Oleh:
Preseptor:
Dr. dr. Yaslinda Yaunin Sp.KJ
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M DJAMIL PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas laporan bed site
teaching dengan judul “Skizoafektif Tipe Campuran” ini dapat kami
selesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan Bed Site Teaching ini ditulis untuk menambah
pengetahuan dan wawasan penulis mengenai Skizoafektif Tipe Campuran,
serta menjadi salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan kepaniteraan
klinik senior di bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu dalam pembuatan laporan ini, khususnya Dr. dr.
Yaslinda Yaunin, Sp.KJ sebagai preseptor yang telah bersedia meluangkan
waktu dan memberikan saran, perbaikan dan bimbingan kepada kami.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan-rekan sesama
dokter muda dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penyusunan laporan kasus ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu
disini.
Dengan demikian, kami berharap laporan ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan serta meningkatkan pemahaman semua pihak
tentang Skizoafektif Tipe Campuran.
Padang, 25 Juli
2020
Penulis
2.1 Definisi
Gangguan skizoafektif merupakan penyakit dengan gejala psikotik yang
persisten, seperti halusinasi atau delusi, yang terjadi bersama-sama dengan
masalah suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran.1
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya ditegakkan apabila gejala‐gejala definitif
dari skizofrenia dan gangguan afektif sama‐ sama menonjol pada saat yang
bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode yang
sama.2,3
2.2 Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1 persen,
kemungkinan berkisar 0,5 sampai 0,8 persen. Namun, gambaran tersebut
merupakan perkiraan oleh karena berbagai studi mengenai gangguan skizoafektif
menggunakan berbagai macam kriteria diagnosis. Pada praktis klinis, diagnosis
permulaan gangguan skizoafektif sering digunakan bila seorang klinisi tidak yakin
4,6,7
akan diagnosis.
Insiden pada pria lebih rendah daripada wanita. Onset umur pada wanita
lebih besar daripada pria. Pada usia tua gangguan skizoafektif tipe depresif lebih
sering, sedangkan untuk usia muda lebih sering gangguan skizoafektif tipe
bipolar. Laki- laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan
7,8
perilaku antisosial.
2.3 Etiologi
Etiologi gangguan skizoafektif masih belum diketahui hingga saat ini.
Namun, diyakini terdapat beberapa faktor yang terlibat untuk terjadinya gangguan
skizoafektif. Beberapa penelitian dilakukan untuk mencari penyebab gangguan
skizoafektif, diantaranya mencakup peran gender, riwayat keluarga, dan lainnya.8-
10
a. Peran gender
Data dari suatu penelitian menyatakan bahwa perempuan berisiko lebih tinggi
untuk skizofrenia dan gangguan afektif lainnya dibandingkan dengan laki- laki.
2.5.2 Mania2
a. Rasa percaya diri yang berlebihan atau grandiositas.
b. Kebutuhan untuk tidur yang berkurang .
c. Lebih banyak bicara dari pada biasanya, atau tekanan untuk
terus bicara.
d. Gagasan berlompat (flight of ideas) atau pengalaman subjektif
bahwa pikiran seperti berlomba-lomba.
e. Distraktibilitas (pikiran mudah teralih pada stimulus eksternal
yang tidak penting atau tidak relevan), seperti yang
dilaporkan atau diamati.
f. Peningkatan kegiatan bertujuan (baik secara sosial, di tempat
kerja atau di sekolah, atau secara seksual) atau agitasi
psikomotor (kegiatan yang sia- sia/tidak bertujuan).
g. Keterlibatan berlebih dalam kegiatan dengan potensi tinggi
konsekuensi menyakitkan (contoh, belanja berlebihan,
berhubungan seksual tanpa pertimbangan, investasi bisnis
yang merugikan.
2.5.3 Skizofrenia2
Pedoman diagnosis skizofrenia adalah sebagai berikut:
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a) “thought echo”, isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau
“thought insertion or withdrawal”, isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
“thought broadcasting”, isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya
a. Psikofarmaka
Farmakoterapi untuk mengatasi gejala skizoafektif tipe manik yaitu
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat
moodstabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Carbamazepine adalah
obat antikejang yang digunakan sebagai stabilizer mood. Cara kerja mood
stabilezer yaitu membantu menstabilkan kimia otak tertentu yang disebut
neurotransmitters yang mengendalikan temperamen emosional dan perilaku dan
menyeimbangkan kimia otak tersebut sehingga dapat mengurangi gejala gangguan
kepribadian borderline. Efek samping carbamazepine dapat menyebabkan mulut
kering dan tenggorokan, sembelit, kegoyangan, mengantuk, kehilangan nafsu
makan, mual, dan muntah. Karbamazepin tidak boleh digunakan bersama dengan
inhibitor monoamine oxidase (MAOIs ). Hindari minum alkohol saat mengambil
carbamazepine. Hal ini dapat meningkatkan beberapa efek samping
carbamazepine yaitu dapat meningkatkan risiko untuk kejang.1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial) : Tn. PF
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 22th
Nomor Rekam Medis :-
Agama : Islam
Suku Bangsa : Minangkabau
Pendidikan Terakhir : SMA
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Sawahlunto
Kewarganegaraan : Indonesia
II. KETERANGAN DIRI ALLO/ INFORMAN
Nama (inisial) :-
Jenis Kelamin :-
Hubungan dengan pasien :-
Keakraban dengan pasien :-
Kesan pemeriksa/dokter terhadap keterangan yang
diberikannya : (Dapat dipercaya / kurang dapat
dipercaya)
Kakak kandung pasien, pada tanggal 24 Februari 2019 melalui wawancara via
telepon.
yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
2. Sebab utama
Pasien mengamuk sehingga dibawa ke rumah sakit secara paksa
Pasien ada riwayat mengonsumsi alkohol dan ada riwayat menggunakan NAPZA
sekama ini.
Orang tua
IDENTITAS Keterangan
Bapak Ibu
Pendidikan - -
Tangga
Biasa Biasa
Kurang Kurang
Dan lain-lain - -
jawab ( - ).
c) Saudara
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
1. Lk/ Pr (- tahun)
2. Lk/ Pr (- tahun)
4. Lk/ Pr (- tahun)
Ket:
yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :
Bapak - - -
Ibu - - -
Saudara
1 - - -
2 - - -
4 - - -
- Keadaan melahirkan :
d) Toilet training
g) Masa Sekolah
i) Riwayat Pekerjaan ( - )
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-) , rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.
ai : atas indikasi
Merasa akan ditipu atau dirugikan (-), kewaspadaan berlebihan (-), sikap
berjaga-jaga atau menutup-nutupi (-), tidak mau menerima kritik (-),
meragukan kesetiaan orang lain (-), secara intensif mencari-cari kesalahan
Paranoid
dan bukti tentang prasangkanya (-), perhatian yang berlebihan terhadap
motif-motif yang tersembunyi (-), cemburu patologik (-), hipersensifitas (-
), keterbatasan kehidupan afektif (-).
Pikiran gaib (-), ideas of reference (-), isolasi sosial (-), ilusi berulang (-),
Skizotipal pembicaraan yang ganjil (-), bila bertatap muka dengan orang lain tampak
dingin atau tidak acuh (-).
Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya tidak mampu,
tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain (-), kengganan untuk
terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin disukai (-), preokupasi
Menghindar
yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial (-),
menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik (-) , tidak didukung atau ditolak (-)
Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan (-), preokupasi pada hal-
hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi dan jadwal (-),
perfeksionisme (-), ketelitian yang berlebihan (-), kaku dan keras kepala (-
),pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga
Anankastik
menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal (-),
pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis caranya
mengerjakan sesuatu (-), keterpakuan yang berlebihan pada kebiasaan sosial
(-) dan lain-lain.
Penampilan
Sikap tubuh:
Biasa (+), diam (-), aneh (-), sikap tegang (-), kaku (-), gelisah (-),
kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (-), berpakaian sesuai
gender (+).
Cara berpakaian:
Rapi (+ ), biasa (+), tak menentu (-), sesuai dengan situasi (+), kotor (-),
kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)*
Kesehatan fisik:
Sehat (+), pucat (-), lemas (-), apatis (-), telapak tangan basah (-), dahi
berkeringat (-), mata terbelalak (- ).
Kontak psikis
Dapat dilakukan (+), tidak dapat dilakukan (-), wajar (+), kurang wajar
(-), sebentar (-), lama (+).
Sikap
Kooperatif (+), penuh perhatian (+), berterus terang (+), menggoda (-
), bermusuhan (-), suka main-main (-), berusaha supaya disayangi (-),
selalu menghindar (-), berhati-hati (-), dependen (-), infantil (-), curiga (-),
pasif (-), dan lain-lain.
Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
Cara berjalan : biasa (+), sempoyongan (-), kaku (-), dan lain-lain
Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-
), rigiditas katatonik (-), posturing katatonik (-), cerea flexibilitas (-),
negativisme (-), katapleksi (-), stereotipik (-), mannerisme (-),
otomatisme. (-), otomatisme perintah (-), mutisme (-), agitasi
C. Emosi
1. Hidup emosi
Stabilitas (stabil/tidak), pengendalian (adekuat/tidak adekuat), echt/unecht,
dalam/dangkal, skala diffrensiasi ( sempit/luas), arus emosi
(biasa/lambat/cepat).
2. Afek
Afek appropriate/ serasi (+), afek inappropriate/ tidak serasi. (-), afek
tumpul (-), afek yang terbatas (-), afek datar (-), afek yang labil (-).
3. Mood
Mood eutimik (+), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive
mood) (-), mood yang iritabel (-), mood yang labil (swing mood) (-), mood
meninggi (elevated mood/ hipertim) (-), euforia (-), ectasy (-), mood depresi
(hipotim) (-), anhedonia (-), duka cita (-), aleksitimia (-), elasi (-), hipomania (-),
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 25
mania(-), melankolia (-), La belle indifference (-), tidak ada harapan (-).
4. Emosi lainnya
Ansietas (-), free floating-anxiety (-), ketakutan (-), agitasi (-), tension
(ketegangan) (-), panik (-), apati (-), ambivalensi (-), abreaksional (-), rasa malu
(-), rasa berdosa/ bersalah (-), kontrol impuls (-).
5. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia (-), hiperfagia (-), insomnia (-), hipersomnia (-), variasi diurnal (-),
penurunan libido (-), konstispasi (-), fatigue (-), pica (-
), pseudocyesis (-), bulimia (-).
E. Persepsi
Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-),
Halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (+), halusinasi olfaktorik (-),
halusinasi gustatorik (-), halusinasi taktil (-), halusinasi somatik (-),
halusinasi liliput (-), halusinasi sejalan dengan mood (-), halusinasi
yang tidak sejalan dengan mood (-), halusinosis (-), sinestesia (-),
halusinasi perintah (command halusination) (-), trailing phenomenon (-
).
Ilusi (-)
Depersonalisasi (-), derealisasi (-)
F. Mimpi dan Fantasi
Mimpi: Pasien bermimpi memenangkan hadiah lotre pada tahun 2016
G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat
(baik/ terganggu), orientasi personal (baik/ terganggu),
orientasi situasi (baik/ terganggu).
Atensi (perhatian) (+), distractibilty (-), inatensi selektif (-),
hipervigilance (-), dan lain-lain
Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi ( baik/ terganggu )
Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/
remote (-), gangguan memori jangka menengah/ recent past
(-), gangguan memori jangka pendek/ baru saja/ recent (-),
gangguan memori segera/ immediate (-). Amnesia (-),
konfabulasi (-), paramnesia (-).
H. Dicriminative Insight
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I. Discriminative Judgement :
Judgment tes :tidak terganggu
Judgment sosial :tidak terganggu
VII. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya
Tidak ada
orang lain.
d. Pada tahun 2016, pasien pernah melakukan usaha bunuh diri namun
f. Pada tahun 2019, pasien mencoba bunuh diri dengan meminum banyak
g. Pada November 2019. Pasien kembali overdosis obat diet yang tengah
h. Pada tahun 2020, pasien yang sedang menjalani rawat jalan tidak
mandir, suka berbicara sendiri, dan menangis tiba tiba saat malam hari.
j. Pasien masih di rawat hingga pada hari pemeriksaan yakni 24 Juli 2020
pengobatannya.
pasien, pasien tidak akrab dengan ayah dan kaka pertama pasien. Pasien
m. Pasien memiliki riwayat pernah di bully selama usia sekolah mulai dari
produktivitas bicara biasa, afek sesuai, mood eutim, proses pikir koheren,
X. Formulasi Diagnosis
kesimpulan bahwa pada pasien ini ditemukan gangguan dalam perilaku pasien
yaitu melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang
lain, melakukan tindakan kekerasan, akibat putus obat. Ditemukan juga pasien
suka bingung, jalan mondar-mandir, suka berbicara sendiri, dan menangis tiba
produktivitas bicara banyak, kecepatan bicara biasa dan mood euertim, ada
kepribadian (Axis II). Pada pasien ini tidak ditemukan kondisi medis umum
yang bermakna sehingga tidak ada diagnosis pada axis III. Pada pasien
penilaian GAF (Global Assesment of Functional Scale) saat ini pasien berada
C. Psikoterapi
Kepada pasien:
Psikoterapi suportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistik kepada pasien,
membantu pasien mengidentifikasi faktor pencetus dan membantu memberi
solusi dari permasalahan pribadinya secara terarah.
Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang
dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan yang semakin
efektif untuk mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan segera
mendapatkan pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari
bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
Kepada keluarga:
Psikoedukasi
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan edukatif
tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan antara gejala dan
perilaku, perjalanan penyakit, serta prognosis). Pada akhirnya, diharapkan
keluarga bisa mendukung proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan.
Serta menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang
membutuhkan pengobatan yang lama dan berkelanjutan.
Terapi
Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien (kegunaan
obat terhadap gejala pasien dan efek samping yang mungkin timbul pada
pengobatan). Selain itu, juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan
DISKUSI