Oleh:
NUR FITRIANI
105501109021
Pembimbing:
dr. A.tenri padad,M.Med Ed Sp. KJ
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Nim : 105501109021
Pembimbing,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah,
salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, sang pembelajar sejati yang
kepada dosen pembimbing, dr. A.Tenri Pada, Sp.KJ., yang telah memberikan
arahan dan nasehat yang sangat berharga dalam penyusunan sampai dengan
kekurangan dalam penyusunan referat ini, baik dari isi maupun penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi
Demikian, semoga refarat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
D. Patofisiologi ......................................................................................... 12
F. Terapi.................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
yang dapat terjadi setelah mengalami atau menyaksikan suatu kejadian yang
mengerikan kondisi ini sangat menggangu dan diikuti peristiwa traumatis. Termasuk
didalamnya adalah shock shell, kelelahan perang, kecelakaan dan pasca-perkosaan, Post-
Traumatic Stress Disorder (PTSD) sering disalah pahami dan salah didiagnosis. Namun,
kondisi ini memiliki gejala yang sangat spesifik yang merupakan bagian dari gangguan
kejiwaan, mengembalikan emosi yang terkait dengan peristiwa traumatis dan membuat
sangat tidak nyaman terhadap penderita.kasus PTSD banyak dijumpai namun tidak
terungkap karna gejala klinis yang muncul pada setiap pasien PTSD tidaklah sama
epidemiologi kasus stress pasca trauma di dunia, dijumpai 0,5% pada laki-
laki dan 1,2% pada perempuan, dan terbanyak pada usia muda. Peristiwa
1
individu yang mengalami gangguan stress pasca trauma seringkali
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
lalulintas, trauma perang, luka bakar yang parah, dan bencana alam lainnya
(Nutt, 2009). Peristiwa ini dianggap traumatik karena dialami oleh anak-anak
yang mengalami Gangguan Stres Pasca Traumatik (PTSD) ini unik diantara
gangguan yang sejenisnya pada masa kanak- kanak dan remaja. Peristiwa
penganiayaan, cedera, kekerasan dijalan raya, trauma perang, luka bakar yang
Menurut Levers (2012) menyatakan bahwa PTSD ditandai oleh tiga set gejala
selama lebih dari 1 bulan. Selama perawatan psikologis, atau dalam kinerja
3
keyakinan, dan reaksi yang tidak bisa dilakukan secara signifikan. Selain itu
PTSD ditandai dengan sekelompok gejala yang mencakup pikiran yang terus
Petty, 2001 dalam Levers, 2012 ). Klasifikasi umum jenis trauma psikologis
fisik, seksual, atau lisan), bencana (kecelakaan, bencana alam, atau terorisme),
B. Epidemiologi
sejak puluhan tahun lalu .pada tahun 1980 American Psychiatric Association
pasca trauma merupakan salah satu kasus psikiatri yang cukup sering
dijumpai.
waktu dan untuk kasus ini (life time prevalencea)berkisar antara 2,5-8,3%
4
Beberapa factor predisposisi bagi seorang individu untuk mengalai gangguan
secara bermakna
terus mengalami kenaikan dimana pada tahun 2008 ada sebanyak 3.3 juta
(3.362.527) dengan pravalensi 1,99% menjadi pada tahun 2011 menjadi 4 juta
terus mengalami kenaikan pada tahun 2015 menjadi 5,1 juta (5.126.913)
dan mahasiswa.8
5
C. Etiologi
PTSD. Tidak semua peristiwa traumatis yang dialami oleh individu dapat
peristiwa tersebut menjadi stesor yang kuat dalam kehidupan individu. Sresor
pemerkosan, dan kecelakaan lalu lintas yang serius. Kriteria suatu peristiwa
ancaman kekerasan dan kematian, kerusakan yang terjadi tiba-tiba baik rumah
lain ketakutan (terror dan horror) serta intensitas maupun durasi dari suatu
menimbulkan distress.(5)
6
D. Patofisiologi
emosi. Ditinjau dari aspek biologis, PTSD terjadi karena adanya proses
yang terjadi pada fisik. Kondisi ini mempengaruhi sistem saraf pusat dan
sistem saraf otonom. Selain itu akan terjadi penurunan ukuran dari
hipokampus dan amigdala yang over reaktif. Dalam hal ini, komponen
Amigdala merupakan fear center dari otak. Sehingga penderita PTSD akan
lalu. Kondisi ini dapat berpasangan dengan situasi saat ini yang bisa saja
waspada yang konstan pada saat situasi yang tidak tepat karena pada saat
itu otak memerintahkan individu bahwa dalam situasi yang aman pun
yang akan memberikan reward atau situasi traumatis yang kita alami
7
untuk belajar dan menciptakan harapan baru untuk berbagai situasi yang
Selain itu pada penderita PTSD juga terjadi derajat hormon stres yang
dan hormon epinefrin dan norepinefrin dalam jumlah yang lebih dari rata-
flight or fight terhadap situasi stres. Ini berarti bahwa individu dengan
PTSD akan selalu berada dalam kondisi flight or fight. Individu dengan
PTSD juga memiliki kadar natural opiate yang tinggi. Kondisi ini akan
Gangguan ini dapat terjadi oleh karena konsekuensi langsung dari suatu
stress akut yang berat atau trauma berkelanjutan .stress yang terjadi atau
keadaan yang tidak nyaman tersebut merupakan factor pemicu utama ,dan
8
A. Merasakan kembalinya peristiwa (Re-traumatic Experiencing
yang terus menerus terjadi dan terus berlanjut. Dengan timbulnya tanda
Tanda dan gejala pada kelompok ini adalah manifestasi dan ingatan akan
kejadian buruk yang berupa pikiran yang mengganggu, mimpi buruk, dan
kilas balik. Tanda dan gejala yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Rasa tidak nyaman yang terus menerus Pikiran atau ingatan akan
tersebut.
5. Ada reaksi fisik seperti jantung berdebar kencang atau berkeringat saat
9
Tanda dan gejala Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) menurut
kelompok ini antara lain penurunan respons individu secara umum dan
tentang trauma yang mereka alami, atau mungkin karena rangsangan dari
luar atau lingkungan yang mungkin tercipta. kenangan atau perasaan yang
(PTSD) pada kelompok ini juga antara lain menurunnya kapasitas emosi,
merasa terasing dari orang lain, dan tidak memiliki impian atau harapan
yang akan terwujud di masa depan. Tanda dan gejala dalam kelompok ini
antara lain:
3. Sulit untuk diingat - sulit untuk mengingat bagian penting dari peristiwa
traumatic event).
10
5. Merasa "jauh" atau seperti ada jarak dengan orang lain (Feeling distant
from others).
7. Merasa hidup Anda akan terpotong di tengah - Anda tidak berharap bisa
as though your life may be cut short - you don't expect to live a normal
tubuh dalam keadaan istirahat. Ini adalah hasil dari reaksi berlebihan
kelanjutan atau sisa dari trauma yang dirasakan. Tanda dan gejala pada
kelompok ini biasanya menjadi salah satu cara untuk mengatasi trauma
yang Anda rasakan. Misalnya, gangguan tidur adalah akibat dari mimpi
buruk yang dialami klien. Tanda dan gejala pada kelompok ini adalah:
3. Kesulitan berkonsentrasi.
setiap sudut.
11
5. Menjadi gelisah, gelisah, atau sedikit "terpicu" atau sangat "waspada".
tanda kambuh
waspada.
waktu 6 bulan setelah kejadian traumatis berat (masa laten yang berkisar
tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu
6 bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat
12
• Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya
• Suatu “sequelae” menahun yang terjad lambat setelah stres yang luar
F. Penatalaksanaan PTSD
13
Pendekatan psikoterapi setelah mengalami peristiwa traumatis harus bersamaan
dengan edukasi dan pembentukan mekanisme koping serta penerimaan terhadap
peristiwa yang dialami. Ketika mengalami gangguan PTSD dapat dilakukan dua
pendekatan yaitu membayangkan peristiwa traumatis untuk meningkatkan
mekanisme koping. Pendekatan kedua yaitu penatalaksanaan stres yang dialami
dengan teknik relaksasi dan pendekatan kognitif. Terapi individual, terapi
kelompok dan terapi keluarga juga efektif dalam penatalaksanaan PTSD.
Penatalaksanaan dengan psikoterapi lainnya yang dapat digunakan untuk
penderita PTSD antara lain, Cognitive Behavioral Therapy (CBT), Prolonged
Exposure, Stress inoculation Training, Imagery Rehearsal Theraphy (IRT), CPT,
EMDR, Psychodinamic therapy, Hypnosis dan Debriefing. Penatalaksanaan
psikoterapi tersebut menggunakan pendekatan fungsi kognitif pasien untuk
mengurangi gejala yang terjadi pasca trauma (Markowitz et al. 2015).
14
BAB III
KESIMPULAN
Perlu ketelitian untuk mendiagnosa PTSD. Menurut DSM IV, dapat diambil
kesimpulan bahwa penegakkan diagnosis PTSD diambil bila ditemukan adanya
gejala berikut: pernah adanya riwayat trauma, adanya flash back, adanya
hiperarousal, dan menghindar. Selain itu pasien juga mengalami gangguan fungsi
social.DSM-IV mendeskripsikan bahwa setting event (kejadian yang
memunculkan gangguan) untuk PTSD adalah paparan terhadap kejadian traumatic
dimana saat itu orang merasakan ketakutan,ketidakberdayaan,dan setelah itu
merasa mengalami kejadian kembali melalui kenangan dsn mimpi buruknya dan
menghindari semua hal yang dapat mengingatkannya kembali pada kejadian
trauma itu,membatasi diri yang khas dan mematirasakan respon
emosionalnya ,yang dapat membuat hubungan interpersinaknya terganggu dan
tidak mengingat aspek-aspek dari kejadian tersebut
15
DAFTAR PUSTAKA
Edisi ketiga.
Intan Lampung.
16
9. Ni putu diah parbandari 2015.Pengaruh cognitive behavioral therapy
(CBT) terhadap post traumatic stress disorder (PTSD) pada pasien post
17