Anda di halaman 1dari 13

TUGAS FARMASI RAWAT JALAN BAWAH

RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

SKIZOFRENIA

DISUSUN OLEH :

MIFTAHUL JANNAH M

20224040102

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


2023

SKIZOFRENIA
A. DEFINISI

Skizofrenia adalah penyakit kronis yang membutuhkan strategi manajemen jangk

a panjang dan keterampilan dalam mengatasi, serta merupakan penyakit otak, sindrom

klinis yang ditandai dengan pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku seseorang

(Videbeck, 2020). Skizofrenia adalah kondisi psikotik yang berpengaruh terhadap fun

gsi individu termasuk berpikir, berkomunikasi, menerima, menafsirkan kenyataan, me

rasakan, dan menunjukkan emosi yang ditandai dengan pikiran kacau, delusi, haluisna

si, dan perilaku maladaptif (Pardede, Simanjuntak dan Laia, 2020). Skizofreni

a adalah kondisi jangka panjang yang kompleks secara signifikan memengharui kema

mpuan seseorang untuk berfungsi dan mempertahankan hubungan sehat (Greene dan

Eske, 2021). Kesimpulan uraian diatas, skizofrenia adalah gangguan otak kronis yang

memengharui cara seseorang berpikir, merasa, dan berprilaku sehingga menyebabkan

berbagai gejala kognitif dan perilaku.

B. ETIOLOGI

Menurut Videbeck (2020) terdapat dua faktor penyebab skizofrenia, yaitu :

a. Faktor predisposisi

1) Faktor biologis

a) Faktor genetik

Faktor genetik adalah faktor utama pencetus dari skizofrenia. Anak yang memiliki

satu orang tua biologis penderita skizofrenia tetapi diadopsi pada saat lahir oleh keluar

ga tanpa riwayat skizofrenia masih memiliki risiko genetik dari orang tua biologis mer

eka. Hal ini dibuktikan dengan penelitian bahwa anak yang memiliki satu orang tua pe
nderita skizofrenia memiliki resiko 15%, angka ini meningkat sampai 35% jika kedua

orang tua biologis menderita skizofrenia.

b) Faktor Neuroanatomi

Penelitian menunjukkan bahwa individu penderita skizofrenia memiliki jaringan o

tak yang relatif lebih sedikit. Hal ini dapat memperlihatkan suatu kegagalan perkemba

ngan atau kehilangan jaringan selanjutnya. Computerized Tomography (CT Scan) men

unjukkan pembesaran ventrikel otak dan atrofi korteks otak. Pemeriksaan Positron Em

ission Tomography (PET) menunjukkan bahwa ada penurunan oksigen dan metabolis

me glukosa pada struktur korteks frontal otak. Riset secara konsisten menunjukkan pe

nurunan volume otak dan fungsi otak yang abnormal pada area temporal dan frontal in

dividu penderita skizofrenia. Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah

sistem limbik dan ganglia basalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat sedikit berb

eda dengan orang normal, ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu-abu, dan be

berapa area terjadi peningkatan maupun penurunan aktivitas metabolik. Pemeriksaan

mikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel otak y

ang timbul pada massa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul pada

trauma otak setelah lahir.

c) Neurokimia

Penelitian neurokimia secara konsisten memperlihatkan adanya perubahan sistem

neurotransmitters otak pada individu penderita skizofrenia. Pada orang normal, sistem

switch pada otak bekerja dengan normal. Sinyal-sinyal persepsi yang datang dikirim k

embali dengan sempurna tanpa ada gangguan sehingga menghasilkan perasaan, pemiki

ran, dan akhirnya melakukan tindakan sesuai kebutuhan saat itu. Pada otak penderita s
kizofrenia, sinyal-sinyal yang dikirim mengalami gangguan sehingga tidak berhasil me

ncapai sambungan sel yang dituju.

2) Faktor psikologis

Skizofrenia terjadi karena kegagalan dalam menyelesaikan perkembangan awal ps

ikososial sebagai contoh seorang anak yang tidak mampu membentuk hubungan saling

percaya yang dapat mengakibatkan konflik intrapsikis seumur hidup. Skizofrenia yang

parah terlihat pada ketidakmampuan mengatasi masalah yang ada. Gangguan identitas,

ketidakmampuan untuk mengatasi masalah pencitraan, dan ketidakmampuan untuk me

ngontrol diri sendiri juga merupakan kunci dari teori ini.

3) Faktor sosiokultural dan lingkungan

Faktor sosiokultural dan lingkungan menunjukkan bahwa jumlah individu dari sos

ial ekonomi kelas rendah mengalami gejala skizofrenia lebih besar dibandingkan deng

an individu dari sosial ekonomi yang lebih tinggi. Kejadian ini berhubungan dengan ke

miskinan, akomodasi perumahan padat, nutrisi tidak memadahi, tidak ada perawatan p

renatal, sumber daya untuk menghadapi stress, dan perasaan putus asa.

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dari skizofrenia antara lain sebagai berikut :

1) Biologis

Stressor biologis yang berbuhungan dengan respons neurobiologis maladaptif

meliputi : gangguan dalam komunikasi dan putaran umpan balik otak yang mengatur

proses balik informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yan

g mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus.


2) Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis berinteraksi

dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan pikiran.

3) Pemicu gejala

Pemicu merupakan prekursor dan stimuli yang sering menimbulkan episode b

aru suatu penyakit. Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis malada

ptif yang berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku individu.

C. EPIDEMIOLOGI

Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di

berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar 8 hampir

sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan

biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Pada laki-laki

biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun sedangkan pada

perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi

pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di daerah urban dibandingkan

daerah rural (Sadock, 2003). Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan

perilaku menyerang. Bunuh diri merupakan penyebab kematian pasien skizofrenia

yang terbanyak, hampir 10% dari pasien skizofrenia yang melakukan bunuh diri

(Kazadi, 2008).

Berdasarkan jenis kelamin laki-laki lebih mudah terserang skizofrenia

di usia muda dibandingkan perempuan. Sehingga lebih banyak perempuan yang

mengalami skizofrenia pada usia yang lebih lanjut bila dibandingkan dengan laki-laki

(Durand, 2007).
D. PATOFISIOLOGI

Beberapa patofisiologi skizofrenia berdasarkan penyebabnya adalah:

a. Peningkatan ukuran ventrikel, penurunan ukuran otak dan asimetri ota

k. Penurunan volume hipokampus berhubungan dengan kerusakan neuropsikologis da

n penurunan respons terhadap antipsikotik tipikal (Wells et al., 2009).

b. Hipotesis dopaminergik.

Skizofrenia dapat disebabkan oleh hiperaktivitas atau hipoaktivitas dopa

minergik pada area tertentu di otak serta ketidaknormalan reseptor dopamin (DA). Hip

eraktivitas reseptor dopamin (DA) pada area mesocaudate berkaitan dengan munculny

a gejala-gejala positif. Sementara hipoaktivitas reseptor dopamin (DA) pada area korte

ks prefrontal berkaitan dengan munculnya gejala-gejala negatif (Guyton and Hall, 201

1). Dopamin disekresikan oleh neuron yang badan selnya terletak di bagian tegmentu

m ventral mesensefalon, medial dan superior substansia nigra. Neuron-neuron ini men

yebabkan kondisi hiperaktivitas dopaminergik pada sistem mesolimbik. Dopamin terse

but disekresikan ke bagian medial dan anterior sistem limbik, terutama hipokampus, a

mygdala, anterior caudate, nukleus dan bagian lobus prefronta yang merupakan pusat

pengendali perilaku (Guyton and Hall, 2011).

c. Disfungsi glutamatergik. Penurunan aktivitas glutamatergik berkaitan

dengan munculnya gejala skizofrenia (Wells et al., 2009).

d. Kelainan serotonin (5-HT). Pasien skizofrenia memiliki kadar serotoni

n 5- HT yang lebih tinggi. Hal ini juga berkaitan dengan adanya peningkatan ukuran v

entrikel (Wells et al., 2009).


E. GEJALA

a) Gejala psikotik (gejala positif)

Gejala psikotik ditandai dengan munculnya gejala berupa, halusinasi

(mendengar suara atau pikiran dari luar dirinya), delusi (sikap yang aneh, sering par

anoid dan timbul kecurigaan dan gangguan berpikir (pemikiran dan ucapan tidak log

is).

b) Gejala negatif

Gejala negatif pada skizofrenia ditandai dengan penurunan fungsi sosial

dan emosional, termasuk ekspresi, cara bicara, kemauan serta aktivitas sosial dan he

donik (Hanson et al., 2010).

c) Gangguan kognitif.

Gangguan kognitif ditandai dengan adanya gangguan dalam hal attention

(perhatian), kecepatan berpikir dan penyelesaian masalah (Chisholm-Burns et al., 20

16).

F. TATALAKSANA TERAPI

Penggunaan Antipsikotik sebagai farmakoterapi digunakan untuk mengatasi g


ejala psikotik dengan berbaagai etiologi, salah satunya skizofrenia. Antipsikotik dikla
sifikasikan menjadi antipsikotik generasi pertama dan antipsikotik generasi kedua (Os
ser et al., 2013).

Antipsikotik Generasi Pertama

Antipsikotik generasi pertama merupakan antipsikotik yang bekerja dengan ca


ra memblok reseptor dopamin D2. Antipsikotik ini memblokir sekitar 65% hingga 80
% reseptor D2 di striatum dan saluran dopamin lain di otak (Chisholm-Burns et al., 20
16). Jika dibandingkan dengan antipsikotik generasi kedua, antipsikotik ini memiliki t
ingkat afinitas, risiko efek samping ekstrapiramidal dan hiperprolaktinemia yang lebih
besar (Marder et al., 1995; Miyamoto et al., 2008). Antipsikotik generasi pertama efek
tif dalam menangani gejala positif dan mengurangi kejadian relaps. Sebanyak 30% pa
sien skizofrenia dengan gejala akut menghasilkan sedikit atau tanpa respon terhadap p
engobatan antipsikotik generasi pertama. Antipsikotik generasi pertama memiliki efek
yang rendah terhadap gejala negatif (Kane, 1989; Fleischhacker, 1995). Antipsikotik
generasi pertama menimbulkan berbagai efek samping, termasuk ekstrapiramidal aku
t, hiperprolaktinemia serta tardive dyskinesia. Efek samping tersebut disebabkan oleh
blokade pada jalur nigrostriatal dopamine dalam jangka waktu lama (Miyamoto et al.,
2008). Antipsikotik generasi pertama memiliki afinitas yang rendah terhadap reseptor
muskarinik M1 Ach, histaminergik H1 dan norepinefrin a1 yang memicu timbulnya ef
ek samping berupa penurunan fungsi kognitif dan sedasi secara bersamaan (Hill et al.,
2010).

Antipsikotik Generasi Kedua

Antipsikotik generasi kedua, seperti risperidone, olanzapine, quetiapine, zipras


idon aripriprazol, paliperidone, iloperidone, asenapine, lurasidone dan klozapin memil
iki afinitas yang lebih besar terhadap reseptor serotonin daripada reseptor dopamin. Se
bagian besar antipsikotik generasi kedua menyebabkan efek samping berupa kenaikan
berat badan dan metabolisme lemak (Chisholm-Burns et al., 2016). Klozapin merupak
an antipsikotik generasi kedua yang efektif dan tidak menimbulkan efek samping ekst
rapiramidal. Oleh karenanya, klozapin digunakan sebagai agen pengobatan lini perta
ma pada penderita skizofrenia (Chisholm-Burns et al., 2016). Namun, klozapin dikait
kan dengan peningkatan risiko hematotoksis yang dapat menyebabkan kematian (agra
nulositosis) (Kane et al., 1988). Oleh karena itu, beberapa antipsikotik generasi kedua
(risperidone, olanzapine, quetiapine dan ziprasidone) digunakan sebagai terapi tambah
an untuk meningkatkan khasiat klozapin tanpa diskrasia darah (Miyamoto et al., 2005;
Lieberman et al., 2005). Antipsikotik generasi kedua, seperti paliperidone, asenapine,
iloperidone dan lurasidone telah mendapatkan persetujuan FDA (Food and Drug Adm
inistration) Amerika Serikat (Miyake et al., 2012). Aktivitas farmakologi obat tersebut
mirip dengan antipsikotik generasi kedua lainnya, kecuali lurasidone yang diketahui
memiliki afinitas yang lebih tinggi pada reseptor 5-HT7 (Ishibashi et al., 2010).

Aripiprazole merupakan jenis antipsikotik generasi kedua yang lain. Aripipraz


ole merupakan satu-satunya antipsikotik dengan aktivitas agonis parsial terhadap dopa
min D2. Perbedaan ini menjadi penentu profil farmakologi dan efek samping aripripaz
ole. Aripiprazole diketahui memiliki risiko efek samping ekstrapiramidal yang rendah
(Leucht et al., 2008).

G. ALGORITMA PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA


NARASI KONSELING

Pasien a/n Ny. W (35 thn) dari poli Klinik Jiwa dengan diagnosis Skizofrenia mendapatkan re

sep Nopres 20 mg 1x1, Clozapin Ni 25 mg 1/3 tab+Trihexyphenidil 2 mg (Racikan kapsul) 1

x1, dan Vitamin B1 50 mg 1x1.

(A: Mahasiswa Profesi Apoteker dan P: Pasien).

Perkenalan A : Panggilan farmasi loket 8 nomor atas nama Ibu. W dari poliklinik jiwa

P : Iya mba saya

A : Selamat siang bu, sebelumnya perkenalkan saya Miftahul Jannah M pr

ofesi Apoteker yang sedang paraktek kerja di Rumah Sakit ini.


Atas nama ibu siapa nggih?

P : Siang mba, saya Ibu W

Konfirmasi ide A : Baik bu. Benar dengan ibu W nggih, usia 35 tahun dari dr. Vista dari

ntitas pasien poli jiwa ?

P : benar mba

Menjelaskan tu A : Baik bu, jadi bu tujuan saya disini untuk memberikan informasi terkait

juan dan pentin penggunaan obat yang akan ibu gunakan agar tidak ada kesalahan penggu

gnya KIE naan obat bu, apakah saya boleh meminta waktu ibu sebentar?

P : nggih silahkan mba

Menanyakan 3 A : Baik bu, sebelumnya tadi apakah dokter sudah menjelaskan mengenai

prime questions obat yang akan ibu gunakan ?

P : Belum mbak

A : kalau untuk cara penggunaannya bu ?

P : Belum juga mbak

A : kemudian untuk hasil pengobatan yang didaptkan setelah melakukan p

engobatan ini?

P : belum mbak

Identifikasi Ri A : Baik bu, sebelumnya apakah ibu ada alergi makanan atau obat bu ?

wayat alergi da P : Tidak ada mba

n obat A : apakah ada obat rutin yang sedang dikonsumsi bu ?

P : tidak ada mba

A : oh nggih baik bu, saya jelaskan nggih bu untuk cara penggunaannya

Menjelaskan na A : Jadi ini berdasarkan resep yang saya terima ibu ini didiagnosa skizo ya

ma dan indikas bu, Jadi ibu diberikan obat Nopres nggih bu yang digunakan untuk

i (frekuensi pe antidepresan ya bu, kemudian ini ada racikan clozapin sama


makaian) dan a trihexyphenidil ya bu obatnya diminum 1x sehari 1 tablet sesudah makan

turan pakai nggih pada malam hari ya bu, dan ini ada vitamin B1 diminum 1 kali

sehari 1 tablet.

P : nggihh

Menjelaskan E A : Kemudian untuk efek samping obatnya yaitu nanti mungkin akan mer

SO dan edukasi askan kelelahan, demam, nyeri, mual ya bu, sehingga ibu saya sarankan u

penggunaan ob ntuk istirahat yang cukup. Namun ibu tidak perlu khawatir efek samping t

at ersebut tidak selalu muncul ya bu.. dan tidak akan muncul selama ibu men

gkonsumsi obat tersebut dengan cara yang benar, jika nanti timbul efek sa

mping dan mengganggu bisa konsultasi dengan dokter nggih bu..

P : Nggih, baik mba..

Menjelaskan ca A : Untuk penyimpanan obatnya disimpan disuhu ruang atau kotak obat ji

ra penyimpana ka ada dan terhindar dari sinar matahari secara langsung nggih bu..

n obat P : Oh iya, baik mbak.

Terapi nonfar A : untuk memaksimalkan pengobatan, ibu dapat melakukan olahraga sec

makologi ara rutin, istirahat yang cukup, mengkonsumi air mineral yang cukup yait

u kurang lebih 2-3 liter air putih per hari ya buu supaya dapat mempertaha

nkan cairan tubuh ibu dan mengkonsumsi obat-obatnya secara rutin.. dan

saya sarankan juga agar ibu menjalani pengobatan dengan sungguh-sungg

uh dan rutin memeriksakan diri ke dokter ya bu,,

P : nggih mba

Katarsis dan pe A : baik bu mungkin itu yang saya sampaikan mengenai pengobatan bapa

nutup k, mungkin ada yang ingin ditanyakan bu?

P : Tidak ada mba

A : baik bu untuk memastikan ibu sudah paham dan tidak ada kesalahan i
nformasi pengobatan apa ibu berkenan untuk menyampaikan kebali meng

enai obat yag akan ibu gunakan?

P : (Penjelasan dari Ibu W secara singkat)

A : (Jika ada salah maka dikoreksi) Baik bu saya rasa ibu sudah paham, T

erimakasih bu atas waktunya mudah mudahan bermanfaat ya bu informasi

yang telah saya berikan dan semoga dapat mengoptimalkan pengobatan ya

ng ibu jalani. Ini obatnya bu, ibu bisa membayar dibagian kasir ya bu, Se

moga lekas membaik bu, selamat siang ibu

P : Baik mba, terimakasih kembali mba. Selamat siang

Anda mungkin juga menyukai