Anda di halaman 1dari 4

PITIRIASIS ROSEA

Definisi dan Epidemiologi


Pitiriasis rosea ialah penyakit akut, kelainan kulit berupa timbulnya
papuloskuamosa yang dapat hilang dengan sendirinya, umumnnya menyerang anak-
anak dan dewasa muda yang sehat, walaupun sebenarnya dapat ditemukan pada semua
umur. Penyebabnya belum diketahui, diduga virus sebagai penyebab timbulnya erupsi.
Prevalensi yang dilaporkan dari pusat dermatologi adalah 0,3 -3
%.Penyakit ini terdapat di seluruh dunia dan didapatkan kira-kira sebanyak 20% dari
setiap kunjungan pasien yang berobat jalan pada ahli penyakit kulit. Insidens pada pria
dan wanita hampir sama, walaupun sedikit lebih banyak ditemukan pada wanita.
Etiologi
Penyebab dari penyakit ini belum diketahui, Watanabe et al melakukan
penelitian dan mempercayai bahwa Pitiriasis Rosea disebabkan oleh virus. Mereka
melakukan replikasi aktif dari Herpes Virus ( HHV )-6 dan -7 pada sel mononuklear
dari kulit yang mengandung lesi, kemudian mengidentifikasi virus pada sampel serum
penderita. Dimana virus-virus ini hampir kebanyakan didapatkan pada masa kanak-
kanak awal dan tetap ada pada fase laten dalam sel mononuklear darah perifer, terutama
CD-4 dan sel T, dan pada air liur.
Menurut Broccolo dkk 2005, DNA HHV-7 dan sedikit DNA HHV-6 ditemukan
pada plasma bebas dalam plasma atau sampel serum dari banyak penderita pityriasis
rosea, dan tidak ditemukan pada individu yang menderita penyakit inflamasi kulit
lainnya. Protein dan mRNA HHV-7 dan sedikit mRNA HHV-6 dan protein, dideteksi
pada kumpulan leukosit yang ditemukan di regio perivaskular dan perifolikular pada
lesi PR, tetapi tidak ditemukan pada pasien dengan penyakit inflamasi kulit lainnya.
Peningkatan imunoglobulin spesifik HHV-6 dan HHV-7 pada kondisi tidak adanya
antibodi imunoglobulin G spesifik terhadap virus tidak terjadi pada pasien PR,
sementara pada peningkatan infeksi virus primer terhadap antibodi IgM sendiri
merupakan tanda khas. Kemudian penemuan terakhir bahwa terdapat DNA HHV-6 dan
HHV-7 pada saliva pasien dengan PR, yang tidak ditemukan pada pasien-pasien
dengan infeksi primer oleh virus-virus ini. Berdasarkan pada penemuan-penemuan ini,
kesimpulan yang dapat diambil adalah pityriasis rosea ini berkaitan erat dengan
reaktivasi HHV-7 dan sedikit HHV-6.
Patofisiologi
Para ahli masih berbeda pendapat tentang faktor-faktor penyebab timbulnya
Pitiriasis Rosea. Ada yang menduga penyebabnya adalah virus, dikarenakan penyakit
ini dapat sembuh dengan sendirinya (self limited). Keterlibatan dua virus herpes yaitu
HHV-6 dan HHV-7, telah diusulkan sebagai penyebab erupsi. Dilaporkan terdapat
DNA virus dalam peripheral blood mononuclear cell (PBMC) dan lesi kulit dan hal ini
tidak terpengaruh dari banyaknya orang dengan Pitiriasis Rosea akut. HHV-7
terdeteksi sedikit lebih banyak daripada HHV-6, tetapi sering kedua virus ditemukan.
Namun, bukti dari adanya HHV-6 atau HHV-7 dan aktivitasnya juga ditemukan dalam
proporsi (10-44%) dari individu yang tidak terpengaruh, hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan dengan infeksi, di mana virus tidak selalu menyebabkan penyakit.
Sementara ahli yang lain mengaitkan dengan berbagai faktor yang diduga
berhubungan dengan timbulnya Pitiriasis Rosea, misalnya faktor penggunaan obat-obat
tertentu.

Gejala
Kurang lebih pada 20-50% kasus, bercak merah pada pitiriasis rosea didahului
dengan munculnya gejala mirip infeksi virus seperti gangguan traktus respiratorius
bagian atas atau gangguan gastrointestinal. Sumber lain menyebutkan kira-kira 5% dari
kasus pitiriasis rosea didahului dengan gejala prodormal berupa sakit kepala, rasa tidak
nyaman di saluran pencernaan, demam, malaise, dan artralgia. Lesi utama yang paling
umum ialah munculnya lesi soliter berupa makula eritem atau papul eritem pada batang
tubuh atau leher, yang secara bertahap akan membesar dalam beberapa hari dengan
diameter 2-10 cm, berwarna pink salmon, berbentuk oval dengan skuama tipis.

Lesi yang pertama muncul ini disebut dengan Herald patch/Mother


plaque/Medalion. Insidens munculnya Herald patchdilaporkan sebanyak 12-94%, dan
pada banyak penelitian kira-kira 80% kasus pitiriasis rosea ditemukan adanya Herald
patch. Biasanya soliter, paling banyak ditemukan di trunkus, dengan ukuran 2-5 cm.
Berbentuk lingkaran-oval, pada awalnya skuama berwarna kemerahan, kemudian
memucat dengan skuama sepert cincin (collarette). Jika lesi ini digores pada sumbu
panjangnya, maka skuama cenderung untuk melipat sesuai dengan goresan yang
dibuat, hal ini disebut dengan “Hanging curtain sign”. Herald patch ini akan bertahan
selama satu minggu atau lebih, dan saat lesi ini akan mulai hilang, efloresensi lain yang
baru akan bermunculan dan menyebar dengan cepat. Namun kemunculan dan
penyebaran efloresensi yang lain dapat bervariasi dari hanya dalam beberapa jam
hingga sampai 3 bulan. Bentuknya bervariasi dari makula berbentuk oval hingga plak
berukuran 0,5-2 cm dengan tepi yang sedikit meninggi, tersusun mengikuti garis
langer. Warnanya pink salmon (atau berupa hiperpigmentasi pada orang-orang yang
berkulit gelap) dan khasnya terdapat koleret dari skuama di bagian tepinya. Umum
ditemukan beberapa lesi berbentuk anular dengan bagian tengahnya yang tampak lebih
tenang.
Gambar. Herald Patch

Pada pitiriasis rosea gejalanya akan berkembang setelah 2 minggu, dimana ia


mencapai puncaknya. Karenanya akan ditemukan lesi-lesi kecil kulit dalam stadium
yang berbeda. Fase penyebaran ini secara perlahan-lahan akan menghilang setelah 2-4
minggu. Sumber lain yang menyebut erupsi kulit akan menghilang secara spontan
setelah 3-8 minggu. Namun pada beberapa kasus dapat juga bertahan hingga 3-5 bulan.
Lesi-lesi ini muncul terutama pada batang tubuh dengan sumbu panjang sejajar
pelipatan kulit. Tampilannya tampak seperti pohon natal yang terbalik (inverted
christmas tree appearance). Hal ini membingungkan karena susunan lesi yang muncul
membentuk garis yang mengarah ke bawah dari kolumna vertebra bila dilihat dari
belakang, namun jika dilihat dari depan maka garisnya mengarah ke atas dari sentral
abdomen. Hal ini nampak tidak sesuai jika kita bandingkan dengan arsitektur dari
pohon natal sebenarnya. Tapi bagaimanapun, terlepas dari tampilan lesi yang mirip
dengan pohon natal, terbalik ataupun tidak, tidak diragukan lagi herald
patch merupakan lesi patognomonik dari pitiriasis rosea.

Gambar. Inverted Christmas Tree


Lokasinya juga sering ditemukan di lengan atas dan paha atas. Lesi-lesi yang
muncul berikutnya jarang menyebar ke lengan bawah, tungkai bawah, dan wajah.
Namun sesekali bisa didapatkan pada daerah tertentu seperti leher, sela paha, atau
aksila. Pada daerah ini lesi berupa bercak dengan bentuk sirsinata yang bergabung
dengan tepi yang tidak rata sehingga sangat mirip dengan Tinea korporis. Jika terdapat
keraguan menegakkan diagnosis secara klinis dan fasilitas memungkinkan, lakukan
pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH. Selain itu, bila dijumpai lesi serupa PR tetapi
tanpa herald patch maka sebagai diagnosis banding perlu dipikirkan antara lain erupsi
obat, sifilis stadium II, dan dermatomikosis. Pada kondisi tersebut, pemeriksaan uji
serologis untuk sifilis merupakan indikasi.

Gatal ringan-sedang dapat dirasakan penderita, biasanya saat timbul gejala.


Gatal merupakan hal yang biasa dikeluhkan dan gatalnya bisa menjadi parah pada 25%
pasien. Gatal akan lebih dirasakan saat kulit dalam keadaan basah, berkeringat, atau
akibat dari pakaian yang ketat. Akan tetapi, 25% penderitanya tidak merasakan gatal.
Relaps dan rekurensi jarang sekali ditemukan. Ekskoriasi jarang ditemukan.

Terkadang pitiriasis rosea bisa muncul dalam bentuk distribusi yang tidak khas,
dan penegakan diagnosisnya tergantung dari manifestasi klinis yang ada dan lesi utama
berupa herald patch. Predileksi tempat yang atipikal mencakup telapak kaki, wajah,
scalp, dan genitalia. Sebagai tambahan, multipel herald patch ditemukan pada 5,5%
kasus. Yang lebih tidak umum lagi, jenisnya sendiri tidak khas, contohnya ruam kulit
bisa dikelilingi oleh vesikel-vesikel.

Anda mungkin juga menyukai