Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2022


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

”POST TRAUMATIC STRESS DISORDER”

Oleh:
NUR FITRIANI
105501109021

Pembimbing:
dr. A.tenri padad,M.Med Ed Sp. KJ

(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan


Jiwai)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan, bahwa:

Nama : NUR FITRIANI

Nim : 105501109021

Universitas : Muhammadiyah Makassar

Judul Refarat : POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

Telah menyelesaikan refarat dalam rangka Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu

Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Mei 2022

Pembimbing,

dr. A.Tenri padad,M.Med.Ed Sp. KJ

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah,

kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga referat dengan judul “POST

TRAUMATIC STRESS DISORDER” ini dapat terselesaikan. Shalawat serta

salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, sang pembelajar sejati yang

memberikan pedoman hidup yang sesungguhnya.

Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih

kepada dosen pembimbing, dr. A.Tenri Pada, Sp.KJ., yang telah memberikan

arahan dan nasehat yang sangat berharga dalam penyusunan sampai dengan

selesainya referat ini.

Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan

kekurangan dalam penyusunan referat ini, baik dari isi maupun penulisannya.

Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi

penyempurnaan referat ini.

Demikian, semoga refarat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan

penulis secara khususnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4

A. PTSD( Post Traumatic stress disorder) ................................................ 4

B. Epidemiologi Penyalahgunaan NAPZA .............................................. 8

C. Etiologi Penyalahgunaan NAPZA ....................................................... 9

D. Patofisiologi ......................................................................................... 12

E. Gejala dan diagnosis............................................................................. 14

F. Terapi.................................................................................................... 15

BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

PTSD Post-traumatic syndrome disorder adalah gangguan kecemasan

yang dapat terjadi setelah mengalami atau menyaksikan suatu kejadian yang

mengerikan kondisi ini sangat menggangu dan diikuti peristiwa traumatis. Termasuk

didalamnya adalah shock shell, kelelahan perang, kecelakaan dan pasca-perkosaan, Post-

Traumatic Stress Disorder (PTSD) sering disalah pahami dan salah didiagnosis. Namun,

kondisi ini memiliki gejala yang sangat spesifik yang merupakan bagian dari gangguan

kejiwaan, mengembalikan emosi yang terkait dengan peristiwa traumatis dan membuat

sangat tidak nyaman terhadap penderita.kasus PTSD banyak dijumpai namun tidak

terungkap karna gejala klinis yang muncul pada setiap pasien PTSD tidaklah sama

tergantung pengalaman,gangguan psikiatri sebelumnya mekanisme pertahan diri yang

dipakai dan banyak factor lainnya termasuk lingkungan.(8)

Trias gangguan stres pasca trauma adalah: penghayatan berulang

peristiwa traumatik baik berupa ingatan, maupun mimpi; emosi menumpul,

menarik diri, menjauhi lingkungan; terkejut berlebihan, gangguan tidur,

perhatian dan konsentrasi berkurang, agresif, menjauhi aktivitas dan tempat

yang mengingatkan kejadian mengerikan itu Gangguan stres pasca trauma

dijumpai pada 50-80% individu yang mengalami peristiwa itu. Data

epidemiologi kasus stress pasca trauma di dunia, dijumpai 0,5% pada laki-

laki dan 1,2% pada perempuan, dan terbanyak pada usia muda. Peristiwa

traumatik terbanyak yang menimbulkan gangguan stres pasca trauma pada

laki-laki adalah peperangan dan pada perempuan adalah pemerkosaan(2)

1
individu yang mengalami gangguan stress pasca trauma seringkali

menunjukkan hendaya trauma terhadap fungsi kehidupan sehari-hari.produktivitas

mereka mengalami penurunan kualitas hidup.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PTSD (Post traumatis stress disorder)

Posttraumatic Stress Disorder/PTSD adalah gangguan kecemasan yang

dapat terjadi setelah mengalami atau menyaksikan suatu peristiwa traumatik

(Nutt, 2009). Peristiwa yang menimbulkan trauma termasuk fisik atau

pelecehan seksual atau penganiayaan, cedera, kekerasan di jalanan, kecelakaan

lalulintas, trauma perang, luka bakar yang parah, dan bencana alam lainnya

(Nutt, 2009). Peristiwa ini dianggap traumatik karena dialami oleh anak-anak

dan remaja yang dirasakan kemampuannya untuk mengatasinya. Selama

peristiwa traumatik ada rekrutmen dari adaptif, stressmediating sistem syaraf

(misalnya hypothalamic adrenal pituitary dan sistem syaraf simpatik) yang

pada gilirannya menghasilkan adaptif fisiologis, emosional dan kognitif. Anak

yang mengalami Gangguan Stres Pasca Traumatik (PTSD) ini unik diantara

gangguan yang sejenisnya pada masa kanak- kanak dan remaja. Peristiwa

yang menimbulkan trauma termasuk fisik atau pelecehan seksual atau

penganiayaan, cedera, kekerasan dijalan raya, trauma perang, luka bakar yang

parah, dan bencana alam.

Menurut Levers (2012) menyatakan bahwa PTSD ditandai oleh tiga set gejala

inti, yaitu reexperiencing, penghindaran, dan hyperarousal, yang bertahan

selama lebih dari 1 bulan. Selama perawatan psikologis, atau dalam kinerja

aktivitas sehari-hari, gejala inti dapat menyebabkan kecemasan berlebihan,

yang dapat menimbulkan hambatan dalam mengekspresikan emosi perasaan,

3
keyakinan, dan reaksi yang tidak bisa dilakukan secara signifikan. Selain itu

PTSD ditandai dengan sekelompok gejala yang mencakup pikiran yang terus

menerus terganggu, penghindaran, dan hyperarousal. Tanda-tanda ini dapat

ditunjukan melalui perilaku seperti impulsif, agresi, atau bahkan depresi

(American Psychiatric Association [APA], 2000; Davis, Inggris, Ambrose, &

Petty, 2001 dalam Levers, 2012 ). Klasifikasi umum jenis trauma psikologis

atau fisik yang dapat menginduksi PTSD mencakup penyalahgunaan (mental,

fisik, seksual, atau lisan), bencana (kecelakaan, bencana alam, atau terorisme),

serangan kekerasan (kekerasan, perkosaan, atau baterai), dan eksposur (obyek

yang rentan terhadap resiko). Traumatis dan distres jangka pendek

kebnayakan terjadi pada anak-anak dan remaja. Ketahanan dalam menghadapi

traumatic tersebut biasanya menghasilkan penurunan baik secara psikologis

maupun gangguan perkembangan yang normal (4)

B. Epidemiologi

Gangguan psikologis setelah mengalami peristiwa perang telah dikenali

sejak puluhan tahun lalu .pada tahun 1980 American Psychiatric Association

mulai memperkenalkan gangguan jiwa yang disebut sebagai gangguan stress

pasca trauma merupakan salah satu kasus psikiatri yang cukup sering

dijumpai.

Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa prevalensi sepanjang

waktu dan untuk kasus ini (life time prevalencea)berkisar antara 2,5-8,3%

dengan usia awitan rata-rata adalah 23 Tahun.

4
Beberapa factor predisposisi bagi seorang individu untuk mengalai gangguan

stress pasca traumatic adalah

 Adanya gangguan psikiatrik sebelum trauma baik pada individu yang

bersangkuta maupun keluarganya

 Adanya traumamasa kanak,seperti kekerasan fisik maupun seksual

 Kecenderungan untuk mudah menjadi khawatir

 Ciri kepribadian ambang,paranoid,dependent,atau antisosial

 Mempunyai karakter yang bersifat introvert atau isolasi social

 Adanya problem berupa kesulitan untuk menyesuaikan diri

 Adanya kebutuhan emosional yang terus menerus dan tidak terpenuhi

secara bermakna

 Terpapar oleh kejadian-kejadian dalam kehidupan yang luar biasa

sebelumnya baik tunggal maupun ganda dan dirasakan secara

subjektif oleh individu yang bersangkutan sebagai suatu kondisi atau

peristiwa yang menimbulkan pebderitaan bagi dirinya(1)

Kasus penyalahgunaan NAPZA di Indonesia dari tahun ke tahun juga

terus mengalami kenaikan dimana pada tahun 2008 ada sebanyak 3.3 juta

(3.362.527) dengan pravalensi 1,99% menjadi pada tahun 2011 menjadi 4 juta

(4.071.016) dengan pravalensi 2,32% dan diprediksikan angka tersebut akan

terus mengalami kenaikan pada tahun 2015 menjadi 5,1 juta (5.126.913)

dengan pravalensi 2,8%. Diketahui 5,3% di antaranya adalah kalangan pelajar

dan mahasiswa.8

5
C. Etiologi

Stresor merupakan faktor utama yang menyebabkan stres akut dan

PTSD. Tidak semua peristiwa traumatis yang dialami oleh individu dapat

menyebabkan PTSD. Peristiwa traumatis dapat menimbulkan PTSD jika

peristiwa tersebut menjadi stesor yang kuat dalam kehidupan individu. Sresor

tersebut dapat timbul dari pengalaman perang, kekerasan, bencana alam,

pemerkosan, dan kecelakaan lalu lintas yang serius. Kriteria suatu peristiwa

menjadi stresor untuk mendiagnosis PTSD yaitu ; ancaman serius terhadap

keselamatan individu baik secara fisik maupun psikologis, menyaksikan

ancaman kekerasan dan kematian, kerusakan yang terjadi tiba-tiba baik rumah

dan komunitas. Kriteria tersebut dapat menimbulkan respon subjektif antara

lain ketakutan (terror dan horror) serta intensitas maupun durasi dari suatu

peristiwa traumatis yang mempengaruhi kepribadian individu sehingga

menimbulkan distress.(5)

Ada 3 faktor yang mempengaruhi PTSD factor-faktor tersebut adalah

a. Factor biologis,meliputi riwayat kecemasan keluarga dan ukuran

hipokampus yang lebih kecil pada umumnya,jenis kelamin dan

usia pada saat mengalami perostiwa traumatis.

b. Factor psikologis,meliputi karakteristik kepribadian

individu ,pengalaman trauma masa anak-anak resiliensi dan

kerentanan terhadap efek trauma,dan perasaan malu

c. Factor social yakni adanya dukungan social dari berbagai pihak

seperti orang tua,keluarga,teman,sahabat guru ,dan masyarakat(7)

6
D. Patofisiologi

PTSD mengakibatkan terjadinya perubahan yang mengatur memori dan

emosi. Ditinjau dari aspek biologis, PTSD terjadi karena adanya proses

yang terjadi di otak. Individu dengan PTSD akan mengalami perubahan

yang terjadi pada fisik. Kondisi ini mempengaruhi sistem saraf pusat dan

sistem saraf otonom. Selain itu akan terjadi penurunan ukuran dari

hipokampus dan amigdala yang over reaktif. Dalam hal ini, komponen

yang paling penting adalah memori karena kejadian traumatis akan

berulang terus menerus melalui memori. Hipokampus dan amigdala adalah

kunci dari memori manusia (Schiraldi, 2009).

Amigdala merupakan fear center dari otak. Sehingga penderita PTSD akan

mengalami amigdala yang over reaktif. Amigdala membantu otak dalam

membuat hubungan antara situasi yang menimbulkan ketakutan di masa

lalu. Kondisi ini dapat berpasangan dengan situasi saat ini yang bisa saja

netral. Individu dengan gangguan ini akan mempertahankan kondisi

waspada yang konstan pada saat situasi yang tidak tepat karena pada saat

itu otak memerintahkan individu bahwa dalam situasi yang aman pun

individu sedang menghadapi ancaman (Sun et al. 2013).

Hipokampus adalah bagian yang menciptakan harapan terhadap situasi

yang akan memberikan reward atau situasi traumatis yang kita alami

berdasarkan pada memori dan pengalaman belajar dari masa lalu.

Penderita PTSD dengan kerusakan hipokampus, akan mengalami kesulitan

7
untuk belajar dan menciptakan harapan baru untuk berbagai situasi yang

terjadi setelah kejadian traumatis (Erwina Ira., 2010).

Selain itu pada penderita PTSD juga terjadi derajat hormon stres yang

tidak normal. Individu dengan PTSD memiliki hormon kortisol yang

rendah jika dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami PTSD

dan hormon epinefrin dan norepinefrin dalam jumlah yang lebih dari rata-

rata. Ketiga hormon tersebut berperan penting dalam menciptakan respon

flight or fight terhadap situasi stres. Ini berarti bahwa individu dengan

PTSD akan selalu berada dalam kondisi flight or fight. Individu dengan

PTSD juga memiliki kadar natural opiate yang tinggi. Kondisi ini akan

membuat individu untuk mengalami kembali trauma dalam hal untuk

mencapai respon dari opiate(5)

E. Gambaran klinis dan Diagnosis

Gangguan ini dapat terjadi oleh karena konsekuensi langsung dari suatu

stress akut yang berat atau trauma berkelanjutan .stress yang terjadi atau

keadaan yang tidak nyaman tersebut merupakan factor pemicu utama ,dan

tanpa hal tersebut gangguan ini tidak akan terjadi.

Selama penelitian selama bertahun-tahun, hingga 3 kelompok tanda dan

gejala gangguan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) telah ditemukan.

Gejala-gejala ini ditulis dalam American Psychiatric Association (2013).

Tiga kelompok gejala spesifik dan gejala yang terkandung di dalamnya

dijelaskan di bawah ini:

8
A. Merasakan kembalinya peristiwa (Re-traumatic Experiencing

Symtoms) Tanda dan gejala Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

kembali terjadi. Merasa seperti peristiwa traumatis dengan berbagai cara

yang terus menerus terjadi dan terus berlanjut. Dengan timbulnya tanda

dan gejala tersebut, maka penderita gangguan Post Traumatic Stress

Disorder (PTSD) yang mengalami trauma kembali menjadi melalui

mimpi, ingatan atau masalah sebagai respons terhadap ingatan akan

trauma yang dialaminya

Tanda dan gejala pada kelompok ini adalah manifestasi dan ingatan akan

kejadian buruk yang berupa pikiran yang mengganggu, mimpi buruk, dan

kilas balik. Tanda dan gejala yang terjadi adalah sebagai berikut:

1. Rasa tidak nyaman yang terus menerus Pikiran atau ingatan akan

peristiwa traumatis (seringkali pikiran atau ingatan yang mengganggu

tentang peristiwa traumatis).

2. berulang Mimpi buruk.

3. Bertindak atau merasa seolah-olah peristiwa traumatis berulang kadang-

kadang disebut sebagai "kilas balik".

4. Memiliki rasa tertekan yang kuat saat mengingat peristiwa traumatis

tersebut.

5. Ada reaksi fisik seperti jantung berdebar kencang atau berkeringat saat

mengenang peristiwa traumatis.

B. Menghindar (Avoidonce Symtoms).

9
Tanda dan gejala Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) menurut

kelompok ini antara lain penurunan respons individu secara umum dan

perilaku menghindar yang terus-menerus terhadap segala sesuatu yang

mengingatkan klien pada trauma. Hal-hal yang mungkin mengingatkan

klien akan trauma mungkin sendiri-sendiri, seperti pikiran atau perasaan

tentang trauma yang mereka alami, atau mungkin karena rangsangan dari

luar atau lingkungan yang mungkin tercipta. kenangan atau perasaan yang

tidak menyenangkan. Tanda dan gejala Post Traumatic Stress Disorder

(PTSD) pada kelompok ini juga antara lain menurunnya kapasitas emosi,

merasa terasing dari orang lain, dan tidak memiliki impian atau harapan

yang akan terwujud di masa depan. Tanda dan gejala dalam kelompok ini

antara lain:

1. berusaha keras untuk menghindari pikiran, perasaan atau pembicaraan

tentang peristiwa traumatis (Making an effort to avoid thoughts, feelings,

or conversations about the traumatic event).

2. Usahakan untuk menghindari tempat atau orang yang mungkin

mengingatkan Anda pada peristiwa traumatis (Making an effort to avoid

places or people that remind you of the traumatic event).

3. Sulit untuk diingat - sulit untuk mengingat bagian penting dari peristiwa

traumatis (Having a difficult time remembering important parts of the

traumatic event).

4. Kehilangan minat pada aktivitas positif yang penting (A loss of interest

in important, once positive, activities).

10
5. Merasa "jauh" atau seperti ada jarak dengan orang lain (Feeling distant

from others).

6. Kesulitan mengalami perasaan positif seperti kesenangan / kebahagiaan

atau cinta / kasih sayang (Experiencing difficulties having positive

feelings, such as happiness or love).

7. Merasa hidup Anda akan terpotong di tengah - Anda tidak berharap bisa

menikah lagi dan memiliki karier, menjalani kehidupan normal (Feeling

as though your life may be cut short - you don't expect to live a normal

life span, get married, have a career).

C.Waspada (Hyrerarousal Symptoms).

Orang dengan gangguan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) akan

mengalami peningkatan mekanisme fisiologis tubuh yang akan terjadi saat

tubuh dalam keadaan istirahat. Ini adalah hasil dari reaksi berlebihan

langsung atau tidak langsung terhadap pemicu stres, yang merupakan

kelanjutan atau sisa dari trauma yang dirasakan. Tanda dan gejala pada

kelompok ini biasanya menjadi salah satu cara untuk mengatasi trauma

yang Anda rasakan. Misalnya, gangguan tidur adalah akibat dari mimpi

buruk yang dialami klien. Tanda dan gejala pada kelompok ini adalah:

1. sulit tidur atau sulit tidur tetapi gelisah.

2. Mudah tersinggung atau meledak.

3. Kesulitan berkonsentrasi.

4. Selalu merasa diawasi atau memiliki perasaan bahwa ada bahaya di

setiap sudut.

11
5. Menjadi gelisah, gelisah, atau sedikit "terpicu" atau sangat "waspada".

Seseorang dikatakan mengalami gangguan Post Traumatic Stress

Disorder (PTSD) jika telah memenuhi kriteria berikut minimal 1 bulan:

a. Mengalami peristiwa atau peristiwa traumatis dengan b. minimal 1

tanda kambuh

c. Dia memiliki setidaknya 3 tanda gejala avodification

d. Ini memiliki setidaknya dua tanda gejala hiper-gairah

Berdasarkan gambar di atas,dapat ditemukan gangguan stres pasca trauma

3 kelompok yaitu: kelompok pertama merasakan kejadiannya kembali,

kelompok kedua merasakan kejadian itu kembali dan kelompok terakhir

waspada.

Sementara itu penegakan diagnosis untuk Post Traumatic Stress Disorder

dapat melalui kriteria diagnosis menurut PPDGJ-III yaitu :

• Diagnosis baru ditegakan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun

waktu 6 bulan setelah kejadian traumatis berat (masa laten yang berkisar

antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui

6 bulan).Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila

tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu

6 bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat

alternatif kategori gangguan lainnya.

• Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang - bayang

atau mimpi- mimpi dari kejadian traumatis tersebut secara berulang -

ulang kembali ( flashback).

12
• Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya

dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.

• Suatu “sequelae” menahun yang terjad lambat setelah stres yang luar

biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasikan

dalam kategori F62.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama

setelah mengalami katasfora).(6)

F. Penatalaksanaan PTSD

Penatalaksanaan penderita PTSD dapat dilakukan dengan farmakoterapi dan


Psikoterapi. Pemberian farmakoterapi merupakan pegobatan penting untuk
penderita PTSD dengan disesuaikan berdasarkan tingkat keparahan gejala dan
gejala spesifik yang dialami penderita.
a. Farmakoterapi
Pemberian SSRI atau Selective Serotonin Re- uptake Inhibitor merupakan obat
lini pertama. Obat golongan ini akan bekerja sebagai penghambat pengambilan
kembali serotonin di celah sinaps sehingga jumlah serotonin dicelah sinaps
semakin bertambah. Sehingga golongan ini efektif untuk semua gejala penderita
PTSD dan memiliki efek samping paling minimal. Ada lima golongan SSRI yang
dapat digunakan untuk penderita PTSD,
yaitu Zoloft (setraline), Paxil (paroxetine), Prozac (fluoxetine), Luvox
(Fluvoxamine), Celaxa (citalopram) (Rosss, D ., 1999).
Gejala yang dapat obati dengan golongan SSRI antara lain ; Pikiran yang intrusif,
flashback, ketakutan yang berhubungan dengan trauma, panik, menghindar, emosi
tumpul/numbing, gejala disasosiatif, mudah marah/tersinggung, sulit konsentrasi
dan rasa bersalah.
Selain itu terdapat golongan psikotropika lain yang juga diajurkan untuk
mengobati gejala PTSD yang timbul seperti golongan anti-depresi trisiklik
(Amitriptyline dan Imipramine), mood stabilizers, golongan SNRI (Venlafaxine)
dan antiansietas (Benzodiazepine)(Nurtanty, N.D., 2009).
b. Psikoterapi

13
Pendekatan psikoterapi setelah mengalami peristiwa traumatis harus bersamaan
dengan edukasi dan pembentukan mekanisme koping serta penerimaan terhadap
peristiwa yang dialami. Ketika mengalami gangguan PTSD dapat dilakukan dua
pendekatan yaitu membayangkan peristiwa traumatis untuk meningkatkan
mekanisme koping. Pendekatan kedua yaitu penatalaksanaan stres yang dialami
dengan teknik relaksasi dan pendekatan kognitif. Terapi individual, terapi
kelompok dan terapi keluarga juga efektif dalam penatalaksanaan PTSD.
Penatalaksanaan dengan psikoterapi lainnya yang dapat digunakan untuk
penderita PTSD antara lain, Cognitive Behavioral Therapy (CBT), Prolonged
Exposure, Stress inoculation Training, Imagery Rehearsal Theraphy (IRT), CPT,
EMDR, Psychodinamic therapy, Hypnosis dan Debriefing. Penatalaksanaan
psikoterapi tersebut menggunakan pendekatan fungsi kognitif pasien untuk
mengurangi gejala yang terjadi pasca trauma (Markowitz et al. 2015).

14
BAB III

KESIMPULAN

Perlu ketelitian untuk mendiagnosa PTSD. Menurut DSM IV, dapat diambil
kesimpulan bahwa penegakkan diagnosis PTSD diambil bila ditemukan adanya
gejala berikut: pernah adanya riwayat trauma, adanya flash back, adanya
hiperarousal, dan menghindar. Selain itu pasien juga mengalami gangguan fungsi
social.DSM-IV mendeskripsikan bahwa setting event (kejadian yang
memunculkan gangguan) untuk PTSD adalah paparan terhadap kejadian traumatic
dimana saat itu orang merasakan ketakutan,ketidakberdayaan,dan setelah itu
merasa mengalami kejadian kembali melalui kenangan dsn mimpi buruknya dan
menghindari semua hal yang dapat mengingatkannya kembali pada kejadian
trauma itu,membatasi diri yang khas dan mematirasakan respon
emosionalnya ,yang dapat membuat hubungan interpersinaknya terganggu dan
tidak mengingat aspek-aspek dari kejadian tersebut

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2018. Buku ajar psikiatri.

Edisi ketiga.

2. Dwi karlina. 2019. Stress pasca trauma. Fakultas kedokteran Universitas

Kristen Indonesia. Vol 35 No 2.

3. RM Reza Imaduddin. 2019. Post traumatic stress disorder pada korban

bencana.Fakultas kedokteran Universitas Lampung. Vol 10 No.2

4. Ira paluping inayah Ayuningtyas. 2017. Penerapan strategi

penanggulangan PTSD(Post Traumatic Stress Disorder)pada anak-anak

dan remaja. Universitas Negeri Semarang.

5. Ni ketut sri diniari.2016.Post Traumatic Stress Disorder pada pasien

kecelakaan lalu lintas.Universitas udayana.

6. Adnan Kamah. 2020. Gambaran post traumatic stress disorder pada

korban konflik di patani Thailand Selatan. Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung.

7. Citra Ayu Pratiwi. 2011. Perbedaan tingkat post traumatis stress

disorderditinjau dari bentuk dukungan emosi pada penyintas erupsi

Merapi usia remaja dan dewasa,studi Psikologi,fakultas kedokteran

Universitas sebelas Maret.Surakarta

8. I ketut agus indra adhiputra. 2013. Post traumatic stress disorder

(PTSD)dengan gejala psikotik akut pada pasien dengan riwayat korban

pedofilia dan kekerasan dalam rumah tangga pada laki-laki berusia 22

tahun.fakultas kedokteran universitas udayana.Denpasar

16
9. Ni putu diah parbandari 2015.Pengaruh cognitive behavioral therapy

(CBT) terhadap post traumatic stress disorder (PTSD) pada pasien post

kecelakaan lalu lintas di RSUP Sanglah Denpasar.studi ilmu keperawatan

fakultas kedokteran Universitas Udayana.

10. Lisa ummu khabibah 2018.penanganan untuk menurunkan post traumatic

stress disorder(PTSD) pada anak korban kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT).Universitan Islam Negeri walisongo.Semarang

17

Anda mungkin juga menyukai