Anda di halaman 1dari 13

JUMAT, 30 JULI 2021

CAREGIVER SKIZOFRENIA

NAMA KELOMPOK :
SONIA NOVITA
DIANA PUTRI ESTER N.D
DIAH OKTAVIANINGSIH
LIZA HAMZAH
NALA SYLVIANI
HASYA NADHIRAH
DAFTAR ISI
SAMPUL……………….………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………....ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………....iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………...1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………. .2


1.3 Tujuan…………………………………………………………………………..2
1.3.1 Tujuan Umum…………………………………………...…………...2
1.3.2. Tujuan Khusus………………………………………………………2
1.4 Manfaat ………………………………………………………………………...2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian……………………………………………………………………......3
2.1.1 Penyebab Skizofrenia…………………………………………………3
2.1.2 Gejala Skizofrenia…………………………………………………….4
2.1.3 Pencegahan Skizofrenia………………………………………………5
2.1.4 Pengobatan Skizofrenia……………………………………………….5
3.1 Konsep Kepatuhan……………………………………………………………....5
3.1.1 Pengertian……………………………………………………………..5
3.1.2 Pengukuran perilaku kepatuhan………………………………………6
3.1.3 Faktor yang mendukung kepatuhan…………………………………..6
3.1.4 Tingkat kepatuhan …………………………………………………...7
3.1.5 Faktor yang mempengaruhi kepatuhan ………………………………7
SIMPULAN……………………………………………………………………………...xii
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………xii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
CAREGIVER SKIZOFRENIA tepat waktu.
Makalah disusun guna memenuhi tugas Ibu Desi Luis pada mata pelajaran
Caregiver di SMK Kesehatan Surya Medika. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang CAREGIVER
SKIZOFRENIA.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Desi Luis
selaku guru mata pelajaran. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang.


Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau
waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Penderita yang kambuh
membutuhkan waktu yang lebih lama guna untuk kembali pada kondisi semula
dan dengan kekambuhan yang berulang kondisi penderita bisa semakin
memburuk dan sulit untuk kembali ke keadaan semula (Medicastore, 2009). Pada
kondisi penderita yang mengalami kekambuhan berulang akan mempersulit
ataupun memperlama pengobatan penderita. Sehingga membuat keluarga menjadi
suatu beban yang memungkinkan keluarga mengalami stres. Kondisi stres
keluarga ini dimanifestasikan dalam suatu bentuk ketegangan fisik, kebosanan,
keputusasaan, cemas, peningkatan rasa malu yang lebih kepada masyarakat
sekitar, isolasi sosial, sedih yang berkepanjangan, serta frustasi untuk mencari
pengobatan terhadap penderita skizofrenia (Kaakinen, 2010). Stres keluarga
terjadi karena adanya strategi koping terhadap keluarga yang tidak adaptif
secara efektif untuk mengatasi berbagai suatu bentuk ancaman stressor (Maryam,
2016). Berdasarkan survey data awal yang dilakukan oleh peneliti di
Kecamatan Badegan pada bulan November 2018 pada keluarga penderita
skizofrenia dengan jumlah responden sebanyak 18 menunjukkan bahwa 83%
keluarga mengalami stres.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang ada didalam latar belakang masalah diatas, maka
rumusan masalah dalam makalah ini adalah

1. Apa yang dimaksud dengan skizofrenia ?


2. Apa penyebab skizofrenia ?
3. Apa saja gejala skizofrenia ?
4. Cara mencegah skizofrenia ?
5. Bagaimanakah pengaruh kepatuhan minum obat terhadap stres keluarga
pada caregiver skizofrenia ?
6. Bagaimana pengukuran perilaku kepatuhan minum obat ?
7. Apa saja faktor yang mendukung kepatuhan ?
8. Bagaimanakah tingkat kepatuhan ?
9. Apa saja faktor yang mempengaruhi kepatuhan ?

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum untuk mengetahui pengaruh kepatuhan minum obat


penderita skizofrenia terhadap stres keluarga pada caregiver skizofrenia.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kepatuhan minum obat penderita skizofrenia.


2. Mengidentifikasi stres keluarga pada caregiver skizofrenia.
3. Untuk menganalisis pengaruh kepatuhan minum obat penderita
skizofrenia terhadap stres keluarga pada caregiver skizofrenia.

1.4. Manfaat

Karya tulis ini dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan bahwa


kepatuhan minum obat dapat mengendalikan gangguan skizofrenia dan mampu
menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan pada penderita gangguan jiwa.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang.


Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau
waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Penderita yang kambuh
membutuhkan waktu yang lebih lama guna untuk kembali pada kondisi semula
dan dengan kekambuhan yang berulang kondisi penderita bisa semakin
memburuk dan sulit untuk kembali ke keadaan semula (Medicastore, 2009). Pada
kondisi penderita yang mengalami kekambuhan berulang akan mempersulit
ataupun memperlama pengobatan penderita. Sehingga membuat keluarga menjadi
suatu beban yang memungkinkan keluarga mengalami stres. Kondisi stres
keluarga ini dimanifestasikan dalam suatu bentuk ketegangan fisik, kebosanan,
keputusasaan, cemas, peningkatan rasa malu yang lebih kepada masyarakat
sekitar, isolasi sosial, sedih yang berkepanjangan, serta frustasi untuk mencari
pengobatan terhadap penderita skizofrenia (Kaakinen, 2010). Stres keluarga
terjadi karena adanya strategi koping terhadap keluarga yang tidak adaptif
secara efektif untuk mengatasi berbagai suatu bentuk ancaman stressor (Maryam,
2016). Berdasarkan survey data awal yang dilakukan oleh peneliti di
Kecamatan Badegan pada bulan November 2018 pada keluarga penderita
skizofrenia dengan jumlah responden sebanyak 18 menunjukkan bahwa 83%
keluarga mengalami stres.

2.1.1 Penyebab Skizofrenia

Meskipun penyebab utama skizofrenia belum ditemukan, ada beberapa


faktor yang disinyalir menjadi penyebab dari masalah kesehatan ini, antara lain:

1. Faktor Genetik, keturunan dari pengidap skizofrenia memiliki risiko 10


persen lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa. Risiko tersebut
meningkat 40 persen lebih besar ketika kedua orangtua sama-sama
pengidap skizofrenia.
3
Sementara itu, anak kembar yang salah satunya mengidap skizofrenia akan
memiliki risiko hingga 50 persen lebih besar.

2. Komplikasi Kehamilan dan Persalinan, skizofrenia dapat disebabkan oleh


beberapa kondisi yang mungkin terjadi ketika hamil dan dampaknya akan terlihat
saat anak lahir. Kondisi ini, seperti paparan racun dan virus, ibu seorang pengidap
diabetes, perdarahan dalam masa kehamilan, serta kekurangan nutrisi. Selain dari
kehamilan, komplikasi yang terjadi ketika persalinan juga dapat menyebabkan
seorang anak mengidap skizofrenia. Contohnya, berat badan rendah saat lahir,
kelahiran prematur, dan asfiksia atau kekurangan oksigen saat dilahirkan.

3. Faktor Kimia pada Otak, ketidakseimbangan kadar serotonin dan dopamin pada
otak dapat menjadi salah satu penyebab dan meningkatkan risiko seseorang
mengidap skizofrenia. Keduanya merupakan zat kimia yang berfungsi untuk
mengirim sinyal antara sel-sel otak sebagai bagian dari neurotransmitter. Selain
itu, pengidap skizofrenia juga memiliki perbedaan pada struktur dan fungsi otak
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki gangguan mental. Perbedaan
tersebut antara lain: Ventrikel otak memiliki ukuran yang lebih besar. Ventrikel
sendiri adalah bagian dalam otak yang berisi cairan. Lobus temporalis memiliki
ukuran yang lebih kecil. Ingatan dalam otak manusia berkaitan dengan lobus
temporalis. Sel-sel pada otak memiliki koneksi yang lebih sedikit.

2.1.2 Gejala Skizofrenia

Skizofrenia terbagi menjadi dua kategori, yaitu positif dan negatif.

1. Gejala Negatif, gejala skizofrenia negatif muncul ketika sifat dan kemampuan
yang dimiliki orang normal, seperti konsentrasi, pola tidur normal, dan motivasi
hidup menghilang. Umumnya, gejala tersebut ditambah dengan ketidakmauan
seseorang bersosialisasi dan merasa tidak nyaman saat bersama orang lain. Ciri-
ciri orang yang mengidap gejala skizofrenia negatif, yaitu terlihat apatis dan buruk
secara emosi, tidak peduli terhadap penampilan diri sendiri, dan menarik diri dari
pergaulan.

4
2. Gejala Positif
Sementara itu, gejala positif dari skizofrenia biasanya berupa delusi,
halusinasi, pikiran kacau, dan adanya perubahan pada perilaku.

Gejala awal skizofrenia bisa berupa:

 Perasaan yang mudah tersinggung atau tegang.

 Kesulitan berkonsentrasi.

 Kesulitan tidur.

2.1.3 Pencegahan Skizofrenia

Saat ini tindakan pencegahan skizofrenia secara spesifik belum tersedia.


Namun, pemeriksaan dini bisa membantu mengurangi tingkat keparahan
gejalanya. Keharmonisan keluarga juga menjadi hal yang penting untuk dijaga,
begitu pula dengan melakukan kegiatan positif dan rutin berolahraga.

2.1.4 Pengobatan Skizofrenia

Skizofrenia dapat diobati dengan menggunakan beberapa cara, seperti


mengombinasikan obat-obatan melalui terapi psikologis. Obat yang diberikan
adalah antipsikotik yang memengaruhi zat neurotransmitter dalam otak. Obat ini
mampu menurunkan kecemasan, menurunkan atau mencegah halusinasi, dan
membantu menjaga kemampuan berpikir. Dokter umumnya memberikan obat-
obatan antipsikotik kepada pengidap skizofrenia untuk mengurangi atau menghilangkan
gejalanya. Pengobatan lainnya, yaitu melalui terapi kejut listrik atau elektrokonvulsif
(ECT).

3.1 Konsep Kepatuhan

3.1.1 Pengertian
Kepatuhan merupakan suatu tingkat perilaku pasien yang tertuju pada
instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang
ditentukan, seperti diet, latihan, pengobatan, maupun menepati janji pertemuan
dengan dokter (Stanley, 2007).

5
Sedangkan menurut Nursalam dan Kurniawati (2007) kepatuhan yaitu istilah yang
digunakan untuk menggambarkan suatu perilaku pasien dalam minum obat secara
benar tentang dosis frekuensi, efek samping maupun waktunya. Kepatuhan
menurut (Niven, 2012) memiliki arti sejauh mana pasien sesuai dengan ketepatan
yang di berikan oleh suatu profesional kesehatan. Tingkat kepatuhan merupakan
pengukuran pelaksanaan suatu kegiatan, yang sesuai dengan langkah-langkah
yang sudah ditetapkan. Perhitungan tingkat kepatuhan bisa dikontrol bila suatu
pelaksanaan program telah sesuai dengan standart (Notoadmodjo, 2017).

3.1.2 Pengukuran perilaku kepatuhan


Kepatuhan pasien pada aturan pengobatan terhadap prakteknya sulit
dianalisa karena kepatuhan juga sulit di identifikasikan, sulit diukur dengan teliti
dan tergantung banyak faktor yang memepengaruhinya. Pengkajian yang akurat
pada individu yang tidak patuh adalah suatu tugas yang sangat sulit.

3.1.3 Faktor yang mendukung kepatuhan


Terdapat beberapa faktor yang mendukung sikap patuh, diantaranya
yaitu menurut (Notoadmodo, 2003) : Pendidikan adalah suatu bentuk kegiatan,
usaha manusia untiuk meningkatkan suatu kepribadian atau merupakan proses
perubahan perilaku menuju dewasa dan penyempurnaan kehidupan manusia
dangan jalan membina dan mengembangkan potensi kepribadiannya, seperti
rohani (cipta, rasa, dan karsa) dan jasmani. Domain pendidikan bisa diukur dari :

1) Pengetahuan terhadap pendidikan yang telah diberikan (attitude).


2) Praktik atau tindakan yang sehubungan dengan materi
pendidik yang sudah diberikan.
3) Akomodasi Suatu usaha yang harus dilakukan guna untuk memahami ciri
kepribadian pasien yang bisa mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang
mandiri harus dilibatkan secara aktif dalam suatu program kegiatan.
4) Memodifikasi faktor lingkungan dan sosial Membangun dukungan sosial
serta keluarga dan teman-teman itu sangatlah penting. Kelompok
pendukung dapat dibentuk guna membantu memahami kepatuhan terhadap
suatu program pengobatan.

6
5) Perubahan model terapi Suatu program pengobatan dapat dibuat
sesederhana mungkin dan pasien terlibat aktif dalam pembuatan suatu
program tersebut.
6) Meningkatan interaksi profesional kesehatan dengan pasien.
7) Merupakan suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik
terhadap pasien setelah mendapatkan informasi diagnosa.

3.1.4 Tingkat kepatuhan


Derajat kepatuhan sangat bervariasi sesuai dengan apakah pengobatan
tersebut kuratif atau prefentif, jangka waktu yang panjang atau pendek. Derajat
ketidakpatuhan ditentukan dari beberapa faktor diantaranya :

1) Kompleksitas prosedur pengobatan.


2) Derajat gaya hidup yang diperlukan.
3) Lamanya waktu dimana pasien tersebut harus mematuhi nasehat yang
ada.
4) Apakah penyakit tersebut merupakan penyakit yang benar-benar
menyakitkan.
5) Apakah pengobatan tersebut terlihat berpotensi menyelamatkan hidup.
6) Keparahan penyakit yang dipersepsikan sendiri oleh pasien dan ukan
merupakan profesonal kesehatan. (Niven, 2000).
7) Kepatuhan/ketaatan sangat sulit dianalisa karena sulit untuk didefinisikan
dan sulit untuk diukur. Kebanyakan studi yang berkaitan dengan
ketidakpatuhan minum obat sebagai cara pengobatan, contohnya seperti
tidak minum obat cukup, minum obat yang terlalu banyak, dan
sebagainya.

3.1.5 Faktor yang mempengaruhi kepatuhan


Pendapat Carpenito (2000), bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kepatuhan yaitu segala sesuatu yang bisa berdampak
positif sehingga penderita tidak mampu lagi untuk mempertahankan terhadap
kepatuhannya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh. Berikut beberapa
faktor yang mempengaruhi kepatuhan antara lain :

7
1) Pemahaman tentang instruksi Tidak ada individu yang mematuhi instruksi
jika dirinya salah paham terhadap apa yang telah di instruksikan pada
dirinya. Ley dan Spelman(1967) menemukan bahwa lebih dari 60%
responden yang diwawancarai setelah bertemu dengan seorang dokter
salah mengerti tentang instruksi yang telah diberikan kepada mereka.
2) Bahkan kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional
kesalahan dalam memberikan informasi lengkap, penggunaan istilah-
istilah medis dan memberikan banyak sekali instruksi yang harus di ingat
oleh sang penderita.
SIMPULAN

Skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang.


Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau
waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Penderita yang kambuh
membutuhkan waktu yang lebih lama guna untuk kembali pada kondisi semula
dan dengan kekambuhan yang berulang kondisi penderita bisa semakin
memburuk dan sulit untuk kembali ke keadaan semula (Medicastore, 2009). Pada
kondisi penderita yang mengalami kekambuhan berulang akan mempersulit
ataupun memperlama pengobatan penderita.
DAFTAR PUSTAKA

Artikuno, suharsimi, (2013), prosedur penelitian suatu pendekatan praktik,


Jakarta : rineka cipta

Abbout, H., Henric, W.L, 2010, Stage IV Charonic Kidney Diasease. The New
England Journal of medicine. Vol1:362

Awad, G.,& Voruganti. (2008). The Burden of Schizophrenia on


Caregivers.Pharmacoeconomics, 2, 149 – 162.

Atimiati WD. (2012). Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Terapi
Hemodialisis. KEMAS. 1(2):1047-53.

Ali, Z. (2010).Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta:EGC

Baredero, M dkk. (2009) Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan Keperawatan.


Jakarta:EGC

Black, J. M & Hawks (2009). Medical Surgical Nursing;8 edition. Canada:


Elsevier

Brenner, B. M., dan Lazarus, J. M. 2012. Gagal Ginjal Kronik dalam Prinsip-
prinsip Ilmu penyakit Dalam Harrison Edisi 13. Jakarta : EGC. Hlm; 1435-1443.

Anda mungkin juga menyukai