SKIZOFRENIA
Pembimbing:
dr. Meidian Sari, Sp.KJ.
Skizofrenia
Oleh:
Nabila Putri Rahmadandi, S.Ked
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit
DR.Ernaldi Bahar Palembang Fakultas Kedokteran Univesitas Muhammadiyah
Palembang periode 3 Agustus – 9 Agustus 2020.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Semesta Alam, Allah SWT, atas nikmat dan
karunia-Nya. Sholawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Penulis menghaturkan terima kasih atas bimbingan selama pengerjaan
referat, dengan judul “Skizofrenia” ini kepada pembimbing dr.Meidian Sari,
Sp.KJ. dan bagi semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak
langsung, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis haturkan terima
kasih atas bantuannya hingga referat ini dapat terselesaikan. Semoga bantuan yang
telah diberikan mendapatkan imbalan setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa didalam referat ini masih banyak kekurangan
baik itu dalam penulisan maupun isi referat. Karena itu, Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya referat ini. Penulis berharap
referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………… 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi................................................................................. 3
2.2 Epidemiologi........................................................................ 3
2.3 Etiologi................................................................................. 4
2.4 Patofisiologi ......................................................................... 5
2.5 Gambaran Klinis................................................................... 7
2.6 Penegakkan Diagnosis.......................................................... 9
2.7 Jenis-Jenis Skizofrenia......................................................... 11
2.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................ 19
2.9 Differential Diagnosis.......................................................... 20
2.10 Penatalaksanaan.................................................................... 22
2.11 Komplikasi........................................................................... 26
2.12 Prognosis.............................................................................. 27
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan.......................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 29
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2.1 Definisi
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang berarti terpisah atau
pecah dan phren yang berarti jiwa. Terjadi pecahnya/ ketidakserasian antara afek,
kognitif, dan perilaku. Dengan demikian, seseorang yang menderita skizofrenia
adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakkan kepribadian.6
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan distorsi khas
proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang
dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang aneh,
gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau
sebenarnya, dan autisme.6
2.2 Epidemiologi
Survei telah dilakukan di berbagai negara memiliki laju insiden per tahun
skizofrenia antara 0,1-0,4 per 1000 populasi. Insiden yang tinggi terjadi pada
kelompok sosial terutama etnis minoritas di Eropa Barat seperti komunitas Afro-
Caribbean di Inggris dan imigran dari Suriname di Belanda.6
3
4
2.3 Etiologi
1) Teori Genetik
Genetik menjadi faktor pengaruh yang memiliki angka kemungkinan yang
cukup tinggi. Hasil studi menunjukkan bahwa anak dengan orang tua
penderita skizofrenia memiliki resiko yang lebih tinggi dari pada anak
5
2.4 Patofisologi
6
1. Jalur mesolimbic
Jalur mesolimbik, yang memanjang dari daerah tegmental ventral (VTA) ke
daerah limbik, dapat berperan dalam gejala positif skizofrenia dengan adanya
kelebihan dopamine (Patel et al, 2014). Jalur mesolimbik memproyeksikan
neuron penghasil dopamin di batang otak ke daerah limbik otak, terutama
pada nucleus accumbens yang memiliki peran sentral. Hiperaktif jalur
dopamin meslimbik dapat mendasari beberapa gejala positif skizofrenia, dan
konsekuensi patofisiologi ini bisa menjadi arti penting dari kejadian
skizofrenia.7
2. Jalur mesokorteks
Jalur mesokorteks memanjang dari VTA ke korteks. Gejala negatif dan defisit
kognitif pada skizofrenia diperkirakan disebabkan oleh kadar dopamin
mesokortikal yang rendah. Jalur mesokorteks juga muncul dari batang otak
namun diproyeksikan ke daerah korteks/ prefrontal korteks. Gejala negatif dan
kognitif skizofrenia mungkin terkait dengan penurunan aktivitas di jalur
mesokorteks, yang dapat menyebabkan penurunan neurotransmisi dopamin di
daerah korteks seperti korteks prefrontal.7
3. Jalur nigrostriatal
Jalur nigrostriatal berasal dari nigra substantia dan berakhir di inti kaudatus.
Tingkat dopamin rendah dalam jalur ini diperkirakan mempengaruhi sistem
ekstrapiramidal, yang menyebabkan gejala motoric. Jalur nigrostriatal
diproyeksikan dari substantia nigra ke ganglia basal, dengan efek samping yang
dapat mencakup kekakuan dan tardive dyskinesia.7
4. Jalur tuberoinfundibular
Jalur tuberoinfundibular memproyeksikan hipotalamus ke kelenjar pituitari.
Penurunan atau blokade dopamin tuberoinfundibular menghasilkan tingkat
prolaktin yang meningkat dan, akibatnya, galaktorea, ammenore, dan libido
berkurang.7
- Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. “thought echo”, yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda atau “thought
insertion or withdrawal” yang merupakan isi yang asing dan luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought
broadcasting”, yaitu isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
9
tidur, tidak makan dan minum sehingga mungkin terjadi dehidrasi atau kolaps
dan kadang-kadang kematian (karena kehabisan tenaga dan terlebih bila
terdapat juga penyakit lain seperti jantung, paru, dan sebagainya)
Menurut PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa
III), berikut satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi
gambaran klinis skizofrenia katatonik:
a) Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan
dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara);
b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang
tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan
mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap
semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakan kearah
yang berlawanan);
e) Rigiditas (mempertahankan posisi tertentu tubuh yang kaku untuk
melawan upaya menggerakkan dirinya);
f) Fleksibilitas cerea/”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak
dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
g) Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara
otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-
kalimat.
Sering kali pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah
dimasukkan kedalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien
tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:
Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus
menerus adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala
aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia.Penumpulan
emosional, penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan
pengenduran asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual.Jika
waham atau halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak
disertai afek yang kuat.
Skizofrenia yang terjadi pada usia lanjut (>45 tahun). Lebih sering terjadi
pada wanita dan pasien-pasien dengan gejala paranoid.
4. Gangguan Mood
5. Gangguan kepribadian
2.10 Penatalaksanaan
Ada berbagai macam terapi yang bisa kita berikan pada skizofrenia.
Hal ini diberikan dengan kombinasi satu sama lain dan dengan jangka
waktu yang relatif cukup lama. Terapi skizofrenia terdiri dari pemberian
obat-obatan, psikoterapi, dan rehabilitasi. Terapi psikososial pada
skizofrenia meliputi: terapi individu, terapi kelompok, terapi keluarga,
rehabilitasi psikiatri, latihan ketrampilan sosial dan manajemen kasus. 14
1. Terapi Farmakologi
a. Antipsikotik Generasi I (APG-1)
Biasa disebut dengan antipsikotik tipikal. Antipsikotik ini
merupakan antipsikotik yang bekerja memblok reseptor dopamin
D2. Antipsikotik ini memblokir sekitar 65% hingga 80% reseptor D2
23
- Terapi kelompok
Terapi kelompok untuk oragn dengan skizofrenia umumnya
berfokus pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan
nyata. Kelompok dapat berorientasi perilaku, psikodinamis atau
berorientasi tilikan, atau suportif.
- Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif telah digunakan pada pasien skizofrenia
untuk memperbaiki distorsi kognitif, mengurangi distraktibilitas,
serta mengoreksi kesalahan daya nilai. Terdapat laporan adanya
waham dan halusinasi yang membaik pada sejumlah pasien yang
menggunakan metode ini. Pasien yang mungkin memperoleh
manfaat dari terapi ini umumnya aalah yang memiliki tilikan
terhadap penyakitnya.
- Psikoterapi individual
Pada psikoterapi pada pasien skizofrenia, amat penting untuk
membangun hubungan terapeutik sehingga pasien merasa aman.
Reliabilitas terapis, jarak emosional antaraterapis dengan pasien,
serta ketulusan terapis sebagaimana yang diartikan oleh pasien,
semuanya mempengaruhi pengalaman terapeutik. Psikoterapi untuk
pasien skizofrenia sebaiknya dipertimbangkan untuk dilakukan
dalamm jangka waktu dekade, dan bukannya beberapa sesi, bulan,
atau bahakan tahun. Beberapa klinisi dan peneliti menekankan
bahwa kemampuan pasien skizofrenia utnuk membentuk aliansi
terapeutik dengan terapis dapat meramalkan hasil akhir. Pasien
skizofrenia yang mampu membentuk aliansi terapeutik yang baik
cenderung bertahan dalam psikoterapi, terapi patuh pada pengobatan,
serta memiliki hasil akhir yang baik pada evaluasi tindak lanjut 2
tahun. Tipe psikoterapi fleksibel yang disebut terapi personal
merupakan bentuk penanganan individual untuk pasien skizofrenia
yang baru-baru ini terbentuk. Tujuannya adalah meningkatkan
penyesuaian personal dan sosial serta mencegah terjadinya relaps.
Terapi ini merupakan metode pilihan menggunakan keterampilan
26
2.11 Komplikasi
2.12 Prognosis
Sejumlah studi menunjukkan bahwa selama periode 5 sampai 10 tahun
setelah rawat inap psikiatrik yang pertama untuk skizofrenia, hanya sekitar 10-
20% persen yang dapat dideskripsikan memiliki hasil akhir yang baik. Lebih dari
50% pasien dapat digambarkan memiliki hasil akhir yang buruk, dengan rawat
inap berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood mayor, dan percobaan
bunuh diri. Namun, skizofrenia tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang
memburuk dan sejumlah faktor dikaitkan dengan prognosis yang baik. Angka
pemulihan yang dilaporkan berkisar dari 10-60%, dan taksiran yang masuk akal
adalah bahwa 20-30% pasien terus mengalami gejala sedang, dan 40-60% pasien
27
tetap mengalami hendaya secara signifikan akibat gangguan tersebut selama hidup
mereka.8
BAB III
KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
29
30