Anda di halaman 1dari 19

PAPER

GANGGUAN ANXIETAS FOBIK

Disusun oleh:
Wiratama Nugraha Mokoagow
17360199

Pembimbing:
dr. Elmeida Effendy, M.Ked.Kj, Sp.Kj(K)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PSIKIATRI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT HAJI MEDAN
KOTA MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhanahu

WaTa’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia Nya sehingga kami bisa

menyelesaikan tugas guna memenuhi persyaratan kepanitraan klinik senior di

bagian psikiatri Rumah Sakit Umum Haji Medan dengan judul “Gangguan

Anxietas Fobik”. Shalawat serta salam kami panjatkan kehadirat Nabi

Muhammad Shalallahu A’laihi Wassalam yang telah membawa kita ke zaman

yang penuh ilmu pengetahuan.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada

dosen pembimbing KSS di bagian psikiatri yaitu dr. Elmeida Effendy, M.Ked.Kj,

S.Kj(K). Saya menyadari bahwa dalam penyusun masih terdapat banyak

kekurangan baik dalam cara penulisan maupun penyajian materi. Oleh karena itu,

kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga

bermanfaat bagi penyusunan paper selanjutnya. Semoga paper ini bermanfaat bagi

pembaca dan terutama bagi penyusun.

Medan, November 2018

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 2

2.1. Definisi ....................................................................................................... 2

2.2. Epidemiologi .............................................................................................. 2

2.3. Etiologi ....................................................................................................... 3

2.4. Tanda dan Gejala ........................................................................................ 5

2.5. Pedoman Diagnosis & Klasifikasi Gangguan Disosiatif ............................ 6

2.6. Penatalaksanaan .......................................................................................... 9

2.7. Komplikasi ............................................................................................... 13

2.8. Pencegahan ............................................................................................... 14

2.9. Prognosis .................................................................................................. 14

BAB III KESIMPULAN ................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Ansietas dapat dialami oleh hampir setiap manusia.Ansietas ditandai oleh rasa
ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan samar-samar, disertai gejala
otonomik. Gejala yang ditemukan bervariasi dari setiap orang. Ansietas merupakan
sinyal yang memeringatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan
seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman tersebut.

Setiap orang pernah mengalami ansietas dalam hidupnya. Selama individu


masih dapat mengatasi stresornya, maka ansietas tersebut masih bersifat normal. Jika
tidak, ansietas patologik akan timbul. Ansietas patologik merupakan respons terhadap
ancaman yang sumbernya tidak diketahui, bersifat internal, samar-samar, atau
konfliktual.

Fobia didefinisikan sebagai ketakutan irasional yang menghasilkan


penghindaran secara sadar terhadap objek atau situasi yang ditakuti.Menurut Manual
American Psychiatry Association Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental Edisi
Keempat (DSM-IV), gangguan fobia dapat dibagi menjadi 3 jenis: fobia sosial
(gangguan kecemasan sosial), fobia khusus (sederhana), dan agorafobia.

Gangguan ansietas fobik ditandai dengan adanya ansietas yang dicetus oleh
adanya situasi atau obyek yang jelas (dari luar individu) yang sebenarnya pada saat
kejadian ini tidak membahayakan.Sebagai akibatnya, obyek atau situasi tersebut
dihindari atau dihadapi dengan perasaan terancam

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Menurut Kaplan H.I dan Saddock B.J., cemas didefinisikan sebagai suatu
sinyal yang menyadarkan; ia memeringatkan adanya bahaya yang mengancam
dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman.
Rasa tersebut ditandai dengan gejala otonom seperti nyeri kepala, berkeringat,
palpitasi, rasa sesak di dada, tidak nyaman pada perut, dan gelisah.
Fobia berasal dari bahasa Yunani yaitu Fobos yang berarti
ketakutan.Menurut American Pshyciatryc Association dalam Anxiety Disorder,
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), Fobia
adalah suatu ketakutan yang irasional yang menyebabkan penghindaran yang
disadari objek, aktifitas / situasi yang ditakuti. Reaksi fobia menyebabkan
gangguan pada kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam kehidupannya.
Gangguan anxietas fobik dicetuskan hanya atau secara predominan oleh
adanya situasi atau objek yang jelas, tertentu (dari luar individu itu sendiri).
Anxietas sebenarnya secara umum tidak berbahaya. Sebagai akibatnya adalah
bahwa situasi atau objek demikian secara khusus dihindari dengan perasaan
terancam.

2.2 Epidemiologi
Menurut Martin, Andreas dan Volkmar, Fred. 2007, dalam bukuLewis's
Child and Adolescent Psychiatry: A Comprehensive Textbook, 4th Edition
diperkirakan 5 – 10 % dari seluruh populasi mengalami gangguan ini.
Komorbiditas Survei Nasional melaporkan seumur hidup memperkirakan
prevalensi: 13,3% (dan 4,5%) untuk gangguan kecemasan sosial (sosial fobia),

2
11,3% (dan 5,5%) untuk fobia khas, dan 6,7% (dan 2,3%) untuk agoraphobia.
Terjadinya fobia muncul merata antara ras.
Gangguan ini tampaknya memiliki insiden lebih tinggi pada wanita:
gangguan kecemasan sosial lebih sering terjadi pada wanita, tetapi pria lebih
mencari pengobatan karena masalah karir; fobia spesifik memiliki rasio
perempuan ke laki-laki dari 2:1; dan agoraphobia memiliki perempuan -pria rasio
2-3:1.
Kebanyakan gangguan kecemasan muncul lebih awal dalam kehidupan.
Bahkan, median usia saat onset awal penyakit yang dilaporkan untuk fobia
spesifik (15 y) dan fobia sosial (16 y) daripada untuk agorafobia (29 y). Fobia
spesifik Kebanyakan berkembang selama masa kanak-kanak dan akhirnya
menghilang. Mereka yang masih bertahan hingga dewasa jarang hilang tanpa
pengobatan. Fobia hewan yang paling umum di tingkat sekolah dasar.
.
2.3 Etiologi
Neurobiologi psikologis dan teori-teori serta pola kekeluargaan telah
memberikan kontribusi untuk memahami penyebab yang mendasari gangguan
fobia.
Teori Neurobiologi - gangguan Fobia Sosial
Studi pencitraan fungsional otak individu yang terlibat dalam berbicara di
depan umum menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan kecemasan sosial
(fobia sosial) cenderung overactivate sirkuit yang melibatkan amigdala
(pengenalan wajah, emosi negatif) dan hipokampus, yang mungkin menjadi
substrat untuk respon ketakutan berlebihan. Pada saat yang sama, pasien dengan
gangguan kecemasan sosial menunjukkan peningkatan relatif dalam aktivasi
dorsolateral mereka prefrontal dan temporal, yang mungkin membuat buruknya
kemampuan untuk secara efisien proses (menghambat) respons rasa takut yang
berlebihan.

3
Sebuah tinjauan baru-baru ini dari 48 artikel neuroimaging tentang
gangguan kecemasan sosial menyimpulkan bahwa peningkatan aktivitas pada
daerah limbik dan paralimbic adalah penemuan yang paling konsisten (di teknik
pencitraan) dalam gangguan kecemasan sosial.

Teori Neurobiologik - fobia khas


Reaksi fobia mungkin akibat dari aktivasi pengenalan obyek dan daerah
pengolahan emosional terjadi dengan penghambatan area-area prefrontal yang
bertanggung jawab untuk kontrol kognitif dari memicu emosi.
Sebuah studi PET menunjukkan bahwa respon fobia pada laba-laba (SPP)
dan ular (SnP) fobia meningkatan aliran darah serebral daerah (rCBF) di
amigdala, serebelum, dan korteks visual kiri tetapi mengurangi rCBF dalam,
prefrontal orbitofrontal, ventromedial korteks, somatosensori primer, dan korteks
pendengaran. Sebuah korelasi positif antara aktivasi amigdala dan respons rasa
takut subjektif menekankan pentingnya amigdala dalam rangkaian ketakutan-
fobia.

Teori psikologi
Gangguan kecemasan sosial (fobia sosial) dapat dimulai oleh pengalaman
traumatis sosial (misalnya, malu) atau dengan defisit keterampilan sosial yang
menghasilkan pengalaman negative yang berulang. Sebuah hipersensitivitas
terhadap penolakan, mungkin berhubungan dengan disfungsi serotonergik atau
dopaminergik. Diperkirakan bahwa gangguan kecemasan sosial tampaknya
menjadi interaksi antara biologis dan faktor genetik dan lingkungan.
Fobia tertentu (sederhana) dapat diperoleh dengan pengkondisian,
pemodelan, pengalaman traumatis, atau bahkan mungkin memiliki komponen
genetik (misalnya, darah-cedera fobia).

4
Pola keluarga
Sebuah pola kekeluargaan telah dilaporkan untuk kedua gangguan
kecemasan sosial (sosial fobia) dan fobia khas. Untuk fobia spesifik, kerabat
tingkat pertama tampaknya memiliki peningkatan risiko untuk memiliki fobia
yang sama.

2.4 Tanda dan Gejala


Fobia ditandai oleh kesadaran akan kecemasan yang berat ketika pasien
terpapar situasi atau objek spesifik. DSM-IV-TR menyatakan bila serangan panik
dapat terjadi pada pasien dengan fobia spesifik atau fobia sosial, namun mereka
sudah mengetahui kemungkinan terjadinya serangan panik tersebut. Paparan
terhadap stimulan tertentu dapat mencetuskan terjadinya serangan panik.
Seseorang yang memiliki fobia akan menghindari stimulus fobianya,
bahkan sampai pada taraf yang berlebihan. Contohnya seorang pasien fobia
mungkin menggunakan bus untuk bepergian jarak jauh daripada pesawat terbang.
Seringkali, pasien dengan gangguan fobia juga memiliki masalah dengan
gangguan penggunaan zat-zat terlarang sebagai upaya pelarian mereka dari rasa
cemas tersebut. Selain itu, diperkirakan sepertiga dari seluruh pasien fobia juga
memiliki keadaan depresif yang berat.
Pada pemeriksaan status mental ditandai dengan adanya ketakutan yang
irasional dan ego-distonik terhadap situasi, aktifitas atau objek tertentu. Pasien
umumnya menceritakan bagaimana cara mereka menghindari stimulus tersebut.
Umumnya pasien dengan fobia juga memiliki gejala depresi.

5
2.5 Pedoman Diagnosis dan Klasifikasi Gangguan Anxietas Fobik
F 40 GANGGUAN ANXIETAS FOBIK
Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar
individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak
membahayakan.
Secara subjektif, fisiologik, dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak
berbeda dari anxietas lain dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang berat
(serangan panic).
Anxietas fobik seringkali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu
episode depresif seringkali memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada
sebelumnya. Beberapa episode depresif dapat disertai anxietas fobik yang
temporer, sebaliknya afek depresif seringkali menyertai berbagai fobia,
khususnya agrofobia. Pembuatan diagnosis tergantung dari mana yang jelas-jelas
timbul lebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada saat pemeriksaan.

F 40.0 AGORAFOBIA
PEDOMAN DIAGNOSTIK.
Semua kriteria ini harus dipenuhi untuk :
a. Gejala psikologis/otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer
dari anxietas & bukan merupakan gejala lain yang sekunder seperti waham atau
pikiran obsesif.
b. Anxietas yang timbul harus terutama terjadi dalam sekurang-kurangnya dua
dari situasi berikut :
• Banyak orang
• Tempat-tempat umum
• Bepergian keluar rumah
• Bepergian sendiri
c. Menghindari situasi fobik harus/sudah merupakan gambaran yang menonjol

6
F 40.1 FOBIA SOSIAL
1. Mulai sejak usia remaja
2. Rasa takut diperhatikan oleh orang lain dalam kel yang relatif kecil
3. Menjurus pada perhindaran terhadap situasi sosial yang relatif kecil
4. Menjurus pada penghindaran terhadap situasi sosial
5. Lelaki sama dgn wanita
6. Gambarannya dapat sangat jelas mis. makan di tempat umum, berbicara
didepan umum, menghadapi jenis kelamin lain, hampir semua situasi di luar
keluarga
7. Biasanya disertai dgn harga diri yang rendah dan takut kritik
8. Dapat tercetus sbg : malu (muka merah), tangan gemetar, mual, ingin buang
air kecil & gejala demikian dapat berkembang menjadi serangan panik
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Semua kriteria dibwh ini harus dipenuhi untuk :
• Gejala2 psikologis, perilaku /otonomik harus merupakan manifestasi primer
dari anxietas dan bukan sekundari gejala lain seperti waham / pikiran obsesif
• Anxietas harus hanya terbatas / menonjol pada situasi sosial tertentu saja
• Penghindaran dari situasi fobik harus merupakan gambaran yang menonjol
DIAGNOSIS BANDING
Gangguan depresif & agorafobia sering sulit dibedakan dgn fobia
sosial. Hendaknya diutamakan Diagnosis agorafobia, depresi jgn ditegakkan
kecuali ditemukan sindariom depresif yang lengkap & jelas

F 40.2 FOBIA KHAS (TERISOLASI)


Fobia yang terbatas pada situasi yang sangat spesifik seperti bila :
• Berdekatan dgn binatang tertentu
• Tempat tinggi
• Petir
• Kegelapan

7
• Naik pesawat
• Buang hajat ditempat umum
• Makan makanan tertentu
• Dokter gigi
• Takut melihat darah/luka
• Takut berhubungan dgn penyakit tertentu
Biasanya timbul pada masa kanak-kanak/dewasa muda ; dapat menetap
puluhan tahun bila tdk diobati.
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Semua kriteria yang dibawah ini untuk DIAGNOSIS :
a. Gejala psikologis atau otonomik harus merupakan manifestasi primer dari
anxietas, dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti waham atau pikiran
obsesif
b. Anxietas harus terbatas pada adanya objek situasi fobik tertentu
c. Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya
Termasuk :
– Akrofobia
– Fobia binatang
– Klaustrofobia
– Fobia ujian
– Fobia sederhana
DIAGNOSA BANDING
Gangguan hipokhondriik F 45.2
Gangguan waham F 22.0

F 40.8 gangguan fobik lainnya


F 40.9 Gangguan fobik YTT, termasuk fobia YTT, keadaan Fobik YTT

8
2.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Farmakoterapi - Gangguan Kecemasan Sosial

Pada saat ini, 3 obat disetujui oleh Food and Dariug Administration (FDA)
untuk pengobatan gangguan kecemasan sosial: 2 selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRI) (paroxetine dan sertraline) dan 1 selektif serotonin / norepinefrin
reuptake inhibitor (SNRI) (venlafaxine). Selain itu, placebo-controlled, uji coba
terkontrol secara acak dan tinjauan sistematis menunjukkan bahwa gangguan
kecemasan sosial menanggapi sejumlah SSRI lain (escitalopram, fluoxetine,
fluvoxamine), inhibitor monoamine oksidase (MAOI) phenelzine, dan
moclobemide, inhibitor reversibel monoamina oksidase A (RIMA) (tidak
disetujui di Amerika Serikat).
Pengobatan Akut
Memulai pengobatan untuk gangguan kecemasan sosial dengan SSRI, dan
titrasi dengan dosis efektif minimum. SSRI dosis dapat ditingkatkan jika respon
parsial atau tidak ada. pada 6 minggu-dosis dapat ditingkatkan setiap 2 minggu
sampai dosis maksimum tercapai.
Gagal pada terapi ini, pasien kadang-kadang memiliki respon terhadap
potensi tinggi benzodiazepin (clonazepam), calcium channel blockers alpha2delta
(gabapentin dan pregabalin), levetiracetam, antiepilepsi, dan olanzapine
antipsikotik, atau SSRI / pengobatan kombinasi benzodiazepin.
Pengobatan dengan khasiat terbukti termasuk serotonin (5-HT) buspirone
1A agonis parsial, atenolol beta blocker, dan antidepresan trisiklik (TCA)
imipramine.

9
Pengobatan jangka panjang
Data pengobatan jangka panjang dari double-blind, uji coba terkontrol
secara acak untuk gangguan kecemasan sosial yang terus menunjukkan SSRI atau
venlafaxine penanganan sampai 6 bulan dapat menghasilkan tingkat respons
pengobatan meningkat.
Beta-blocker, clonidine, dan buspirone biasanya tidak membantu untuk
pengobatan jangka panjang gangguan kecemasan sosial. Pertimbangkan
penurunan dosis obat perlahan-lahan setelah 6-12 bulan respon penuh. Jika gejala
terulang kembali maka restart terapi.

2. Farmakoterapi – Fobia Khas

Untuk saat ini, tidak ada studi terkontrol menunjukkan kemanjuran


intervensi Psychopharmacologic untuk fobia spesifik. Pengetahuan klinis
menunjukkan bahwa, sesuai kebutuhan, penggunaan benzodiazepin short-acting
mungkin berguna untuk bantuan kecemasan sementara dalam situasi tertentu
(misalnya, tepat sebelum naik pesawat untuk pasien yang menderita takut
terbang).

3. Farmakoterapi – Agoraphobia

Placebo-controlled uji klinis telah menunjukkan bahwa agoraphobia,


khususnya gejala-gejala panik, menanggapi pengobatan dengan selective
serotonin reuptake inhibitor (SSRI) (yaitu, escitalopram, citalopram, fluoxetine,
fluvoxamine, paroxetine, sertraline), venlafaxine dan reboxetine, beberapa
antidepresan trisiklik (TCA) (clomipramine dan imipramine), dan beberapa
benzodiazepin (alprazolam, lorazepam, diazepam, dan clonazepam).
Pengobatan Akut
Pengobatan untuk agorafobia harus dimulai dengan SSRI pada dosis
rendah, dan kemudian dititrasi ke dosis efektif minimum untuk mengendalikan

10
panik pasien. Benzodiazepin dapat digunakan baik sebagai tambahan atau sebagai
pengobatan primer;. Namun, benzodiazepin biasanya tidak dipilih sebagai
pengobatan lini pertama karena potensi untuk penyalahgunaan. Jika pasien
memiliki serangan panik sering dan tidak ada riwayat penyalahgunaan zat,
benzodiazepin dapat digunakan.
Jika respon minimal atau tidak ada setelah 6 minggu, dosis SSRI dapat
lebih ditingkatkan setiap 2 minggu sampai dosis maksimal respon tercapai.
Respon parsial atau tidak ada pada pertimbangan dosis tertinggi SSRI maka
lakukan alternatif berikut: beralih ke SSRI yang berbeda atau mengubah ke agen
dari kelas obat yang berbeda, termasuk SNRI venlafaxine, noradrenalin reuptake
inhibitor (SNRI) reboxetine, atau TCA.
Long-acting benzodiazepin (misalnya, diazepam, clonazepam) diresepkan
karena lebih disukai karena lebih rendah potensi adiktif, dosis dapat ditingkatkan
setiap 2-3 hari sampai gejala panik pasien dikendalikan atau maksimum dosis
tercapai. Pertimbangkan untuk menggunakan agen short-acting alprazolam untuk
penggunaan jangka pendek untuk mengontrol gejala akut panik.

Pengobatan jangka panjang


Double-blind studi menunjukkan bahwa penggunaan SSRI atau
clomipramine 12-52 minggu memiliki respons yang baik. Untuk pasien dengan
respon yang baik,. Pengobatan harus dilanjuntukan selama 9-12 bulan sebelum
mempertimbangkan penurunan dosis obat. Apabila gejala berulang, pengobatan
harus terus dilanjutkan.

4. PSIKOTERAPI

Terapi perilaku dan terapi perilaku kognitif (CBT) telah menunjukkan efikasi
melalui studi dikendalikan. Komputerisasi CBT (FearFighter) telah

11
direkomendasikan untuk panik dan fobia oleh Institut Nasional untuk Kesehatan
dan pedoman Clinical Excellence (NICE).
Terapi psikodinamik (atau wawasan yang berorientasi terapi) jarang
diindikasikan sebagai pengobatan eksklusif untuk fobia, dan pengobatan ini
sekarang banyak digunakan untuk kasus-kasus gangguan fobia yang dengan
gangguan kepribadian.
Prognosis ditentukan oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
• Keparahan diagnosis
• Tingkat fungsi sebelum timbulnya gejala
• Tingkat motivasi untuk pengobatan
• Tingkat dukungan (misalnya, keluarga, teman, pekerjaan, sekolah)
• Kemampuan untuk mematuhi pengobatan dan / atau rejimen
psikoterapi

Psikoterapi - Gangguan Kecemasan Sosial


Dalam sebuah uji coba kecil secara acak 12-minggu., pelatihan
berbasis sekolah menggabungkan terapi eksposur dan pelatihan keterampilan
sosial sangat efektif untuk remaja berusia 14-16 tahun dengan gangguan
kecemasan sosial.

Psikoterapi - Fobia Spesifik


Sebuah terapi perilaku kognitif (CBT) berbasis pendekatan, termasuk
desensitisasi bertahap, adalah pengobatan yang paling umum digunakan untuk
fobia spesifik. Pengobatan lain meliputi relaksasi dan teknik pernapasan
kontrol.
Dalam satu studi, setelah berhasil menyelesaikan program CBT 4-sesi,
pasien dengan fobia spesifik tidak lagi menunjukkan Resonance Imaging
signifikan magnetik fungsional (fMRI) aktivasi di daerah prefrontal atau
parahippocampal, mendukung pandangan bahwa psikoterapi yang efektif

12
dapat menormalkan disfungsi dalam yang neurocircuitry terkait dengan
kecemasan dan fobia.

Psikoterapi – Agoraphobia
Sebuah penelitian tentang meta-analisis menunjukkan bahwa
kombinasi terapi pemaparan, relaksasi, dan latihan pernapasan kembali
bekerja lebih baik daripada intervensi psikologis lainnya untuk gangguan
panik dengan dan tanpa agoraphobia.

Pertimbangan Khusus
Pasien dengan gangguan kecemasan sosial (fobia sosial) biasanya
sampai menyebabkan gangguan perilaku seperti keinginan bunuh diri, isolasi
sosial, dan penyalahgunaan zat.
Pasien dengan agoraphobia berat mungkin hanya berada di rumah saja
dan karena itu pasien tidak mencari bantuan medis. Pasien dengan serangan
panik secara bersamaan berada pada risiko tinggi untuk penyalahgunaan zat
dan bunuh diri.

2.7 Komplikasi

Jika tidak diobati, gangguan kecemasan sosial (fobia sosial) atau agorafobia
dapat mengakibatkan morbiditas yang luar biasa. Pasien menjadi terbatas pada
lingkungan yang paling akrab (misalnya, rumah) atau orang yang paling dipercaya
(misalnya, anggota keluarga, pasangan). Oleh karena itu, kemampuan untuk bekerja
dan berhubungan dengan orang lain secara signifikan terganggu. Selain itu, ada risiko
yang signifikan dari penyalahgunaan zat dengan tingkat isolasi, dan berdasarkan pada
studi kohort prospektif, gangguan kecemasan sosial telah dikaitkan dengan
peningkatan risiko untuk depresi berikutnya.

13
Fobia Khas telah dikaitkan dengan peningkatan risiko usaha bunuh diri.
Individu juga menjadi terbatas dalam aktivitas sehari-hari karena menghindari
bangunan (dalam kasus acrophobia), lift (dalam kasus claustrophobia), atau bahkan
rumput mereka sendiri (misalnya, takut ular). Biasanya, keluhan kurang terlihat pada
fobia spesifik dibandingkan gangguan kecemasan sosial atau agorafobia.

2.8 Pencegahan
Eksposur pada anak usia dini (misalnya, pengalaman menakutkan dengan
anjing) dapat mempengaruhi seorang anak untuk perkembangan gejala fobia.
Intervensi (psikoterapi atau obat) pada tahap awal pengembangan gejala mungkin
bermanfaat dalam mencegah memburuknya gejala.

2.9 Prognosis

 75% penderita fobia spesifik dapat mengatasi ketakutannya dengan terapi


kognitif perilaku
 80% penderita fobia sosial membaik dengan farmakoterapi, terapi kognitif
perilaku atau kombinasi
 Agora fobia dengan gangguan panik yang diterapi:
o 30—40%: bebas gejala untuk waktu yang lama
o 50%: gejala ringan yang tidak mengganggu kehidupan sehari-hari
o 10—20%: tidak membaik

14
BAB III
KESIMPULAN

Gangguan anxietas fobik dicetuskan secara predominan oleh adanya


situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri). Anxietas sebenarnya
secara umum tidak berbahaya. Sebagai akibatnya situasi atau objek secara khusus
dihindari dengan perasaan terancam. gangguan fobia dapat dibagi menjadi 3
jenis: fobia sosial (gangguan kecemasan sosial), fobia khusus (sederhana), dan
agoraphobia.
Pada pemeriksaan status mental ditandai dengan adanya ketakutan yang
irasional dan ego-distonik terhadap situasi, aktifitas atau objek tertentu. Pasien
umumnya menceritakan bagaimana cara mereka menghindari stimulus tersebut.
Umumnya pasien dengan fobia juga memiliki gejala depresi.
Penatalaksanaan gangguan anxietas fobik yaitu dengan farmakoterapi dan
psikoterapi. Prognosis gangguan fobia ditentukan tergantung pada perilaku fobia
apakah dapat mengganggu fungsi kemampuan seseorang, ketergantungan
finansial pada orang lain dan gangguan dalam kehidupan sosial, pekerjaan, dan
akademik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A. dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 1. Media


Aesculapius: Jakarta.

Departemen Kesehatan R.l. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan


Jiwa di Indonesia III, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 1993: 171 -195.

Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J, Grebb, Jack A. (2002). Sinopsis


Psikiatri Ilmu Pengetahuan Psiatri Klinis. Jakarta : Binarupa Aksara.

Maslim R, editor. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari


PPADAGJ-III. Hal : 72-73

Tomb, D. 2004. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. EGC : Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai