Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2023


UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFERAT : GANGGUAN PENYESUAIAN (F43.2)

Disusun Oleh :
Melani Erty Barung

C014222139

Residen Pembimbing :
dr. Andi Soraya Walydddani

Supervisor Pembimbing :
dr. Saidah Syamsuddin, Sp. KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :
Nama : Melani Erty Barung
Stambuk : C014222139
Judul Referat : Gangguan Penyesuaian

Adalah benar telah menyelesaikan referat yang telah disetujui serta telah
dibacakan di hadapan pembimbing dan supervisor dalam rangka kepaniteraan
klinik pada bagian ILMU KEDOKTERAN JIWA Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.

Makassar, Juni 2023

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ

dr. Andi Soraya W.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,
anugerah, dan kurniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan referat ini dengan
baik. Saya mengucapkan terima kasih kepada supervisor pembimbing saya dr.
Saidah Syamsuddin, Sp.KJ dan dr. Andi Soraya Walyddani selaku residen
pembimbing selama stase di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin
Saya selaku penulis menyadari bahwa penulisan referat saya jauh dari kata
sempurna. Maka dengan itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca agar kedepannya saya dapat memperbaiki tulisan
saya. Saya berharap agar referat yang ditulis ini berguna bagi semua orang dan
dapat digunakan sebagai sumber informasi. Atas perhatiannya saya ucapkan
terima kasih.

Makassar, Juni 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................ii

KATA PENGANTAR................................................................................................iiii

DAFTAR ISI.................................................................................................................iv

BAB I..............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1

BAB II............................................................................................................................ 2

PEMBAHASAN.............................................................................................................2

2.1 Definisi..............................................................................................................2

2.2 Epidemiologi.....................................................................................................2

2.3 Etiologi..............................................................................................................3

2.4 Gambaran Klinis...............................................................................................5

2.5 Kriteria Diagnosis.............................................................................................6

2.6 Diagnosis Banding............................................................................................9

2.7 Tatalaksana..................................................................................................... 10

2.8 Prognosis.........................................................................................................13

BAB III.........................................................................................................................14

KESIMPULAN........................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan penyesuaian adalah gangguan jiwa yang jarang diteliti namun


paling sering dijumpai pada pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit untuk
penyakit medik ataupun operasi. Gangguan penyesuaian didefinisikan sebagai
gejala-gejala emosional atau perilaku yang bermakna secara klinis dan terjadi
1
sebagai respons terhadap satu atau lebih stresor yang nyata.

Penelitian telah mengidentifikasi, bahwa peristiwa stresor dapat mencakup


peristiwa stres non-traumatis seperti konflik antar pribadi, kematian orang
yang dicintai, pengangguran, kesulitan keuangan, atau penyakit orang yang
dicintai atau diri sendiri serta peristiwa traumatis, seperti paparan kematian
2
yang nyata atau mengancam diri seseorang.

Gejala-gejala mungkin juga disertai berupa manifestasi di bawah ambang


dari gangguan mood, gangguan anxietas, gangguan terkait stres, gangguan
somatoform, atau gangguan tingkah laku. Gejala-gejala ini dapat timbul dalam
tiga bulan setelah munculnya stresor dan dapat menghilang dalam waktu enam
bulan setelah hilangnya stresor. Gangguan ini lebih sering pada remaja dan
3
dapat juga dijumpai pada semua usia.

Prevalensi gangguan penyesuaian pada pasien rawat inap atau rawat jalan
diperkirakan 5%-20%. Pada layanan primer prevalensinya bisa mencapai 3%-
4
10% yang biasanya tidak terdiagnosis oleh dokter umum.

Suatu penelitian di Amerika, mendapatkan 70% anak yang dirawat di


klinik jiwa menderita gangguan penyesuaian sedangkan 5%-20% pasien
dewasa yang berobat di poliklinik jiwa menderita gangguan penyesuaian. Pada
orang dewasa, perempuan dengan gangguan penyesuaian jumlahnya dua kali
daripada laki- laki sedangkan pada anak dan remaja, prevalensi gangguan
1,5
tersebut adalah sama.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gangguan penyesuaian / Adjustment disorder diakui sebagai sindrom
stres- respons, yang didefinisikan sebagai reaksi maladaptif terhadap stresor
yang dapat diidentifikasi dan menyebabkan pasien kesulitan beradaptasi
setelah terjadinya stressor. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, Edisi Kelima (DSM-V) dan dari International Classification of
Diseases edisi ke-11 (ICD-11) mengklasifikasikan gangguan penyesuaian
1
bersama dengan gangguan terkait stress lainnya.

Gangguan penyesuaian dalam DSM-V didefinisikan sebagai gejala


emosional atau perilaku yang terjadi dalam waktu tiga bulan sehubungan
dengan stresor yang diidentifikasi, reaksi berlebihan dari distress yang nyata,
6
dan gangguan signifikan dalam fungsi sehari-hari.

Gangguan penyesuaian dalam ICD-11 didefinisikan sebagai reaksi


maladaptif terhadap stresor yang teridentifikasi yang timbul dalam waktu satu
bulan setelah terpapar stresor dan biasanya menghilang dalam waktu enam
bulan jika stresornya berhenti, gejala preokupasi dan kegagalan untuk
3
beradaptasi terhadap stresor yang teridentifikasi.

Gangguan penyesuaian termasuk kondisi yang berhubungan dengan stress


akut dan kronik. PPDGJ III mendefenisikan gangguan penyesuaian sebagai
situasi tidak nyaman berkelanjutan yang ditimbulkan oleh suatu perubahan
penting dalam kehidupan. Gangguan ini selalu merupakan konsekuensi
7
langsung dari stres akut yang berat atau trauma yang berkelanjutan.

2.2 Epidemiologi
Gangguan penyesuaian adalah salah satu diagnosis yang paling sering
digunakan dalam praktik klinis. Namun, data tentang prevalensi gangguan
penyesuaian sangat terbatas karena kurangnya penelitian. Selain itu, data
epidemiologis dari gangguan penyesuaian terbatas karena gangguan
penyesuaian tidak menjadi salah satu survei kesehatan nasional utama.
Perkiraan prevalensi gangguan penyesuaian juga sangat bervariasi karena
berbagai faktor
2
termasuk proses pengambilan sampel, populasi, dan keragaman ukuran yang
digunakan untuk penilaian dan diagnosis.
Prevalensi dari gangguan penyesuaian adalah 2% dari populasi umum.
Prevalensi lebih tinggi pada sampel yang memiliki risiko tinggi yang spesifik
seperti pada populasi pengangguran (27%) dan populasi dengan keluarga yang
meninggal (18%). Gangguan penyesuaian adalah salah satu diagnosa jiwa yang
paling sering bagi pasien yang dirawat dirumah sakit. Dalam suatu studi, 5%
dari populasi yang dirawat di rumah sakit lebih dari 3 tahun dinyatakan
1,2
mengalami gangguan penyesuaian. Pada dewasa, gangguan penyesuaian

5
didominasi oleh perempuan dibanding pria dengan perbandingan 2:1.
Salah satu gangguan mental emosional yang banyak dijumpai di pusat
layanan kesehatan primer, seperti Puskesmas, adalah gangguan penyesuaian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat prevalensi gangguan penyesuaian
8
di layanan kesehatan primer dapat mencapai 3%-10%.

Pada satu penelitian menyatakan bahwa, prevalensi gangguan penyesuaian


pada pasien rawat inap atau rawat jalan di rumah sakit psikiatri diperkirakan
melebihi 50%. Pada rumah sakit umum prevalensinya bisa mencapai 5% -
20%. Suatu penelitian di Amerika, mendapatkan 5% -20% pasien dewasa yang
4,8
berobat di poliklinik jiwa menderita gangguan penyesuaian sedangkan.

Pada orang dewasa, perempuan dengan gangguan penyesuaian jumlahnya

dua kali daripada laki-laki. Berbeda dengan pada anak dan remaja, prevalensi
5
gangguan tersebut adalah sama.

2.3 Etiologi
Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya
stressor. Walaupun adanya stressor merupakan komponen utama dari gangguan
penyesuaian, namun stress adalah salah satu dari banyak faktor yang
menentukan berkembangnya, jenis dan luasnya psikopatologi. Hingga
sekarang, etiologi belum pasti dan dapat dibagi atas beberapa faktor sebagai
9
berikut:

1. Genetik
Ansietas cenderung lebih bereaksi terhadap suatu peristiwa
stress dan kemudian mengalami gangguan penyesuaian. Ada
3
penelitian menyatakan bahwa berbagai peristiwa kehidupan dan
9
stressor ada kolerasi pada anak kembar.

2. Biologik
Kerentanan yang besar dengan riwayat penyakit medis yang
9
serius atau disabilitas.

3. Psikososial
Kerentanan yang besar pada individu yang kehilangan orang
tua pada masa bayi atau mereka yang ada pengalaman buruk
dengan ibu menentukan kemampuan mentolerir frustasi dalam
hidup individu dewasa berhubungan dengan kepuasan dari
9
kebutuhan dasar hidup masa bayi.

Diagnosis gangguan penyesuaian membutuhkan identifikasi dari tekanan


yang terjadi. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
6
gangguan penyesuaian pada seseorang.

6
a) Peran stress
Seseorang harus mengalami kejadian yang penuh tekanan untuk
dianggap mengalami gangguan penyesuaian. Stressor yang menyebabkan
gangguan penyesuaian bisa dalam berbeda tipe. Paykel et al mengklasifikasikan
kejadian hidup menjadi penerimaan /kehilangan (seperti pernikahan/kematian
seseorang yang dicintai), desirable/ undesirable (seperti kemajuan karir,
6
penyakit).

Stressor bisa single/tunggal bisa multiple/banyak, single misalnya,


kehilangan orang yang dicintai, sedangkan yang multiple misalnya selain
kehilangan orang yang dicintai dan mengidap suatu penyakit. Selain itu stressor
juga dapat berupa sesuatu yang berulang, misalnya kesulitan bisnis di masa
sulit, serta dapat berupa sesuatu yang terus menerus, misalnya kemiskinan dan
penyakit kronis. Perselisihan dalam keluarga dapat menyebabkan gangguan
penyesuaian yang berpengaruh terhadap semua anggota keluarga, namun dapat
juga gangguan hanya terbatas pada satu anggota keluarga yang mungkin
6
menjadi korban, atau secara fisik, menderita penyakit.

Terkadang, gangguan penyesuaian juga dapat muncul pada konteks

4
kelompok atau komunitas, dimana sumber stresnya mempengaruhi beberapa

5
orang sekaligus, seperti yang terjadi pada komunitas yang mengalami bencana
alam. Selain itu tahap perkembangan tertentu seperti, mulai masuk sekolah,
meninggalkan rumah untuk merantau, menikah, menjadi ayah/ibu, gagal dalam
meraih cita-cita, maupun ditinggal oleh anak untuk merantau, sering
6
diasosiasikan dengan gangguan penyesuaian.

9
b) Vulnerabilitas individu
Masing-masing individu memiliki vulnerabilitas yang berbeda terhadap
gangguan penyesuaian, tergantung dari karakteristik kepribadian dan latar
belakang masing-masing. Tidak semua orang yang mengalami stress akan
memiliki gangguan penyesuaian. Berikut adalah hal-hal yang mempengaruhi
9
vulnerabilitas seseorang terhadap stress:

i. Variabilitas individu iaitu usia, jenis kelamin, tingkat kesehatan atau


komorbiditas kejiwaan.
ii. Faktor hubungan, seperti tingkat instruksi iaitu etik, politik, kepercayaan.
iii. Lingkungan keluarga iaitu keberadaan dukungan, kekuatan hubungan, dan
status ekonomi.
iv. Kejadian di masa kecil seperti seorang ibu yang mengontrol anaknya atau
seorang ayah yang suka mengasari anaknya, berhubungan dengan
peningkatan risiko gangguan penyesuaian. Faktor personal dari tingginya
neurotisme dan rendahnya ekstraversi mungkin berhubungan dengan
gangguan penyesuaian.
v. Level pendidikan iaitu level pendidikan yang tinggi dapat melindungi diri
dari distress psikologis.
vi. Status pernikahan adalah dengan pernikahan dianggap sebagai faktor yang
dapat melindungi diri dari gangguan penyesuaian.
vii. Hubungan antara kelainan kepribadian dan gangguan penyesuaian masih
tidak jelas. Meskipun gangguan kepribadian dapat meningkatkan risiko
berkembangnya gangguan penyesuaian, pasien dengan gangguan
penyesuaian lebih jarang untuk memiliki kelainan kepribadian
dibandingkan dengan pasien depresi.

2.4 Gambaran Klinis

6
DSM IV-TR menyatakan bahwa gejala - gejala gangguan penyesuaian timbul
dalam tiga bulan awitan stresor dan memenuhi sekurang-kurangnya kriteria
3
berikut:

1. Penderitaan yang berlebih dibandingkan dengan yang diharapkan dari


respons terhadap stresor.
2. Hendaya yang bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau akademik.
Adapun gejala-gejala tidak perlu timbul segera setelah adanya stresor, dapat
dalam kurun waktu tiga bulan setelah stresor. Gangguan penyesuaian dapat
bermanifestasi menjadi berbagai macam gejala. Beberapa gejala tambahan berupa
merasa tak berdaya, menyalahkan diri sendiri, menolak bantuan, ide bunuh diri,
disforia, agresi, masalah somatic yang tidak spesifik, penurunan nafsu makan,
gangguan tidur, dan lain-lain. Demikian pula gejala-gejala tidak segera mereda
setelah stresor berhenti. Apabila stresor berlanjut, gangguan pun dapat menetap
selama hidup.3
Ada enam tipe gangguan penyesuaian dengan gejala-gejala yang predominan:
a. Dengan afek depresif:
Manifestasi yang menonjol adalah gejala-gejala afek depresif, putus
3
harapan, dan mudah menangis.

b. Dengan Ansietas:
Adanya gejala-gejala gelisah, khawatir, cemas dan tidak tenang. Pada
anak- anak ada ketakutan berpisah dari orang tua, menolak untuk tidur
3
sendiri dan masuk sekolah.

3
c. Dengan campuran ansietas dan afek depresi.
d. Dengan gangguan tingkah laku:
Mencakup gangguan tingkah laku seperti membolos, mencuri, mengebut,
berperilaku merusak, seks yang tidak wajar dan tidak pada tempatnya.
Mereka dapat melanggar hak-hak asasi orang lain, melakukan pelanggaran
3
aturan dan hukum tanpa penyesalan.

e. Dengan campuran gangguan emosi dan tingkah laku:


Mencakup gabungan antara perubahan tingkah laku dan perasaan depresi
3
dan ansietas.

f. YTT ( Yang tak tergolongkan):

7
Mencakup mereka yang kurang dapat beradaptasi terhadap stres dan gejala
yang tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori spesifik diatas.
Misalnya respons terhadap diagnosis penyakit fisik dengan mengingkari
3
dan adanya ketidakpatuhan berobat dan atau menjauh dari kontak sosial.

2.5 Kriteria Diagnosis


10
1. Kriteria diagnosis menurut DSM V:
a) Perkembangan gejala emosional atau tingkah laku sebagai
respons terhadap stresor yang dapat diidentifikasi terjadi dalam
waktu tiga bulan sejak timbulnya stresor.10
b) Gejala atau tingkah laku ini signifikan secara klinis,
sebagaimana dibuktikan oleh satu atau kedua hal berikut:10
i. Penderitaan yang jelas tidak sebanding dengan
keparahan atau intensitas stresor, dengan
mempertimbangkan konteks eksternal dan faktor
budaya yang mungkin mempengaruhi keparahan
gejala dan presentasi.10
ii. Gangguan signifikan dalam bidang sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.10
c) Gangguan yang berhubungan dengan stres tidak memenuhi
kriteria untuk kelainan mental lain dan bukan semata-mata
memperburuk kelainan mental yang sudah ada sebelumnya.10
d) Gejala-gejala tidak menunjukkan kondisi berkabung.10
e) Setelah stresor atau konsekuensinya telah berakhir, gejalanya
tidak bertahan selama lebih dari enam bulan berikutnya. 10
Tentukan apakah:
i. 309.0 (F43.21) Dengan mood yang tertekan: Mood
yang rendah, menangis, atau perasaan putus asa adalah
predominan.10
ii. 309.24 (F43.22) Dengan kecemasan: Gugup, khawatir,
gelisah, atau kecemasan akan perpisahan adalah
predominan.10
iii. 309.28 (F43.23) Dengan campuran kecemasan dan
mood tertekan: Kombinasi dari depresi dan cemas
adalah predominan.10

8
iv. 309.3 (F43.24) Dengan gangguan tingkah laku:
Gangguan tingkah laku adalah predominan.
309.4 (F43.25) Dengan campuran gangguan emosi dan
tingkah laku: Kedua gejala emosional (mis., depresi,
cemas) dan gangguan perilaku adalah predominan.10
v. 309.9 (F43.20) Tidak tergolongkan: Untuk reaksi
maladaptif yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai
salah satu subtipe spesifik dari gangguan penyesuaian.10
7
2. Kriteria diagnosis menurut PPDGJ-III:

a) Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan


antara:
i. Bentuk, isi, dan beratnya gejala
ii. Riwayat sebelumnya dan corak kepribadian; dan
iii. Kejadian, situasi yang “stressful”, atau krisis
kehidupan.7
b) Adanya faktor ketiga diatas (iii) harus jelas dan bukti
yang kuat bahwa gangguan tersebut tidak akan terjadi
seandainya tidak mengalami hal tersebut.7
c) Manifestasi dari gangguan bervariasi, dan mencakup
afek depresif, anxietas, campuran anxietas-depresif,
gangguan tingkah laku, disertai adanya disabilitas
dalam kegiatan rutin sehari-hari. Tidak ada satupun dari
gejala tersebut yang spesifik untuk mendukung
diagnosis.7
d) Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah
terjadinya kejadian yang “stressful”, dan gejala-gejala
biasanya tidak bertahan melebihi enam bulan, kecuali
dalam hal reaksi depresif berkepanjangan (F43.21)7
e) Karakter kelima :7
F43.20 = Reaksi depresi singkat
F43.21 = Reaksi depresi berkepanjangan
F43.22 = Reaksi campuran anxietas dan depresi
F43.23 = Dengan predominan gangguan emosi lain
F43.24 = Dengan predominan gangguan perilaku

9
F43.25 = Dengan gangguan campuran emosi dan
perilaku
F43.28 = Dengan gejala predominan lainnya YTT
2.6 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dapat mencakup respons stres normal, reaksi stres akut
yang berkembang dalam waktu tiga hari setelah stresor dan hilang dalam satu
bulan, depresi subklinis yang tidak sesuai dengan kriteria diagnostik depresi
berat, gangguan berkabung kompleks yang persisten, gangguan kepribadian,
kecemasan, dan PTSD dimana efeknya bertahan setidaknya satu bulan setelah
6
suatu peristiwa. Hipotiroidisme juga harus dipertimbangkan.

6
Gambar 1. Diagnosis Diferensial Gangguan Penyesuaian
2.7 Tatalaksana
A. Farmakologi
Medikasi dengan obat-obatan harus diberikan untuk waktu yang singkat,
tergantung dari tipe gangguan penyesuaian, dapat diberikan pengobatan yang
efektif. Beberapa pasien mengalami gejala seperti gangguan tidur, kecemasan
luar biasa, dan disforia, yang mungkin memerlukan pengobatan selain terapi
9,11
bicara dan edukasi.

Antidepresan dapat diberikan bila dijumpai adanya depresi, mis. Selective


serotonin reuptake inhibitors (SSRI) (Tabel 1). Bila ada psikosis dapat

10
diberikan antipsikotika. Pada prinsipnya pengobatan selalu dimulai dari dosis
rendah, ditingkatkan bertahap sampai mencapai dosis terapeutik. Efek terapi
baru akan tampak pada minggu ke 2-3 sehingga pemberian obat harus
memperhatikan hal ini, sehingga pada minggu-minggu pertama biasanya
diberikan benzodiazepin yang memiliki efek cepat dalam memberikan rasa
9,11
nyaman sambil menunggu efek terapi antidepresan.

Penggunaan obat jangka pendek juga dapat bermanfaat bagi pasien


yang memiliki gangguan tidur terkait dengan gangguan penyesuaian. Ini
termasuk antihistamin, sedatif-hipnotik, dan benzodiazepin (Tabel 2).
Benzodiazepin seperti alprazolam (Xanax), clonazepam (Klonopin), dan
lorazepam (Ativan) juga dapat membantu untuk penggunaan siang hari untuk
kecemasan yang signifikan terkait dengan tekanan hidup yang parah.
Pemberian antiansietas berguna untuk pasien dengan kecemasan, tetapi
hindarilah ketergantungan obat. Perlu diketahui bahwa intervensi
farmakologik adalah sebagai augment psikoterapi dan bukan sebagai terapi
9,11
primer.

Tabel 1. Antidepresan golongan SSRI

No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran


1x10-
1 Fluoxetine PROZAC Cap 10-20 mg 20mg/hari
1x25-
2 Fluvoxamine LUVOX 50 mg 50mg/hari
1x10-
3 Paroxetine SEROXAT Tab 10-20 mg 20mg/hari
1x25-
4 Sertraline ZOLOFT Tab 25-50 mg 50mg/hari

5 Escitalopram CIPRALEX 5-10 mg 1x5-20 mg/hari

Tabel 2. Antiansietas golongan Benzodiazepin

Dosis
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Anjuran
Tab 2-5-10 1 x 2 - 40
1 Diazepam VALIUM mg Inj 10 mg mg/hari

Tab 0,5-1-2 1 - 2 x 0,5- 2


2 Lorazepam ATIVAN mg mg/hari
Tab 0,25-0,5- 3 x 0,25- 0,5
3 Alprazolam XANAX 1mg mg/hari
Tab 0,5-1-2 1 x 0,5- 2
4 Clonazepam KLONOPIN mg mg/hari

11
2 - 3 x 5 - 10
5 Clobazepam FRISIUM Tab 10 mg mg/hari

B. Non Farmakologi
Pengobatan gangguan penyesuaian utamanya bergantung pada langkah-langkah
psikoterapi yang memungkinkan pengurangan stresor, peningkatan dalam mengatasi
stresor yang tidak dapat dikurangi atau dihilangkan, dan pembentukan sistem
9,11,12
pendukung untuk memaksimalkan adaptasi.

Terapis membantu pasien dengan meminimalkan kesulitan dan perasaan lain


dengan memasukkannya ke dalam kata-kata dengan adaptasi yang lebih optimal dan
mencari penguasaan trauma atau stressor. Peran verbalisasi tidak dapat ditaksir terlalu
tinggi sebagai pendekatan yang efektif untuk mengurangi dampak stresor dan untuk
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah. Terapis perlu mengklarifikasi dan
9,11,13
menginterpretasikan arti dari stresor untuk pasien.

1. Konseling, Terapi Kognitif Perilaku, Intervensi Krisis, Perawatan


Kelompok Suportif, dan Terapi Keluarga
Konseling (termasuk konseling krisis medis), terapi kognitif
perilaku (CBT), intervensi krisis, perawatan kelompok suportif, dan
terapi keluarga dapat digunakan untuk mendorong verbalisasi
ketakutan, kecemasan, amarah, ketidakberdayaan, dan keputusasaan
9,11,13
terkait dengan stresor yang membebankan pada pasien.

Tujuan pengobatan dalam setiap kasus adalah untuk


mengungkapkan kekhawatiran dan konflik yang dialami pasien, untuk
mengidentifikasi strategi mengurangi stresor, untuk meningkatkan
keterampilan mengatasi dari pasien, untuk membantu pasien
mendapatkan perspektif tentang kesulitan, dan untuk membangun
hubungan (misalnya, jaringan pendukung) untuk membantu dalam
9,11,13
pengelolaan stresor.

2. Psikoterapi Singkat
Dalam hal kriteria DSM-III-R, Sifneos menyatakan bahwa
pasien dengan gangguan penyesuaian mendapat manfaat paling besar
dari psikoterapi singkat. Psikoterapi harus berusaha membingkai ulang
makna dari pemicu stres. Meskipun intervensi psikoterapi singkat
biasanya sudah cukup, penyebab stres yang sedang berlangsung atau

12
karakter yang bertahan lama yang dapat membuat pasien rentan
terhadap intoleransi stres bisa menandakan perlunya perawatan yang
9,11,13
lebih lama.

3. Psikoterapi Interpersonal
Psikoterapi interpersonal (IPT) diterapkan pada pasien rawat
jalan yang HIV-positif dan terbukti efektif. Mekanisme IPT penting
dalam memahami pendekatan psikoterapi terhadap gangguan
penyesuaian adalah dengan psikoedukasi tentang sick role, a here-and-
now framework, perumusan dari masalah perspektif interpersonal,
eksplorasi opsi untuk mengubah pola perilaku disfungsional,
identifikasi bagian masalah interpersonal terfokus, dan kepercayaan
yang diperoleh terapis dari pendekatan sistematis untuk perumusan
9,11,13
masalah dan pengobatan.

4. Intervensi untuk Pasien Lansia


Pasien lanjut usia sangat rentan terhadap perkembangan
gangguan penyesuaian karena stres akibat kehilangan interpersonal,
penyakit medis, dan banyaknya obat yang dikonsumsi. Transisi
kehidupan seperti pindah ke panti jompo atau kehilangan hak
mengemudi biasanya dialami sebagai pemicu stres pada orang tua.
Perawatan yang memperkuat fungsi ego pasien dengan
membantu pasien mengenali penyebab stres dan dengan
mempromosikan strategi mengatasi masalah yang efektif berguna
dalam populasi ini. Sikap terapi yang aktif dan penggunaan ulasan
9,11,13
hidup dapat menumbuhkan rasa penguasaan terhadap stresor.

5. Support Group
Support group digunakan pada pasien dengan gangguan
penyesuaian untuk menyesuaikan dan meningkatkan mekanisme
mengatasi masalah mereka. Studi tentang manfaat dari intervensi
kelompok psikososial telah menghasilkan hasil yang beragam. Pasien
kanker yang menghadiri support group telah menunjukkan
peningkatan usia hidup, peningkatan mood, penurunan tingkat
9,13
kesulitan, dan peningkatan kualitas hidup.

2.8 Prognosis
13
14
Dengan terapi yang efektif, prognosis pada umumnya adalah baik.
Kebanyakan pasien kembali ke fungsi semula dalam waktu tiga bulan. Ada
gangguan penyesuaian yang berlangsung sementara dan dapat sembuh sendiri atau
5
setelah mendapat terapi.

Remaja membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih kembali dibandingkan


dengan orang dewasa. Terdapat penelitian follow-up setelah lima tahun
mendapatkan 71% pasien dewasa sembuh tanpa gejala residual, 21% berkembang
8
menjadi gangguan depresi mayor, atau alkoholisme.

Pada remaja prognosis kurang baik, karena 43% menderita gangguan


Skizofrenia dengan gangguan skizoaffektif, depresi mayor, gangguan
penyalahgunaan zat, serta gangguan kepribadian. Adapun risiko bunuh diri cukup
tinggi.

15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Gangguan penyesuaian merupakan gangguan jiwa yang jarang ada
penelitiannya namun paling sering dijumpai pada pasien-pasien yang
dirawat di rumah sakit untuk penyakit medik ataupun operasi.
Gangguan penyesuaian dalam DSM-V didefinisikan sebagai gejala
emosional atau tingkah laku sebagai respons terhadap stresor yang dapat
diidentifikasi terjadi dalam waktu tiga bulan sejak timbulnya stresor, reaksi
dari distress yang ditandai, dan gangguan signifikan dalam fungsi sehari-
hari. DSM-V mengklasifikasikan gangguan penyesuaian bersama dengan
gangguan terkait stress lainnya.
Perawatan gangguan penyesuaian dapat berupa farmakoterapi atau
psikoterapi. Farmakoterapi diberikan untuk waktu yang singkat,
tergantung dari tipe gangguan penyesuaian. Beberapa pasien mengalami
gejala seperti gangguan tidur, kecemasan luar biasa, dan disforia, yang
mungkin memerlukan pengobatan selain terapi bicara dan edukasi. Dapat
diberikan antidepresan bila dijumpai adanya depresi. Pemberian
antiansietas juga dapat membantu untuk kecemasan. Namun perlu diingat
bahwa intervensi farmakologik adalah sebagai augment psikoterapi dan
bukan sebagai terapi primer.
Psikoterapi merupakan perawatan utama yang memungkinkan
pengurangan stressor. Dengan psikoterapi, konflik yang dialami pasien
bisa diketahui sehingga dapat diidentifikasi strategi yang dapat
mengurangi stresor. Hal tersebut berguna untuk meningkatkan
keterampilan pasien dalam mengatasi stresor.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. O’Donnell ML, Alkemade N, Creamer M, et al. A longitudinal study of adjustment


disorder after trauma exposure. Am J Psychiatry. 2016;173(12):1231-1238.

2. O’donnell ML, Agathos JA, Metcalf O, Gibson K, Lau W. Adjustment disorder:


Current developments and future directions. Int J Environ Res Public Health.
2019;16(14).

3. Zelviene P, Kazlauskas E. Adjustment disorder: Current perspectives. Neuropsychiatr


Dis Treat. 2018;14:375-381.

4. Lee J, Swartz KL. Adjustment Disorder | Johns Hopkins Psychiatry Guide.


https://www.hopkinsguides.com/hopkins/view/Johns_Hopkins_Psychiatry_Guide/787
068/all/Adjustment_Disorder. Accessed September 16, 2020.

5. Yaseen YA. Adjustment disorder: Prevalence, sociodemographic risk factors, and its
subtypes in outpatient psychiatric clinic. Asian J Psychiatr. 2017;28:82-85.

6. Maercker A, Lorenz L. Adjustment disorder diagnosis: Improving clinical utility.


World J Biol Psychiatry. 2018;19(sup1):S3-S13.

7. Maslim R. DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA RUJUKAN RINGKAS Dari PPDGJ - III.;


2013.

8. Frank J. Adjustment Disorders: Practice Essentials, Background, Pathophysiology.


Medscape. https://emedicine.medscape.com/article/2192631-overview#a3. Published
2016. Accessed September 16, 2020.

9. Wolfman LSBA. TEXTBOOK OF PSYCHIATRY. Vol 53.; 2014.

10. American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental
disorders (5th ed.). Arlington, VA: Author.

11. Glen 0.Gabbard M. Gabbard’s Treatment of Psychiatric Disorder DSM 5 Edition.

12. THEODORE A. STERN MD. COMPREHENSIVE CLINICAL PSYCHIATRY. Vol 53.;


2016.

13. Domhardt M, Baumeister H. Psychotherapy of adjustment disorders: Current state and


future directions. World J Biol Psychiatry. 2018;19(sup1):S21-S35

17
18

Anda mungkin juga menyukai