat dan ringan; PH dan PL
merupakan promotor transkripsi strand berat dan ringan. Gen terletak didalam atau diluar tergantung dari dimana mereka
dikode, baik di strand ringan atau strand berat, masing-masing
DNA mitokondria memiliki sifat unik yang berbeda dengan DNA inti, yaitu hanya
diturunkan melalui ibu tanpa mengalami rekombinasi dari DNA mitokondria ayah. Pada
genom mitokondria terdapat suatu bagian yang tidak mengkode protein apapun dan belum
diketahui fungsinya, yaitu daerah D-loop. Daerah D-loop merupakan daerah non-coding DNA
dan merupakan titik awal dimulainya replikasi dan transkripsi. Daerah D-loop juga
merupakan daerah yang mempunyai tingkat polimorfisme yang tinggi, sehingga dapat
digunakan untuk menelusuri identitas seseorang atau etnis tertentu.
Mutasi mtDNA
Mutasi pada mtDNA dapat terjadi secara spontan, diturunkan secara maternal, atau
diperoleh dari kecacatan inti yang diturunkan dalam gen yang menjaga mtDNA. Beberapa gen
pengkode inti terlibat dalam replikasi dan menyuplai dNTP untuk menjaga jumlah salinan
mtDNA. Mutasi pada gen ini yang menjadi penyebab disfungsi mitokondria (Verge et al,
2011).
Perkembangan dan akumulasi mutasi mtDNA jauh lebih cepat dibanding inti DNA
yang mungkin disebabkan karena kurangnya histon, generasi kontinu dari spesies oksigen
reaktif dan kurangnya mekanisme perbaikan yang efisien. Satu mitokondria rata-rata memiliki
5-10 molekul mtDNA, dan sebuah sel dapat mengandung ribuan mitokondria. Homoplasmi
ada ketika seluruh sel mengandung sekuens mtDNA yang identik dan heteroplasmi ketika
terdapat perbedaan jenis dari genom mtDNA (mutasi dan non-mutasi) yang terdapat dalam
sebuah sel atau jaringan (Martorell et al, 2006).
Sejumlah besar manifestasi psikiatri pada penyakit yang disebabkan oleh mutasi pada
gen mitokondria menunjukkan peran genom mitokondria dalam keterlibatannya terhadap
resiko gangguan jiwa termasuk skizofrenia. Kecacatan pada genom mitokondria dapat
memainkan peran penting dalam skizofrenia, yang selanjutnya akan meningkatkan peran
mtDNA yang diturunkan secara maternal. Kerabat yang berbagi mtDNA dengan penderita
skizofrenia akan memiliki resiko yang lebih tinggi bagi dirinya untuk menyebabkan
skizofrenia, serta dalam satu keluarga, mutasi senyawa ditemukan bekerja sama bersegregasi
dengan skizofrenia. Sehingga mitokondria yang diturunkan secara maternal menjadi sorotan
penting pada skizofrenia (Rajasekaran et al, 2015).
Gambar 3. Mekanisme disfungsi mitokondria yang mengarah pada perubahan neuroprogressive dan terapeutik dalam
skizofrenia
Beberapa penelitian menunjukkan adanya keterlibatan langsung antara stress
oksidatif/nitrosative pathway terhadap patofisiologi skizofrenia. Mekanisme kerusakan
akibat oksidatif pada skizofrenia ditentukan berdasarkan sumber reactive spesies (RS).
Beberapa sumber tersebut termasuk ETC mitokondria, metabolisme dopamin, faktor
genetik, dan terapi antipsikotik. Pemaparan RS dengan level yang tinggi dalam waktu
panjang dapat menyebabkan kerusakan mitokondria lebih lanjut, hal tersebut dapat memicu
kalsium untuk memediasi mitochondrial permeability transition (MPT). Terbukanya pori
MPT dapat menyebabkan pelepasan intra dan membran yang mengikat protein
mitokondria seperti sitokrom-C, pro-caspase, dan protein pro apoptosis yang menyebabkan
terjadinya cascade yang berkontribusi terhadap sitotoksisitas melalui nekrosis dan/atau
apoptosis (Rajasekaran et al, 2015).
Berdasarkan hal tersebut, dapat dibuktikan bahwa mutasi mtDNA m.15395 ANG dan
m.8536 ANG mengarah pada risiko patogenesis skizofrenia dengan mempengaruhi fungsi
mitokondria.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa mutasi varian sekuens mtDNA yang langka
merupakan penyebab terjadinya skizofrenia, dimana mutasi tersebut dapat mengakibatkan
perbedaan genetik yang akan menyebabkan perbedaan sejumlah besar gen dan cenderung
merusak perkembangan otak dengan berbagai cara. Dalam jurnal berjudul Schizophrenia:
Maternal inheritance and heteroplasmy of mtDNA mutations dijabarkan bahwa pada
pasien skizofrenia terdapat beberapa variasi sekuens mtDNA yang langka dan tidak
terdaftar, perubahan nukleotida yang tidak terdaftar ditemukan dalam sampel darah dan
otak dari pasien skizofrenia dan limfosit kontrol. Empat variasi mtDNA yang tidak identik
yaitu 7775G>A, 8657C>G, 8881T>C, dan 9699A>G ditemukan pada pasien skizofrenia,
namun 7775G>A dan 9699A>G juga ditemukan pada pasien non-skizofrenia. Dengan
demikian, varian 8657C>G dan 8881T>C merupakan mtDNA yang dapat menyebabkan
skizofrenia.
Perubahan 9956A>G yang tidak terdaftar juga ditemukan pada sampel otak
skizofrenia sebagai variasi homoplasmic dan pada kontrol ditemukan sebagai perubahan
heteroplasmi. Enam variasi tersebut antara lain : 7196C>A (sampel ID: BR-S2), 7270T>C
(sample ID: BR-S2), 7673A>G (sample ID: BLS16), 8414C>T (sample ID: BL-C8),
8419T>C (sample ID: BL-C8), dan 9536C>T (sample ID: BL-S18). Pasien BL-S16
memiliki varian homoplasmic 8027G>A (Ala148Thr) dan heteroplasmic 7673>G
(Ike30Val) dari subunit MT-CO2. Hanya BL-S16
yang menunjukkan dua variasi mutasi missense
yang menjanjikan dalam subunit yang sama dari
mtDNA. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
varian tersebut dapat memengaruhi struktur atau
fungsi dari subunit atau kompleks dengan cara
yang sinergis. Seperti yang terlihat pada BL-S16
yang memiliki tiga keturunan, dimana dua
diantaranya adalah sel daughter dan son. BL-S16-
B dipengaruhi oleh skizofrenia, sedangkan
daughter (BL-S16-S) tidak dipengaruhi. BL-S16 dan keturunannya, BL-S16-S
menunjukkan frekuensi alel sekitar 50% berdasarkan puncak alel pada kromatogram
sekuens, sedangkan BL-S16-B menunjukkan sejumlah besar alel 7673G diantara ketiga
sampel, dengan frekuensi alel G sebesar 75%.
Alel merupakan gen yang memiliki lokus (posisi pada kromosom) yang sama, tetapi
memiliki sifat bervariasi yang disebabkan mutasi gen asli. Frekuensi alel dari perubahan
nukleotida diubah dari suatu mutasi yang langka menjadi sebuah perubahan polimorfik
dalam haplogroup mtDNA. Polimorfisme 8027G>A dalam haplogroup A dan L1c dapat
berhubungan dengan lebih dari satu haplogroup. Variasi tersebut terlihat pada skizofrenia
dalam haplogroup N9a2. Berdasarkan HaploGrep software, diketahui bahwa BL-S16
membawa mutasi 8027G>A, termasuk haplogroup D5a2a1a2.
Gambar 5. Lokasi mutasi gabungan dalam struktur 2D dari subunit Ala148Thr (8027G>A) yang diidentifikasi dari MT-CO2.
Ile30Val (7673A>G) merupakan varian heteroplasmi yang terdeteksi dalam kasus membawa substitusi 8027G>A
Substitusi 8027G>A merupakan variasi polimorfik dalam haplogroup A dan L1c tetapi
merupakan suatu mutasi dalam N9a2 dan D5a2a1a2, dimana varian langka dalam
haplogroup ini mungkin dapat memberi kerentanan terhadap skizofrenia ketika
polimorfisme dalam haplogroup A dan L1c tidak.
Varian homoplasmic 8027G>A dan heteroplasmic 7673A>G merupakan kombinasi
mutasi yang langka, meskipun kombinasi tersebut dalam haplogroup L1c4 dan L1c4b.
Kombinasi mutasi ini teramati pada skizofrenia yang cenderung menjadi ciri khas dari
gangguan ini, sejak haplogroup L1 adalah haplogroup minor dalam mtDNA ras Jepang
(Ichikawa et al, 2012).
Publikasi dengan judul New variants in the mitochondrial genomes of
schizophrenic patients mengungkapkan penemuan 50 varian pada perbandingan mtDNA
dari enam pasien skizofrenia dengan sekuens Cambridge (referensi). Hal tersebut
menunjukkan adanya satu varian pada setiap 331 pasang basa. Seluruh varian
didistribusikan sepanjang genom mitokondria dan tidak terakumulasi di daerah tertentu.
Dari 50 varian, enam sebelumnya belum pernah dilaporkan dan tiga dari mereka yang
terdapat mutasi missense juga hadir dalam mtDNA ibu skizofrenia mereka, sedangkan
pada 95 subjek kontrol tidak terdapat. Varian MTCO2 7750C>A (Ile55Met) dan MTATP6
8857G>A (Gly111Ser) masing-masing ditemukan pada salah satu ibu/anak pasangan
skizofrenia, hal ini dapat menjadi mutasi yang langka dengan frekuensi <1% pada populasi
umum.
Dengan adanya varian atau akumulasi beberapa varian dalam mtDNA dapat
berkontribusi untuk dasar genetik dari gejala spesifik skizofrenia. Hal tersebut dibuktikan
pada studi in vivo menggunakan mencit, dimana ditemukan polimorfisme dalam subunit
kompleks IV, maka dapat dijelaskan perbedaan perilaku diantara fungsi kognitif yang
ditunjukkan. Keterlibatan mtDNA terbukti memengaruhi fungsi kognitif dan gangguan
kognitif, dimana hal tersebut merupakan salah satu gejala klinis utama penderita
skizofrenia.
Gambar 6. Elektrofluorogram dari varian MTCOII 7705C>A, MTATP6 8857G>A, dan MTND4 12096T>A yang teridentifikasi
pada pasien skizofrenia
Gambar 7. Silver-stained polyacrylamide gels dari varian 12096T>A yang dianalisis dengan PCR-RFLP pada pasien dan ibunya
masing-masing (garis 1-6M) dan pada enam orang kontrol (garis 7-12)
Mitokondria merupakan organel sel yang terlibat dalam gangguan mental, dimana organel
ini menjadi mesin pembangkit dari sel yang terlibat dalam regulasi berbagai fungsi penting
seluler dan fisiologis, termasuk transkripsi, fungsi otak, inflamasi, dan fungsi imun. Mutasi
pada gen mitokondria menunjukkan peran genom mitokondria dalam keterlibatannya pada
resiko gangguan jiwa seperti skizofrenia. Skizofrenia cenderung memiliki varian mutasi
yang langka dalam jumlah tinggi, mutasi varian tersebut dapat mengakibatkan perbedaan
genetik yang akan menyebabkan perbedaan sejumlah besar gen dan cenderung merusak
perkembangan otak. Kecacatan pada genom mitokondria ini dapat menjadi pemicu
terjadinya skizofrenia, dimana penyakit ini merupakan gangguan otak kronis dan parah
sehingga menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang
aneh dan terganggu yang dapat mempengaruhi fungsi dalam kehidupan sehari–hari
penderita.
DAFTAR PUSTAKA
Buchanan and Carpenter, 2005. Concept of Schizophrenia in Kaplan & Sadock’s Comprehensive
Textbook of Psychiatri, 8th Edition, Lippincott William and Wilkins.
Knapp, Duane E. (2000). Brand Mindset. McGraw Hill Companies, Inc., United States of America
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA., 2010. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.
Tangerang (Indonesia) : Bina Rupa Aksara
Martorell, Reynaldo, et al, Characteristics And Determinants Of Child Nutritional Status In Nepal, (Am J
Clin Nutr, 1983) ;39:74-86
____ New variants in the mitochondrial genomes of schizophrenic patients. Eur J Hum
Genet. 2006 May;14(5):520-8.
Munakata, et al. Mitochondrial DNA 3243A>G mutation and increased expression of LARS2
gene in the brains of patients with bipolar disorder and schizophrenia. Biol
Psychiatry. 2005 Mar 1;57(5):525-32.
Rajasekaran, A., Kalaivani, M., and Ariharasivakumar, A., 2010, Haemostatic effect of fresh juice and
methanolic extract of Eupatorium leaves in rat model, International Journal of Biological &
medical Research, 1 (2): 85-87.
Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan, Republik Indonesia.
Stuart dan Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 alih bahasa Achir Yani. S. Jakarta:
EGC.