PENDAHULUAN
1
pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan
gangguan mood.Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif
memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif
maupun gangguan bipolar, tetapi memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien
dengan skizofrenia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah
Di tahun 1913 George H. Kirby dan pada tahun 1921 August Hoch keduanya
menggambarkan pasien dengan ciri campuran skizofrenia dan gangguan afektif
(mood).Karena pasiennya tidak mengalami perjalanan demensia prekoks yang
memburuk, Kirby dan Hoch mengklasifikasikan mereka di dalam kelompok psikosis
manic-depresif Emil Kraepelin.
Di tahun 1933 Jacob Kasanin memperkenalkan istilah gangguan
skizoafektif untuk suatu gangguan dengan gejala skizofrenik dan gejala gangguan
mood yang bermakna.Pasien dengan gangguan ini juga ditandai oleh onset gejala
yang tiba-tiba, seringkali pada masa remajanya.Pasien cenderung memiliki tingkat
fungsi premorbid yang baik, dan seringkali suatu stressor yang spesifik mendahului
onset gejala.Riwayat keluarga pasien sering kali terdapat suatu gangguan
mood.Kasanin percaya bahwa pasien memiliki suatu jenis skizofrenia. Dari 1933
sampai kira-kira tahun 1970, pasien yang gejalanya mirip dengan gejala pasien-pasien
Kasanin secara bervariasi diklarifikasi menderita gangguan skizoafektif, skizofrenia
atipikal, skizofrenia dalam remisi, dan psikosis sikloid istilah-istilah yang
menekankan suatu hubungan dengan skizofrenia.
2.2. Definisi
3
2.3. Epidemiologi
2.4. Etiologi
Sulit untuk menentukan penyebab penyakit yang telah berubah begitu banyak
dari waktu ke waktu.Dugaan saat ini bahwa penyebab gangguan skizoafektif mungkin
mirip dengan etiologi skizofrenia.Oleh karena itu teori etiologi mengenai gangguan
skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan lingkungan.
Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat model
konseptual telah diajukan2 :
1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu
tipe gangguan mood
2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari
skizofrenia dan gangguan mood
3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang
berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu
gangguan mood
4
4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok
gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan yang
pertama.
5
episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe
manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang
menonjol. 2
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,
perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala
gangguan suasana perasaan baik itu manik maupu n depresif. 2
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diag nosis
gangguan jiwa (PPDGJ-III) 1 :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang
jelas): 1
6
- delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik
atau mukjizat;
c) Halusinasi Auditorik:
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh.
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada
secara jelas: 1
7
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme.
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh -gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor.
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa s emua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
2.6. Diagnosis
8
episode manik yang bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik untuk
fase aktif dari skizofrenia. Di samping itu, pasien harus memiliki waham atau
halusinasi selama sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejala gangguan mood yang
menonjol.Gejala gangguan mood juga harus diteukan untuk sebagian besar periode
psikotik aktif dan residual. Pada intinya, kriteria dituliskan untuk membantu klinisi
menghindari mendiagnosis suatu gangguan mood dengan ciri psikotik sebagai suatu
gangguan skizoafektif.2
9
DSM-IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien menderita
gangguan skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif, tipe depresif.Seorang
pasien diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah dari tipe
manik atau suatu episode campuran dan episode depresif berat.Selain itu, pasien
diklasifikasikan menderita tipe depresif.
Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah
karena cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-
kondisi lain dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau
membentuk sebagian penyakit skizofrenik yang sudah ada, atau di mana gejala-gejala
itu berada bersama-sama atau secara bergantian dengan gangguan-gangguan waham
menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang sesuai dalam F20-F29.
Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan (mood) pada
gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis gangguan
skizoafektif.1
10
Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik
berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari
keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau
depresif (F30-F33)
Menurut PPDGJ-III :
Pedoman Diagnostik1
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manic yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode
skizoafektif tipe manic.
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak
begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi
dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia,
F20.-pedoman diagnostic (a) sampai (d).
Pedoman diagnostik1
Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif yang
tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar di dominasi
oleh skizoafektif tipe depresif.
11
Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya 2 gejala khas, baik
depresif maupun kelainan prilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk
episode depresif (F 32)
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi
dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia,
F20.-pedoman diagnostic (a) sampai (d).
12
anatomis dan elektroensefalogram untuk memastikan setiap gangguan yang
mungkin.
2.8. Penatalaksanaan
A. Pengobatan Psikososial
Pasien dapat terbantu dengan kombinasi terapi keluarga, latihan
keterampilan sosial, dan rehabilitasi kognitif.Oleh karena bidang
psikiatri sulit memutuskan diagnosis dan prognosis gangguan
skizoafektif yang sebenarnya, ketidakpastian tersebut harus dijelaskan
13
kepada pasien.Kisaran gejala mungkin sangat luas, karena pasien
mengalamaikeadaan psikosis dan variasi kondisi mood yang terus
berlangsung. Anggota keluarga dapat mengalami kesulitan untuk
menghadapi perubahan sifat dan kebutuhan pasien tersebut. 2
B. Pengobatan Farmakoterapi
Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan
skizoafektif adalah dengan pemberian antipsikotik disertai dengan
pemberian antimanik atau antidepresan.Pemberian obat antipsikotik
diberikan jika perlu dan untuk pengendalian jangka pendek.
14
Oral :
Terapi kombinasi
1. Litium karbonat 2x400mg, dinaikan sampai kisaran terapeutik
0,8-1,2 mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis litium karbonat
1200-1800 mg/hari, pada fungsi ginjal normal) atau divalproat
dengan dosis 2x250 mg/har dan dinaikan setiap beberapa hari
hingga kadar plasma mencapai 50-100 mg/L atau
Karbamazepin dengan dosis awal 300-800 mg/hari dan dosis
dapat dinaikan 200 mg setiap dua-empat hari hingga mencapai
kadar plasma 4-12 ug/ML. Sesuia dengan Karbamazepin 800 -
1600 mg/hari atau Lamotrigin dengan dosis 200 -400 mg/hari.
2. Antidepresan, SSRI, misalnya Fluoksetin 1x10 -20 mg/hari.
3. Antipsikotika generasi kedua Olanzapin 1x10-30mg/hari atau
risperidone 2x1-3 mg/hari atau quetiapin hari I (200mg), hari II
(400mg), hari III (600mg) dan seterusnya atau aripirazol 1x10 -
30mg/hari
1. Divalproat 500mg/hari
2. Olanzapin 1x10 mg/hari
3. Quentiapin 450-600 mg/hari
4. Risperidon 1-4 mg/hari
5. Aripirazol 10-20 mg/ hari
6. Klozapin 300-750mg/hari
15
2.9. Prognosis
16
BAB III
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18