Anda di halaman 1dari 5

ESSAY

BENCANA KEBAKARAN MENARA GRENFELL,


LONDON, TAHUN 2017

Tugas Mata Kuliah Manajemen Bencana

OLEH :

PAHISTA PAMBERIASKI
C11115330

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
PENDAHULUAN

“Masesa panga temassesa Api” begitu pepata bugis yang artinya bahwa kehilangan

karena kecurian masih ada sisa yang dapat di ambil, tapi kehilangan karena kebakaran, tak ada

lagi yang tersisa. Tapi kecurian ataupun kebakaran adalah suatu bencana karena segala

peristiwa yang mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat baik disebabkan oleh

faktor alam, nonalam maupun faktor manusia adalah sebuah bencana yang mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis.

Masih ingatkah kita pada kejadian bencana kebakaran dahsyat yang pernah santer di

Media seluruh dunia yakni bencana kebakaran Menara Grenfell, London, tahun 2017 silam?.

tentang kebakaran di Grenfell Tower, gedung 24 lantai di di Kensington utara, Inggris?

Sebanyak 12 orang meninggal dan lebih dari 60 orang lainnya dibawa ke rumah sakit akibat

kebakaran hebat di apartemen tersebut. Ketika api terlihat berkobar di lantai dua sekitar pukul

01.00 waktu London, Rabu (14/6/2017), para warga Muslim yang sedang persiapan santap

sahur bergegas menggedor pintu-pintu tetangganya. Para tetangga yang sedang terlelap tidur

dibangunkan untuk segera meninggalkan bangunan apartemen agar selamat. Banyak penghuni

tidak menyadari bangunan apartemen terbakar karena tidak ada alarm. Lebih dari 200 petugas

pemadam kebakaran dikerahkan untuk mengatasi kebakaran di apartemen 24 lantai tersebut.

ISI

Kebakaran di Grenfell Tower, gedung 24 lantai di di Kensington utara tersebut baru

bisa dipadamkan hampir sepuluh jam. Kebakaran tersebut merupakan kebakaran horror yang

menyisakan kepedihan. Yang Bencana sering disalahpahami sebagai "alami", atau hanya

dianggap sebagai peristiwa ekstrem dan tragis. Pandangan ini mengacu pada paradigma

1
lama yang menempatkan kesalahan pada fenomena alam yang langka dan tak

terhindarkan, sebuah "tindakan Tuhan", atau kerusakan teknologi yang berada di luar

struktur sosial sehari-hari. Tetapi tidak ada yang alami tentang bencana; bencana

biasanya memiliki akar penyebab kerentanan yang tidak kita bicarakan dan yang

mencerminkan peningkatan sehari-hari masyarakat - ketidaksetaraan, kemiskinan,

ideologi politik, kelas dan hubungan kekuasaan. Kesiapan & Pengurangan Resiko

Bencana itu sangat penting. Pada situasi bencana, Rumah Sakit akan menjadi tujuan akhir

dalam menangani korban sehingga RS harus melakukan persiapan yang cukup.

Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit, atau Hospital Disaster Plan (HDP).

Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah Kewenangan untuk menggerakkan tim

harus dibuat sesederhana mungkin, jangan bergantung pada pimpinan tertinggi / direktur RS.

Penilaian kapasitas RS jangan hanya berdasar pada jumlah tempat tidur, supaya tidak terjadi

penilaian yg terlalu optimistic, Penyiapan fasilitas dan area yang terencana dengan baik pada

masa pra-bencana, Alur lalu-lintas di area RS dan sekitarnya dipersiapkan dengan cermat,

Penggunaan tanda pengenal utk korban( tagging ) yang jelas Komunikasi intra RS dengan

alternatifnya Sistim Triase yg sesuai, Penyiapan logistic Pengamanan untuk korban dan

segenap karyawan serta tim penolong Menejemen informasi internal maupun eksternal serta

Prosedur evakuasi RS bila diperlukan. Kesedihan adalah jawaban atas segala kehilangan.

Reaksi kesedihan adalah respons normal terhadap situasi abnormal. Biasanya

kesedihan yang normal mengikuti beberapa fase-fase. Sehingga Mental Healt In Disaster

atau kesehatan mental dalam bencana juga merupakan faktor penting, jangan diabaikan,

Reaksi masyarakat dan individu terhadap bencana biasanya mengikuti fase yang dapat

diprediksi Mereka adalah fase heroik, fase bulan madu, fase disillusionment dan fase

pemulihan setelah bencana, orang-orang yang selamat di masyarakat biasanya menunjukkan

perilaku altruistik dalam bentuk menyelamatkan, melindungi, memberi makan, dan

2
mendukung sesama manusia. Oleh karena itu fase ini disebut fase heroik. Fase ini biasanya

berlangsung dari hari ke minggu tergantung pada tingkat keparahan, durasi paparan dan

ketersediaan sumber bantuan dari berbagai lembaga. Begitu lembaga bantuan masuk, para

korban dipindahkan ke tempat-tempat yang lebih aman seperti kamp-kamp bantuan. Perhatian

media, bantuan medis gratis, makanan dan tempat tinggal gratis, kunjungan VIP ke kamp,

simpati administrasi, paket kompensasi, janji rehabilitasi memberikan rasa lega dan keyakinan

yang sangat besar kepada para korban bencana. Oleh karena itu fase ini disebut fase bulan

madu, yang biasanya berlangsung selama 2-4 minggu. Oleh karena itu, profesional

kesehatan mental perlu berhubungan dengan administrasi bantuan bencana, Banyak

dari mereka yang selamat mungkin memerlukan intervensi yang berfokus pada

trauma / kesedihan, dalam program pemulihan bencana yang komprehensif.

KESIMPULAN DAN SARAN

Keberhasilan menangani situasi kritis pada masa bencana tergantung pada persiapan

yang dilakukan pada masa pra-bencana. Prosedur disiapkan berdasarkan ancaman yang

potensial maupun pernah terjadi. Masalah pembiayaan supaya dianggap sebagai investasi yang

berdasar pada pengalaman, sudah terbukti bermanfaat.

3
REFERENCES

Suresh Bada Math, Maria Christine Nirmala,1 Sydney Moirangthem, and Naveen C. Kumar :

Disaster Management: Mental Health Perspective, Indian J Psychol Med. 2015 Jul-Sep; 37(3):

261–271.

The. Disaster. Management. act. [Last accessed on 2008 Nov 21]. Available from:

http://nidm.gov.in/DM_act2005.pdf 2005 .

http://theconversation.com/grenfell-tower-fire-exposes-the-injustice-of-disasters-79666

https://international.sindonews.com/read/1213720/41/kebakaran-grenfell-tower-warga-muslim-

selamatkan-banyak-non-muslim-1497460122

Anda mungkin juga menyukai