SKIZOFRENIA SIMPLEKS
Penyusunan paper ini sekaligus untuk memenuhi persyaratan mengikuti kepaniteraan klinik
Senior SMF PSIKIATRI di Rumah Sakit Umum Haji Medan
Pembimbing :
M. Ade Pranata
18360101
DEPARTEMEN PSIKIATRI
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas paper guna memenuhi
persyaratan mengikuti kepaniteraan klinik Senior SMF PSIKIATRI di Rumah Sakit Umum Haji
Medan dengan judul “ Skizofrenia Simpleks “ shalawat serta salam dijunjungkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing
KKS sebagai Ilmu Penyakit Bedah yaitu dr. Vita Camellia M.Ked, KJ, Sp.KJ. saya menyadari
bahwa dalam penyusunan masih dapat banyak kekurangan baik dalam cara penulisan maupun
penyajian materi. Oleh karena itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
hingga bermanfaat bagi penyusun paper selanjutnya. Semoga paper ini bermanfaat bagi pembaca
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Skizofrenia
Skizofrenia adalah bahwa penderita skizofrenia umumnya pikirannya tidak konsisten demikian
juga perilakunya. Jadi mereka ini tidak konsisten, tidak rasional dan tidak pasti. Skizofrenia
adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai individu termasuk berfikir dan
komunikasi, menerima dan menginterprestasikan realitas, merasakan dan memajukan emosi serta
perilaku dengan sikap yang tidak bisa diterima secara sosial. Skizofrenia pada umumnya ditandai
oleh penyimpangan yang funda mental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh efek
yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun deficit kognitif tertentu dapat berkembang
kemudian.Skizofrenia adalah gangguan yang benar-benar membingungkan dan menyimpan
banyak tanda tanya (teka-teki). Kadangkala skizofrenia dapat berfikir dan berkomunikasi dengan
jelas, memiliki pandangan yang tepat dan berfungsi secara baik dalam kehidupan sehari-hari.
Namun pada saat yang lain, pemikiran dan kata-kata terbalik, mereka kehilangan sentuhan dan
mereka tidak mampu memelihara diri mereka sendiri.
2.1.2 EPIDEMIOLOGI
Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di berbagai daerah. Insiden
dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir sama di seluruh dunia. Gangguan
ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau
awal masa dewasa. Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25
tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia
lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan dan lebih besar didaerah urban dibandingkan
daerah rural. Pasien skizofrenia beresiko meningkatkan risiko penyalahgunaan zat, terutama
ketergantungan nikotin. Hampir 90% pasien mengalami ketergantungan nikotin. Pasien
skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan perilaku menyerang. Bunuh diri merupakan
penyebab kematian pasien skizofrenia yang terbanyak, hampir 10% dari pasien skizofrenia yang
melakukan bunuh diri Menurut Howard, Castle, Wessely, dan Murray, 1993 di seluruh dunia
prevalensi seumur hidup skizofrenia kira-kira sama antara laki-laki dan perempuan diperkirakan
sekitar 0,2%-1,5%. Meskipun ada beberapa ketidaksepakatan tentang distribusi skizofrenia di
antara laki-laki dan perempuan, perbedaan di antara kedua jenis kelamin dalam hal umur dan
onset-nya jelas. Onset untuk perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu sampai umur
36 tahun, yang perbandingan risiko onsetnya menjadi terbalik, sehingga lebih banyak
5
perempuan yang mengalami skizofrenia pada usia yang lebih lanjut bila dibandingkan dengan
laki-laki.
2.1.3 ETIOLOGI
-Faktor Genetik
faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan
penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu
telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 - 1,8%; bagi saudara kandung 7 – 15%; bagi
anak dengan salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 7 – 16%; bila kedua orangtua
menderita skizofrenia 40 – 68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2 -15%; bagi kembar satu
telur (monozigot) 61 – 86%. Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang
disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh
beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga
mengklarifikasikan mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami
gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia
semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini
- Faktor Biokimia
Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama semakin kuat,
adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua anak yang patogenik, serta
interaksi yang patogenik dalam keluarga. Banyak penelitian yang mempelajari bagaimana
interaksi dalam keluarga mempengaruhi penderita skizofrenia. Sebagai contoh, istilah
schizophregenic mother kadang-kadang digunakan untuk mendeskripsikan tentang ibu yang
6
memiliki sifat dingin, dominan, dan penolak, yang diperkirakan menjadi penyebab skizofrenia
pada anak-anaknya Menurut Coleman dan Maramis (1994 dalam Baihaqi et al, 2005),
keluargapada masa kanak-kanak memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian.
Orangtua terkadang bertindak terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak
untuk berkembang, ada kalanya orangtua bertindak terlalu sedikit dan tidak merangsang anak,
atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya.
Tipe Paranoid :
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi auditorik dalam
konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif yang relatif masih terjaga. Waham biasanya
adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain
(misalnya waham kecemburuan, keagamaan, atau somalisas) mungkin juga muncul. Ciri-ciri
lainnya meliputi ansietas, kemarahan, menjaga jarak dan suka berargumentasi, dan agresif.
Tipe Katatonik
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi
ketidakbergerakan motorik (waxy flexibility). Aktivitas motor yang berlebihan, negativism yang
ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang tidak
terkendali, mengulang ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain
(echopraxia).
Permulaanya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15 –
25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses berpikir, gangguan kemauan dan
adanya depersonalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism,
neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada skizofrenia heberfrenik, waham
dan halusinasinya banyak sekali.
. Tipe Residual
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofreniatetapi masih
memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti keyakinankeyakinan negatif, atau
mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala
residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan afek
datar
7
Tipe skizofrenia simpleks
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas.Gejala utama pada jenis simplex adalah
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar
ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali ditemukan.
F20.1 Diagnosis skizofrenia simpleks sulitr dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada
pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari:
- Gejala “negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi,
waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik.
- Disertai dengan perubahan – perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi
sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan
penarikan diri dari sosial.
2.1.6 TERAPI
PSIKOTERAPI :
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada penderita skizofrenia barudapat diberikan apabila
penderita dengan terapi psikofarmaka sudahmencapai tahapan dimana kemampuan menilai
realitas (Reality Testing Ability/RTA)
dapat kembali pulih dan pemahaman diri (insight) sudah baik.Psikoterapi diberikan dengan
catatan bahwa penderita masih tetapmendapat terapi psikofarmaka.Contoh Psikoterapi:
1.Psikoterapi Suportif.
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan,semangat, dan motivasi agar
penderita tidak merasa putus asa dansemangat juangnya menghadapi hidup tidak menurun.
2.Psikoterapi Re-eduktif
3.Psikoterapi Re-konstruktif
8
Untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalamikeretakan menjadi kepribadian
yang utuh seperti semula sebelumsakit.
4.Psikoterapi Kognitif
Untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat)rasional, sehingga
penderita mampu membedakan nilai-nilai moraletika, mana yang baik dan yang buruk dan
sebagainya.
5.Psikoterapi Perilaku
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan gangguanperilaku yang terganggu menjadi
perilaku yang adaptif, agar penderitamampu berfungsi kembali secara wajar.
6.Psikoterapi Keluarga
FARMAKOTERAPI
CPZ
HALOPERIDOL
Sediaan :t
9
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A.Gangguan Kepribadian Dalam: Kaplan & Sadock Sinopsis
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri KlinisEdisi 2. Tangerang: Binarupa
Aksara,2010.h.258-291.
Elvira, Sylvia D, Gitayanti H. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FK UI. Jakarta.2010: 348-
350.
Direktorat Kesehatan.Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III Dalam:
Maslim, Rusdi, editor. 2001.h.51.
American Psychiatric Association. (2000) Diagnostic and Statistical Manualof Mental Disorders
Fourth Edition Text Revision, DSM-IV-TR. Arlington,VA: American Psychiatric Association.
10