Anda di halaman 1dari 3

 Eritropoiesis

Sel darah merha yang hanya dilengkapi oleh bekal awal yang disintesis sebelum sel ini
menyingkirkan nucleus dan organelnya, hanya bertahan hidup rerata 120 hari. Seiring dengan
penuaan eritrosit, membrane plasma eritrosit yang tidak dapat diperbaiki menjadi rapuh dan mudah
pecah ketika sel terjepit melewati titik-titik yang smpit di dalam system vascular. Sebagian besar
eritrosit tua mengakhiri hidupnya di limpa karena jaringan kapiler orang ini sempit dan berkelok-
kelok hingga merusak sel rapuh ini.
Karena eritrosit tidak dapat membelah diri untuk mengganti sendiri jumlahnya, sel tua yang pecah
harus diganti oleh sel baru yang diproduksi di sumsum tulang. Dalam keadaan normal sumsum tulang
menghasilkan eritrosit baru dalam kecepatan yang sama dengan kerusakan sel tua.
Tahap pertama dalam pembentukan eritrosit adalah dimana hematopoietic stem cells
berdiferensiasi mengadi burst-forming-unit-erythroid dan berikutnya akan berdiferensiasi menjadi
colony forming unit erythroid. Fase kedua meliputi diferensiasi menjadi prekursos berinti dari
proeritroblas menjadi basofilik, polikromatofilik dan orthochromatic eritroblas. Fase ini ditandai
dengan akumulasi hemoglobin, penurunan ukuran sel dan pemadatan inti sel yang mengakibatkan
enukleasi. Fse terakhir adalah pematangan sel menjadi eritrosit. Pada fase inilah eritrosit menjadi
berbentuk bikonkav melalui remodeling membrane sel dan kemudian akan bersirkulasi dalam darah
hingga disingkirkan oleh makrofag.

Untuk regulasi eritropoiesis diatur oleh eritropoietin dari ginjal. Kadar O2 yang rendah tidak
merangsang eritropoiesis dengan bekerja langsung pada sumsum tulang. Penurunan penyaluran oksigen
ke ginjal merangsang ginjal mengeluarka hormone eritropoietin ke dalam darah dan hormone ini yang
akan merangsang eritropoiesis oleh sumsum tulang. Eritropoietin bekerja pada derivate sel punca tak
berdiferensiasi, merangsang proliferasi dan pematangan sel-sel ini menjadi eritrosit matur. Jika
penyaluran darah ke ginjal telah normal, sekresi eritropoietin ini dihentikan hingga dibutuhkan kembali.
Daftar pustaka
Sherwood, L. (2012). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. 8th ed.
Zivot, A., Lipton, J., Narla, A. and Blanc, L. (2018). Erythropoiesis: insights into pathophysiology and
treatments in 2017. Molecular Medicine, 24(1).

Anda mungkin juga menyukai