NASKAH PSIKIATRI
F 25.1 Skizoafektif Tipe Depresi
Oleh:
Aliya Syaharani Rafen 1810311031
Zakiya Ifana Putri 2140312093
Preseptor
Dr. dr. Amel Yanis, SpKJ (K)
BAGIAN PSKIATRI
RSUP DR M. DJAMIL
PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ANDALAS 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya untuk Allah SWT. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi SAW. Alhamdulillah, dengan nikmat-Nya
penulis dapat me- nyelesaikan ilmiah dengan judul “Skizoafektif tipe depresi”
yang merupakan salah satutugas ilmiah di sikus pskiatri yang saat ini penulis
jalani.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. dr. Amel Yanis, SpKJ (K)
se- laku preseptor yang telah memberikan arahan dan petunjuk, dan semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan ilmiah ini. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat
penulis harapkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
2.1 Definisi....................................................................................................4
2.2 Epidemiologi............................................................................................4
2.3 Etiologi....................................................................................................4
2.5 Diagnosis.................................................................................................8
2.6 Tatalaksana............................................................................................10
2.8 Prognosis................................................................................................12
BAB IV DISKUSI...............................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................39
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam
berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana
perasaan baik itu manik maupun depresif. Onset biasanya akut, perilaku sangat
terganggu, namun penyembuhan secara sempurna dalam beberapa minggu.3
Beberapa data menunjukkan bahwa gangguan skizofrenia dan gangguan
afektif mungkin berhubungan secara genetik. Terdapat peningkatan resiko
terjadinya gangguan skizofrenia diantara keluarga dengan gangguan
skizoafektif.5Skizoafektif merupakan penyakit kejiwaan kronis yang dapat
berdampak buruk bagi pasien itu sendiri. Salah satu dampak terburuknya adalah
bunuh diri. Hal ini tentu akan meningkatkan angka bunuh diri di dunia. Menurut
data WHO (2015) pada tahun 2012, kasus terjadinya bunuh diri yang terjadi di
dunia bisa mencapai lebih dari 800.000 per tahun atau 40 kematian per detiknya.4
Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan, standar yang
digunakan sebagai kriteria untuk mendiagnosis skizoafektif berbeda-beda.
Adapun standar yang sering digunakan adalah Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders (DSM) ataupun International Classification of Disease
(ICD). Kedua standar ini terus melakukan pembaharuan sejalan dengan
perkembangan waktu, sehingga penggunaan kriteria diagnosis yang berbeda ini
bisa berakibat kepada terapi yang harus diberikan. Jika dibandingkan dengan
skizofrenia ataupun dengan gangguan afektif lainnya, maka skizoafektif termasuk
kedalam gangguan kejiwaan yang lebih berat. Namun, jumlah penelitian
mengenai terapi farmakologi yang terstruktur untuk menangani skizoafektif ini
juga belum banyak dilakukan.4
Pengobatan untuk gangguan skizoafektif merespon baik terhadap obat
antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat mood stabilizer atau pengobatan
dengan antipsikotik saja.5 Berdasarkan tipe gangguan skizoafektif, maka
tatalaksana terapinya pun akan berbeda. Terapi untuk skizoafektif tipe manik
biasanya digunakan mood stabilizer, sedangkan untuk tipe depresif maka dapat
digunakan antidepresan.4Pada laporan kasus ini, akan dibahas secara menyeluruh
tentang skizoafektif tipe depresi.
2
1.2 Rumusan Masalah
Laporan kasus ini membahas tentang defenisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan,
dan prognosis gangguan skizoafektif tipe depresi.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sesuai dengan istilah yang digunakan, gangguan skizoafektif mempunyai
gambaran baik skizofrenia maupun gangguan afektif (saat ini disebut gangguan
mood).Gangguan skizoafektif merupakan penyakit dengan gejala psikotik yang
persisten, seperti halusinasi atau delusi, yang terjadi bersama-sama dengan
masalah suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran.5
Sehingga skizoafektif dibagi kedalam tiga subtipe yaitu tipe manik, tipe depresi,
dan tipe campuran.6
2.2 Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari
satu persen, kemungkinan dalam rentan 0,5-0,8 persen. Namun angka tersebut
adalah angka perkiraan.5 Di Amerika Serikat, prevalensi skizoafektif sekitar 0,2%
dari populasi umum dan sampai sebanyak 9% orang dirawat di rumah sakit karena
gangguan ini. Gangguan skizoafektif diperkirakan terjadi lebih sering daripada
gangguan bipolar.3 Prevalensi skizoafektif pada laki-laki lebih rendah
dibandingkan perempuan, terutama perempuan menikah. Menurut onset usia, pada
perempuan terjadi pada usia yang lebih tua dibandingkan laki-laki. Pada usia tua,
gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi, sedangkan skizoafektif
tipe bipolar lebih sering terjadi pada dewasa muda dibandingkan dewasa tua.
Laki-laki dengan gangguan skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku anti
sosial dan mempunyai afek tumpul yang nyata atau tidak sesuai.5
2.3 Etiologi
Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, namun diduga
disebabkan oleh ketidakseimbangan neurotransmitter otak, seperti serotonin,
norepinefrin, dan dopamine. Terdapat empat model konseptual telah
dikembangkan. Gangguanskizoafektif dapat berupa tipe skizofrenia atau tipe
gangguan mood. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi simultan
skizofrenia dan
4
gangguan mood. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis ketiga
yang berbeda, yang bukan merupakan gangguan skizofrenia maupun gangguan
mood. Keempat, dan paling mungkin, adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah
kelompok heterogen gangguan yang mencakup ketiga kemungkinan pertama.5
Beberapa data menunjukkan bahwa gangguan skizofrenia dan gangguan
afektif mungkin berhubungan secara genetik. Terdapat peningkatan resiko
terjadinya gangguan skizofrenia diantara keluarga dengan gangguan
skizoafektif.5Selain itu, diduga bahwa etiologi gangguan skizoafektif mirip
dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu, teori etiologi mengenai gangguan
skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan faktor lingkungan.7
5
a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau “thought
insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought broadcasting”= isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya.
b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of passivitiy” =
waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus). “delusional perception” = pengalaman indrawi
yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya
bersifat mistik atau mukjizat.
c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien
pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
6
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor.
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
7
b. Gangguan Skizoafektif Tipe Depresi
Harus ada depresi yang menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala
depresif yang khas atau kelainan perilaku seperti yang terdapat dalam
kriteria episode depresif; dalam episode yang sama, sedikitnya harus ada
satu atau lebih dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan
untuk pedoman diagnostik skizofrenia).2Gejala utama episode depresif
adalah:
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menyebabkan meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)
dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya episode depresif:
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri menurun
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Pikiran atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang.
c. Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia berada secara bersama-
sama dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran.
2.5 Diagnosis
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitif skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan, atau dalam beberapa hari setelah yang lain, dalam episode yang sama.
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan
dalam berpikir, perubahan dalam persepsi. Sebagian diantara pasien gangguan
skizoafektif mengalami episode skizoafektif berulang, baik yang tipe manik,
depresif atau campuran keduanya.5
8
Kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-V,
yaitu:7
a. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.
Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode
campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi
b. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
c. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.
d. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya
obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
Sebagian besar diagnosis psikiatri, gangguan afektif sebaiknya tidak
digunakan jika gejala disebabkan penyalahgunaan zat atau keadaan medis
sekunder.
9
keduanya (F.25.2). pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau
depresi (F30-F33).
2.6 Tatalaksana
Mood stabilizer adalah cara utama pengobatan gangguan bipolar dan
diharapkan dapat bermanfaat pada pengobatan pasien dengan gangguan
skizoafektif. Satu studi yang membandingkan litium dengan karbamazepin
memperlihatkan superioritas karbamazepin pada gangguan skizoafektif tipe
10
depresif, tetapi tidak ada perbedaan kedua agen tersebut untuk tipe bipolar.
Namun, pada praktiknya pengobatan tersebut digunakan luas secara tersendiri,
digunakan secara bersamaan, atau kombinasi dengan agen anti psikotik. Pada
episode manik, pasien skizoafektif sebaiknya diobati secara agresif dengan
pemberian dosis mood stabilizer dalam kisaran konsentrasi terapeutik sedang
sampai tinggi di dalam darah. Ketika pasien memasuki fase pemeliharaan,
pemberian dosis dapat dikurangi sampai rentang rendah sampai sedang untuk
menghindari efek simpang dan efek potensial terhadap sistem organ (misalnya
tiroid dan ginjal) dan memudahkan konsumsi dan kepatuhan pengobatan.
Pemantauan laboratorium terhadap konsentrasi obat dalam plasma dan penapisan
periodic tiroid, ginjal, dan fungsi hematologis harus dilakukan. Seperti pada kasus
mania yang sulit disembuhkan, pemakaian terapi elektrokonvulsif (ECT) harus
dipertimbangkan.
Berdasarkan defenisi, banyak pasien skizoafektif menderita akibat episode
depresif mayor. Pengobatan dengan antidepresan menyerupai pengobatan depresi
bipolar. Perawatan dilakukan tetapi bukan untuk mencetuskan suatu siklus
pergantian cepat dari depresi menjadi mania dengan antidepresan. Pilihan
antidepresan sebaiknya memperhatikan kegagalan atau keberhasilan antidepresan
sebelumnya. Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) (contoh fluoxetine dan
sertraline) sering digunakan sebagai agen lini pertama. Namun pasien teragitasi
atau insomnia dapat disembuhkan dengan antidepresan trisiklik. Seperti pada
semua kasus depresi, pemakain ECT sebaiknya dipertimbangkan. Seperti telah
disinggun sebelumnya, agen antipsikotik bermanfaat pada pengobatan gejala
psikotik gangguan skizoafektif.5
Pengobatan Psikososial:
Pasien dapat terbantu dengan kombinasi terapi keluarga, latihan keterampilan
sosial, dan rehabilitasi kognitif. Oleh karena bidang psikiatri sulit memutuskan
diagnosis dan prognosis gangguan skizoafektif yang sebenarnya, ketidakpastian
tersebut harus dijelaskan kepada pasien. Kisaran gejala mungkin sangat luas,
karena pasien mengalami keadaan psikosis dan variasi kondisi mood yang terus
berlangsung. Anggota keluarga dapat mengalami kesulitan dalam menghadapi
11
perubahan sikap dan kebutuhan pasien. Perlu diberikan regimen obat yang
mungkin lebih rumit. Dengan banyak obat, dan pendidikan psikofarmakologis.5
2.8 Prognosis
Adanya peningkatan gejala skizofrenik pada gangguan skizoafektif
memiliki prognosis yang lebih buruk. Setelah satu tahun, pasien yang memiliki
gangguan skizoafektif dengan gejala dominan afektif memiliki prognosis yang
lebih baik dibandingkan dengan gejala dominan skizofrenik.5
12
BAB 3
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. TP Panggilan: T
No. MR : 01.92.44
Dirawat di Bangsal : Flamboyan RSJ. Prof. HB. Saanin Padang
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat,tanggal lahir/ umur : Lubuk Jantan, 15 Juni 1991
Umur : 31 tahun
Status perkawinan : Duda
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku bangsa : Minang
Negeri asal : Tanah Datar
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Lubuk Jantan, Lintau Buo Utara, Tanah Datar
13
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 30 Desember 2022 di
Bangsal Jiwa RSJ Prof. HB Saanin, Padang
2. Alloanamnesis dengan : Ibu Kandung bernama Ny. Y via telpon, ibu pasien
tinggal di Tanah Datar
1. Fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
2. Sebab Utama
Gaduh gelisah dan memukul orang lain tanpa sebab sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit.
Pasien lalu di bawa oleh keluarganya ke RSJ. Prof HB. Saanin Padang
karena perilakunya.
14
5. Riwayat Penyakit Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien riwayat sakit jiwa sejak 8 tahun yang lalu, rawatan ke-10 kali, terakhir dirawat pada
Januari 2022 selama 22 hari. Pulang dengan perbaikan, namun pasien tidak teratur minum
obat karena lupa.
15
6. Riwayat keluarga
a) Identitas orang tua/ penganti
Orang tua/ Pengganti
IDENTITAS Ket
Bapak Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Minangkabau Minangkabau
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SD
Pekerjaan Pedagang IRT
Umur 50 Tahun 46 Tahun
Alamat Lubuk Jantan,
Lubuk Jantan,
Lintau Buo
Lintau Buo
Utara, Tanah
Utara, Tanah
Datar, Sumatera
Datar, Sumatera
Barat
Barat
16
c) Saudara
Pasien anak pertama dari tiga bersaudara
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr (31 tahun)
2. Lk/ Pr (27 tahun)
3. Lk/ Pr (22 tahun)
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap dan Kualitas hub
tingkah laku (akrab/
biasa,/kurang/tak
peduli)
1. Ibu kandung Perhatian Akrab
2. Ayah tiri Kurang perhatian Biasa
17
g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik
(yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :
Anggota Penyakit Kebiasaan- Penyakit
keluarga jiwa kebiasaan fisik
Bapak - - -
Ibu - - -
Saudara - - -
Nenek - - -
Kakek - - -
Paman + - -
18
Skema
Pedegree ( tiga
generasi)
Keterangan:
: Wanita : Laki-laki Pasien :Meninggal = serumah
i) Dan lain-lain
19
Kesehatan Fisik : tidak ada gangguan
Kesehatan Mental : tidak ada gangguan
- Keadaan melahirkan :
Aterm (+), partus spontan (+), partus tindakan (-)
sebutkan jenis tindakannya
Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan (ya/tidak)
Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
Pertumbuhan Fisik : (adik tidak tahu)
Minum ASI : (adik tidak tahu)
Usia mulai bicara : (adik tidak tahu)
Usia mulai jalan : (adik tidak tahu)
Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-),
gangguan hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (-), cemas
terhadap orang asing sesuai umum (-), cemas perpisahan (-), dan
lain-lain
c) Simtom-simtom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari ( - ), ngompol ( - ), BAB di
tempat tidur (- ), night teror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (- ),
masturbasi (- ), mutisme selektif (-), dan lain-lain.
d) Toilet training
Umur : (adik tidak tahu)
Sikap orang tua:(memaksa/menghargai/membiarkan/memberikan arahan)
Perasaan anak untuk toilet training ini: (adik tidak tahu)
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak: demam tinggi disertai menggigau (-),
kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran ( -), dan lain-lain.
f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu (-), gelisah (-) overaktif (-),
menarik diri (-), suka bergaul ( - ), suka berolahraga (-), dan lain-lain.
20
g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Umur 6 tahun - - -
Prestasi* Sedang - - -
- -
Aktifitas Sekolah* Baik -
- -
Sikap Terhadap Teman * Baik -
- -
Sikap Terhadap Guru Baik -
- -
Kemampuan Khusus (Bakat) - -
Tingkah Laku Baik - - -
h) Masa remaja:Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah
(-), kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat
terlarang (- ), peminum minuman keras (- ), problem berat badan (-),
anoreksia nervosa (-), bulimia (-),perasaan depresi (-), rasa rendah diri (-
),cemas ( - ),gangguan tidur (-), sering sakit kepala (-), dan lain-lain.
Ket: * coret yang tidak perlu
** ( ) diisi (+) atau (-)
i) Riwayat Pekerjaan
2
Riwayat pelecehan seksual (-)
Orientasi seksual (normal)
k) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (+), rumah kontrak (-), rumah susun (-
), apartemen (-), serumah dengan mertua (-), di asrama (-) dan lain-lain
(-).
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-
lain. Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-)
ai : atas indikasi
l) Perihal anak-anak pasien meliputi:
No Sex Umur Pendidikan Sikap & Kesehatan Sikap pada
perilaku anak
Fisik Mental
1. P 9 thn SD Baik Normal Normal Baik
2. L 5 thn TK Baik Normal Normal Baik
m) Ciri Kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian (untuk axis
II) Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-)
Kepribadian Gambaran Klinis
Skizoid Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (-), perasaan hangat atau
lembut pada orang lain (-), peduli terhadap pujian maupun (-), kurang
teman (-), pemalu (-), sering melamun (-), kurang tertarik untuk
mengalami pengalaman seksual (-), suka aktivitas yang dilakukan
sendiri (-)
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan (-), kewaspadaan berlebihan (-),
sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (-), tidak mau menerima
kritik (-), meragukan kesetiaan orang lain (-), secara intensif mencari-
cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya (-), perhatian yang
berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi (-) cemburu
patologik (-), hipersensifitas (-), keterbatasan kehidupan afektif ( - ).
Skizotipal Pikiran gaib (-), ideas of reference (-), isolasi sosial (-), ilusi
berulang (-), pembicaraan yang ganjil (-), bila bertatap muka dengan
orang lain tampak dingin atau tidak acuh (-)
22
Siklotimik Ambisi berlebihan (-), optimis berlebihan (-), aktivitas seksual yang
berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan (-),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan
dirinya (-), melucu berlebihan (-), kurangnya kebutuhan tidur (-),
pesimis (-), putus asa (-
), insomnia (-), hipersomnia (-), kurang bersemangat (-), rasa rendah
diri (-), penurunan aktivitas (-), mudah merasa sedih dan menangis (-),
dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi (-) selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (- ),
mendambakan rangsangan aktivitas yang menggairahkan (-), bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal sepele (-) egosentris (-), suka menuntut (-
), dependen (-)dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (-), preokupasi
dengan fantasi tentan g sukses, kekuasaan dan kecantikan (-),
ekshibisionisme (-), membutuhkan perhatian dan pujian yang terus
menerus (-), hubungan interpersonal yang eksploitatif (-), merasa
marah, malu, terhina dan rendah diri bila
dikritik (- ) dan lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus (-), tidak mampu
mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman (-),
tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial (-),
tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama (-),
iritabilitas (-), agresivitas (-), impulsif (-), sering berbohong (-),
sangat cendrung menyalahkan orang lain atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat
pasien konflik dengan
masyarakat (-)
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil (-),
kurangnya pengendalian terhadap kemarahan (-), gangguan identitas (-
23
), afek yang tidak mantap (-) tidak tahan untuk berada sendirian ( - ),
tindakan mencederai diri sendiri (-), rasa bosan kronik (-), dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain (-) ,
kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan
dalam situasi social (-), menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan
yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik,
tidak
didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan (-), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi
dan jadwal (-), perfeksionisme (-), ketelitian yang berlebihan (-), kaku
dan keras kepala (-), pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan
sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai hubungan
interpersonal (-), pemaksaan yang berlebihan agar orang lain
mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu (-), keterpakuan yang
berlebihan pada kebiasaan sosial (-) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
(-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya(-)
7. Stresor psikososial (axis IV)
Pertunangan (-), perkawinan (-), perceraian (-), kawin paksa (-), kawin lari
(-), kawin terpaksa (-), kawin gantung (-), kematian pasangan (-), problem
punya anak (-), anak sakit (-), persoalan dengan anak (-), persoalan dengan
orang tua (-), persoalan dengan mertua (-), masalah dengan teman dekat ( -
), masalah dengan atasan/ bawahan (-), mulai pertama kali bekerja (-),
masuk sekolah (-), pindah kerja (-), persiapan masuk pensiun (-) pensiun (
-), berhenti bekerja (- ), masalah di sekolah (-),masalah jabatan/ kenaikan
pangkat (-) pindah rumah (-), pindah ke kota lain (-) transmigrasi (-)
24
pencurian (-), perampokan (- ), ancaman (-), keadaan ekonomi yang
kurang (+), memiliki hutang (-), usaha bangkrut (-), masalah warisan (-),
mengalami tuntutan hukum (-), masuk penjara (-), memasuki masa
pubertas(-), memasuki usia dewasa ( - ), menopause (-), mencapai usia 50
tahun (-), menderita penyakit fisik yang parah (-), kecelakaan (-),
pembedahan (-), abortus (-), hubungan yang buruk antar orang tua (-),
terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga (-), cara
pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek (-),
sikap orang tua yang acuh tak acuh pada anak (-), sikap orang tua yang
kasar atau keras terhadap anak ( -), campur tangan atau perhatian yang
lebih dari orang tua terhadap anak ( -), orang tua yang jarang berada di
rumah (-), terdapat istri lain (-), sikap atau kontrol yang tidak konsisten (-),
kontrol yang tidak cukup ( -), kurang stimulasi kognitif dan sosial (-),
bencana alam (-), amukan masa (-), diskriminasi sosial (-), perkosaan (-),
tugas militer (-), kehamilan (-), melahirkan di luar perkawinan ( - ), dan
lain-lain.
8. Pernah suicide (-).
9. Riwayat pelanggaran hukum
Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum
11. Riwayat agama
Pasien beragama Islam
12. Persepsi dan Harapan Keluarga
Keluarga kurang dapat memahami kondisi pasien dan berharap pasien
untuk sembuh.
13. Persepsi Dan Harapan PasienPasien tidak menyadari penyakit jiwa yang
dialaminya, pasien ingin ngin cepat keluar dari RS untuk bertemu anaknya.
Ket: ( ) diisi (+) atau (-)
25
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT TAHUN 2019-2022
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT
Tahun 2022:
Usia 30 Tahun
III. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 112/64 mmHg
Nadi : Teraba, kuat angkat, teratur, frekuensi 80x/menit
Nafas : 17x/menit
Suhu : 36,7°C
Tinggi Badan :152 cm
Berat Badan : 40 kg
Status Gizi : Gizi kurang
Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
Kelainan Khusus : tidak ditemukan
IV. STATUS NEUROLOGIKUS
GCS : E4M6V5
Tanda ransangan Meningeal : tidak
ada Tanda-tanda efek samping piramidal :
Tremor tangan : tidak ada
Akatisia : tidak ada
Bradikinesia : tidak ada
Tardive diskinesia : tidak ada
Cara berjalan : biasa
Keseimbangan : baik
Rigiditas : tidak ada
Kekuatan motorik : baik
555 555
555 555
Sensorik : baik
Refleks : bisep (++/++), trisep (++/++), KPR (++/+
+), APR (++/++)
27
V. STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 29 November 2022)
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis ( + ), somnolen ( - ), stupor
(- ), kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ), delirium ( - ),
kesadaran berubah ( - ), dan lain-lain
2. Penampilan
Sikap tubuh: biasa ( + ), diam (-), aneh (-), sikap tegang ( - ), kaku ( - ),
gelisah ( - ), kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (- ),
berpakaian sesuai gender (+).
Cara berpakaian : rapi (-), biasa ( + ), tak menentu ( - ), sesuai dengan
situasi(-), kotor ( - ), kesan ( dapat mengurus diri)*
Kesehatan fisik : sehat ( +), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak
tangan basah ( - ), dahi berkeringat ( - ), mata terbelalak ( - ).
3. Kontak psikis
dapat dilakukan (+), tidak dapat dilakukan (-), wajar (-), kurang wajar (+),
sebentar ( - ), lama (+).
4. Sikap
Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( - ), menggoda ( -
), bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( - ),
selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen ( - ), infantil ( - ),
curiga ( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain
Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik (-
), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ),
negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik (-), mannerisme ( -
),otomatisme( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi
psikomotor ( -), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme (
- ), akathisia ( -), kompulsi(-), ataksia, hipoaktivitas ( - ), mimikri ( - ),
agresi ( - ), acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea (
- ), distonia ( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ),
convulsi ( - ), seizure ( - ), piromania (-), vagabondage (-).
28
Ket : ( ) diisi (+ atau (-)
B. Verbalisasi dan cara berbicara
Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat
Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
Perbendaharaan* : biasa, sedikit, banyak
Nada pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
Volume pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
Isi pembicaraan* : sesuai/ tidak sesuai
Penekanan pada pembicaraan* : Ada/ tidak
Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ),
gagap ( - ), afasia ( - ), bicara kacau (-)
C. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak
adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas), arus
emosi (biasa/lambat/cepat).
1. Afek
Afek appropriate/ serasi(+), afek inappropriate/ tidak serasi(-), afek
tumpul (-), afek yang terbatas (-), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood
mood eutimik (-), mood disforik (-),mood yang meluap-luap (expansive
mood) ( - ), mood yang iritabel (-),mood yang labil (swing mood) ( - ),
mood meninggi (elevated mood/ hipertim) (-), ( -),euforia ( - ), ectasy ( - ),
mood depresi (hipotim) (+), anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia ( -
), elasi ( ), hipomania ( - ), mania( - ), melankolia( - ), La belle indifference
( -), tidak ada harapan (-).
3. Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety( - ), ketakutan (-), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional (
- ), rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah(+), kontrol impuls ( -).
29
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia (-), hipersomnia ( - ), variasidiurnal
( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi (- ), fatigue ( - ), pica ( -
), pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)
D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)
Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
Mutu proses pikir (jelas/tajam)
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental ( - ), psikosis ( + ), tes realitas ( terganggu/ tidak ),
gangguan pikiran formal ( -), berpikir tidak logis ( - ), pikiran autistik (-),
dereisme ( - ), berpikir magis ( -), proses berpikir primer (-).
2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas ( -
), inkohenrensia (+), perseverasi ( -), verbigerasi (-), ekolalia ( - ),
kondensasi (-),jawaban yang tidak relevan (-), pengenduran asosiasi (-),
derailment (-), flight of ideas (-), clang association (-), blocking (-),
glossolalia ( - ).
3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
Kemiskinan isi pikiran ( -), Gagasan yang berlebihan (-)
Delusi/waham
waham bizarre (-),waham tersistematisasi ( -), waham yang sejalan dengan
mood ( - ), waham yang tidak sejalan dengan mood ( -), waham nihilistik
( -), waham kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham persekutorik
(+), waham kebesaran (-), waham referensi (-), though ofwithdrawal ( - ),
though of broadcasting ( -), though of insertion ( - ), delution of control
(+), Waham cemburu/ waham ketidaksetiaan ( -) waham menyalahkan diri
sendiri ( - ), erotomania ( - ), pseudologia fantastika (-).
Idea of reference (-)
Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( -),
kompulsi ( -), koprolalia ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), koprolalia ( -
), fobia (- ) noesis ( - ), unio mystica ( - )
30
E. Persepsi
Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( + ), halusinasi visual (-), halusinasi olfaktorik(-),
halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil (-), halusinasi somatik (
- ), halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi
yang tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ),
halusinasi perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
Ilusi (-)
Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
F. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : Tidak ada
Fantasi : Tidak ada
G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).
2. Atensi (perhatian) (+), distractibilty (-), inatensi selektif ( -), hipervigilance
(-), dan lain-lain
3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi (baik/terganggu),
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote (-),
gangguan memori jangka menengah/ recent past (-), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent ( - ), gangguan memori segera/
immediate ( -
).Amnesia (-), konfabulasi (-), paramnesia ( - ).
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit : baik/ terganggu/ sulit dinilai
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu/ sulit dinilai
8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( -
), pseudodemensia ( - ).
H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)
31
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I. Discriminative Judgement:
Judgment tes :tidak terganggu
Judgment sosial : tidak terganggu
VI. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya
Laboratorium (25-11-
2022) Hb : 14,2 g/dl
Ht : 39,8%
Leukosit : 11.400/mm3
Trombosit : 441.000/mm3
SGOT/SGPT : 26 U/L/ 31
U/L
Ureum : 24 mg/dl
Creatinin :0,7 ml/s
GDS : 85,7 g/dl
VII. Pemeriksaan oleh Psikolog / petugas sosial lainnya
(Tidak ada)
VIII. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Telah diperiksa pasien Ny. JM berusia 30 tahun, agama Islam, suku bangsa
Minangkabau, pendidikan terakhir SD, sudah menikah, dan pernah bekerja. Pasien
saat ini dirawat di bangsal RSJ Prof HB Saanin Padang pada tanggal 25 November
2022 diantar oleh keluarga sebab gaduh gelisah sejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Menurut keluarga pasien, awalnya karena keinginan untuk membeli
motor tidak terpenuhi. Pasien lalu membakar-bakar alat rumah tangga. Pasien sedih-
sedih dan menangis tanpa sebab. Pasien juga banyak bicara ngawur. Pasien juga
melarang anaknya ke sekolah 1 bulan ini. Pasien juga tiba-tiba mulai merokok sejak
1 bulan ini.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan pasien komposmentis dengan
penampilan cukup rapi, sesuai gender, dan dapat mengurus diri; sikap saat
wawancara kooperatif; psikomotor biasa; arus pembicaraan biasa, produktivitas
biasa, perbendaharaan biasa, nada biasa, volume biasa, isi sesuai, penekanan pada
pembicaraan tidak ada, spontanitas ada; kontak psikis dapat dilakukan, wajar ;
32
orientasi baik; afek paproriated ; mood hipotim; proses pikir pasien memiliki
psikosis. Pasien memiliki gangguan spesifik dalam isi pikiran berupa
wahamkpersecutorik dan delusion of control. Pasien memiliki gangguan presepsi
berupa halusinasi auditorik. Discriminative insight pasien derajat I, dan
discrimintaive judgement tidak terganggu. Pada pemeriksaan neurologis tidak
terdapat kelainan.
VII. Formulasi Diagnosis
Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan
penyakit, dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan pola
perilaku dan perasaan yang secara klinis bermakna dan hendaya (disability) dalam
fungsi sosial. Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa
pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.
Untuk memastikan diagnosis gangguan jiwa, diperlukan wawancara yang
baik untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai gejala yang bermakna,
jangka waktu, awitan, episode, dan perjalanan penyakitnya.
F0 gangguan mental organik, merupakan gangguan mental yang
disebabkan oleh penyakit primer di otak atau penyakit sekunder di luar otak yang
menyebabkan disfungsi otak. Dari allo-anamnesis dan rekam medik pasien, tidak
ditemukan adanya riwayat penyakit yang sesuai dengan karakteristik tersebut.
Tidak ada riwayat trauma kepala, kejang, atau penyakit berat lainnya yang
mungkin menyebabkan disfungsi otak. Dengan demikian, diagnosis F0 dapat
disingkirkan. Dari anamnesis juga didapatkan bahwa pasien tidak pernah
mengkonsumsi zat psikoaktif dan alkohol. Oleh sebab itu diagnosis gangguan
mental dan perilaku akibat zat psikoaktif (F1) dapat disingkirkan.
XI. Penatalaksanaan
Terapi yang sudah diberikan:
A. Farmakoterapi :
Risperidone 2 mg 2x1 tab
Olanzepin 5 mg 1x1 tab
Fluoxetin 10 mg 1x1
35
XII. PROGNOSIS
Prognosis Baik
Kriteria Penilaian
Prognosis Buruk
Kriteria Penilaian
Awitan muda -
Tidak ada faktor presipitasi -
Awitan insidious -
Lajang, cerai -
-
Riwayat keluarga dengan skizofrenia
-
Sistem pendukung buruk
+
Gejala negatif
-
Tanda dan gejala neurologis
-
Riwayat trauma perinatal
-
Tanpa remisi dalam 3 tahun
-
Berulang kali relaps
-
Riwayat melakukan tindakan penyerangan
36
BAB IV
DISKUSI
37
Fluoxetin merupakan antidepresan dari golongan selective serotonin reuptake
inhibitor atau SSRI. Fluoxetine terutama digunakan untuk terapi depresi. Obat golongan
SSRI bekerja dengan cara menghambat proses reuptake serotonin melalui inhibisi terhad
ap serotonin transporter (SERT). Dosis yang biasa digunakan adalah 10-20 mg/hari.
Olanzapine merupakan turunan thienobenzodiazepine yang dikenal sebagai obat
antipsikosis atipikal atau antipsikosis generasi kedua. Mekanisme kerja olanzapine
sebagai antipsikosis masih belum diketahui secaral jelas namun efek tersebut mungkin
dimediasi melalui kombinasi antagonisme dopamine dan serotonin Olanzapine
merupakan antagonis monoaminergik setektif yang memiliki afinitas tinggi terhadap
reseptor serotonini dan 5-HT2c dan reseptor dopamine dan Kemampuan olanzapine
dalam menghambat dan menurunkan regulasi reseptor memiliki peran dalam aktivitas
antimanik. Selain itu. Dosis yang biasa digunakan adalah 5-20 mg/hari
38
DAFTAR PUSTAKA
5. Skizofrenia. Editor : Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan &
Sadock - Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC. 2014:147-68.
39