Anda di halaman 1dari 38

Bed Site Teaching

Hari/ tanggal: Jum’at/ 24 Juli 2020

F25.2 Skizoafektif Tipe Campuran

Oleh:

Hamdani Alfian 1940312117 P. 2992


Nadia Rizki Shabrina 1940312112 P. 2995

Preseptor:
Dr. dr. Yaslinda Yaunin Sp.KJ

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M DJAMIL PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas laporan bed site
teaching dengan judul “Skizoafektif Tipe Campuran” ini dapat kami
selesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan Bed Site Teaching ini ditulis untuk menambah
pengetahuan dan wawasan penulis mengenai Skizoafektif Tipe Campuran,
serta menjadi salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan kepaniteraan
klinik senior di bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu dalam pembuatan laporan ini, khususnya Dr. dr.
Yaslinda Yaunin, Sp.KJ sebagai preseptor yang telah bersedia meluangkan
waktu dan memberikan saran, perbaikan dan bimbingan kepada kami.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan-rekan sesama
dokter muda dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penyusunan laporan kasus ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu
disini.
Dengan demikian, kami berharap laporan ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan serta meningkatkan pemahaman semua pihak
tentang Skizoafektif Tipe Campuran.

Padang, 25 Juli

2020

Penulis

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR… ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN… ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
1.3 MetodePenulis ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian. ............................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
2.1 Definisi........... ..................................................................................... 3
2.2 Epidemiologi ....................................................................................... 3
2.3 Etiologi… ............................................................................................ 3
2.4 Manifestasi klinis ................................................................................ 4
2.5 Diagnosis. ............................................................................................ 7
2.6 Jenis-jenis Skizoafektif........................................................................9
2.7 Tatalaksana Skizoafektif .................................................................... 9
2.8 Prognosis ............................................................................................ 11
BAB 3 LAPORAN Bed Site Teaching ................................................................. 12
LAMPIRAN .......................................................................................................... 41

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan skizoafektif merupakan kelainan mental yang rancu


ditandai dengan adanya gejala gangguan afektif. Gangguan skizoafektif
adalah penyakit dengan gejala psikotik yang persisten, seperti halusinasi
atau delusi, terjadi bersama-sama dengan masalah suasana (mood disorder)
seperti depresi, manik, atau episode. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya
ditegakkan apabila gejala‐gejala definitif dari skizofrenia dan gangguan
afektif sama‐ sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam
beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode yang sama. Sebagian
diantara pasien gangguan skizoafektif mengalami episode skizoafektif
berulang, baik yang tipe manik, depresif, maupun campuran.1, 2
Prevalensi seumur hidup pada gangguan skizoafektif adalah <1%
dengan kemungkinan rentan 0,5-0,8%, dengan angka tersebut lebih rendah
pada pria dibandingkan pada wanita. Onset terjadinya gangguan pada wanita
usianya lebih besar dibanding pada pria. Laki-laki dengan gangguan
skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan mempunyai
afek tumpul yang nyata atau tidak sesuai.1,3,4
Pada skizoafektif tipe depresi didapatkan gejala yang khas dari
skizofrenia dengan gejala depresi seperti afek depresi, hilangnya minat dan
kegembiraan, berkurangnya energi menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah, konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan
masa depan yang suram dan pesimis, gagasan yang membahayakan diri
sendiri dan orang lain, tidur terganggu, dan nafsu makan berkurang.2
Pada skizoafektif tipe manik didapatkan gejala yang khas dari
skizofrenia dengan gejala manik seperti rasa percaya diri yang berlebihan
atau grandiositas, kebutuhan untuk tidur yang berkurang, lebih banyak
bicara daripada biasanya, gagasan berlompat (flight of ideas), distraktibilitas
(pikiran mudah teralih pada stimulus eksternal yang tidak penting atau tidak

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1


relevan), hiperaktivitas, melakukan perbuatan yang tidak berguna atau
meruguikan.2
Prognosis pasien beragam tergantung dari faktor risiko yang dimiliki
oleh pasien itu sendiri. Penatalaksanaan secara komprehensif sampai ke
lingkungan tempat tinggal pasien sangat mempengaruhi proses perbaikan
fungsi pasien, sehingga dibutuhkan sekali dukungan dari keluarga ataupun
masyarakat kepada pasien dengan skizofrenia supaya tidak menjadi beban
bagi keluarga ataupun masyarakat. Pengobatan skizoafektif terdiri dari
pengobatan secara psikofarmaka dan psikoterapi. Gangguan skizoafektif
berespon baik pada pengobatan dengan obat antipsikotik atau/dan obat mood
stabilizer. Edukasi pada penderita dan keluarga juga tidak kalah penting
sebagai salah satu terapi pada gangguan skizoafektif.5 Maka dibutuhkan
penatalaksanaan secara komprehensif untuk mempengaruhi proses
kesembuhan pasien. Oleh karena itu penting bagi klinisi untuk memahami
gangguan skizoafektif tipe campuran lebih jauh lagi.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari pembuatan Laporan ini adalah untuk mempelajari,
memahami, dan menelaah kasus yang berhubungan dengan definisi,
epidemiologi, etiologi, gambaran klinis, diagnosis, tatalaksana, dan
prognosis skizoafektif tipe campuran.
1.3 Metodologi Penulisan
Metode penulisan Bed Site Teaching berupa tinjauan kepustakaan
merujuk kepada berbagai literatur.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan Bed Site Teaching adalah menambah wawasan
pengetahuan mengenai skizoafektif tipe campuran.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gangguan skizoafektif merupakan penyakit dengan gejala psikotik yang
persisten, seperti halusinasi atau delusi, yang terjadi bersama-sama dengan
masalah suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran.1
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya ditegakkan apabila gejala‐gejala definitif
dari skizofrenia dan gangguan afektif sama‐ sama menonjol pada saat yang
bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode yang
sama.2,3
2.2 Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1 persen,
kemungkinan berkisar 0,5 sampai 0,8 persen. Namun, gambaran tersebut
merupakan perkiraan oleh karena berbagai studi mengenai gangguan skizoafektif
menggunakan berbagai macam kriteria diagnosis. Pada praktis klinis, diagnosis
permulaan gangguan skizoafektif sering digunakan bila seorang klinisi tidak yakin
4,6,7
akan diagnosis.
Insiden pada pria lebih rendah daripada wanita. Onset umur pada wanita
lebih besar daripada pria. Pada usia tua gangguan skizoafektif tipe depresif lebih
sering, sedangkan untuk usia muda lebih sering gangguan skizoafektif tipe
bipolar. Laki- laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan
7,8
perilaku antisosial.
2.3 Etiologi
Etiologi gangguan skizoafektif masih belum diketahui hingga saat ini.
Namun, diyakini terdapat beberapa faktor yang terlibat untuk terjadinya gangguan
skizoafektif. Beberapa penelitian dilakukan untuk mencari penyebab gangguan
skizoafektif, diantaranya mencakup peran gender, riwayat keluarga, dan lainnya.8-
10

a. Peran gender
Data dari suatu penelitian menyatakan bahwa perempuan berisiko lebih tinggi
untuk skizofrenia dan gangguan afektif lainnya dibandingkan dengan laki- laki.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


Namun, data ini tidak sepenuhnya dapat diandalkan karena dibandingkan dengan
laki-laki, wanita lebih sering depresi dan butuh faktor familial untuk menderita
gangguan tersebut.8,10
b. Riwayat keluarga
Suatu penelitian dilakukan untuk mengobservasi jika terdapat pola tertentu
riwayat keluarga pada pasien dengan gangguan skizoafektif dibandingkan dengan
pasien dengan gangguan bipolar dan skizofrenia. Akan tetapi, dari hasil penelitian
ternyata tidak terdapat perbedaan antara pasien laki-laki dan perempuan ketika
diperiksa riwayat keluarga. Selain itu, juga ditemukan bahwa gangguan
skizoafektif berhubungan dengan adanya bipolar dan skizofrenia diantara kerabat
tingkat pertama.8
2.4 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya skizoafektif belum diketahui apakah merupakan
suatu patologi yang terpisah dari skizofrenia dan gangguan mood atau
merupakan gabungan dari keduanya yang terjadi secara bersamaan. Jika merujuk
pada kemungkinan kedua, maka telah diketahui neurobiologi baik fungsional
ataupun struktural yang terlibat dalam gangguan ini.1
2.5 Manifestasi Klinis
2.5.1 Depresi2
Kriteria diagnostik:
Episode depresi harus memenuhi gejala berikut yaitu gejala utama (mayor)
dan gejala lainnya (minor). Adapun gejala mayor yaitu:
a. Afek depresif
b. Kehilangan minat dan kegembiraan
c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah
kerja sedikit saja) dan menurunnya aktifitas.
Gejala minor meliputi:
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan yang membahayakan diri sendiri dan orang lain
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang.

2.5.2 Mania2
a. Rasa percaya diri yang berlebihan atau grandiositas.
b. Kebutuhan untuk tidur yang berkurang .
c. Lebih banyak bicara dari pada biasanya, atau tekanan untuk
terus bicara.
d. Gagasan berlompat (flight of ideas) atau pengalaman subjektif
bahwa pikiran seperti berlomba-lomba.
e. Distraktibilitas (pikiran mudah teralih pada stimulus eksternal
yang tidak penting atau tidak relevan), seperti yang
dilaporkan atau diamati.
f. Peningkatan kegiatan bertujuan (baik secara sosial, di tempat
kerja atau di sekolah, atau secara seksual) atau agitasi
psikomotor (kegiatan yang sia- sia/tidak bertujuan).
g. Keterlibatan berlebih dalam kegiatan dengan potensi tinggi
konsekuensi menyakitkan (contoh, belanja berlebihan,
berhubungan seksual tanpa pertimbangan, investasi bisnis
yang merugikan.
2.5.3 Skizofrenia2
Pedoman diagnosis skizofrenia adalah sebagai berikut:
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a) “thought echo”, isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau
“thought insertion or withdrawal”, isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
“thought broadcasting”, isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


b) “delusion of control”, waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
“delusion of influence”, waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

“delusion of passivity”, waham tentang dirinya tidak berdaya dan


pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang “dirinya” secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan
khusus);
“delusional pereception”, pengalaman indrawi yang tidak wajar,
yang bermaknsa sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistis
atau mukjizat
c) Halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau
- mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara) atau
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari satu bagian tubuh
d) Waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil
2. Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
a) halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh
ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
terus menerus;
b) arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
c) perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6


posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativism, mutisme, dan stupor;
d) gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi aatau medikasi neuroleptika
3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik)
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall) quality dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tidak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed
attitude), dan penarikan diri secara sosial.
2.6 Diagnosis
Beberapa pasien mungkin salah didiagnosis, mereka sebenarnya menderita
skizofrenia dengan gejala mood yang menonjol atau memiliki gangguan mood
dengan gejala psikotik yang menonjol. Prevalensi skizofrenia tidak meningkat
pada keluarga skizoafektif, tetapi prevalensi meningkat pada gangguan mood.
Pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebih baik daripada
pasien dengan skizofrenia, dan prognosis yang lebih buruk pada pasien dengan
gangguan mood.1,10
2.6.1 Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ III 2
 Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala gejala
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama sama menonjol
pada saat yang bersamaan (simultaneuously), atau dalam beberapa
hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang
sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit
tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau
depresif.
 Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala
skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7
berbeda.
 Bila seseorang pasien skizofrenik menunjukan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4
(Depresi pasca skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami
episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun
depresif (F.25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain
mengalami satu atau dua episode skizoafektif terselip diantara episode
manik atau depresif (F30-F33).
2.6.2 Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan DSM V 2,11
 Suatu periode penyakit yang tidak terputus di mana terdapat episode
mood yang menonjol (depresi berat atau manik) bersamaan dengan
Kriteria A dari Skizofrenia.
 Delusi atau halusinasi selama 2 minggu atau lebih tanpa adanya
episode mood yang menonjol (depresi atau manik) selama periode
penyakit.

 Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood yang menonjol


ditemukan untuk sebagian besar durasi total periode aktif dan
residual dari penyakit.
 Gangguan tidak disebabkan oleh efek suatu zat (mis. penyalahgunaan
obat-obatan, obat-obatan) atau kondisi medis lainnya.2
2.6.3 Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif Tipe Manik berdasarkan
PPDGJ-III 2
 Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik
yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian
besar episode skizoafektif tipe manik.
 Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek
yang tak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau
kegelisahan yang memuncak.
 Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih
baik lagi dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana yang
ditetapkan untuk skizofrenia, F.20 pedoman diagnostik a sampai
dengan d).
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8
2.6.4 Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif Tipe Depresi
2
berdasarkan PPDGJ-III
 Kategori ini harus dipakai untuk episode skizoafektif tipe depresi
yang tunggal dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar
episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif.
 Afek depresif menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas,
baik depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum
dalam uraian untuk episode depresif (F.32)
 Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu dan
sebaiknya ada dua gejala khas skizofrenia (sebagaimana yang
ditetapkan untuk skizofrenia, F.20 pedoman diagnostik a sampai
dengan d).
2.6.5 Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran
berdasarkan PPDGJ-III 2

Gangguan dengan gejala gejala skizofrenia (F20.-) berada secara bersama-


sama dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran (F31.6).

2.7 Tatalaksana Skizoafektif

a. Psikofarmaka
Farmakoterapi untuk mengatasi gejala skizoafektif tipe manik yaitu
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat
moodstabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Carbamazepine adalah
obat antikejang yang digunakan sebagai stabilizer mood. Cara kerja mood
stabilezer yaitu membantu menstabilkan kimia otak tertentu yang disebut
neurotransmitters yang mengendalikan temperamen emosional dan perilaku dan
menyeimbangkan kimia otak tersebut sehingga dapat mengurangi gejala gangguan
kepribadian borderline. Efek samping carbamazepine dapat menyebabkan mulut
kering dan tenggorokan, sembelit, kegoyangan, mengantuk, kehilangan nafsu
makan, mual, dan muntah. Karbamazepin tidak boleh digunakan bersama dengan
inhibitor monoamine oxidase (MAOIs ). Hindari minum alkohol saat mengambil
carbamazepine. Hal ini dapat meningkatkan beberapa efek samping
carbamazepine yaitu dapat meningkatkan risiko untuk kejang.1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9


Stelazine memiliki efek antiadrenergik sentral, antidopaminergik, dan efek
antikolinergik minimal. Hal ini diyakini stelazine dapat bekerja dengan
memblokade reseptor dopamin D1 dan D2 di jalur mesokortical dan mesolimbik,
menghilangkan atau meminimalkan gejala skizofrenia seperti halusinasi, delusi,
dan berpikir dan berbicara yang tidak terarah. Stelazine menimbulkan efek
samping ekstrapiramidal seperti akatisia, distonia, dan parkinsonisme selain itu
dapat menimbulkan efek samping antikolinergik seperti merah mata dan
xerostomia (mulut kering). Stelazine dapat menurunkan ambang kejang sehingga
harus berhati-hati penggunaan stelazine pada orang yang mempunyai riwayat
kejang.1
Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon terbaik untuk
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat
moodstabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Untuk orang gangguan
skizoafektif dengan tipe manik, menggabungkan obat antipsikotik dengan mood
stabilizer cenderung bekerja dengan baik.9
b. Psikoterapi
Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan.
Menurut penelitian pengobatan hanya dengan obat tidak cukup untuk kesembuhan
pasien, tetapi juga harus diiringi oleh lingkungan keluarga yang mendukung dan
sikap pasien terhadap penyakit yang diderita.9
Karena pengobatan yang konsisten penting untuk hasil terbaik, psiko-
edukasi pada penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa
menjadi bagian penting dari pengobatan pada gangguan skizoafektif.9
2.8 Prognosis
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif
mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan
skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu
kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang
jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif, gangguan
bipolar, namun memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan
skizofrenia. Peneltian yang dilakukan oleh Harrison et al. 2001 mengatakan
bahwa prognosis keseluruhan dengan gejala psikotik adalah 50%

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


menunjukkan hasil yang baik. Prognosis selanjutnya bergantung pada
banyak tidaknya gejala, seberapa cepat penegakan diagnosis, dan
optimalisasi pengobatan.12

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


BAB 3
LAPORAN BED SITE TEACHING

I. IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial) : Tn. PF
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 22th
Nomor Rekam Medis :-
Agama : Islam
Suku Bangsa : Minangkabau
Pendidikan Terakhir : SMA
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Sawahlunto
Kewarganegaraan : Indonesia
II. KETERANGAN DIRI ALLO/ INFORMAN
Nama (inisial) :-
Jenis Kelamin :-
Hubungan dengan pasien :-
Keakraban dengan pasien :-
Kesan pemeriksa/dokter terhadap keterangan yang
diberikannya : (Dapat dipercaya / kurang dapat
dipercaya)

III. RIWAYAT PSIKIATRI


Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di
1. bawah ini) Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 24 Juli 2020 di
Poliklinik Jiwa RSUP Dr. M. Djamil Padang.
2. Alloanamnesis dengan :

Kakak kandung pasien, pada tanggal 24 Februari 2019 melalui wawancara via
telepon.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf

yang sesuai)

a. Sendiri

b. Keluarga

c. Polisi

d. Jaksa/ Hakim

e. Dan lain-lain

2. Sebab utama
Pasien mengamuk sehingga dibawa ke rumah sakit secara paksa

3. Keluhan Utama (Chief Complaint)


Pasien mengamuk sehingga dibawa ke rumah sakit secara paksa

4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang


Pasien dibawa paksa oleh keluarga dan empat orang lainnya ke IGD RSUP Dr. M.
Djamil Padang oleh karena pasien mengamuk, mencakar, dan melempar barang ke arah
ayah pasien. Selain itu pasien mengaku sudah tidak meminum obat, sehingga pasien
mengamuk. Saat mengamuk, pasien mengaku tidak mengingat kejadiannya sama sekali
dna baru tersadar setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit.

5. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien dikenal telah memiliki gangguan jiwa pada tahun 2013 saat pasien SD
pasien pernah konsul ke psikiater dengan alasan tidak mau sekolah akibat takut
bertemu orang baru. Pasien mengalami jantung berdebar dan keringat berlebih
jika bertemu dengan orang yang tidak dikenalnya.
Pada tahun 2016 pasien kuliah di suatu universitas namun pasien tidak
kerasan, sehingga pasien memutuskan untuk berhenti setelah 6 bulan kuliah.
Keseharian pasien saat berhenti kuliah, adalah berdiam di kosannya dan tidak ada
kegiatan berarti lainnya. Saat itulah pasien pertama kali bermimpi memenangkan
hadiah handphone dan memenangkan lotre. Pasien selanjutnya memberitahu
keluarganya, namun tidak ada yang percaya. Selanjutnya pasien dibawa ke rumah
sakit Siti Rahmah.
Pada tahun 2018, pasien masih menjalani rawat jalan di rumah sakit Siti
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13
Rahmah. Namun suatu malam, pasien berhalusinasi melihat seorang artis yang
digemari oleh pasien bertunangan. Lalu pasien berjalan sendirian ke suatu tempat
yang cukup jauh dari rumahnya, dan mengalami kaku badan hingga kejang-
kejang. Selanjutnya pasien dibawa ke rumah sakit Siti Rahmah.
Kemudian pada tahun 2020 ini, pasien yang masih menjalani rawat jalan,
tidak meminum obatnya sehingga pasien mengamuk dan akhirnya dibawa paksa
ke IGD RSUP DR.M. Djamil Padang.
b. Riwayat Gangguan Medis
Tidak ditanyakan ada tidaknya gangguan medis pada pasien.

c. Riwayat Merokok, Penggunaan Alkohol dan Zat Adiktif lain

Pasien ada riwayat mengonsumsi alkohol dan ada riwayat menggunakan NAPZA

sekama ini.

a) Identitas orang tua

Orang tua
IDENTITAS Keterangan
Bapak Ibu

Kewarganegaraan Indonesia Indonesia

Suku bangsa Minangkabau Minangkabau

Agama Islam Islam

Pendidikan - -

Pekerjaan - Ibu Rumah

Tangga

Hubungan pasien* Akrab Akrab

Biasa Biasa

Kurang Kurang

Tak peduli Tak peduli

Dan lain-lain - -

Ket : * coret yang tidak perlu


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14
b) Sifat/ Perilaku Orang tua kandung/ pengganti............. :

- Bapak (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan)

Pemalas ( - ), Pendiam ( - ), Pemarah (+), Mudah tersinggung ( - ), Tak suka

Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ), Penjudi ( -

), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( - ), Dramatisasi (

- ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut ( - ), Tak bertanggung

jawab ( - ).

- Ibu ( Dijelaskan oleh kakak kandung pasien dapat dipercaya/ diragukan )

Pemalas ( - ), Pendiam ( + ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak

suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ),

Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( -

), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut (

- ), Tak bertanggung jawab ( - ).

c) Saudara

Jumlah bersaudara 4 orang dan pasien anak ke 3.

d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien

sendiri lingkari nomornya.*

1. Lk/ Pr (- tahun)

2. Lk/ Pr (- tahun)

3. Lk/Pr (22 tahun)

4. Lk/ Pr (- tahun)

e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien

terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan

yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.*

Saudara Gambaran sikap Kualitas hubungan dengan saudara (akrab/


ke dan perilaku biasa,/kurang/tak peduli)
1 Suka bermasalah Kurang
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15
dengan pasien
2 Biasa, suka bergaul Biasa
4 Biasa, suka bergaul Biasa

Ket:

*) coret yang tidak perlu

**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )

f) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik (

yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :

Anggota Penyakit Kebiasaan- Penyakit


keluarga jiwa kebiasaan fisik

Bapak - - -
Ibu - - -

Saudara
1 - - -
2 - - -
4 - - -

2. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut

dengan perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit

(premorbid) yang meliputi :

a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan.

 Tidak ada data

- Keadaan melahirkan :

 Tidak ada data

b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak

 Tidak ada data

c) Gejala-gejala sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada

masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari (-), ngompol (-), BAB di

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16


tempat tidur (-), night teror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-),

masturbasi (-), mutisme selektif (-), dan lain-lain.

d) Toilet training

Tidak ada data

e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : tidak ada data

f) Temperamen sewaktu anak-anak : tidak ada data

g) Masa Sekolah

Perihal SD SMP SMA PT


Umur 6 tahun 12 15 18
Prestasi* Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang
kurang Kurang Kurang
Aktifitas Sekolah* Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Teman * Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Guru Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang
Kemampuan Khusus (Bakat) (menyanyi) (menyanyi) (menyanyi)
Tingkah Laku ( baik ) ( Baik ) ( Baik )
h) Masa remaja: Fobia ( - ), masturbasi ( - ), ngompol ( - ), lari dari rumah ( -

), kenakalan remaja ( - ), perokok berat ( - ), penggunaan obat terlarang ( -

), peminum minuman keras ( - ), problem berat badan ( - ), anoreksia

nervosa ( - ), bulimia ( - ), perasaan depresi ( + ), rasa rendah diri ( + ),

cemas ( - ), gangguan tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), dan lain-lain.

Ket: * coret yang tidak perlu

** ( ) diisi (+) atau (-)

i) Riwayat Pekerjaan ( - )

Usia mulai menjadi mahasiswa 18 tahun, ketidak puasan jurusan(+),

pindah-pindah universitas (+),

Konflik dalam perkuliahan : ( - ) Keadaan ekonomi*: baik,sedang, kurang


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17
j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga

 Orientasi seksual (menyimpang LSL)

k) Situasi sosial saat ini:

1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),

apartemen (-) , rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di

asrama (-) dan lain-lain (-).

2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.

Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-)

ai : atas indikasi

Ciri Kepribadian sebelumnya/Gangguan kepribadian (untuk axis II)


Kepribadian Gambaran Klinis
Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (-), perasaan tidak hangat atau
lembut pada orang lain (-), peduli terhadap pujian maupun kecaman (-),
Skizoid kurang teman (-), pemalu (-), sering melamun (-), kurang tertarik untuk
mengalami pengalaman seksual (-), suka aktivitas yang dilakukan
sendiri (-)

Merasa akan ditipu atau dirugikan (-), kewaspadaan berlebihan (-), sikap
berjaga-jaga atau menutup-nutupi (-), tidak mau menerima kritik (-),
meragukan kesetiaan orang lain (-), secara intensif mencari-cari kesalahan
Paranoid
dan bukti tentang prasangkanya (-), perhatian yang berlebihan terhadap
motif-motif yang tersembunyi (-), cemburu patologik (-), hipersensifitas (-
), keterbatasan kehidupan afektif (-).

Pikiran gaib (-), ideas of reference (-), isolasi sosial (-), ilusi berulang (-),
Skizotipal pembicaraan yang ganjil (-), bila bertatap muka dengan orang lain tampak
dingin atau tidak acuh (-).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18


Ambisi berlebihan (-), optimis berlebihan (+), aktivitas seksual yang
berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan (-),melibatkan
dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan tanpa
Siklotimik menghiraukan kemungkinan yang merugikan dirinya (-), melucu
berlebihan (-), kurangnya kebutuhan tidur (-), pesimis (-), putus asa (-),
insomnia (-), hipersomnia (-), kurang bersemangat (-), rasa rendah diri (-),
penurunan aktivitas (-),mudah merasa sedih dan menangis (-), dan
lain-lain.

Dramatisasi (+), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (-),


mendambakan rangsangan aktivitas yang menggairahkan (-), bereaksi
Histrionik
berlebihan terhadap hal-hal sepele (-), egosentris (-), suka menuntut (-),
dependen (-), dan lain-lain.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19


Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (-), preokupasi
dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan (-),
Narsisistik ekshibisionisme (-), membutuhkan perhatian dan pujian yang terus menerus
(-), hubungan interpersonal yang eksploitatif (-), merasa marah, malu,
terhina dan rendah diri bila dikritik (-) dan lain-lain.
Tidak peduli dengan perasaan orang lain(-), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus (-), tidak mampu
mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman (-),
tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial (-), tidak
Dissosial
mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama (-), iritabilitas (-
), agresivitas (-), impulsif (-), sering berbohong (-), sangat cendrung
menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal,
untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat (-)
Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil (-),
kurangnya pengendalian terhadap kemarahan (+), gangguan identitas (-
Ambang
), afek yang tidak mantap (-) tidak tahan untuk berada sendirian (-),
tindakan mencederai diri sendiri (+), rasa bosan kronik (-), dan lain-lain

Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya tidak mampu,
tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain (-), kengganan untuk
terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin disukai (-), preokupasi
Menghindar
yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial (-),
menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik (-) , tidak didukung atau ditolak (-)

Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan (-), preokupasi pada hal-
hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi dan jadwal (-),
perfeksionisme (-), ketelitian yang berlebihan (-), kaku dan keras kepala (-
),pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga
Anankastik
menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal (-),
pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis caranya
mengerjakan sesuatu (-), keterpakuan yang berlebihan pada kebiasaan sosial
(-) dan lain-lain.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20


Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa nasehat
Dependen
dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain untuk
mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya (-), perasaan
tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang
dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut
ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-)

6. Stresor psikososial (Axis IV)


Pertunangan (-), perkawinan (-), perceraian (-), kawin paksa (-), kawin lari (-
), kawin terpaksa (-), kawin gantung (-), kematian pasangan (-), problem
punya anak (-), anak sakit (-), persoalan dengan anak (-), persoalan dengan
orang tua (+), persoalan dengan mertua (-), masalah dengan teman dekat (-),
masalah dengan atasan/bawahan (-), mulai pertama kali bekerja (-), masuk
sekolah (+), pindah kerja (-), persiapan masuk pensiun (-), pensiun (-),
berhenti bekerja (-), masalah di sekolah (+), masalah jabatan/kenaikan
pangkat (-), pindah rumah (-), pindah ke kota lain (-), transmigrasi (-),
pencurian (-), perampokan (-), ancaman (-), keadaan ekonomi yang kurang (-
), memiliki hutang (-), usaha bangkrut (-), masalah warisan (-), mengalami
tuntutan hukum (-), masuk penjara (-), memasuki masa pubertas (+),
memasuki usia dewasa (-), menopause (-), mencapai usia 50 tahun (-),
menderita penyakit fisik yang parah (-), kecelakaan (-), pembedahan (-),
abortus (-), hubungan yang buruk antar orang tua (-), terdapatnya gangguan
fisik atau mental dalam keluarga (-), cara pendidikan anak yang berbeda oleh
kedua orang tua atau kakek nenek (-), sikap orang tua yang acuh tak acuh
pada anak (-), sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak (+),
campur tangan atau perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak (-),
orang tua yang jarang berada di rumah (-), terdapat istri lain (-), sikap atau
kontrol yang tidak konsisten (-), kontrol yang tidak cukup (-), kurang
stimulasi kognitif dan sosial (-), bencana alam (-), amukan masa (-),
diskriminasi sosial (+), perkosaan (-), tugas militer (-), kehamilan (-),
melahirkan di luar perkawinan (-), kematian orangtua (-), konflik dengan
tetangga (-), kematian nenek (-)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21


7. Riwayat Suicide
Pada tahun 2016, pasien pernah ada keinginan bunuh diri, dengan
meminum pelicin lantai namun hanya beberapa ml tertelan pasien langsung
meminum susu banyak-banyak, sehingga tidak ada keluhan lebih lanjut.
Pada tahun 2020 pasien mengalami overdosis dengan meminum obat yang
diberikan oleh dokter hingga tidak sadarkan diri dan dilarikan ke IGD
RSUP DR. M. Djamil Padang. Beberapa bulan kemudian, pasien
mengalami overdosis obat diet sehingga kembali dilarikan ke rumah sakit.

8. Riwayat pelanggaran hukum


Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum.

9. Persepsi Dan Harapan Pasien


Pasien menyadari bahwa dia sakit, namun pasien mengatakan
bahwa dia sakit karena memikirkan masalah dengan orang tua
terutama ayah karena sering merasa tersisihkan dalam keluarga
dna ayah cenderung bersikap kasar. Pasien berharap segera
sembuh dan dapat beraktivitas normal kembali. Pasien juga
berharap dapat kembali melanjutkan kuliah dan dapat mengikuti
program beasiswa yang telah direncanakan.

IV. STATUS INTERNUS (Pemeriksaan tanggal 24 Juli 2020)


Keadaan Umum : Ringan
Kesadaran : Komposmentis
Kooperatif
Tekanan Darah : Tidak dilakukan
pemeriksaan
Nadi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nafas : Tidak dilakukan pemeriksaan
Suhu : AF
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 80 kg
Bentuk Badan : Normal
Status Gizi : Obesitas I

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22


Sistem respiratorik : Inspeksi : simetris kiri dan kanan, statis dan dinamis
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kardiovaskular : Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan


Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas Atas : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas Bawah : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelainan Khusus : Tidak dilakukan pemeriksaan

V. STATUS NEUROLOGIKUS (Pemeriksaan tanggal 24 Juli 2020)


GCS : 15 (E4M6V5)
Tanda Rangsang Meningeal : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal
a) Tremor tangan : tidak ada
b) Akatisia : tidak ada
c) Bradikinesia : tidak ada
d) Cara berjalan : Normogait
e) Keseimbangan : tidak terganggu
f) Rigiditas : tidak ada Motorik :
a) Tonus : Tidak dilakukan pemeriksaan
b) Turgor : Tidak dilakukan pemeriksaan
c) Kekuatan : Tidak dilakukan pemeriksaan
d) Koordinasi : baik

Sensorik : Tidak dilakukan pemeriksaan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 23


Refleks : Tidak dilakukan pemeriksaan

VI. STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 24 Juli 2020)


A. Keadaan Umum
 Kesadaran/ sensorium : compos mentis (+), somnolen (-), stupor (-
), kesadaran berkabut (-), konfusi (-), koma (-), delirium (-), kesadaran
berubah (-), dan lain-lain…..

 Penampilan
 Sikap tubuh:
Biasa (+), diam (-), aneh (-), sikap tegang (-), kaku (-), gelisah (-),
kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (-), berpakaian sesuai
gender (+).

 Cara berpakaian:
Rapi (+ ), biasa (+), tak menentu (-), sesuai dengan situasi (+), kotor (-),
kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)*
 Kesehatan fisik:
Sehat (+), pucat (-), lemas (-), apatis (-), telapak tangan basah (-), dahi
berkeringat (-), mata terbelalak (- ).
 Kontak psikis
Dapat dilakukan (+), tidak dapat dilakukan (-), wajar (+), kurang wajar
(-), sebentar (-), lama (+).
 Sikap
Kooperatif (+), penuh perhatian (+), berterus terang (+), menggoda (-
), bermusuhan (-), suka main-main (-), berusaha supaya disayangi (-),
selalu menghindar (-), berhati-hati (-), dependen (-), infantil (-), curiga (-),
pasif (-), dan lain-lain.
 Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
 Cara berjalan : biasa (+), sempoyongan (-), kaku (-), dan lain-lain
 Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-
), rigiditas katatonik (-), posturing katatonik (-), cerea flexibilitas (-),
negativisme (-), katapleksi (-), stereotipik (-), mannerisme (-),
otomatisme. (-), otomatisme perintah (-), mutisme (-), agitasi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 24


psikomotor (-), hiperaktivitas/ hiperkinesis (-), tik (-), somnabulisme
(-), akathisia (-), kompulsi(-), ataksia (-), hipoaktivitas (-), mimikri (-
), agresi (-), acting out (-), abulia (-), tremor (-), ataksia (-), chorea
(-), distonia (-), bradikinesia (-), rigiditas otot (-), diskinesia (-),
convulsi (-), seizure (-), piromania (-), vagabondage (-).
B. Verbalisasi dan cara berbicara
 Arus pembicaraan : biasa, cepat, lambat
 Produktivitas pembicaraan : biasa, sedikit, banyak
 Perbendaharaan : biasa, sedikit, banyak
 Hidup emosi : stabilitas (stabil), pengendalian
(adekuat), echt/unecht
 Nada pembicaraan : biasa, menurun, meninggi
 Volume pembicaraan : biasa, menurun, meninggi

 Isi pembicaraan : sesuai / tidak sesuai


 Penekanan pada pembicaraan : ada/ tidak
 Spontanitas pembicaraan : spontan/ tidak
Logorrhea (-), poverty of speech (-), diprosodi (-), disatria (-), gagap (-),
afasia (-), bicara kacau (-).

C. Emosi
1. Hidup emosi
Stabilitas (stabil/tidak), pengendalian (adekuat/tidak adekuat), echt/unecht,
dalam/dangkal, skala diffrensiasi ( sempit/luas), arus emosi
(biasa/lambat/cepat).

2. Afek
Afek appropriate/ serasi (+), afek inappropriate/ tidak serasi. (-), afek
tumpul (-), afek yang terbatas (-), afek datar (-), afek yang labil (-).
3. Mood
Mood eutimik (+), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive
mood) (-), mood yang iritabel (-), mood yang labil (swing mood) (-), mood
meninggi (elevated mood/ hipertim) (-), euforia (-), ectasy (-), mood depresi
(hipotim) (-), anhedonia (-), duka cita (-), aleksitimia (-), elasi (-), hipomania (-),
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 25
mania(-), melankolia (-), La belle indifference (-), tidak ada harapan (-).

4. Emosi lainnya
Ansietas (-), free floating-anxiety (-), ketakutan (-), agitasi (-), tension
(ketegangan) (-), panik (-), apati (-), ambivalensi (-), abreaksional (-), rasa malu
(-), rasa berdosa/ bersalah (-), kontrol impuls (-).
5. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia (-), hiperfagia (-), insomnia (-), hipersomnia (-), variasi diurnal (-),
penurunan libido (-), konstispasi (-), fatigue (-), pica (-
), pseudocyesis (-), bulimia (-).

D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)


 Kecepatan proses pikir (biasa/cepat /lambat)
 Mutu proses pikir (jelas/tajam)

 Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran


Gangguan mental (-), psikosis (-), tes realitas ( terganggu/ tidak
), gangguan pikiran formal (-), berpikir tidak logis (-), pikiran autistik (-
), dereisme (-), berpikir magis (-), proses berpikir primer (-).
 Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Neologisme (-), word salad (-), sirkumstansialitas (-), tangensialitas (-),
inkohenrensia (-), perseverasi (-), verbigerasi (-), ekolalia (-), kondensasi
(-), jawaban yang tidak relevan (-), pengenduran asosiasi (-), derailment
(-), flight of ideas (-), clang association (-), blocking (-), glossolalia ( - ).
 Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
 Kemiskinan isi pikiran (-), Gagasan yang berlebihan (-)
 Delusi/ waham
Waham bizarre (-), waham tersistematisasi (-), waham yang
sejalan dengan mood (-), waham yang tidak sejalan dengan mood
(-), waham nihilistik (-), waham kemiskinan (-), waham somatik (-
), waham persekutorik (-), waham kebesaran (-), waham referensi
(-), thought of withdrawal (-), thought of broadcasting (-), thought
of insertion (-), thought of control (-), Waham cemburu/ waham
ketidaksetiaan (-),waham menyalahkan diri sendiri (-), erotomania

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 26


(-), pseudologia fantastika (-), waham agama (-).
 Ideas of reference
Preokupasi pikiran (-), egomania (-), hipokondria (-), obsesi (-),
kompulsi (-), koprolalia (-), hipokondria (-), obsesi (-), koprolalia
(-), fobia (-) Ulat noesis (-), unio mystica (-).

E. Persepsi
 Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-),
Halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (+), halusinasi olfaktorik (-),
halusinasi gustatorik (-), halusinasi taktil (-), halusinasi somatik (-),
halusinasi liliput (-), halusinasi sejalan dengan mood (-), halusinasi
yang tidak sejalan dengan mood (-), halusinosis (-), sinestesia (-),
halusinasi perintah (command halusination) (-), trailing phenomenon (-
).
 Ilusi (-)
 Depersonalisasi (-), derealisasi (-)
F. Mimpi dan Fantasi
Mimpi: Pasien bermimpi memenangkan hadiah lotre pada tahun 2016
G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
 Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat
(baik/ terganggu), orientasi personal (baik/ terganggu),
orientasi situasi (baik/ terganggu).
 Atensi (perhatian) (+), distractibilty (-), inatensi selektif (-),
hipervigilance (-), dan lain-lain
 Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi ( baik/ terganggu )
 Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/
remote (-), gangguan memori jangka menengah/ recent past
(-), gangguan memori jangka pendek/ baru saja/ recent (-),
gangguan memori segera/ immediate (-). Amnesia (-),
konfabulasi (-), paramnesia (-).

 Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 27


 Pikiran konkrit : baik/ terganggu
 Pikiran abstrak : baik/ terganggu
 Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental (-),
demensia (-), pseudodemensia (-).

H. Dicriminative Insight
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I. Discriminative Judgement :
 Judgment tes :tidak terganggu
 Judgment sosial :tidak terganggu
VII. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya

Pemeriksaan darah rutin

VIII. Pemeriksaan oleh Psikolog / petugas sosial lainnya

Tidak ada

IX. Ikhtisar Penemuan Bermakna

a. Pasien datang diantar keluarga secara paksa karena pasien mengamuk

sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien mengamuk, mencakar, hingga

melempar barang ke ayah pasien.

b. Pasien telah dikenal menderita gangguan jiwa sejak tahun 2013.

Penyebab awal pasien datang ke psikiater karena takut bertemu dnegan

orang lain.

c. Pada tahun 2016 pasien bermimpi mendapatkan hadiah lotre yang

sebetulnya tidak ada sehingga dilakukan rawatan rumah sakit.

d. Pada tahun 2016, pasien pernah melakukan usaha bunuh diri namun

pasien tersadar dan membatalkan niatnya.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 28


e. Pada tahun 2018 pasien berhalusinasi melihat artis yang digemarinya

bertunangan, selanjutnya pasien berjalan sendirian saat malam hari hingga

tubuhnya kaku dan mengalami kejang, selanjutnya dibawa ke rumah sakit.

f. Pada tahun 2019, pasien mencoba bunuh diri dengan meminum banyak

obat yang tengah dikonsumsinya, sehingga mengalami overdosis dan tidak

sadarkan diri lalu dibawa ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang.

g. Pada November 2019. Pasien kembali overdosis obat diet yang tengah

dikonsumsinya hingga dibawa ke rumah sakit.

h. Pada tahun 2020, pasien yang sedang menjalani rawat jalan tidak

meminum obatnya yang mengakibatkan pasien mengamuk dan melakukan

kekerasan kepada keluarganya. Pasien selanjutnya dibawa paksa ke IGD

RSUP Dr. M. Djamil Padang.

i. Dari autoanamnesis ditemukan, pasien suka bingung, jalan mondar-

mandir, suka berbicara sendiri, dan menangis tiba tiba saat malam hari.

j. Pasien masih di rawat hingga pada hari pemeriksaan yakni 24 Juli 2020

dan dikenal sering keluar-masuk rumah sakit jiwa.

k. pasien tidak teratur berobat sehingga menghentikan sendiri

pengobatannya.

l. Pasien merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara. Menurut penuturaan

pasien, pasien tidak akrab dengan ayah dan kaka pertama pasien. Pasien

selalu diolok dan dihina.

m. Pasien memiliki riwayat pernah di bully selama usia sekolah mulai dari

SD, SMP hingga SMA.

n. Menurut penuturan dokter pasien, pasien memiliki riwayat penggunaan

NAPZA dan adanya aktivitas seksual menyimpang (LSL)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 29


o. Pada pemeriksaan status mental ditemukan sikap kooperatif,

produktivitas bicara biasa, afek sesuai, mood eutim, proses pikir koheren,

halusinasi visual ada, mimpi yang dipercayai oleh pasien ada.

X. Formulasi Diagnosis

Diagnosa pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan

penyakit dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan, perilaku,

dan perasaan, yang secara klinis bermakna dan menimbulkan hendaya

(disability) dalam fungsi sosial. Dengan demikian berdasarkan PPGDJ III

dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa.

Dari keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang dapat ditarik

kesimpulan bahwa pada pasien ini ditemukan gangguan dalam perilaku pasien

yaitu melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang

lain, melakukan tindakan kekerasan, akibat putus obat. Ditemukan juga pasien

suka bingung, jalan mondar-mandir, suka berbicara sendiri, dan menangis tiba

tiba saat malam hari.

Saat dilakukan autoanamnesis, pasien tampak afek apropriate,

produktivitas bicara banyak, kecepatan bicara biasa dan mood euertim, ada

halusinasi visual dan mimpi yang dianggap nyata.

Pada riwayat pasien tidak didapatkan diagnosis adanya riwayat gangguan

kepribadian (Axis II). Pada pasien ini tidak ditemukan kondisi medis umum

yang bermakna sehingga tidak ada diagnosis pada axis III. Pada pasien

ditemukan adanya masalah yang menonjol dengan primary support group

(keluarga) dan masalah psikososial dan lingkungan. Pada axis V, menurut

penilaian GAF (Global Assesment of Functional Scale) saat ini pasien berada

pada nilai 20-11.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 30


XI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : F25.2 Skizoafektif tipe Campuran
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah keluarga, dan lingkungan sosial
Aksis V : GAF 20-11

XII. DIAGNOSIS BANDING AXIS I


 Gangguan Skizoafektif tipe Manik
 Gangguan Skizoafektif tipe depresif

XIII. DAFTAR MASALAH


 Organobiologik
Pasien tidak pernah mengalami trauma kepala atau riwayat kejang
sebelumnya
 Psikologis
- Pasien mengamuk, marah-marah, melempar barang dan mencakar ayah
pasien karena tidak meminum obat
- Terdapat halusinasi visual
- Terdapat mimpi yang dipercayai oleh pasien
- Adanya beberapa kali usaha untuk mecelakai diri sendiri
- Adanya riwayat overdosis obat-obatan
- Adanya riwayat penggunaan NAPZA namun belum tergali lebih dalam
- Adanya riwayat penyimpangan seksual namun belum tergali lebih
dalam
- Ada riwayat berulang kali rawatan di RSJ di beberapa tempat
 Lingkungan dan psikososial
- Memiliki masalah dengan keluarga terutama dengan ayah dan kaka
pertama pasien.
- Memiliki masalah dengan teman terutama teman SD, SMP dan SMA
karena pernah ada riwayat pem-bully-an.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 31


XIV. PENATALAKSANAAN
A. Farmakoterapi
 Anti psikotik: Risperidone
 Mood Stabilizer: Asam Valproat
B. Non Farmakoterapi
Makan yang seimbang dan
teratur Olahraga teratur
Istirahat yang cukup

C. Psikoterapi
Kepada pasien:
 Psikoterapi suportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistik kepada pasien,
membantu pasien mengidentifikasi faktor pencetus dan membantu memberi
solusi dari permasalahan pribadinya secara terarah.
 Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang
dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan yang semakin
efektif untuk mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan segera
mendapatkan pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari
bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
Kepada keluarga:
 Psikoedukasi
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan edukatif
tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan antara gejala dan
perilaku, perjalanan penyakit, serta prognosis). Pada akhirnya, diharapkan
keluarga bisa mendukung proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan.
Serta menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang
membutuhkan pengobatan yang lama dan berkelanjutan.
 Terapi
Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien (kegunaan
obat terhadap gejala pasien dan efek samping yang mungkin timbul pada
pengobatan). Selain itu, juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 32


minum obat secara teratur.
XV. ANJURAN TERAPI
 Long Acting Antipsikotik
Pemberian antipsikotik jangka panjang ini untuk membantu pasien agar
tidak putus obat.
XVI. PROGNOSIS
Quo et vitam : dubia
Quo et fungsionam : dubia
Quo et sanationam : dubia

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 33


BAB 4

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki berusia 22 tahun dibawa paksa ke IGD DR. M.


Djamil Padang pada tanggal 15 Juli 2020 dengan keluhan utama berupa pasien
mengamuk sebelum masuk rumah sakit
Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan
penyakit dan pemeriksaan psikiatri pada pasien. Berdasarakan keluhan diatas,
menurut PPDGJ-III pasien memenuhi kriteria diagnosis Gangguan skizoafektif
tipe campuran dengan gangguan dengan gejala skizofren (F20.-) berada secara
bersama-sama dengan afektif bipolar campuran (F31.6)
Pada pasien diberikan Risperidone sebagai antipsikotik golongan atipikal
yang terpilih sebagai terapi karena efek sampingnya yang minimal dan daya kerja
obatnya yang lebih baik dibandingkan golongan tipikal. Selain itu diberikan juga
Asam valproat yang merupakan mood stabilizer untuk menangani mood manik,
hipomanik, dan depresif yang terjadi bergantian secara cepat.
Terapi non farmakologis memegang peranan yang juga penting pada
pasien ini. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini
adalah psikoterapi suportif, psikoedukasi. Terapi ini bertujuan untuk memberikan
penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan edukatif tentang penyakit
pasien (penyebab, gejala, hubungan antara gejala dan perilaku, perjalanan
penyakit, serta prognosis) kepada pasien maupun keluarga pasien. Pada akhirnya,
diharapkan keluarga bisa mendukung proses penyembuhan dan mencegah
kekambuhan. Serta menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang
membutuhkan pengobatan yang lama, berkelanjutan dan butuh dukungan
keluarga. Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperlihatkan minat kita pada
pasien, memberikan perhatian, dukungan, dan optimis. Dalam psikoterapi suportif,
terapis menunjukkan penerimaan terhadap kasus dengan cara menunjukkan
perilaku yang hangat, ramah namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar
pasien merasa aman, diterima dan dilindungi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 34


DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan & Sadock's Comprehensive Pocket Handbook of Chlinical Psychiatry


by Benjamin J. Sadock (Editor), Virginia A. Sadock (Editor) Lippincott
Williams & Wilkins Publishers; 5th edition ; 2010
2. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-
5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2013.
3. Amir N. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2013.
4. Putra AG. Schizoaffective disorder with manic type: a case report. Denpasar:
Fakultas Kedokteran Udayana; 2013.
5. Rades M, Wulan AJ. Skizoafektif Tipe Campuran. J Medula Unila.
2016;5(2):58-62.
6. Kurnilla MD. Tingkat Stres Pada Caregiver Pasien Gangguan Jiwa.
Universitas Diponegoro; 2016.
7. Goldberg JF. Differential Diagnosis and Therapeutic Management of
Schizoaffective Disorder. Supplement to Current Psychiatry. 2010;9(10):1- 12.
8. Yogeswary K. Schizoaffective Disorder: An overview. International Journal of
Clinical Psychiatry. 2014; 2(1): 11-15.
9. Melissa Conrad Stöppler. 2013. Schizoaffective disorder.
http://www.medicinenet.com. Diakses: 14 Mei 2017
10. Skizofrenia. Editor : Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan &
Sadock - Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
2014:147-68.
11. American Phsyciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders. 5th Ed. Washington, DC: APA; 2013. p. 324-9
12. Joshua T & Saadabadi A. Schizoaffective Disordes. Statpearls Publishing.
2020. p.16. Diakses pada 25 Juni 2020
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541012/

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 35

Anda mungkin juga menyukai