Oleh:
Pahista Pamberiaski
C014182145
Residen Pembimbing:
dr. Veraferial M.
Pembimbing Supervisor:
dr. Ifa Tunisyah, Sp.KJ
Mengetahui,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan
Traumatic Stress Disorder” dan laporan kasus yang berjudul “Gangguan Afektif
Bipolar Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik” Referat dan Laporan kasus ini di
susun untuk melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Ifa Tunisyah, Sp.KJ dan dr.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format referat
ini. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata
penulis berharap referat ini dapat berguna bagi rekan-rekan serta semua pihak yang
Penulis,
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
KESIMPULAN .......................................................................................................... 21
iv
BAB I
PENDAHULUAN
mengenai setiap orang. Dalam setiap kejadian traumatik yang terjadi, selalu
ada implikasi kesehatan jiwa ,baik dalam kasus akibat bencana alam,
misalnya gempa bumi, tsunami, angin ribut, atau pada bencana yang
orang tidaklah sama. Kejadian traumatik yang dialami bila tidak dapat
Disorder/ PTSD).
et al. (2005), semakin muda usia anak yang mengalami trauma semakin
1
pasca trauma meningkat. Salah satu bencana alam yang terbesar yakni,
dicintainya.
pasca trauma tiap tahunnya, baik yang disebabkan oleh bencana alam
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
3
pengalaman seseorang pada suatu peristiwa yang bersifat amat hebat dan
luar biasa, jauh dari pengalaman yang normal bagi seseorang.8
2.3 ETIOLOGI
terhadap suatu trauma yang ekstrem atau sebuah kejadian yang mengerikan
seseorang merasakan takut yang sangat kuat, atau perasaan tidak berdaya.
1. Stressor
4
perkosaan, dan kecelakaan serius. Meskipun demikian, tidak semua
2. Faktor Risiko
o Biologis
- Kerentanan genetik.
5
- Kepribadian “borderline”, paranoid,dependent atau
antisosial.
- Perempuan
o Psikososial
anak).
3. Faktor Psikodinamik
penghindaran.
6
Model perilaku PTSD menekankan ada 2 fase, yang pertama adalah
5. Faktor Biologis
1. Sistem Noradrenergik
2. Sistem Opioid
7
adreno-kortikotropin yang tumpul. Selain itu, supresi
c. Konsentrasi buruk
d. Insomnia
2. Intrusions (pengacauan)
a. Kilasan balik
b. Mimpi buruk
8
c. Ingatan yang hidup
3. Avoiance (penghindaran)
bukti bahwa timbulnya dalam waktu 6 bulan dari suatu peristiwa traumatik
waktu lebih dari 6 bulan, asalkan manifestasi klinisnya khas dan tidak
Sebagai tambahan, bukti adanya trauma, harus selalu ada dalam ingatan,
kembali akan traumanya, akan tetapi hal ini tidak esensial untuk
9
waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat (masa laten yang
melebihi waktu 6 bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan
lain.
10
ancaman kematian anggota keluarga teman, peristiwa itu haruslah
B. Keberadaan satu (atau lebih) gejala yang terkait dengan peristiwa traumatis,
traumatis.
11
C. Menghindari rangsangan terus-menerus yang terkait dengan peristiwa
D. Perubahan negatif dalam kognisi dan suasana hati yang terkait dengan
terjadi, sebagaimana dibuktikan oleh dua (atau lebih) dari kondisi berikut
ini:
(biasanya karena amnesia disosiatif dan tidak pada faktor lain seperti
orang lain, atau dunia (misalnya, “Saya buruk”, “Tidak ada yang bisa
12
4. Keadaan emosional negatif yang terus-menerus (misalnya ketakutan,
E. Perubahan yang ditandai dalam gairah dan reaktivitas yang terkait dengan
terjadi, sebagaimana dibuktikan oleh dua (atau lebih) dari berikut ini:
nyenyak)
13
H. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (mis., Obat-
2.6 PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi
selama setahun.
yang diambil dari lingkungan (rangsangan) dan untuk mengurangi rasa takut.
14
mengurangi agresi, impulsif, dan pikiran bunuh diri yang dapat dikaitkan
dengan gangguan ini. Untuk PTSD yang terkait dengan perkelahian, ada
semakin banyak bukti bahwa prazosin dapat sangat membantu. Meskipun obat
penyakit ini.
2. Psikoterapi
Intervensi psikoterapi PTSD mencakup terapi perilaku, terapi kognitif, dan
dari sumber stress. Pasien harus disarankan tidur, menggunakan obat jika
perlu. Dukungan dari orang sekitar harus diberikan. Pasien harus diminta
dengan suatu peristiwa yang dapat membantu pasien) perasaan emosional yang
15
dan pendekatan kognitif untuk menghadapi strss. Sejumlah data menunjukkan
terapi kognitif di mana panduan praktisi orang dengan PTSD dalam berbicara
tentang trauma yang diderita dan perasaan negatif yang terkait dengan
tidak jelas apakah ini adalah setiap lebih efektif daripada terapi kognitif yang
konseling keluarga, konseling pasangan, orang tua kelas, dan resolusi konflik
relevan tentang dicintai mereka satu (misalnya, tentang emosi dan perilaku,
16
Langsung menangani masalah tidur yang dapat menjadi bagian dari PTSD
pelatihan dalam teknik relaksasi, self-talk positif, dan skrining untuk masalah
2.7 PROGNOSIS
Prognosis yang baik dapat dicapai bila kondisi PTSD muncul dalam
waktu singkat, durasinya singkat, fungsi premorbid yang baik, dukungan
social yang baik dan tidak adanya kondisi komorbid atau
penyalahgunaan zat.
17
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Samoon A, Sadock BJ, Sadock V.A. 2010. Kaplan dan Sadock’ Pocket
: 1275-1277
dari PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-
Unika Atmajaya.
3. Tomb DA. 1999. Buku Saku Psikiatri. Penerbitan Buku Kedokteran : EGC.
Hal : 52
5. Puri BK, Hall AD. 2004. Revision Notes in Phychiatry 2nd Edition. Arnold.
Hal: 399
7. Klein DN, Schwartz JE, Rose S, Leader JB. Five-year course and outcome
19
9. Kaplan H.I, Sadock B.J. Comprehensive Textbook of Psychiatry, Eight
20
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. AN
No. RM : 00793982
Umur : 23 tahun (01 Januari 1996)
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Belum menikah
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : -
Alamat : Jl. Belawa, Wajo
Masuk Poli Klinik Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Sulawesi Selatan untuk
kedua kalinya pada tanggal 21 Februari 2019, diantar oleh ibu dan keluarga
pasien. Dan di rawat inap di perawatan pakis pada tanggal 21 Februari 2019.
A. Keluhan Utama
Mengamuk
21
dikasih tidak mau, hanya mau ambil sendiri. Pasien juga tidak mau minum obat
selama ± 3 hari terakhir, dipaksa untuk minum obat. Pasien tidur malam
terganggu selama ± 4 hari ini, mengaji atau bicara-bicara sendiri. Jika ditanya
pasien mengamuk dan marah dengan melempar barang. Dua hari yang lalu
pasien melempar durian dan menangkapnya sendiri sehingga tangannya luka.
Pasien dipanggil makan durian tapi tidak mau, sewaktu keluarga makan pasien
tersinggung dan marah.
Awal perubahan perilaku sewaktu SMP, pasien sering menangis tiba-tiba,
diakui keluarga tidak ada teman yang jahat. Keluarga tidak membawa berobat,
hanya 1 minggu sembuh sendiri. Sebelum sakit pasien cenderung pendiam dan
pemalu tapi aktif bergaul di sekolahnya.
Pertama dirawat di pakis, sewaktu kuliah (KKN), tahun 2017 pasien
mengamuk dan menangis. Pasien memukul dinding, melempar barang juga,
marah-marah, mudah tersinggung, dirawat ± 18 hari. Pulang dalam keadaan
baik, pasien sudah 1 tahun tidak minum obat karena sudah merasa sembuh pasien
selalu rutin kontrol poli jiwa. Tanggal 21 januari 2019. Pasien kembali kontrol
di poli, setelah 4 bulan tidak kontrol karena ibu merasa pasien kambuh dan suka
marah-marah.
Saat ini pasien tinggal di rumah, bersama ibu. Bapak meninggal sewaktu
SMA dan menurut pengakuan ibu, pasien terguncang. Pasien anak bungsu dari
6 bersaudara (L,L,L,L,L,P). Anak kedua dan keempat telah meninggal, ketiga
saudara sudah berkeluarga dan tinggal terpisah dan berjauhan. Pasien belum
menikah pasien tamat S1 jurusan biologi di UNM, lulus 2017 (selama 4 tahun 6
bulan) setelah dirawat di pakis, lulus kedua di angkatannya. Sejak SD, SMP,
SMA selalu ranking 1-2. Sekolah SMP hanya 2 tahun (akselerasi di SMA
unggulan Sengkang). Kadang bantu keluarga menjual di Sengkang dan
hubungan dengan keluarga diakui baik.
22
2. Riwayat Penggunaan NAPZA
Tidak ada riwayat penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif sebelumnya.
3. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Pasien pernah mengalami gangguan psikiatrik sebelumnya.
23
6. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Setelah pasien tamat pendidik Strata-1 pasien membantu kakak
yang berjualan di Sengkang. Sempat mendaftar pendidikan S2 dan
menjadi pengajar sebuah sekolah di Maros.
b. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah
c. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam dan menjalankan ibadahnya dengan
baik.
d. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum sebelumnya.
e. Aktivitas Sosial
Pasien sering berkumpul dengan teman-temannya, namun
cenderung pendiam dan pemalu..
7. Riwayat Keluarga
Pasien anak bungsu dari 6 bersaudara (♂,♂,♂,♂,♂,♀) → (anak ke-2
telah meninggal ketika usia 4 bulan dan anak ke-4 ketika usia 4 tahun). Ketiga
saudara sudah berkeluarga dan tinggal terpisah dan berjauhan. Hubungan pasien
dengan keluarga baik. Riwayat gangguan yang sama aau gangguang jiwa lainnya
pada keluarga yaitu saudara kandung bapak namun tidak berobat ke dokter.
24
GENOGRAM
Keterangan :
Pasien
25
III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS (Bangsal Pakis, 11 Maret
2019)
A. Status Internus
Keadaan umum tampak sehat namun terlalu aktif, gizi baik, kesadaran
composmentis (E4M6V5), tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 100 kali/menit,
frekuensi pernafasan 18 kali/menit, suhu tubuh 36,1°C, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru, abdomen dalam batas normal,
ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
B. Status Neurologis
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil
bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan
sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks
patologis.
26
b. Keadaan Afektif
1. Mood : Labil
2. Afek : Sangat Luas
3. Keserasian : Serasi
4. Empati : Tidak dapat diraba rasakan
c. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf Pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat
pendidikannya
2. Orientasi
a. Waktu :baik
b. Tempat :baik
c. Orang :baik
3. Daya Ingat
a. Jangka Panjang :baik
b. Jangka Sedang :baik
c. Jangka Pendek :baik
d. Jangka Segera :baik
4. Konsentrasi dan Perhatian
Baik
5. Pikiran Abstrak
Baik
6. Bakat Kreatif
Menulis KTI
7. Kemampuan Menolong diri sendiri
Baik
d. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
Halusinasi auditorik : bisikan yang memanggil-manggil nama
2. Ilusi
Tidak ada
3. Depersonalisasi
27
Tidak ada
4.Derealisasi
Tidak ada
e. Proses Berpikir
1. Produktivitas : Meningkat
2. Kontinuitas : Relevan dan koheren, flight of idea.
3. Isi Pikiran :
Terdapat gangguan isi pikiran berupa :
Pre okupasi :
Waham : Tidak ada
f. Pengendalian Impuls
Tidak terganggu
g. Daya Nilai dan Tilikan
1.Norma Sosial : Tidak terganggu
2. Uji daya nilai : Tidak terganggu
3.Penilaian Realitas : Baik
4. Tilikan : Tilikan 6 (pasien menyadari sepenuhnya tentang
situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai
perbaikan)
h. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
28
Pada pemeriksaan status mental, tampak seorang perempuan, wajah sesuai
umurnya 23 tahun, kulit kuning langsat, menggunakan jilbab merah muda
menutupi hingga lutut, dan gamis panjang warna merah muda, mengenakan kaos
kaki. Perawakan sedang, pasien tampak rapid dan perawatan baik. Kesadaran
baik, perilaku dan aktivitas psikomotor gelisah, menjawab pertanyaan sesuai
yang ditanyakan, dan sikap terhadap pemeriksa cukup kooperatif.
Mood labil, afek luas, keserasian serasi, dan empati tidak dapat diraba
rasakan. Konsentrasi dan perhatian baik, pikiran abstrak baik, bakat kreatif
menulis KTI dan kemampuan menolong diri baik.
Ada gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik berupa bisikan yang
memanggil-manggil nama. Produktifitas pikir meningkat, kontinuitas relevan
dan koheren, tidak ada preokupasi dan tidak terdapat waham. Pengendalian
impuls tidak terganggu. Pada norma sosial dan uji daya nilai tidak terganggu,
dan penilaian reailitas baik. Pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya
disertai motivasi untuk mecapai perbaikan (Tilikan 6).
29
Aksis II
Dari informasi yang didapatkan pasien belum cukup untuk memenuhi
kriteria ciri kepribadian yang khas.
Aksis III
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak ditemukan kelainan
fisik.
Aksis IV
Tidak jelas
Aksis V
GAF Scale (Global Assesment Functioning) Scale 70-61 gejala ringan dan
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
30
selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum
obat secara teratur.
IX. PROGNOSIS
Dari hasil alloanamnesis, didapatkan keadaan-keadaan berikut ini
a. Faktor yang mendukung kearah prognosis baik:
– Tidak ada kelainan organik
– Adanya dukungan dari keluarga
– Kepatuhan minum obat
b. Faktor yang mendukung kearah prognosis buruk
– Riwayat keluhan yang sama pada keluarga
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam :Dubia et bonam.
Ad Sanationam : Dubia et bonam
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain itu
menilai efektivitas dan kemungkinan efek samping obat yang diberikan.
31
menentukan algoritma gangguan bipolar harus dipertimbangkan kemanjuran,
tolerabilitas, kemanjuran dan keamanan obat untuk pasien. Namun, pengobatan
gangguan bipolar efektif jika dilakukan secara komprehensif. Terapi Komprehensif
termasuk farmakoterapi dan psikoterapi.
Saat ini prevalensi gangguan bipolar dalam populasi cukup tinggi, mencapai
1,3 -3%. Bahkan prevalensi untuk seluruh spektrum bipolar mencapai 2,6-6,5%.
Tujuh dari sepuluh pasien pada awalnya misdiagnosis. Prevalensi antara laki-laki
dan perempuan sama besarnya terutama pada gangguan bipolar I, sedangkan pada
gangguan bipolar II, prevalensi pada perempuan lebih besar. Depresi atau distimia
yang terjadi pertama kali pada prapubertas memiliki risiko untuk menjadi gangguan
bipolar Penyebab gangguan bipolar sampai saat ini belum dapat diketahui dengan
pasti. Banyakfaktor yang mempengaruhi dalam gangguan bipolar yaitu faktor
genetik, faktor biokimia, faktor neurofisiologi, faktor psikodinamik, dan faktor
lingkungan. Bentuk gejala psikotik yang sering ditemukan pada gangguan bipolar
episode manik yaitu gangguan proses pikir, halusinasi dan waham.
Gangguan Afektif Bipolar Episode Manik Dengan Gejala Psikotik; Episode
manik didefinisikan sebagai kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat,
disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam
berbagai derajat keparahan. Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah
suatu gangguan suasana perasaan yang ditandai oleh adanya episode berulang
(sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitas jelas
terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan
energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan
afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa
biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai
dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode
depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun
jarang melebihi satu tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode
tersebut sering terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental
lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis)
32
Pedoman Diagnostik : Untuk menegakkan diagnosis
a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gajala
psikotik
(F30.2) dan
b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif, atau campuran) di masa lampau.
33
XII. LAMPIRAN WAWANCARA
AUTOANAMNESIS
(11 Maret 2019 di Bangsal Pakis)
34
P : Pencuri
D : Kalo boleh tau, kita ini apa ada bakat ta ?
P : Ada, menulis
D : Menulis apa itu?
P : Menulis Karya tulis ilmiah mengenai penggunaan bawang terhadap kesehatan
mata
D : Waktu kapan itu? Dapat juara?
P : Waktu SMP, iya dapat penghargaan
D : Apa lagi, selain itu?
P : pernah olimpiade biologi waktu SMA
D : Tabe di, ini kita tau ji kalo lagi sakit?
P : Iya tau ji
D :Sakit bagaimana itu?
P : Karena selalu mau jalan, gelisah.
D : Tapi mau ji berobat?
P : Iya mau ji
D : Ada lagi kita mau bilang?
P : Nda adami dok, sekian terimakasih
D : iye, terimaksih banyak juga kak.
35