Anda di halaman 1dari 42

Case Report Session

NASKAH PSIKIATRI
F 25.1 Skizoafektif Tipe Depresi

Oleh:
Aliya Syaharani Rafen 1810311031
Zakiya Ifana Putri 2140312093

Preseptor
Dr. dr. Amel Yanis, SpKJ (K)

BAGIAN PSKIATRI
RSUP DR M. DJAMIL
PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ANDALAS 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya untuk Allah SWT. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi SAW. Alhamdulillah, dengan nikmat-Nya
penulis dapat me- nyelesaikan ilmiah dengan judul “Skizoafektif tipe depresi”
yang merupakan salah satutugas ilmiah di sikus pskiatri yang saat ini penulis
jalani.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. dr. Amel Yanis, SpKJ (K)
se- laku preseptor yang telah memberikan arahan dan petunjuk, dan semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan ilmiah ini. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat
penulis harapkan.

Padang,02 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4

2.1 Definisi....................................................................................................4

2.2 Epidemiologi............................................................................................4

2.3 Etiologi....................................................................................................4

2.4 Manifestasi Klinis....................................................................................5

2.5 Diagnosis.................................................................................................8

2.5 Diagnosis Banding.................................................................................10

2.6 Tatalaksana............................................................................................10

2.8 Prognosis................................................................................................12

BAB 3 LAPORAN KASUS...............................................................................13

BAB IV DISKUSI...............................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................39

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan gejala psikotik yang persisten,
seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama-sama dengan masalah suasana atau
mood disorder seperti depresi, manik, atau episode campuran.1Pada gangguan
skizoafektif, gejala definitif skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama
menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah yang lain,
dalam episode yang sama.2
Di Amerika Serikat, prevalensi skizoafektif sekitar 0,2% dari populasi umum
dan sampai sebanyak 9% orang dirawat di rumah sakit karena gangguan ini.
Gangguan skizoafektif diperkirakan terjadi lebih sering daripada gangguan
bipolar.3Di Indonesia, kasus skizoafektif belum dapat diprediksikan. Data di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten, Jawa Tengah, pasien yang
terdiagnosis skizoafektif tidak terlalu banyak.4Prevalensi seumur hidup dari
gangguan skizoafektif adalah kurang dari satu persen, kemungkinan dalam rentan
0,5-0,8 persen. Namun angka tersebut adalah angka perkiraan.Prevalensi
skizoafektif pada laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan, terutama
perempuan menikah. Menurut onset usia, pada perempuan terjadi pada usia yang
lebih tua dibandingkan laki-laki. Pada usia tua, gangguan skizoafektif tipe
depresif lebih sering terjadi, sedangkan skizoafektif tipe bipolar lebih sering
terjadi pada dewasa muda dibandingkan dewasa tua. Laki-laki dengan gangguan
skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku anti sosial dan mempunyai afek
tumpul yang nyata atau tidak sesuai.5
Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif mengalami episode
skizoafektif berulang, baik yang tipe manik, depresif, maupun campuran
keduanya. Apabila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit
yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Pada gangguan
skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.3 Gangguan skizoafektif
tipe campuran menunjukkan gejala skizofrenia dan gangguan campuran afektif
bipolar.4Gejala

1
yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam
berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana
perasaan baik itu manik maupun depresif. Onset biasanya akut, perilaku sangat
terganggu, namun penyembuhan secara sempurna dalam beberapa minggu.3
Beberapa data menunjukkan bahwa gangguan skizofrenia dan gangguan
afektif mungkin berhubungan secara genetik. Terdapat peningkatan resiko
terjadinya gangguan skizofrenia diantara keluarga dengan gangguan
skizoafektif.5Skizoafektif merupakan penyakit kejiwaan kronis yang dapat
berdampak buruk bagi pasien itu sendiri. Salah satu dampak terburuknya adalah
bunuh diri. Hal ini tentu akan meningkatkan angka bunuh diri di dunia. Menurut
data WHO (2015) pada tahun 2012, kasus terjadinya bunuh diri yang terjadi di
dunia bisa mencapai lebih dari 800.000 per tahun atau 40 kematian per detiknya.4
Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan, standar yang
digunakan sebagai kriteria untuk mendiagnosis skizoafektif berbeda-beda.
Adapun standar yang sering digunakan adalah Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders (DSM) ataupun International Classification of Disease
(ICD). Kedua standar ini terus melakukan pembaharuan sejalan dengan
perkembangan waktu, sehingga penggunaan kriteria diagnosis yang berbeda ini
bisa berakibat kepada terapi yang harus diberikan. Jika dibandingkan dengan
skizofrenia ataupun dengan gangguan afektif lainnya, maka skizoafektif termasuk
kedalam gangguan kejiwaan yang lebih berat. Namun, jumlah penelitian
mengenai terapi farmakologi yang terstruktur untuk menangani skizoafektif ini
juga belum banyak dilakukan.4
Pengobatan untuk gangguan skizoafektif merespon baik terhadap obat
antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat mood stabilizer atau pengobatan
dengan antipsikotik saja.5 Berdasarkan tipe gangguan skizoafektif, maka
tatalaksana terapinya pun akan berbeda. Terapi untuk skizoafektif tipe manik
biasanya digunakan mood stabilizer, sedangkan untuk tipe depresif maka dapat
digunakan antidepresan.4Pada laporan kasus ini, akan dibahas secara menyeluruh
tentang skizoafektif tipe depresi.

2
1.2 Rumusan Masalah
Laporan kasus ini membahas tentang defenisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan,
dan prognosis gangguan skizoafektif tipe depresi.

1.3 Tujuan Penulisan


Laporan kasus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman
tentang gangguan skizoafektif tipe depresi.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Sesuai dengan istilah yang digunakan, gangguan skizoafektif mempunyai
gambaran baik skizofrenia maupun gangguan afektif (saat ini disebut gangguan
mood).Gangguan skizoafektif merupakan penyakit dengan gejala psikotik yang
persisten, seperti halusinasi atau delusi, yang terjadi bersama-sama dengan
masalah suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran.5
Sehingga skizoafektif dibagi kedalam tiga subtipe yaitu tipe manik, tipe depresi,
dan tipe campuran.6

2.2 Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari
satu persen, kemungkinan dalam rentan 0,5-0,8 persen. Namun angka tersebut
adalah angka perkiraan.5 Di Amerika Serikat, prevalensi skizoafektif sekitar 0,2%
dari populasi umum dan sampai sebanyak 9% orang dirawat di rumah sakit karena
gangguan ini. Gangguan skizoafektif diperkirakan terjadi lebih sering daripada
gangguan bipolar.3 Prevalensi skizoafektif pada laki-laki lebih rendah
dibandingkan perempuan, terutama perempuan menikah. Menurut onset usia, pada
perempuan terjadi pada usia yang lebih tua dibandingkan laki-laki. Pada usia tua,
gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi, sedangkan skizoafektif
tipe bipolar lebih sering terjadi pada dewasa muda dibandingkan dewasa tua.
Laki-laki dengan gangguan skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku anti
sosial dan mempunyai afek tumpul yang nyata atau tidak sesuai.5

2.3 Etiologi
Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, namun diduga
disebabkan oleh ketidakseimbangan neurotransmitter otak, seperti serotonin,
norepinefrin, dan dopamine. Terdapat empat model konseptual telah
dikembangkan. Gangguanskizoafektif dapat berupa tipe skizofrenia atau tipe
gangguan mood. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi simultan
skizofrenia dan

4
gangguan mood. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis ketiga
yang berbeda, yang bukan merupakan gangguan skizofrenia maupun gangguan
mood. Keempat, dan paling mungkin, adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah
kelompok heterogen gangguan yang mencakup ketiga kemungkinan pertama.5
Beberapa data menunjukkan bahwa gangguan skizofrenia dan gangguan
afektif mungkin berhubungan secara genetik. Terdapat peningkatan resiko
terjadinya gangguan skizofrenia diantara keluarga dengan gangguan
skizoafektif.5Selain itu, diduga bahwa etiologi gangguan skizoafektif mirip
dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu, teori etiologi mengenai gangguan
skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan faktor lingkungan.7

2.4 Manifestasi Klinis


Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada
saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode
yang sama. Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif mengalami episode
skizoafektif berulang, baik yang tipe manik, depresif atau campuran keduanya.
Suatu gangguan psikotik dengan gejala-gejala skizofrenia dan manik yang sama-
sama menonjol dalam satu episode penyakit yang sama. Gejala-gejala afektif
diantaranya yaitu elasi dan ide-ide kebesaran, tetapi kadang- kadang kegelisahan
atau iritabilitas disertai oleh perilaku agresif serta ide- ide kejaran. Terdapat
peningkatan enersi, aktivitas yang berlebihan, konsentrasi yang terganggu, dan
hilangnya hambatan norma sosial. Waham kebesaran, waham kejaran mungkin
ada. Gejala skizofrenia juga harus ada, antara lain merasa pikirannya disiarkan
atau diganggu, ada kekuatan-kekuatan yang sedang berusaha mengendalikannya,
mendengar suara- suara yang beraneka beragam atau menyatakan ide-ide yang
bizarre. Onset biasanya akut, perilaku sangat terganggu, namun penyembuhan
secara sempurna dalam beberapa minggu.1
Gejala klinis skizofrenia berdasarkan pedoman penggolongan dan
diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III), harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini
yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang
tajam atau kurang jelas):

5
a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau “thought
insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought broadcasting”= isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya.
b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of passivitiy” =
waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus). “delusional perception” = pengalaman indrawi
yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya
bersifat mistik atau mukjizat.
c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien
pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.

6
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor.
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.2Berikut ini adalah manifestasi klinis gangguan
skizoafektif berdasarkan subtipe.
a. Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek
yang tak begitu mencolok dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan
yang meningkat. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu,
atau lebih baik lagi dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana
ditetapkan untuk skizofrenia).2
Gejala manik antara lain aktivitas yang berlebihan, percepatan dan
kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal
kebesaran/ ”grandiose ideas” dan terlalu optimistik.2

7
b. Gangguan Skizoafektif Tipe Depresi
Harus ada depresi yang menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala
depresif yang khas atau kelainan perilaku seperti yang terdapat dalam
kriteria episode depresif; dalam episode yang sama, sedikitnya harus ada
satu atau lebih dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan
untuk pedoman diagnostik skizofrenia).2Gejala utama episode depresif
adalah:
 Afek depresif
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Berkurangnya energi yang menyebabkan meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)
dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya episode depresif:
 Konsentrasi dan perhatian berkurang
 Harga diri dan kepercayaan diri menurun
 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
 Pikiran atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
 Tidur terganggu
 Nafsu makan berkurang.
c. Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia berada secara bersama-
sama dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran.

2.5 Diagnosis
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitif skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan, atau dalam beberapa hari setelah yang lain, dalam episode yang sama.
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan
dalam berpikir, perubahan dalam persepsi. Sebagian diantara pasien gangguan
skizoafektif mengalami episode skizoafektif berulang, baik yang tipe manik,
depresif atau campuran keduanya.5

8
Kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-V,
yaitu:7
a. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.
Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode
campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi
b. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
c. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.
d. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya
obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
Sebagian besar diagnosis psikiatri, gangguan afektif sebaiknya tidak
digunakan jika gejala disebabkan penyalahgunaan zat atau keadaan medis
sekunder.

Pedoman diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III, antara


lain:8
a. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitive adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan
afektif sama- sama menonjol pada saat yang bersamaan (stimultaneously),
atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode
penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode
penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik
atau depresif.
b. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja skizofrenia
dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
c. Bila seseorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F.20.4 (Depresi
Pasca-skizofrenia).
d. Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoefektif berulang, baik
berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F.25.1) atau campuran dari

9
keduanya (F.25.2). pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau
depresi (F30-F33).

2.5 Diagnosis Banding


Diagnosis banding psikiatri dapat mencakup semua bentuk gangguan
mood dan skizofrenia. Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik,
pemeriksaan medis lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab
organik gejala. Riwayat penyalahgunaan obat dengan atau tanpa uji toksikologi
positif dapat mengindikasikan gangguan terinduksi zat. Keadaan medis
sebelumnya, pengobatan, atau keduanya dapat menyebabkan gangguan psikotik
dan mood. Setiap kecurigaan terhadap kelainan neurologis perlu didukung dengan
pemeriksaan pemindaian (scan) otak untuk menyingkirkan patologi anatomis dan
elektroensefalogram untuk menentukan setiap gangguan bangkitan yang mungkin
(contoh epilepsy lobus temporalis). Gangguan psikotik akibat gangguan bangkitan
lebih sering terjadi daripada yang terlihat pada populasi umum. Gangguan tersebut
cenderung ditandai dengan paranoia, halusinasi, dan ide rujukan. Pasien epileptik
dengan psikosis diyakini mempunyai tingkat fungsi yang lebih baik daripada
pasien dengan gangguan spectrum skizofrenik. Kontrol bangkitan yang lebih baik
dapat mengurangi psikosis.5 Berikut adalah diagnosis banding untuk skizoafektif:6

a. Gangguan psikotik akibat kondisi medik umum


b. Delirium
c. Demensia
d. Gangguan psikotik akibat zat
e. Skizofrenia
f. Gangguan mood dengan gambaran psikotik
g. Gangguan waham

2.6 Tatalaksana
Mood stabilizer adalah cara utama pengobatan gangguan bipolar dan
diharapkan dapat bermanfaat pada pengobatan pasien dengan gangguan
skizoafektif. Satu studi yang membandingkan litium dengan karbamazepin
memperlihatkan superioritas karbamazepin pada gangguan skizoafektif tipe

10
depresif, tetapi tidak ada perbedaan kedua agen tersebut untuk tipe bipolar.
Namun, pada praktiknya pengobatan tersebut digunakan luas secara tersendiri,
digunakan secara bersamaan, atau kombinasi dengan agen anti psikotik. Pada
episode manik, pasien skizoafektif sebaiknya diobati secara agresif dengan
pemberian dosis mood stabilizer dalam kisaran konsentrasi terapeutik sedang
sampai tinggi di dalam darah. Ketika pasien memasuki fase pemeliharaan,
pemberian dosis dapat dikurangi sampai rentang rendah sampai sedang untuk
menghindari efek simpang dan efek potensial terhadap sistem organ (misalnya
tiroid dan ginjal) dan memudahkan konsumsi dan kepatuhan pengobatan.
Pemantauan laboratorium terhadap konsentrasi obat dalam plasma dan penapisan
periodic tiroid, ginjal, dan fungsi hematologis harus dilakukan. Seperti pada kasus
mania yang sulit disembuhkan, pemakaian terapi elektrokonvulsif (ECT) harus
dipertimbangkan.
Berdasarkan defenisi, banyak pasien skizoafektif menderita akibat episode
depresif mayor. Pengobatan dengan antidepresan menyerupai pengobatan depresi
bipolar. Perawatan dilakukan tetapi bukan untuk mencetuskan suatu siklus
pergantian cepat dari depresi menjadi mania dengan antidepresan. Pilihan
antidepresan sebaiknya memperhatikan kegagalan atau keberhasilan antidepresan
sebelumnya. Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) (contoh fluoxetine dan
sertraline) sering digunakan sebagai agen lini pertama. Namun pasien teragitasi
atau insomnia dapat disembuhkan dengan antidepresan trisiklik. Seperti pada
semua kasus depresi, pemakain ECT sebaiknya dipertimbangkan. Seperti telah
disinggun sebelumnya, agen antipsikotik bermanfaat pada pengobatan gejala
psikotik gangguan skizoafektif.5
Pengobatan Psikososial:
Pasien dapat terbantu dengan kombinasi terapi keluarga, latihan keterampilan
sosial, dan rehabilitasi kognitif. Oleh karena bidang psikiatri sulit memutuskan
diagnosis dan prognosis gangguan skizoafektif yang sebenarnya, ketidakpastian
tersebut harus dijelaskan kepada pasien. Kisaran gejala mungkin sangat luas,
karena pasien mengalami keadaan psikosis dan variasi kondisi mood yang terus
berlangsung. Anggota keluarga dapat mengalami kesulitan dalam menghadapi

11
perubahan sikap dan kebutuhan pasien. Perlu diberikan regimen obat yang
mungkin lebih rumit. Dengan banyak obat, dan pendidikan psikofarmakologis.5

2.8 Prognosis
Adanya peningkatan gejala skizofrenik pada gangguan skizoafektif
memiliki prognosis yang lebih buruk. Setelah satu tahun, pasien yang memiliki
gangguan skizoafektif dengan gejala dominan afektif memiliki prognosis yang
lebih baik dibandingkan dengan gejala dominan skizofrenik.5

12
BAB 3

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. TP Panggilan: T
No. MR : 01.92.44
Dirawat di Bangsal : Flamboyan RSJ. Prof. HB. Saanin Padang
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat,tanggal lahir/ umur : Lubuk Jantan, 15 Juni 1991
Umur : 31 tahun
Status perkawinan : Duda
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku bangsa : Minang
Negeri asal : Tanah Datar
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Lubuk Jantan, Lintau Buo Utara, Tanah Datar

KETERANGAN DIRI ALLO/ INFORMAN


Nama (inisial) : Ny. Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Alamat : Lubuk Jantan, Lintau Buo Utara, Tanah Datar
Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung
Keakraban dengan pasien : Akrab
Kesan pemeriksa/ dokter terhadap keterangan yang diberikannya :
(Dapat dipercaya/ kurang dapat dipercaya)

13
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 30 Desember 2022 di
Bangsal Jiwa RSJ Prof. HB Saanin, Padang
2. Alloanamnesis dengan : Ibu Kandung bernama Ny. Y via telpon, ibu pasien
tinggal di Tanah Datar
1. Fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
2. Sebab Utama
Gaduh gelisah dan memukul orang lain tanpa sebab sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit.

3. Keluhan Utama (Chief Complaint)


Pasien merasa orang-orang dikampungnya jahat dan tidak suka padanya serta
ingin mencelakainya.
4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke IGD RSJ Prof HB Saanin Padang tanggal 29 Desember
2022 oleh keluarga karena pasien gaduh gelisah sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Menurut keluarga pasien, emosi pasien tidak stabil dan tidak bisa
diarahkan sejak 2 minggu ini. Sejak 5 hari yang lalu pasien mengamuk dan
memukul serta marah-marah tanpa sebab ke orang sekitar. Pasien berjalan-jalan
tanpa arah tujuan dan membawa senjata tajam (pisau) untuk menggeretak
orang. Pasien juga terlihat berbicara dan tertawa-tawa sendiri.

Menurut pengakuan pasien, orang-orang di kampung pasien tidak suka


padanya dan ingin mencelakainya. Pasien mendengar suara-suara bisikan yang
memerintahkannya untuk memukul orang lain dengan tangannya sendiri.
Pasien mengatakan bahwa dirinya melihat kilat-kilatan cahaya dan terkadang
ada makhluk seperti bayangan hitam yang mengikutinya. Pasien juga mengaku
memiliki kemampuan mengetahui suatu kejadian sebelum kejadian itu terjadi.
asien merasa sedih dan menangis tanpa sebab.

Pasien lalu di bawa oleh keluarganya ke RSJ. Prof HB. Saanin Padang
karena perilakunya.
14
5. Riwayat Penyakit Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien riwayat sakit jiwa sejak 8 tahun yang lalu, rawatan ke-10 kali, terakhir dirawat pada
Januari 2022 selama 22 hari. Pulang dengan perbaikan, namun pasien tidak teratur minum
obat karena lupa.

b. Riwayat Gangguan Medis


Pasien tidak ada trauma kepala, kejang, gangguan kesadaran, dan penyakit
fisik lainnya.

c. Riwayat Penggunaan NAPZA


Pasien riwayat penggunaan NAPZA sejak 6 bulan ini, terakhir
mennggunakan 3 hari sebelum masuk RS. NAPZA yang digunakan berupa
mengisap lem sebanyak 1 tube perhari

15
6. Riwayat keluarga
a) Identitas orang tua/ penganti
Orang tua/ Pengganti
IDENTITAS Ket
Bapak Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Minangkabau Minangkabau
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SD
Pekerjaan Pedagang IRT
Umur 50 Tahun 46 Tahun
Alamat Lubuk Jantan,
Lubuk Jantan,
Lintau Buo
Lintau Buo
Utara, Tanah
Utara, Tanah
Datar, Sumatera
Datar, Sumatera
Barat
Barat

Hubungan pasien Akrab


Akrab
Biasa
Biasa
Kurang Peduli
Kurang
Tak peduli
Tak peduli
`Ket : * coret yang tidak perlu
b) Sifat/ Perilaku Orangtua kandung/ pengganti............. :
 Bapak (Dijelaskan ibu pasien, dapat dipercaya/ diragukan)
Pemalas (+), Pendiam (-), Pemarah (+), Mudah tersinggung (+), Tak suka Bergaul (-
), Banyak teman (+), Pemalu (-), Perokok berat (+), Penjudi (-), Peminum (-),
Pecemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-), Pencuriga (-),
Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tak bertanggung jawab (- ).

 Ibu (Dijelaskan Ibu pasien dapat dipercaya/ diragukan)


Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka Bergaul (-
), Banyak teman (+), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-), Peminum (-),
Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-), Pencuriga (-),
Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tak bertanggung jawab (-).

16
c) Saudara
Pasien anak pertama dari tiga bersaudara
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr (31 tahun)
2. Lk/ Pr (27 tahun)
3. Lk/ Pr (22 tahun)

e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien


terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan
yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.*
Saudara Gambaran sikap dan perilaku Kualitas hubungan dengan
ke saudara (akrab/biasa/
kurang/tak
peduli)
1 Perhatian Akrab
2 Perhatian Akrab
Ket:
*) coret yang tidak perlu
**) diisi dengan tanda ( + ) atau (-)

f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap dan Kualitas hub
tingkah laku (akrab/
biasa,/kurang/tak
peduli)
1. Ibu kandung Perhatian Akrab
2. Ayah tiri Kurang perhatian Biasa

17
g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik
(yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :
Anggota Penyakit Kebiasaan- Penyakit
keluarga jiwa kebiasaan fisik

Bapak - - -
Ibu - - -
Saudara - - -
Nenek - - -
Kakek - - -
Paman + - -

18
Skema
Pedegree ( tiga
generasi)
Keterangan:
: Wanita : Laki-laki Pasien :Meninggal = serumah

h) Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:


No Rumah tempat tinggal Keadaan rumah
Tenang Cocok Nyaman Tidak nyaman
1. Rumah sendiri di Payo, Tanah Garam, Cocok
Kota Solok

i) Dan lain-lain

7. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan


perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) yang
meliputi :
a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan.
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan
atau kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu)

19
 Kesehatan Fisik : tidak ada gangguan
 Kesehatan Mental : tidak ada gangguan
- Keadaan melahirkan :
 Aterm (+), partus spontan (+), partus tindakan (-)
sebutkan jenis tindakannya
 Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan (ya/tidak)
 Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
 Pertumbuhan Fisik : (adik tidak tahu)
 Minum ASI : (adik tidak tahu)
 Usia mulai bicara : (adik tidak tahu)
 Usia mulai jalan : (adik tidak tahu)
 Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-),
gangguan hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (-), cemas
terhadap orang asing sesuai umum (-), cemas perpisahan (-), dan
lain-lain
c) Simtom-simtom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari ( - ), ngompol ( - ), BAB di
tempat tidur (- ), night teror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (- ),
masturbasi (- ), mutisme selektif (-), dan lain-lain.
d) Toilet training
Umur : (adik tidak tahu)
Sikap orang tua:(memaksa/menghargai/membiarkan/memberikan arahan)
Perasaan anak untuk toilet training ini: (adik tidak tahu)
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak: demam tinggi disertai menggigau (-),
kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran ( -), dan lain-lain.
f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu (-), gelisah (-) overaktif (-),
menarik diri (-), suka bergaul ( - ), suka berolahraga (-), dan lain-lain.

20
g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Umur 6 tahun - - -
Prestasi* Sedang - - -

- -
Aktifitas Sekolah* Baik -

- -
Sikap Terhadap Teman * Baik -

- -
Sikap Terhadap Guru Baik -

- -
Kemampuan Khusus (Bakat) - -
Tingkah Laku Baik - - -

h) Masa remaja:Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah
(-), kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat
terlarang (- ), peminum minuman keras (- ), problem berat badan (-),
anoreksia nervosa (-), bulimia (-),perasaan depresi (-), rasa rendah diri (-
),cemas ( - ),gangguan tidur (-), sering sakit kepala (-), dan lain-lain.
Ket: * coret yang tidak perlu
** ( ) diisi (+) atau (-)
i) Riwayat Pekerjaan

Pasien bekerja sebagai petani bersama dengan suami.


Konflik dalam pekerjaan (-), konflik dengan atasan, konflik dengan
bawahan (-), konflik dengan kelompok (-).
Keadaan ekonomi*: baik, sedang, kurang (menurut keluarga)

j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga


 Pasien sudah menikah
 Hubungan seks sebelum menikah (-)

2
 Riwayat pelecehan seksual (-)
 Orientasi seksual (normal)
k) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (+), rumah kontrak (-), rumah susun (-
), apartemen (-), serumah dengan mertua (-), di asrama (-) dan lain-lain
(-).
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-
lain. Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-)
ai : atas indikasi
l) Perihal anak-anak pasien meliputi:
No Sex Umur Pendidikan Sikap & Kesehatan Sikap pada
perilaku anak
Fisik Mental
1. P 9 thn SD Baik Normal Normal Baik
2. L 5 thn TK Baik Normal Normal Baik
m) Ciri Kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian (untuk axis
II) Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-)
Kepribadian Gambaran Klinis

Skizoid Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (-), perasaan hangat atau
lembut pada orang lain (-), peduli terhadap pujian maupun (-), kurang
teman (-), pemalu (-), sering melamun (-), kurang tertarik untuk
mengalami pengalaman seksual (-), suka aktivitas yang dilakukan
sendiri (-)
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan (-), kewaspadaan berlebihan (-),
sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (-), tidak mau menerima
kritik (-), meragukan kesetiaan orang lain (-), secara intensif mencari-
cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya (-), perhatian yang
berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi (-) cemburu
patologik (-), hipersensifitas (-), keterbatasan kehidupan afektif ( - ).
Skizotipal Pikiran gaib (-), ideas of reference (-), isolasi sosial (-), ilusi
berulang (-), pembicaraan yang ganjil (-), bila bertatap muka dengan
orang lain tampak dingin atau tidak acuh (-)

22
Siklotimik Ambisi berlebihan (-), optimis berlebihan (-), aktivitas seksual yang
berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan (-),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan
dirinya (-), melucu berlebihan (-), kurangnya kebutuhan tidur (-),
pesimis (-), putus asa (-
), insomnia (-), hipersomnia (-), kurang bersemangat (-), rasa rendah
diri (-), penurunan aktivitas (-), mudah merasa sedih dan menangis (-),
dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi (-) selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (- ),
mendambakan rangsangan aktivitas yang menggairahkan (-), bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal sepele (-) egosentris (-), suka menuntut (-
), dependen (-)dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (-), preokupasi
dengan fantasi tentan g sukses, kekuasaan dan kecantikan (-),
ekshibisionisme (-), membutuhkan perhatian dan pujian yang terus
menerus (-), hubungan interpersonal yang eksploitatif (-), merasa
marah, malu, terhina dan rendah diri bila
dikritik (- ) dan lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus (-), tidak mampu
mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman (-),
tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial (-),
tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama (-),
iritabilitas (-), agresivitas (-), impulsif (-), sering berbohong (-),
sangat cendrung menyalahkan orang lain atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat
pasien konflik dengan
masyarakat (-)
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil (-),
kurangnya pengendalian terhadap kemarahan (-), gangguan identitas (-

23
), afek yang tidak mantap (-) tidak tahan untuk berada sendirian ( - ),
tindakan mencederai diri sendiri (-), rasa bosan kronik (-), dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain (-) ,
kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan
dalam situasi social (-), menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan
yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik,
tidak
didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan (-), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi
dan jadwal (-), perfeksionisme (-), ketelitian yang berlebihan (-), kaku
dan keras kepala (-), pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan
sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai hubungan
interpersonal (-), pemaksaan yang berlebihan agar orang lain
mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu (-), keterpakuan yang
berlebihan pada kebiasaan sosial (-) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
(-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya(-)
7. Stresor psikososial (axis IV)
Pertunangan (-), perkawinan (-), perceraian (-), kawin paksa (-), kawin lari
(-), kawin terpaksa (-), kawin gantung (-), kematian pasangan (-), problem
punya anak (-), anak sakit (-), persoalan dengan anak (-), persoalan dengan
orang tua (-), persoalan dengan mertua (-), masalah dengan teman dekat ( -
), masalah dengan atasan/ bawahan (-), mulai pertama kali bekerja (-),
masuk sekolah (-), pindah kerja (-), persiapan masuk pensiun (-) pensiun (
-), berhenti bekerja (- ), masalah di sekolah (-),masalah jabatan/ kenaikan
pangkat (-) pindah rumah (-), pindah ke kota lain (-) transmigrasi (-)

24
pencurian (-), perampokan (- ), ancaman (-), keadaan ekonomi yang
kurang (+), memiliki hutang (-), usaha bangkrut (-), masalah warisan (-),
mengalami tuntutan hukum (-), masuk penjara (-), memasuki masa
pubertas(-), memasuki usia dewasa ( - ), menopause (-), mencapai usia 50
tahun (-), menderita penyakit fisik yang parah (-), kecelakaan (-),
pembedahan (-), abortus (-), hubungan yang buruk antar orang tua (-),
terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga (-), cara
pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek (-),
sikap orang tua yang acuh tak acuh pada anak (-), sikap orang tua yang
kasar atau keras terhadap anak ( -), campur tangan atau perhatian yang
lebih dari orang tua terhadap anak ( -), orang tua yang jarang berada di
rumah (-), terdapat istri lain (-), sikap atau kontrol yang tidak konsisten (-),
kontrol yang tidak cukup ( -), kurang stimulasi kognitif dan sosial (-),
bencana alam (-), amukan masa (-), diskriminasi sosial (-), perkosaan (-),
tugas militer (-), kehamilan (-), melahirkan di luar perkawinan ( - ), dan
lain-lain.
8. Pernah suicide (-).
9. Riwayat pelanggaran hukum
Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum
11. Riwayat agama
Pasien beragama Islam
12. Persepsi dan Harapan Keluarga
Keluarga kurang dapat memahami kondisi pasien dan berharap pasien
untuk sembuh.
13. Persepsi Dan Harapan PasienPasien tidak menyadari penyakit jiwa yang
dialaminya, pasien ingin ngin cepat keluar dari RS untuk bertemu anaknya.
Ket: ( ) diisi (+) atau (-)

25
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT TAHUN 2019-2022
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT

Tahun 2022:
Usia 30 Tahun
III. STATUS INTERNUS
 Keadaan Umum : Sakit sedang
 Kesadaran : Composmentis
 Tekanan Darah : 112/64 mmHg
 Nadi : Teraba, kuat angkat, teratur, frekuensi 80x/menit
 Nafas : 17x/menit
 Suhu : 36,7°C
 Tinggi Badan :152 cm
 Berat Badan : 40 kg
 Status Gizi : Gizi kurang
 Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
 Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
 Kelainan Khusus : tidak ditemukan
IV. STATUS NEUROLOGIKUS
GCS : E4M6V5
Tanda ransangan Meningeal : tidak
ada Tanda-tanda efek samping piramidal :
 Tremor tangan : tidak ada
 Akatisia : tidak ada
 Bradikinesia : tidak ada
 Tardive diskinesia : tidak ada
 Cara berjalan : biasa
 Keseimbangan : baik
 Rigiditas : tidak ada
 Kekuatan motorik : baik
555 555
555 555
 Sensorik : baik
 Refleks : bisep (++/++), trisep (++/++), KPR (++/+
+), APR (++/++)

27
V. STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 29 November 2022)
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis ( + ), somnolen ( - ), stupor
(- ), kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ), delirium ( - ),
kesadaran berubah ( - ), dan lain-lain
2. Penampilan
 Sikap tubuh: biasa ( + ), diam (-), aneh (-), sikap tegang ( - ), kaku ( - ),
gelisah ( - ), kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (- ),
berpakaian sesuai gender (+).
 Cara berpakaian : rapi (-), biasa ( + ), tak menentu ( - ), sesuai dengan
situasi(-), kotor ( - ), kesan ( dapat mengurus diri)*
 Kesehatan fisik : sehat ( +), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak
tangan basah ( - ), dahi berkeringat ( - ), mata terbelalak ( - ).
3. Kontak psikis
dapat dilakukan (+), tidak dapat dilakukan (-), wajar (-), kurang wajar (+),
sebentar ( - ), lama (+).
4. Sikap
Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( - ), menggoda ( -
), bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( - ),
selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen ( - ), infantil ( - ),
curiga ( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
 Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain
 Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik (-
), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ),
negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik (-), mannerisme ( -
),otomatisme( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi
psikomotor ( -), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme (
- ), akathisia ( -), kompulsi(-), ataksia, hipoaktivitas ( - ), mimikri ( - ),
agresi ( - ), acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea (
- ), distonia ( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ),
convulsi ( - ), seizure ( - ), piromania (-), vagabondage (-).

28
Ket : ( ) diisi (+ atau (-)
B. Verbalisasi dan cara berbicara
 Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat
 Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
 Perbendaharaan* : biasa, sedikit, banyak
 Nada pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
 Volume pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
 Isi pembicaraan* : sesuai/ tidak sesuai
 Penekanan pada pembicaraan* : Ada/ tidak
 Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
 Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ),
gagap ( - ), afasia ( - ), bicara kacau (-)
C. Emosi
 Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak
adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas), arus
emosi (biasa/lambat/cepat).
1. Afek
Afek appropriate/ serasi(+), afek inappropriate/ tidak serasi(-), afek
tumpul (-), afek yang terbatas (-), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood
mood eutimik (-), mood disforik (-),mood yang meluap-luap (expansive
mood) ( - ), mood yang iritabel (-),mood yang labil (swing mood) ( - ),
mood meninggi (elevated mood/ hipertim) (-), ( -),euforia ( - ), ectasy ( - ),
mood depresi (hipotim) (+), anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia ( -
), elasi ( ), hipomania ( - ), mania( - ), melankolia( - ), La belle indifference
( -), tidak ada harapan (-).
3. Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety( - ), ketakutan (-), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional (
- ), rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah(+), kontrol impuls ( -).

29
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia (-), hipersomnia ( - ), variasidiurnal
( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi (- ), fatigue ( - ), pica ( -
), pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)
D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)
 Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
 Mutu proses pikir (jelas/tajam)
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental ( - ), psikosis ( + ), tes realitas ( terganggu/ tidak ),
gangguan pikiran formal ( -), berpikir tidak logis ( - ), pikiran autistik (-),
dereisme ( - ), berpikir magis ( -), proses berpikir primer (-).
2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas ( -
), inkohenrensia (+), perseverasi ( -), verbigerasi (-), ekolalia ( - ),
kondensasi (-),jawaban yang tidak relevan (-), pengenduran asosiasi (-),
derailment (-), flight of ideas (-), clang association (-), blocking (-),
glossolalia ( - ).
3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
 Kemiskinan isi pikiran ( -), Gagasan yang berlebihan (-)
 Delusi/waham
waham bizarre (-),waham tersistematisasi ( -), waham yang sejalan dengan
mood ( - ), waham yang tidak sejalan dengan mood ( -), waham nihilistik
( -), waham kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham persekutorik
(+), waham kebesaran (-), waham referensi (-), though ofwithdrawal ( - ),
though of broadcasting ( -), though of insertion ( - ), delution of control
(+), Waham cemburu/ waham ketidaksetiaan ( -) waham menyalahkan diri
sendiri ( - ), erotomania ( - ), pseudologia fantastika (-).
 Idea of reference (-)
 Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( -),
kompulsi ( -), koprolalia ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), koprolalia ( -
), fobia (- ) noesis ( - ), unio mystica ( - )

30
E. Persepsi
 Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( + ), halusinasi visual (-), halusinasi olfaktorik(-),
halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil (-), halusinasi somatik (
- ), halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi
yang tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ),
halusinasi perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
 Ilusi (-)
 Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
F. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : Tidak ada
Fantasi : Tidak ada
G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).
2. Atensi (perhatian) (+), distractibilty (-), inatensi selektif ( -), hipervigilance
(-), dan lain-lain
3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi (baik/terganggu),
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote (-),
gangguan memori jangka menengah/ recent past (-), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent ( - ), gangguan memori segera/
immediate ( -
).Amnesia (-), konfabulasi (-), paramnesia ( - ).
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit : baik/ terganggu/ sulit dinilai
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu/ sulit dinilai
8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( -
), pseudodemensia ( - ).
H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)

31
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I. Discriminative Judgement:
 Judgment tes :tidak terganggu
 Judgment sosial : tidak terganggu
VI. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya
Laboratorium (25-11-
2022) Hb : 14,2 g/dl
Ht : 39,8%
Leukosit : 11.400/mm3
Trombosit : 441.000/mm3
SGOT/SGPT : 26 U/L/ 31
U/L
Ureum : 24 mg/dl
Creatinin :0,7 ml/s
GDS : 85,7 g/dl
VII. Pemeriksaan oleh Psikolog / petugas sosial lainnya
(Tidak ada)
VIII. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Telah diperiksa pasien Ny. JM berusia 30 tahun, agama Islam, suku bangsa
Minangkabau, pendidikan terakhir SD, sudah menikah, dan pernah bekerja. Pasien
saat ini dirawat di bangsal RSJ Prof HB Saanin Padang pada tanggal 25 November
2022 diantar oleh keluarga sebab gaduh gelisah sejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Menurut keluarga pasien, awalnya karena keinginan untuk membeli
motor tidak terpenuhi. Pasien lalu membakar-bakar alat rumah tangga. Pasien sedih-
sedih dan menangis tanpa sebab. Pasien juga banyak bicara ngawur. Pasien juga
melarang anaknya ke sekolah 1 bulan ini. Pasien juga tiba-tiba mulai merokok sejak
1 bulan ini.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan pasien komposmentis dengan
penampilan cukup rapi, sesuai gender, dan dapat mengurus diri; sikap saat
wawancara kooperatif; psikomotor biasa; arus pembicaraan biasa, produktivitas
biasa, perbendaharaan biasa, nada biasa, volume biasa, isi sesuai, penekanan pada
pembicaraan tidak ada, spontanitas ada; kontak psikis dapat dilakukan, wajar ;
32
orientasi baik; afek paproriated ; mood hipotim; proses pikir pasien memiliki
psikosis. Pasien memiliki gangguan spesifik dalam isi pikiran berupa
wahamkpersecutorik dan delusion of control. Pasien memiliki gangguan presepsi
berupa halusinasi auditorik. Discriminative insight pasien derajat I, dan
discrimintaive judgement tidak terganggu. Pada pemeriksaan neurologis tidak
terdapat kelainan.
VII. Formulasi Diagnosis
Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan
penyakit, dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan pola
perilaku dan perasaan yang secara klinis bermakna dan hendaya (disability) dalam
fungsi sosial. Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa
pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.
Untuk memastikan diagnosis gangguan jiwa, diperlukan wawancara yang
baik untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai gejala yang bermakna,
jangka waktu, awitan, episode, dan perjalanan penyakitnya.
F0 gangguan mental organik, merupakan gangguan mental yang
disebabkan oleh penyakit primer di otak atau penyakit sekunder di luar otak yang
menyebabkan disfungsi otak. Dari allo-anamnesis dan rekam medik pasien, tidak
ditemukan adanya riwayat penyakit yang sesuai dengan karakteristik tersebut.
Tidak ada riwayat trauma kepala, kejang, atau penyakit berat lainnya yang
mungkin menyebabkan disfungsi otak. Dengan demikian, diagnosis F0 dapat
disingkirkan. Dari anamnesis juga didapatkan bahwa pasien tidak pernah
mengkonsumsi zat psikoaktif dan alkohol. Oleh sebab itu diagnosis gangguan
mental dan perilaku akibat zat psikoaktif (F1) dapat disingkirkan.

Dari keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang dapat ditarik


kesimpulan bahwa pada pasien ini ditemukan gangguan presepsi, antara lain
halusinasi auditorik berupa mendengar suara ibunya yang sudah meinggal yang
mengatakan paman dan tantenya ingin mencelakainya. Pada pasien juga terdapat
waham curiga selama 1 bulan. Pada pasien juga ditemukan afek yang meonjol
pada saat bersmaan dengan gejala waham dan halusinasinya berupa adanya
perasaan sedih, sering melamun dan sering menangis tiba-tiba. Pada pasien juga
ditemukan mood yang hipotim dan adanya rasa bersalah terhadap anaknya.
Sehinga diagnosis diarahkan pada F25 gangguan skizoafektif. Dari gejala
halusinasi, waham, serta
33
afek yang menonjol pada pasien, maka diagnosis sesuai dengan F25.1 gangguan
skizoafektif tipe depresi.

Dari riwayat kepribadian pasien tidak didapatkan diagnosis adanya riwayat


gangguan kepribadian dan tidak ada riwayat retardasi mental. Selain itu tidak
ditemukan gejala atau tanda gangguan kepribadian yang bersifat berkembang dari
masa kanak-kanak hingga dewasa, sehingga aksis II pada pasien ini tidak ada
diagnosis. Pada pasien ini tidak ditemukan kondisi medis umum yang bermakna
sehingga tidak ada diagnosis pada aksis III.
Pada pasien ini didapatkan masalah utama yaitu pasien memiliki hubungan
yang tidak baik dengan tante dan pamannya yang menyebabkan perubahan
perilaku, perasaan, dan pikiran pada pasien. sehingga ada diagnosis pada aksis IV
yaitu masalah pada primary support grup.
Pasien digolongkan mengalami beberapa disabilitas dalam hubungan
dengan realita dan komunikasi dan disabilitas berat dalam beberapa fungsi yaitu
pasien meyakini bahwa paman dan tantenya mengguna-guna pasien (Waham). Pasien
juga mendengar suara ibunya yang sudah meninggal yang mengatakan paman dan
tantenya ingin mencelakainya (halusinasi) sehinggapada aksis V, berdasarkan
penilaian GAF (Global Assessment of Functional Scale)saat ini pasien berada
pada nilai 40–31.
VIII. Diagnosis Multiaksial
Axis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Axis II : Tidak ada
diagnosis Aksis III : Tidak ada
diagnosis
Aksis IV : masalah primary support group
Aksis V : GAF 40-31
IX. Diagnosis Banding Axis I
Tidak ada
X. Daftar Masalah
 Organobiologik
Tidak ada
 Psikologis
Terdapat halusinasi auditorik, delusion of control, waham
curiga, serta gangguan afektif.
34
 Lingkungan dan psikososial
Pasien tinggal bersama suaminya di rumah sendiri. Pasien mmiliki
hubungan yang tidak baik dengan tante dan pamannya.

XI. Penatalaksanaan
Terapi yang sudah diberikan:
A. Farmakoterapi :
 Risperidone 2 mg 2x1 tab
 Olanzepin 5 mg 1x1 tab

 Fluoxetin 10 mg 1x1

tab Rencana terapi:


A. Psikoterapi :
1. Kepada pasien
 Psikoterapi suportif
Berempati pada pasien, memahami keadaan pasien, mengidentifi-
kasi/faktor pencetus, serta mengarahkan untuk memecahkan per-
masalahan.
 Psikoedukasi
Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang gangguan yang
dialaminya. Diharapkan pasien dapat secara efektif mengenali
gejala, penyebab dan terapi yang dibutuhkannya untuk
mengurangi gejala dan menghindari terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan.
2. Kepada keluarga : diberikan psikoedukasi mengenai
 Penyakit yang diderita pasien
 Dukungan sosial dan perhatian dari keluarga kepada pasien
 Terapi dan kepatuhan minum obat pasien

35
XII. PROGNOSIS
Prognosis Baik
Kriteria Penilaian

Awitan lambat (>30 tahun), terutama perempuan +


Ada faktor presipitasi yang jelas -
Awitan akut +
Riwayat sosial, seksual, dan pelerjaan premorbid baik +
Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif) +
Menikah +
Riwayat keluarga dengan gangguan mood -
Sistem pendukung baik +
Gejala positif +

Prognosis Buruk
Kriteria Penilaian

 Awitan muda -
 Tidak ada faktor presipitasi -

 Awitan insidious -

 Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan premorbid buruk -

 Perilaku autistic, menarik diri -

 Lajang, cerai -
-
 Riwayat keluarga dengan skizofrenia
-
 Sistem pendukung buruk
+
 Gejala negatif
-
 Tanda dan gejala neurologis
-
 Riwayat trauma perinatal
-
 Tanpa remisi dalam 3 tahun
-
 Berulang kali relaps
-
 Riwayat melakukan tindakan penyerangan

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanctionam : dubia ad bonam

36
BAB IV
DISKUSI

Seorang pasien Perempuan berusia 30 tahun dibawa oleh keluarga ke IGD


RSJiwa Prof HB Saanin pada hari Rabu, 25 November 2022, karena gaduh
gelisah sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien didiagnosis dengan
skizoafektif tipe depresi karena memenuhi kriteria diagnosis yang ada pada PPDGJ-
III.
Pada pasien, dijumpai adanya beberapa jenis waham yang menonjol.
Pasien meyakini bahwa paman dan tantenya melakukan guna-guna padanya
berupa membacakan ayat-ayat yang membuat arwah ibunya yang sudah
meninggal memasuki tubuhnya. Pasien juga meyakini bahwa ada orang yang
ingin mencelakai anaknya sehingga dia melarang anaknya pergi ke sekolah yang
ini merupakan waham persekutorik. Pasien juga meyakini bahwa tangan dan kaki
pasien digerakkan oleh arwah ibunya tersebut yang merupakan gejala skizofrenia
berupa delusion of control.
Pada pasien dijumpai adanya halusinasi auditorik, pasien mendengar
suara-suara yang merupakan suara ibunya yang sudah meninggal mengatakan
bahwa paman dan tante pasien ingin mencelakai pasien.
Pada pasien juga ditemukan adanya gejala-gejala afektif berupa adanya
rasa bersalah, sering melamun, perasaan sedih, dan sering menangis tiba-tiba.
Gejala-gejala di atas telah muncul sejak 1 bulan yang lalu. Terpenuhinya
kriteria skizofrenia dan ada- nya waham dan/atau halusinasi yang menonjol serta
adanya gangguan afektif yang menonjol mengarahkan pada diagnosis skizoafektif
tipe depresi. Pasien diberikan tatalaksana antipsikotik generasi kedua Risperidon
dengan dosis 2 × 2 mg, Fluoxetin 1×10 mg, dan olanzapin 1×5 mg. Risperidoen
merupakan antipsikosis atipikal generasi kedua dan juga merupakan mood
stabilizer. Risperidone bekerja melalui menghambat reseptor dopamin 2,
mengurangi gejala positif psikosis dan stabilisasi gejala afektif; menghambat
reseptor serotonin 2A, menyebabkan peningkatan pelapasan dopamin di regio
sentral otak sehingga mengurangi efek samping motorik dan
meningkatkankognitif dan mengurangi gejala afektif. Dosis yang biasa
diberikan adalah 2-6 mg/hari

37
Fluoxetin merupakan antidepresan dari golongan selective serotonin reuptake
inhibitor atau SSRI. Fluoxetine terutama digunakan untuk terapi depresi. Obat golongan
SSRI bekerja dengan cara menghambat proses reuptake serotonin melalui inhibisi terhad
ap serotonin transporter (SERT). Dosis yang biasa digunakan adalah 10-20 mg/hari.
Olanzapine merupakan turunan thienobenzodiazepine yang dikenal sebagai obat
antipsikosis atipikal atau antipsikosis generasi kedua. Mekanisme kerja olanzapine
sebagai antipsikosis masih belum diketahui secaral jelas namun efek tersebut mungkin
dimediasi melalui kombinasi antagonisme dopamine dan serotonin Olanzapine
merupakan antagonis monoaminergik setektif yang memiliki afinitas tinggi terhadap
reseptor serotonini dan 5-HT2c dan reseptor dopamine dan Kemampuan olanzapine
dalam menghambat dan menurunkan regulasi reseptor memiliki peran dalam aktivitas
antimanik. Selain itu. Dosis yang biasa digunakan adalah 5-20 mg/hari

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Kurnilla MD. Tingkat Stres Pada Caregiver Pasien Gangguan Jiwa.


Universitas Diponegoro; 2016.

2. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari


PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya: 2013; 46-48

3. Rades M, Wulan AJ. Skizoafektif Tipe Campuran. Universitas Lampung:


Fakultas Kedokteran. Jurnal Medula Unila. 2016;5(2):1-2

4. Kartika AW. Pola Pengobatan dan Outcome Terapi Pasien Skizoafektif di


Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi
Klaten, Jawa Tengah. Universitas Gadjah Mada; 2016.

5. Skizofrenia. Editor : Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan &
Sadock - Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC. 2014:147-68.

6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman


Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa. 2015; 32

7. Idaiani S, Yunita I, Prihatini S, Indrawati L. Gangguan Mental Berat.


Dalam: Riset Kesehatan Dasar 2013. Indonesia: Kementrian Kesehatan
RI; 2013: 125-127.

8. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Buku Ajar Psikiatri. Edisi kedua. Jakarta:


Badan Penerbit FKUI: 2014; 173: 173-203.

39

Anda mungkin juga menyukai