Refarat
JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN
Juni 2023
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Disusun Oleh:
C014222162
Residen Pembimbing :
dr. Andi Soraya Walyddaini
Supervisor Pembimbing :
Dr.dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan referat yang berjudul “Gangguan Afektif Bipolar”. Referat ini
disusun untuk melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin tahun 2023.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Saidah Syamsuddin,
Sp.KJ dan dr. Andi Soraya Walyddaini yang telah membimbing dan membantu
penulis dalam melaksanakan kepaniteraan dan dalam menyusun referat ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format
referat ini. Oleh sebab itu, penulis menerima segala kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata, penulis berharap referat ini dapat berguna bagi rekan-rekan
serta semua pihak yang ingin mengetahui tentang “Gangguan Afektif Bipolar”.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Definisi..........................................................................................................3
B. Epidemiologi.................................................................................................3
C. Etiologi..........................................................................................................4
D. Gejala Klinis.................................................................................................6
E. Diagnosis.......................................................................................................7
F. Tatalaksana..................................................................................................19
G. Prognosis......................................................................................................22
A. Kesimpulan...................................................................................................23
B. Saran.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan afektif bipolar merupakan penyakit yang sudah dikenai sejak zaman
Yunani kuno. Istilah bipolar juga berasal dari bahasa Yunani kuno. Penyebutan
awalnya adalah gangguan mental yang ditemukan dalam literatur medis dari dokter
Hippocrates atau disebut sebagai "bapak kedokteran." Dia mendokumentasikan
temuannya pada dua suasana hati yang berlawanan, kini dikenal sebagai depresi dan
mania. emil krapelin seorang psikiater Jerman, menyebut bipolar sebagai manik-
depresif. la melihat adanya perbedaan antara manik- depresif dengan skizofrenia.
Awitan manik-depresif tiba-tiba dan perjalanan penyakitnya berfluktuasi dengan
keadaan yang relatif normal di antara episode, terutama di awal-awal perjalanan
penyakit. Sebaliknya, pada skizofrenia, bila tidak diobati, terdapat penurunan yang
progresif tanpa kembali ke keadaan sebelum sakit. Walaupun demikian, pada keadaan
akut kedua penyakit sering terlihat serupa yaitu adanya waham dan halusinasi.
Bipolaritas artinya pergantian antara episode manik atau hipomanik dengan depresi.
Istilah gangguan bipolar sebenamya kurang tepat karena ia tidak selalu merupakan
dua emosi yang berlawanan dari suatu waktu yang berkesinambungan. Kadang-
kadang pasien bisa memperlihatkan dua dimensi emosi yang muncul bersamaan, pada
derajat berat tertentu. Keadaan ini disebut dengan episode campuran. Sekitar 40%
pasien dengan gangguan bipolar memperlihatkan campuran emosi. Keadaan campuran
yaitu suatu kondisi dengan dua emosi tersebut dapat muncul bersamaan atau pergantian
emosi tersebut (mania dan depresi) sangat cepat sehingga disebut juga mania disforik. 1
Gangguan bipolar (GB) sering salah atau tidak terdiagnosis. Karena salah atau tidak
terdiagnosis, pengobatan GB sering tidak efektif sehingga pasien bipolar
menjadi beban bagi pasien,keluarga, hingga masyarakat. Disabilitas psikososial jangka
panjang, dan tingginya risiko bunuh diri. Sekitar 20%-50% pasien yang mulanya
didiagnosis sebagai episode depresi mayor unipolar ternyata adalah bipolar. Bila
manifestasi yang muncul adalah mania akut, penegakan diagnosisnya lebih mudah 1
1
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsung seumur hidup. Angka morbiditas dan mortalitasnya cukup tinggi.
Tingginya angka mortalitas disebabkan oleh seringnya terjadi komorbiditas antara
gangguan bipolar dengan penyakit fisik, misalnya, dengan diabetes melitus, penyakit
jantung koroner, dan kanker. Komorbiditas. dapat pula terjadi dengan penyakit
psikiatrik lainnya misalnya, dengan ketergaotungan zat dan alkohol yang juga turut
berkontribusi dalam meningkatkan mortalitas. Selain itu, tingginya mortalitas juga
dapat disebabkan oleh bunuh diri. Sekitar 25% penderita gangguan bipolar pernah
melakukan percobaan bunuh diri, paling sedikit satu kali dalam kehidupannya. Oleh
karena itu, penderita Gangguan bipolar harus diobati dengan segera dan mendapat
penanganan yang tepat.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Epidemiologi
3
Gangguan afektif bipolar menempati 0,3% - 1,5% dari keseluruhan jumlah
penyakit kejiwaan. Manifestasi gangguan afektif bipolar lebih banyak ditemukan
pada usia remaja akhir dan dewasa muda. Prevalensi gangguan bipolar I
menunjukkan data yang sama besar antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan
pada gangguan bipolar tipe II, menunjukkan prevalensi pada perempuan lebih
besar daripada laki-laki. Provinsi Nangroe Aceh Darusalam dan Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah provinsi dengan jumlah pengidap bipolar terbanyak . 3,4,5
C. Etiologi
1. Faktor Genetik
4
afektif bipolar mencapai 8 hingga 9 kali lebih besar bila memiliki saudara yang
menderita gangguan afektif bipolar, bahkan lebih tinggi daripada risiko
penularan genetik dari ibu maupun ayah. Mekanisme yang diduga terlibat
adalah herediter Non-Mendel, yaitu pewarisan mitokondria berperan dalam
kompleks genetik yang terjadi pada gangguan afektif bipolar.7
2. Faktor Prenatal
Infeksi virus pada masa prenatal telah terlibat dalam sejumlah penyakit
mental termasuk bipolar. Salah satu agen infeksius yang dihubungkan dengan
infeksi masa prenatal yaitu Infeksi Toxoplasma gondii. T. gondii diduga dapat
menyebabkan perubahan pada metabolisme dopamin sehingga mengakibatkan
peningkatan produksi dopamine di otak.8
Mekanisme lain pada masa prenatal yang juga dihubungkan dengan
gangguan afektif bipolar adalah komplikasi obstetri, prematuritas janin, dan
stressor serta gaya hidup ibu saat mengandung. Hanya saja, hasil penelitian
yang ditemukan tidak begitu substansial dan mekanisme yang terlibat belum
diketahui secara jelas.9
3. Faktor Lingkungan
4. Faktor Neuroanatomis
D. Gejala Klinis
Pada episode depresi yang dialami oleh pasien, akan timbul gejala depresi
antara lain adalah penurunan mood yang persisten, perubahan pola tidur
(insomnia atau hipersomnia), peningkatan atau penurunan nafsu makan atau berat
badan, kelelahan dan tidak bersemangat, perasaan bersalah dan tidak berharga,
sulit berkonsentrasi atau membuat keputusan, pikiran mengenai kematian
ataupun bunuh diri yang berulang. 14
Manic Episode
Episode manik biasanya terjadi secara tiba-tiba, dan gejala meningkat
selama beberapa hari. Seperti perilaku aneh, halusinasi, dan delusi paranoid,
kecenderungan untuk melepaskan pakaian di tempat umum, mengenakan
pakaian dan perhiasan dengan warna shining dalam kombinasi yang freak, dan
kurangnya perhatian terhadap hal kecil (misalnya, lupa menutup telepon), pasien
bertindak impulsif dan pada saat yang sama merasa memiliki keyakinan dan
tujuan, peningkatan mood yang seperti euphoria atau irritable yang persisten,
peningkatan kepercayaan diri yang berlebihan, penurunan kebutuhan untuk tidur,
lebih banyak bicara daripada biasanya, agitasi psikomotor, flight of ideas atau
pikiran seperti berlomba-lomba, sulit memfokuskan pikiran15
Hypomanic Episode
E. Diagnosis
PPDGJ-III
Gangguan afektif bipolar (F31) ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-
kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas
terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan
energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan
afek disertai pengurangan energi danaktivitas (depresi).16
Khas pada gangguan ini adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna
antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung
antara 2 minggu sampai 4 – 5 bulan, episode depresi cendrung berlangsung lebih
lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi1 tahun kecuali pada
orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa
hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk
penegakkan diagnosis). 16
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik
a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik (F30.1); dan
b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif, atau campuran) di masa lampau
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik
c) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan dejala
psikotik (F30.2); dan
d) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif, atau campuran) di masa lampau
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala
Psikotik
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala
Psikotik
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan
terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-
kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran)
DSM-V
Gangguan Bipolar I
1. Episode Mania
a. Periode yang berbeda dari suasana normal yang tidak normal dan terus
menerus meningkat, ekspansif, atau mudah tersinggung dan aktivitas dan
energi yang tidak disengaja dan terus-menerus meningkat, yang
berlangsung minimal 1 minggu dan paling banyak, hampir setiap hari
(atau durasi jika perlu dirawat di rumah sakit).
10
d. Episode ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya,
penyalah gunaan obat) atau kondisi medis lainnya.
Catatan: Kriteria A-D merupakan episode mania. Setidaknya satu
episode mania seumur hidup diperlukan untuk diagnosis gangguan
bipolar I.
11
2. Episode Hipomania
a. Periode yang berbeda dari suasana normal yang tidak normal dan
terusmenerus meningkat, ekspansif, atau mudah tersinggung dan
aktivitas dan energi yang tidak normal dan terus-menerus meningkat,
berlangsung paling tidak 4 hari berturut-turut dansebagian besar hari,
hampir setiap hari.
b. Selama periode gangguan mood dan peningkatan energi atau aktivitas,
tiga (atau lebih) dari gejala berikut empat (jika mood hanya mudah
tersinggung) hadir pada tingkat signifikan dan merupakan perubahan
yang nyata dari perilaku yang biasa:
Harga diri meningkat atau berlebihan.
Berkurangnya kebutuhan tidur (misalnya terasa telah beristirahat
setelah tidur hanya 3 jam).
Lebih banyak bicara dari biasanya atau tekanan untuk terus
berbicara.
Gagasan flight atau pengalaman subyektif bahwa pikiran sedang
berlomba.
Distractibility (yaitu perhatian terlalu mudah tertarik ke rangsangan
eksternal yang tidak penting atau tidak relevan), seperti yang
dilaporkan atau diamati.
Peningkatan aktivitas yang diarahkan pada tujuan (baik secara sosial,
di tempat kerja atau di sekolah, atau seksual) atau agitasi motorik
(aktivitas tanpa tujuan).
Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas yang memiliki potensi
konsekuensi menyakitkan yang tinggi (misalnya, terlibat dalam
pembelian eceran yang tidak terbatas, ketidaksopanan seks, atau investasi
bisnis yang bodoh).
c. Episode ini terkait dengan perubahan fungsi yang tidak jelas yangtidak
seperti karakteristik individu jika tidak bergejala.
d. Gangguan dalam mood dan perubahan fungsi dapat diamati oleh orang
lain.
12
3. Depresi Berat
a. Lima (atau lebih) dari gejala berikut telah hadir selama periode 2
minggu yang sama dan merupakan perubahan dari fungsisebelumnya.
Setidaknya salah satu gejalanya adalah (1) tekanan pada mood atau (2)
kehilangan minat atau kesenangan. Catatan: tidak disertakan gejala yang
jelas terkait dengan kondisi medis lainnya.
Suasana hati yang tertekan hampir setiap hari, seperti yang
ditunjukkan oleh laporan subjektif (misalnya, terasa sedih, kosong,
atau putus asa) atau pengamatan yang dilakukan oleh orang lain (misalnya,
tampak menangis). Catatan: Pada anak-anak dan remaja, bisa jadi mood
yang mudah tersinggung.
Kurang minat atau kesenangan dalam hampir semua aktivitas
sepanjang hari atau setiap hari.
13
14
medis serius atau cacat) dapat mencakup perasaan sedih, ruminasi tentang
kehilangan, susah tidur, nafsu makan yang buruk,dan penurunan berat badan.
Dalam Kriteria 1, yang mungkin menyerupai episode depresi. Meskipun
gejala seperti itu dapat dimengerti atau dianggap sesuai dengan kerugian,
adanya episode depresi berat selain respons normal terhadap kerugian yang
signifikan juga harus dipertimbangkan secara hatihati. Keputusan ini mau
tidak mau memerlukan penilaian klinis berdasarkan sejarah individu dan
norma budaya untuk ekspresi kesusahan dalam konteks kerugian.
Gangguan Bipolar II
Untuk diagnosa gangguan bipolar II, perlu untuk memenuhi kriteria berikut untuk
episode hipomania, episode depresi berat yang tengah terjadi maupun yang telah
lama dialami. 16
1. Hipomania
a. Periode yang berbeda dari suasana normal yang tidak normal dan
terusmenerus meningkat, ekspansif, atau mudah tersinggung dan
aktivitas dan energi yang tidak normal dan terus-menerus meningkat,
berlangsung paling tidak 4 hari berturut-turut dansebagian besar hari,
hampir setiap hari.
16
2. Depresi Berat
a. Lima (atau lebih) dari gejala berikut telah hadir selama periode 2
minggu yang sama dan merupakan perubahan dari fungsisebelumnya.
Setidaknya salah satu gejalanya adalah (1) tekanan pada mood atau (2)
kehilangan minat atau kesenangan. Catatan: tidak disertakan gejala yang
jelas terkait dengan kondisi medis lainnya.
Suasana hati yang tertekan hampir setiap hari, seperti yang
ditunjukkan oleh laporan subjektif (misalnya, terasa sedih, kosong,
atau putus asa) atau pengamatan yang dilakukanoleh orang lain
(misalnya, tampak menangis). Catatan: Pada anak-anak dan remaja,
bisa jadi mood yang mudah tersinggung.
Kurang minat atau kesenangan dalam hampir semua aktivitas
sepanjang hari atau setiap hari.
Penurunan berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet
atau kenaikan berat badan (misalnya perubahan lebih dari 5% berat
badan dalam sebulan), atau penurunan atau peningkatan nafsu makan
hampir setiap hari. Catatan: pada anak-anak, pertimbangan
kegagalan untuk membuat kenaikan berat badan yang diharapkan.
Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati
oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif dari kegelisahan atau
perasaan lambat).
Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak
patut (yang mungkin delusi) hampir setiap hari (tidak hanya
menyalahkan diri sendiri atau bersalah karena sakit).
17
18
F. Tatalaksana
1. Farmakologi
Mood stabilizer
Antipsikotik
Antidepresan
Terapi utama untuk episode mania pada ganggun bipolar ialah agen
mood stabilizer atau antipsikotik, atau kombinasi keduanya. Sedangkan, terapi
utama yang digunakan untuk episode depresi pada penderita bipolar ialah agen
mood stabilizer atau antipsikotik tertentu. Antidepresan dapat digunakan
bersama mood stabilizer untuk mengurangi resiko terjadinya perubahan suasana
hati menjadi mania dansetelah pasien gagal merespon terapi dengan mood
stabilizer.
19
Lini Pertama
Lini Kedua
meskipun ada data yang saling bertentangan (positif dan negatif) untuk
pengobatan akut. Ada kecenderungan untuk superioritas terapi tambahan
lurasidone dalam mencegah episode suasana hati (tetapi tidak episode manik
atau depresi secara individual) dalam percobaan terkontrol dengan pemisahan
yang signifikan dari plasebo dalam mencegah episode suasana hati pada mereka
dengan episode depresi indeks. Dengan demikian, terapi tambahan lurasidone
mungkin sesuai bagi mereka yang menanggapiobat ini selama episode depresi
indeks.
Lini Ketiga
2. Psikososial
Secara umum, klinisi di berbagai belahan dunia meyakini bahwa terapi
farmakologis yang dikombinasikan dengan psikoterapi memberikan hasil
yang lebih efektif dalam pengobatan gangguan afektif bipolar.
21
G. Prognosis
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan afektif bipolar merupakan penyakit kronik episodic berupa
gangguan mood berulang yang terdiri dari episode depresi dan mania atau
hipomania, yang disertai dengan episode mood yang membaik secara sempurna
yang disebut eutimia. Berdasarkan pedoman diagnostik PPDGJ-III, gangguan
afektif bipolar terdiri dari Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Hipomanik
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik, Gangguan
Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik, Gangguan Afektif
Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang, Gangguan Afektif Bipolar,
Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik, Gangguan Afektif Bipolar,
Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala Psikotik, Gangguan Afektif Bipolar,
Episode Kini Campuran, Gangguan Afektif Bipolar Kini dalam Remisi, Gangguan
Afektif Bipolar Lainnya, dan Gangguan Afektif Bipolar YTT.
B. Saran
Penelitian lebih lanjut dan pengayaan kepustakaan akan sangat dibutuhkan
untuk mendalami patomekanisme yang mendasari serta penemuan terapi terbaru
yang jauh lebih efektif untuk perjalanan klinis jangka panjang gangguan afektif
bipolar.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
11.Rowland TA, Marwaha S. Epidemiology and risk factors for bipolar disorder.
Therapeutic advances in psychopharmacology. 2018 Sep;8(9):251-69.
12.Ayano G. Bipolar Disorder: A Concise Overview of Etiology, Epidemiology
Diagnosis and Management: Review of Literatures. Symbiosis Open Access
Journal of Psychology. 2016;3(1):1-8.
13. Elsevier Point of Care. Clinical Overview Bipolar Disorder.Elsevier. Updated
September 29, 2022.
https://www.clinicalkey.com/#!/content/clinical_overview/67-s2.0-7a27f11d-
0277-4550-95ff-f941ff23d0ec
14.Departemen Kesehatan RI, 1998. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ). Edisi III. Dirjen Pelayanan Medis RI.
Jakarta
8. Ayano G. Bipolar Disorder: A Concise Overview of Etiology, Epidemiology
Diagnosis and Management: Review of Literatures. Symbiosis Open Access
Journal of Psychology. 2016;3(1):1-8.
9. Bobo WV. The diagnosis and management of bipolar I and II disorders: clinical
practice update. InMayo Clinic Proceedings 2017 Oct 1 (Vol. 92, No. 10, pp.
1532-1551). Elsevier.
10. Shen YC. Treatment of acute bipolar depression. Tzu-Chi Medical Journal.
2018 Jul;30(3):141.
11. McCormick U, Murray B, McNew B. Diagnosis and treatment of patients
with bipolar disorder: A review for advanced practice nurses. Journal of the
American Association of Nurse Practitioners. 2015 Sep;27(9):530-42.
12. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry.11th ed. Philadelphia:
Wolters Kluwer; 2015. 358, 372-3 p.
13. Elsevier Point of Care. Clinical Overview Bipolar Disorder.Elsevier. Updated
September 29, 2022. https://www.clinicalkey.com/#!/content/clinical_overview/
25
15. Kaplan & Sadock, 2015. Synopsis Of Psychiatry: Behavioral
Scienes/Cinical/Psychiatri-Elevent Edition
16. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, DSM-5,
ICD-11. 3rd ed. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya;
2019. 61-3, 231-5 p.
17. Shen YC. Treatment of acute bipolar depression. Tzu-Chi Medical Journal. 2018
Jul;30(3):141.
19. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry.11th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer;
2015. 358, 372-3 p.
26