Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2021


UNIVERSITAS PATTIMURA

MANIA

OLEH:
Cornellia F. Pattinasarany

PEMBIMBING:
dr. Sherly Yakobus, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. M HAULUSSY
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Referat dengan judul
“MANIA”. Referat ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Jiwa.

Penyusunan Referat ini dapat diselesaikan dengan baik karena adanya


bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada. dr. Sherly Yakobus, Sp.KJ
selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga
untuk membantu penulis dalam menyelesaikan Referat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Referat ini masih belum


sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai
pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan penulisan Referat ini ke depannya.
Semoga laporan Referat dapat memberikan manfaat ilmiah bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Ambon, Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................ i

Kata Pengantar ………………………………………………………….………….. ii

Daftar Isi …………………………………………………………….…...…….…... iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………..………………….……….1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….………………………………….……….. 3

2.1 Definisi …………………………..……………………….…………….... 3

2.2 Epidemiologi …………………...….……………………….………….......3

2.3 Etiologi ....………….………………….…………………….……………. 4

2.4 Manisfestasi Klinis …………………….………….………..……………...6

2.5 Diagnosis………... ………………………...………………..……………..6

2.6 Tatalaksana …….………………...……..…………………...…….......... 11

2.7 Prognosis ………….…...……….….………………………...…………...16

BAB III KESIMPULAN ………….....……………………………….……….…… 17

DAFTAR PUSTAKA ……………….……………………………………….……. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Gangguan bipolar merupakan gangguan kronis berulang ditandai dengan


munculnya fluktuasi keadaan mood dan energi. Gangguan bipolar juga adalah
gangguan mood yang ditandai dengan perpindahan (swing) mood, pikiran, energi
perilaku dan biasanya kronis serta berat. Gangguan ini dialami lebih dari 1%
populasi dunia terlepas dari kebangsaan, asal etnis atau status sosial dan ekonomi.
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2017, terdapat sekitar 60
juta orang mengalami gangguan bipolar di dunia. Data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2018, menunjukkan bahwa prevelensi gangguan mental emosional termasuk
di dalamnya gangguan afektif bipolar menunjukkan sekitar 9,8% penduduk di
Indomesia.
Gangguan bipolar sering dikaitkan dengan gangguan yang memiliki ciri
naik turunnya mood, aktivitas atau energi. Pasien dapat mengalami perubahan
mood yang sangat dramatis yaitu dari mood yang sangat meningkat dan/ atau
iritabel menjadi mood yang sangat menurun. Pasien dengan mood meningkat
menunjukkan sikap meluap-luap, flight of idea, tidur berkurang, harga diri
meningkat serta gagasan kebesaran . Pasien dengan mood menurun menunjukkan
hilangnya energi dan minat, rasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilang nafsu
makan, serta pikiran mengenai kematian atau bunuh diri.
Gangguan bipolar dimana afek yang meningkat dan juga peningkatan
aktivitas fisik dan mental yang berlebihan merupakan karakteristik dari mania dan
setidaknya sebagian besar orang pernah mengalami episode mania sekali dalam
hidup. Episode mania ini merupakan periode mood abnormal yang terus
meningkat, ekspansif atau iritabel yang berlangsung setidaknya 1 minggu. Bentuk
mania yang lebih ringan disebut hipomania. Mania dan hipomania agak sulit
ditemukan karena kegembiraan jarang mendorong seseorang untuk berobat ke
dokter. Episode hipomania berlangsung minimal selama 4 hari dan mirip dengan
episode mania namun tidak menyebabkan gangguan berat terhadap fungsi sosial

4
maupun okupasional dan tidak ada gejala psikotik. Baik mania atau hipomania
dihubungkan dengan meningkatnya percaya diri, berkurangnya keinginan tidur,
perhatian yang mudah teralihkan, aktivitas fisik dan mental yang meningkat dan
perilaku bersenang-senang yang berlebihan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Definisi
Mania merupakan periode mood/suasana perasaan abnormal dengan
meningkatnya afek seseorang, menetap, iritabel, menetap atau ekspansif.
Keabnormalan pada peningkatan afek ini membuat fungsi harian dari pasien
menjadi terganggu. Menurut PPDGJ III, episode manik merupakan suatu
kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam
jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental dalam berbagai derajat
keparahan.

II.2. Epidemologi
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2017, terdapat
sekitar 60 juta orang mengalami gangguan bipolar di dunia. Data Riset Kesehatan
Dasar tahun 2018, menunjukkan bahwa prevelensi gangguan mental emosional
termasuk di dalamnya gangguan afektif bipolar menunjukkan sekitar 9,8%
penduduk di Indomesia.
Mania merupakan gangguan afektif dengan presentasi 12% dari seluruh
gangguan afektif. Onset rata-rata umur pada pasien dewasa dengan mania adalah
55 tahun. Untuk prevalensi seumur hidup, gangguan bipolar I hanya sekitar 0,4-
1,6%, untuk gangguan bipolar II sekitar 0,5%, gangguan bipolar I atau II dengan
siklus cepat sekitar 5 – 15% orang dengan gangguan bipolar. Gangguan bipolar I
memiliki prevalensi seimbang antara laki-laki dan perempuan. Episode manik
lebih sering terjadi pada laki-laki dan episode depresif lebih sering terjadi pada
perempuan.

6
II.3. Etiologi
1. Faktor Biologis
a. Neurotransmitter
Teori biologik untuk gangguan mania memfokuskan pada
abnormalitas norepinefrin (NE) dan serotonin (5-HT). Hipotesis
katekolamin menyatakan peningkatan NE di otak menyebabkan
mania. Hipotesis indolamin pula menyatakan bahwa peningkatan
neurotransmiter serotonin (5-HT) pada otak menyebabkan juga
dapat menyebabkan mania. Hipotesis lain menyatakan bahwa
peningkatan NE menyebabkan mania, hanya bila kadar serotonin 5-
HT rendah. Selain itu, penelitian-penelitian juga menunjukksan
adanya kelompok neurotransmiter lain yang berperan penting pada
timbulnya mania, yaitu golonganneuropeptida, termasuk endorfin,
somatostatin, vasopresin dan oksitosin.Diketahui bahwa
neurotransmiter-neurotransmiter ini, dalam beberapa cara, tidak
seimbang (unbalanced) pada otak individu mania dibanding otak
individunormal.Misalnya, GABA diketahui menurun kadarnya
dalam darah dan cairanspinal pada pasien mania. Dopamin juga
meningkat kadarnya pada celah sinaptik,menimbulkan
hiperaktivitas dan agresivitas mania, seperti juga pada
skizofrenia.Antidepresan trisiklik dan MAO inhibitor yang
meningkatkan epinefrin bisamerangsang timbulnya mania, dan
antipsikotik yang mem-blok reseptor dopaminyang menurunkan
kadar dopamin bisa memperbaiki mania, seperti juga
padaskizofrenia
b. Genetik
Data genetik dengan kuat menyatakan bahawa suatu faktor yang
penting di dalam perkembangan gangguan mood adalah genetika,
tetapi pola penurunan genetikaadalah jelas melalui mekanisme
yang kompleks, bukan saja tidak mungkin untuk menyingkirkan
efek psikososial, tetapi faktor non genetik

7
kemungkinanmemainkan peranan kausatif dalam perkembangan
gangguan mood pada sekurangnya beberapa orang.
Data keluarga menunjukkan bahwa jika satu orang tua memiliki
gangguan mood,anak akan memiliki risiko antara 10 - 25 % untuk
gangguan mood. Jika keduaorang tua yang terkena, risiko ini
berlipat ganda. Lebih banyak anggota keluarga. yang terpengaruh,
semakin besar risikonya untuk anak. Risikonya juga lebih besar
jika anggota keluarga dekat terkena dibanding kerabat jauh
Data kembar pula memberikan bukti yang kuat bahwa gen hanya
menjelaskan 50 sampai 70 persen dari etiologi gangguan mood.
Satu studi menemukan tingkatkesesuaian untuk gangguan mood
dalam (MZ) kembar monozigot adalah 70 hingga 90 persen
dibandingkan dengan dizigotik sesama jenis (DZ) kembar
yanghanya 16 hingga 35 persen.
2. Faktor Psikososial
Faktor psikososial terdiri dari 3 faktor yang utama yaitu faktor
lingkungan, faktor kepribadian, dan faktor psikodinamik mania
a. Faktor Lingkungan
Pengamatan klinis menunjukkan bahwa peristiwa kehidupan yang
penuh streslebih sering mendahului episode gangguan mood
seperti gangguan mania
b. Faktor Kepribadian
Tidak ada ciri kepribadian tunggal atau khusus untuk seseorang
yang mengalamigangguan mania; semua manusia, apapun pola
kepribadian, bisa menjadi tertekandan dalam keadaan yang sesuai
mengalami gangguan yang sama. Orang dengankepribadian
tertentu seperti kepribadian antisosial atau menurut PPDGJ
IIIgangguan kepribadian dissosial mungkin menghadapi risiko
lebih besar untuk mengalami gangguan mania dibandingkan orang
dengan gangguan kepribadian paranoid atau cemas.

8
c. Faktor Psikodinamika
Kebanyakan teori-teori episode manik mania dipandang sebagai
pertahananterhadap depresi yang mendasarinya. Abraham,
misalnya, percaya bahwa episodemanik mungkin mencerminkan
ketidakmampuan untuk mentolerir tragedi perkembangan, seperti
kehilangan orangtua. Keadaan manik juga mungkin akibatdari
superego tirani, yang menghasilkan kritik-diri yang kemudian
digantikan oleheuforia kepuasan diri. Bertram Lewin dianggap ego
pasien manik sebagaikewalahan oleh impuls menyenangkan,
seperti seks, atau dengan impuls ditakuti,seperti agresi. Klein juga
melihat mania sebagai reaksi defensif terhadap depresi,dengan
menggunakan pertahanan manik seperti kemahakuasaan, di
manaseseorang mengembangkan „delusion of grandeur’

II.4. Manifestaasi Klinis


a. Deskripksi umum
Pasien manik adalah tereksitasi, banyak bicara, kadang-kadang
mengelikan dan sering hiperaktif.
b. Mood, afek dan perasaan
Pasien manik biasanya euforik dan lekas marah. Mereka memiliki
toleransi yang rendah dan mudah frustasi yang dapat menyebabkan
perasaan marah dan permusuhan. Secara emosional mereka sangat labil,
mudah beralih dari tertawa menjadi marah kemudian menjadi depresi
dalam hitungan menit atau jam.
c. Bicara
Pasien manik tidak dapat disela saat mereka bicara dan sering kali rewel
dan menjadi pengganggu bagi orang-orang disekitarnya. Saat keadaan
teraktifitas, pembicaraan penuh dengan gurauan, kelucuan, sajak,
permainan kata-kata dan hal-hal yang tidak relevan. Saat tingkat aktifitas
meningkat lagi, asosiasi menjadi longgar kemampuan konsentrasi
menghilang menyebabkan gagasan yang meloncat-loncat ( flight of idea),
gado-gado kata dan neologisme. ada keadaan manik akut pembicaraan

9
mungkin sama sekali inkoheren dan tidak dapatdibedakan dari
pembicaraan skizofrenik.
d. Gangguan persepsi
Waham ditemukan pada 75% pasien manik.Waham sesuai mood
seringkali melibatkan kesehatan, kemampuan atau kekuatan yang luar
biasa. Dapat juga ditemukan waham dan halusinasi aneh yang tidak
sesuai mood.
e. Pikiran
Isi pikirannya termasuk tema kepercayaan dan kebesaran diri, sering kali
perhatiannya mudah dialihkan. Fungsi kognitif ditandai oleh aliran
gagasan yangtidak terkendali.
f. Sensorium dan kognisi
Secara umum, orientasi dan daya ingat masih intak walaupun beberapa
pasien manik mungkin sangat euforik sehingga mereka menjawab secara
tidak tepat.Gejala tersebut disebut “mania delirium” (delirious mania)
oleh Emil Kraepelin
g. Pengendalian impuls
Kira-kira 75% pasien manik senang menyerang atau mengancam.
h. Perimbangan dan tilikan
Gangguan pertimbangan merupakan tanda dari pasien manik. Mereka
mungkin dapat melanggar peraturan.
i. Reliabilitas
Pasien manik sulit untuk dipercaya. Kebohongan dan penipuan sering
ditemukan pada pasien mania

II.5. Diagnosis
Kriteria diagnosis yang digunakan merupakan kriteria menurut PPDGJ III
dan DSM V yang merupakan krieria terbaru.

1. PPDGJ III

10
Menurut PPDGJ III, gangguan suasana perasaan (gangguan mania)
dibagi menjadi:[2]
a. F30 EPISODE MANIK
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai
peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental,
dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu
episode manik tunggal (yang pertama), termasuk gangguan afektif
bipolar, episode manik tunggal. Jika ada episode afektif
(depresi,manik atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya,
termasuk gangguan afektif bipolar. (F31).
b. F30.0 Hipomania
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1), afek yang
meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas,menetap selama
sekurang-kurangnya beberapahari berturut- turut,pada suatu derajat
intensitas dan yang bertahan melebihi apa yangdigambarkan bagi
siklotimia (F34.0), dan tidak disertai halusinasi atau waham.Pengaruh
nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai
dengandiagnosis hipomania, akan tetapi bila kakacauan itu berat atau
menyeluruh, makadiagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus
ditegakkan.
c. F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik
Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup
berat sampaimengacaukan seluruh atau hamper seluruh pekerjaan dan
aktivitas sosial yang biasadilakukan.Perubahan afek harus disertai
dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas berlebihan,
percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang,
ide-ide perihal kebesaran/ “ grandiose ideas” dan terlalu optimistic.
d. F30.2 Mania Dengan Gejala Psikotik
Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari
F30.1 (mania tanpagejala psikotik).

11
Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat
berkembang menjadiwaham kebesaran (delusion of grandeur ),
irritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of
ersecution). Waham dan halusinasi “sesuai” dengan keadaan afek
tersebut (mood congruent ).
e. F30.8 Episode Manik Lainnya
f. F30.9 Episode Manik YTT
2. DSM V
Berdasarkan tabel Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
edisi 5 yang direvisi (DSM-IV), kriteria diagnostik episode mania adalah
sebagai berikut:
Sindrom mania diberi batasan sebagai tersebut pada kriteria A, B, dan C
di bawah ini.Sindrom hipomania diberi batasan sebagai tersebut pada A
dan B, tetapi tidak C (jaditak ada gangguan nyata).
A. Episode Mania
a. Periode yang berbeda dari suasana normal yang tidak normal dan
terus menerus meningkat, ekspansif, atau mudah tersinggung dan
aktivitas dan energi yang tidak disengaja dan terus-menerus
meningkat, yang berlangsung minimal 1 minggu dan paling
banyak, hampir setiap hari (atau durasi jika perlu dirawat di
rumah sakit).
b. Selama periode gangguan mood dan peningkatan energi atau
aktivitas, tiga (atau lebih) dari gejala berikut (empat jika mood
hanya mudah tersinggung) hadir pada tingkat signifikan dan
merupakan perubahan yang nyata dari perilaku yang biasa:
1. Harga diri meningkat atau berlebihan.
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (misalnya terasa beristirahat
setelah tidur hanya 3 jam).
3. Lebih banyak bicara dari biasanya atau tekanan untuk terus
berbicara.

12
4. Gagasan flight atau pengalaman subyektif bahwa pikiran
sedang berlomba.
5. Distractibility (yaitu perhatian terlalu mudah tertarik ke
rangsangan eksternal yang tidak penting atau tidak relevan),
seperti yang dilaporkan atau diamati.
6. Peningkatan aktivitas yang diarahkan pada tujuan (baik secara
sosial, di tempat kerja atau di sekolah, atau seksual) atau
agitasi motorik (aktivitas tanpa tujuan).
7. Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas yang memiliki potensi
konsekuensi menyakitkan yang tinggi (misalnya, terlibat
dalam pembelian eceran yang tidak terbatas, ketidaksopanan
seks, atau investasi bisnis yang bodoh).
c. Gangguan mood cukup parah sehingga menyebabkan kerusakan
yang ditandai pada fungsi sosial atau pekerjaan atau memerlukan
rawat inap untuk mencegah bahaya pada diri sendiri atau orang
lain, atau ada ciri-ciri psikotik.
d. Episode ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat
(misalnya, penyalah gunaan obat) atau kondisi medis lainnya.
B. Episode Hipomania
a. Periode yang berbeda dari suasana normal yang tidak normal dan
terusmenerus meningkat, ekspansif, atau mudah tersinggung dan
aktivitas dan energi yang tidak normal dan terus-menerus
meningkat, berlangsung paling tidak 4 hari berturut-turut dan
sebagian besar hari, hampir setiap hari.
b. Selama periode gangguan mood dan peningkatan energi atau
aktivitas, tiga (atau lebih) dari gejala berikut empat (jika mood
hanya mudah tersinggung) hadir pada tingkat signifikan dan
merupakan perubahan yang nyata dari perilaku yang biasa:
1. Harga diri meningkat atau berlebihan.
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (misalnya terasa telah
beristirahat setelah tidur hanya 3 jam).

13
3. Lebih banyak bicara dari biasanya atau tekanan untuk terus
berbicara.
4. Gagasan flight atau pengalaman subyektif bahwa pikiran
sedang berlomba.
5. Distractibility (yaitu perhatian terlalu mudah tertarik ke
rangsangan eksternal yang tidak penting atau tidak relevan),
seperti yang dilaporkan atau diamati.
6. Peningkatan aktivitas yang diarahkan pada tujuan (baik secara
sosial, di tempat kerja atau di sekolah, atau seksual) atau
agitasi motorik (aktivitas tanpa tujuan).
7. Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas yang memiliki potensi
konsekuensi menyakitkan yang tinggi (misalnya, terlibat
dalam pembelian eceran yang tidak terbatas, ketidaksopanan
seks, atau investasi bisnis yang bodoh).
c. Episode ini terkait dengan perubahan fungsi yang tidak jelas yang
tidak seperti karakteristik individu jika tidak bergejala.
d. Gangguan dalam mood dan perubahan fungsi dapat diamati oleh
orang lain.
e. Episode ini tidak cukup parah untuk menyebabkan kerusakan
yang ditandai pada fungsi sosial atau pekerjaan atau memerlukan
rawat inap. Jika ada fitur psikotik, episode tersebut menurut
definisi mania.
f. Episode ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat
(misalnya, penyalah gunaan obat) atau kondisi medis lainnya.
Episode hipomania lengkap yang muncul selama pengobatan
antidepresan (misalnya, pengobatan terapi elektrokonvulsif)
namun berlanjut pada tingkat sindrom sepenuhnya di luar efek
fisiologis pengobatan tersebut adalah bukti yang cukup untuk
diagnosis episode hipomania. Namun, hati-hati diindikasikan
sehingga satu atau dua gejala (terutama pada mudah tersinggung,
gelisah, atau agitasi setelah penggunaan antidepresan) tidak

14
dianggap memadai untuk diagnosis episode hipomania, atau juga
indikasi diatesis bipolar. Catatan: Kriteria a-f merupakan episode
hipomania

II.6 Penatalaksanaan
1. FARMAKOTERAPI
Antimania yang juga disebut sebagai mood modulator atau mood
stabilizer merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi gejala
sindrom mania danmencegah berubah-ubahnya suasana hati pasien.
Episode berubahnya mood padaumumnya tidak berhubungan dengan
peristiwa peristiwa kehidupan. Gangguan biologis yang pasti belum
diidentifikasi tapi diperkirakan berhubungan dengan peningkatan
aktivitas katekolamin. Berdasarkan hipotesis, sindrom mania
disebabkanoleh tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron
khususnya pada sistemlimbik.
a. Lithium
Lithium adalah kation monovalen yang kecil. Telah lama dikenal
bahwa lithium merupakan pengobatan yang paling disukai pada
gangguan manik. Angka keberhasilannya pada remisi pasien dengan
fase manik dilaporkan mencapai 60-80%. Sampai saat ini lithium
karbonat dikenal sebagai obat gangguan bipolar terutama pada fase
manik. Pengobatan jangka panjang menunjukkan penurunan resiko
bunuh diri. Bila mania masih tergolong ringan,lithium sendiri atau
lorazepamdan kadang ditambah antipsikosis juga. Setelah mania
dapat teratasi, antipsikosis boleh dihentikan dan lithium digunakan
bersamaan dengan benzodiazepine untuk pemeliharaan
Efek samping
1. Efek neurologis: tremor, koreoatetosis, hiperaktivitas motorik,
ataksia, disartriadan afasia.
2. Efek pada fungsi tiroid: dapat menurunkan fungsi kelenjar tiroid
tapi efeknyareversibel dan nonprogresif. Beberapa pasien

15
mengalami pembesaran kelenjar gondok dan gejala-gejala
hipotiroidisme. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengukuran kadar
TSH serum setiap 6-12 bulan.
3. Efek pada ginjal: polidipsi dan poliuri sering ditemukan namun
bersifat reversibel.Beberapa literatur menerangkan bahwa terapi
lithium jangka panjang dapatmenyebabkan disfungsi ginjal
termasuk nefritis interstitial kronis danglomerulopati
4. perubahan minimal dengan sindrom nefrotik. Penurunan laju
filtrasiglomerulus telah ditemukan tapi tidak ada contoh mengenai
azotemia maupungagal ginjal. Tes fungsi ginjal harus dilakukan
secara periodik untuk mendeteksi perubahan-perubahan pada
ginjal
5. Edema: Hal ini mungkin terkait dengan efek lithium pada retensi
natrium.Peningkatan berat badan pada pasien diduga karena
edema namun pada 30% pasien tidak mengalami peningkatan
berat badan.
6. Efek pada jantung: Ion lithium dapat menekan pada nodus sinus
sehingga sindrom bradikardi dan takikardi merupakan
kontraindikasi penggunaan lithium
7. Efek pada kehamilan dan menyusui: Laporan terdahulu
menyatakan peningkatanfrekuensi kelainan jantung pada bayi
dengan ibu yang mengkonsumsi lithium terutama anomali
Ebstein. Namun data terbaru menyebutkan resiko efek teratogenik
relatif rendah. Lithium didapatkan pada air susu dengan kadar
sepertiga sampai setengah dari kadar serum. Toksisitas pada bayi
dimanifestasikan denganletargi, sianosis, reflek moro dan reflek
hisap berkurang dan hepatomegali.
8. Efek lainnya: Telah dilaporkan efek erupsi jerawat dan folikulitis
pada penggunaan lithium. Leukositosis selama pengobatan
dengan lithium selalu adayang merefleksikan efek langsung pada
leukopoiesis.

16
Preparat yang Tersedia
Lithium carbonate (generik, Eskalith)
Oral: 150; 300; 600 mg kapsul, 300 mg tablet, 8 meq/5 mL sirup,
300; 450 mg tablet sustained release
Dosis: 250-500 mg/hari.
b. Asam Valproat (valproic acid; valproate)
Obat ini merupakan suatu agen untuk epilepsi dan telah terbukti
memiliki efek antimania. Valproate manjur untuk pasien-pasien yang
gagal memberikan responterhadap lithium. Secara
keseluruhan,nvalroate menunjukkan keberhasilan yang setaradengan
lithium. Pada awal minggu pengobatan. Kombinasi valproate dengan
obat-obatan psikotropik lainnya mungkin dapat digunakan dalam
pengelolaan fase kedua pada penyakit bipolar yang umumnya dapat
ditoleransi dengan baik. Valproate telahdiakui sebagai pengobatan
lini pertama untuk mania
Preparat yang Tersedia
Valproic acid (generik, Depakene)
Oral: 250 mg kapsul, 250 mg/5 mL sirup
Dosis: 3 x 250 mg/hari
c. Carbamazepine
Carbamazepine telah dianggap sebagai alternatif yang pantas untuk
lithium jika lithium kurang optimal. Obat ini dapat digunakan untuk
mengobati mania akut dan juga untuk terapi Profilaksis.Efek
samping carbamazepine pada umumnya tidak lebih besar dari lithium
dankadang bahkan lebih rendah.Carbamazepine dapat digunakan
sendiri atau pada pasien yang refrakter dapat dikombinasi
denganlithium
Cara kerja carbamazepine tidak jelas, tetapi dapat mengurangi
sensitisasi otak terhadap perubahan mood. Mekanisme tersebut
mungkin serupa dengan efek antikonvulsinya. Meskipun efek
diskrasia darah menonjol pada penggunaannyasebagai antikonvulsi,

17
namun tidak menjadi masalah besar pada penggunaanya sebagai
penstabil mood
Preparat yang Tersedia
Carbamazepine (generic, Tegretol)
Oral: 200 mg tablet; 100 mg tablet kunyah, 100 mg/5 mL suspensi,
100; 200; 400 mgtablet extended-release, 200; 300 mg kapsul.
Dosis: 400-600 mg/hari
d. Chloropromazine
Cara kerja chloropromazine tidak jelas, tetapi dikatakan dapat
menghalang reseptor D2 pada „chemoreceptor trigger zone’ di
otak .Efek sampingnya adalah sedasi ,hipotensi postural,peningkatan
prolaktin di tubuh dsb
e. Neuroleptik atipikal dan tipikal yang lain
1. Atipikal: Olanzapine, Risperidone, Quetiapine, Ziprasidone, and
Aripiprazole
2. Tipikal: Haloperidol
Dibandingkan dengan agen yang tipikal, seperti Haloperidol (Haldol)
danChlorpromazin (Thorazine), antipsikotik atipikal memiliki
peluang yang lebih rendahuntuk tardive dyskinesia perangsangan
postsynaptic, dan banyak obat atipikal tidak meningkatkan kadar
prolaktin. Tetapi obat-obat jenis ini akan menyebabkan risikotinggi
dalam penaikan berat badan, sakit kepala,gangguan jantung dan
sebagainya
- Terapi rumatan
Pencegahan rekurensi episode mood merupakan tantangan terbesar
sebagai klinisi. Tidak hanya regimen yang dipilih dapat mencapai
tujuan utamanya, yaitu mempertahankan eutimia, juga terapi yang
dipilih tidak menghasilkan efek samping yang mengganggu fungsi
sehari-hari. Sedasi, gangguan kognitif, tremor, penambahan berat
badan, dan kemerahan pada kulit merupakan beberapa efek samping
yang dapat berdampak pada diskontinuitas pengobatan.

18
Litium, karbamazepin, dan asam valproat, baik tunggal maupun dalam
kombinasi, merupakan agen yang paling sering digunakan untuk
terapi jangka panjang. Suplementasi tiroid juga sering dibutuhkan
dalam terapi jangka panjang. Banyak pasien yang diobati dengan
litium, berdampak hipotiroidisme dan banyak pula pasien dengan
gangguan bipolar mempunyai disfungsi tiroid idiopatik.
2. PSIKOTERAPI
Selain pengobatan, psikoterapi, atau "terapi berbicara" , dapat menjadi
pengobatanyang efektif untuk gangguan mood afektif seperti mania. Hal
ini dapat memberikandukungan, pendidikan, dan bimbingan untuk orang
dengan gangguan mania dankeluarga mereka. Beberapa perawatan
psikoterapi digunakan untuk mengobatigangguan mania meliputi:
a. Terapi perilaku kognitif (CBT) membantu orang dengan gangguan
mania belajar untuk mengubah pola pikir berbahaya atau negatif
dan perilaku.
b. Keluarga yang berfokus pada terapi termasuk anggota keluarga.
Ini membantumeningkatkan strategi koping keluarga, seperti
mengenali episode baru awal danmembantu mereka cintai. Terapi
ini juga meningkatkan komunikasi dan pemecahanmasalah.
c. Terapi irama interpersonal dan sosial membantu orang dengan
gangguan bipolar meningkatkan hubungan mereka dengan orang
lain dan mengelola rutinitas sehari-hari. Rutinitas sehari-hari yang
teratur dan jadwal tidur dapat membantu melindungiterhadap
episode manik.
d. Psychoeducation mengajarkan orang dengan gangguan mania
tentang penyakit dan pengobatannya. Perawatan ini membantu
orang mengenali tanda-tanda kambuhsehingga mereka dapat
mencari pengobatan awal, sebelum episode-besaran
terjadi.Biasanya dilakukan dalam kelompok, psychoeducation juga
dapat membantu untuk anggota keluarga dan pengasuh.

19
II.8 Prognosis
Emil Kraepelin yang mendeskripsikan sifat episodic mania-depresi,
menyatakan bahwa kondisi episodic manik tunggal biasanya akan sembuh
sendiri seiring waktu dengan atau tanpa pengobatan, akan tetapi kejadian
episodic tunggal sangatlah jarang. Oleh karena itu digunakan istilah bipolar
untuk menggambarkan individu yang mengalami gabungan episode manik
dan juga depresi.
Studi menunjukan bahwa tidak ada perbedaan berdasarkan usia dan jenis
kelamin saat ini. Namun, angka morbiditas pada masa kecul atau remaja
lebih tinggi pada usia lanjut. Pasien yang mengalami langsung dari satu
kutub (mania atau depresi) yang lain juga cendering membutuhkan waktu
lebih lama dan serangan lebih sering daripada pasien yang mengalami
episode diskrit mania atau depresi.

20
BAB III
KESIMPULAN

Mania merupakan periode mood/suasana perasaan abnormal dengan


meningkatnya afek seseorang, menetap, iritabel, menetap atau ekspansif.
Keabnormalan pada peningkatan afek ini membuat fungsi harian dari pasien
menjadi terganggu. Menurut PPDGJ III, episode manik merupakan suatu
kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam
jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental dalam berbagai derajat
keparahan.
Mania merupakan gangguan afektif dengan presentasi 12% dari seluruh
gangguan afektif. Onset rata-rata umur pada pasien dewasa dengan mania adalah
55 tahun. Untuk prevalensi seumur hidup, gangguan bipolar I hanya sekitar 0,4-
1,6%, untuk gangguan bipolar II sekitar 0,5%, gangguan bipolar I atau II dengan
siklus cepat sekitar 5 – 15% orang dengan gangguan bipolar. Gangguan bipolar I
memiliki prevalensi seimbang antara laki-laki dan perempuan. Episode manik
lebih sering terjadi pada laki-laki dan episode depresif lebih sering terjadi pada
perempuan.
Faktor biologis dan psikososial menjadi pemegang peranan penting dalam
menjadi faktor penyebab terjadinya mania. Gambaran klinis pada pasien manik
adalah tereksitasi, banyak bicara, kadang-kadang mengelikan dansering hiperaktif.
Kriteria diagnosis yang digunakan merupakan kriteria menurut PPDGJ III dan
DSM V yang merupakan krieria terbaru untuk penatalaksanaan ada berupa
farmakoterapi dan psikoterapi. Untuk farmakoterapi digunakan Antimania yang
juga disebut sebagai mood modulator atau mood stabilizer merupakan obat yang
digunakan untuk mengatasi gejala sindrom mania danmencegah berubah-ubahnya
suasana hati pasien. Episode berubahnya mood padaumumnya tidak berhubungan
dengan peristiwa peristiwa kehidupan. Gangguan biologis yang pasti belum
diidentifikasi tapi diperkirakan berhubungan dengan peningkatan aktivitas
katekolamin. Berdasarkan hipotesis, sindrom mania disebabkanoleh tingginya
kadar serotonin dalam celah sinaps neuron khususnya pada sistemlimbik. Selain

21
itu pada psikoterapi Selain pengobatan, psikoterapi, atau "terapi berbicara" , dapat
menjadi pengobatanyang efektif untuk gangguan mood afektif seperti mania. Hal
ini dapat memberikandukungan, pendidikan, dan bimbingan untuk orang dengan
gangguan mania dankeluarga mereka. Beberapa perawatan psikoterapi digunakan
untuk mengobatigangguan mania

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock Virginia Alcott. Kaplan & Sadock; Buku Ajar Psikiatri
Klinis, Edisi 2. New York.2012.hal 189
2. Rusdi M. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2001 hal 58-61
3. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry Edisi 10. New York:Lippincott Williams.
1997. hal 529-34, 552-3
4.

23

Anda mungkin juga menyukai