Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Intervensi Trauma dan Krisis
Dosen Pengampu Liyanovitasari, S.Kep., Ns., M.Kep.
OLEH:
PRODI SI KEPERAWATAN
TRANSFER FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
NGUDI WALUYO TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kepada teman-teman yang telah meluangkan waktu untuk bekerja sama demi
tersusunnya makalah ini, dengan semangat yang tinggi serta keinginan yang keras
akhirnya dapat mengatasi kesulitan-kesulitan dan terwujudlah makalah yang
sederhana ini.
Demikianlah semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.
Ungaran, Agustus 2020
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi PTSD....................................................................................................3
2.2 Etiologi PTSD...................................................................................................4
2.3 Faktor – Faktor PTSD......................................................................................4
2.4 Gejala PTSD...................................................................................................... 6
2.5 Fase - Fase PTSD..............................................................................................7
2.6 Patofosiologi PTSD..........................................................................................8
2.7 Dampak PTSD...................................................................................................9
2.8 Kriteria Diagnostik PTSD..............................................................................11
2.9 Penatalaksanaan PTSD...................................................................................13
2.10 Prognosis PTSD..............................................................................................18
BAB III PEMBAHASAN
3.1............................................................................................................Jurnal 1
................................................................................................................27
3.2............................................................................................................Jurnal 2
................................................................................................................28
BAB IV PENUTUP
4.1..................................................................................................................... Kesimpulan
................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................iv
iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
maju pada tahun 1995 menunjukkan bahwa 8,1% dari ”Global Burden of Disease”
disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa, lebih besar dari tuberkulosis(7,2%),
kanker(5,8%), penyakit jantung(4,4%), malaria(2,6%). Data ini menunjukkan
bahwa masalah kesehatan jiwa termasuk masalah psikososial, harus mendapat
prioritas tinggi dalam upaya kesehatan masyarakat.
Perkembangan situasi dan kondisi di berbagai negara-negara di dunia,
khususnya di negara-negara berkembang, dari waktu ke waktu tidak luput dari
berbagai permasalahan yang menjadi sorotan dan perhatian masyarakat
internasional. Masalah tersebut mulai dari adanya konflik, kekerasan, sampai silih
1
Bila gejala-gejala gangguan stres pasca trauma menjadi parah, gangguan
mengalami peristiwa yang sama adalah tidak jelas. Resiko akan mengalami
gangguan stres pasca trauma meningkat oleh karena banyak faktor, termasuk
2
BAB II
TINAUAN TEORI
2.1 Defenisi
Posttraumatic Stress Disorder/PTSD adalah gangguan kecemasan yang
dapat terjadi setelah mengalami atau menyaksikan suatu peristiwa traumatik
(Nutt, 2009). Peristiwa yang menimbulkan trauma termasuk fisik atau
pelecehan seksual atau penganiayaan, cedera, kekerasan di jalanan, kecelakaan
lalulintas, trauma perang, luka bakar yang parah, dan bencana alam lainnya
(Nutt, 2009).
Menurut Levers (2012) menyatakan bahwa Pasien yang terus
hebat dan luar biasa, jauh dari pengalaman yang normal bagi seseorang.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan, gangguan stress pasca
trauma merupakan gangguan yang diakibatkan satu atau lebih kejadian
traumatik yang dialami atau disaksikan oleh seseorang baik ancaman
kematian, kematian, atau cidera fisik yang mengakibatkan ketakutan ekstrem,
horror, rasa tidak berdaya yang mengganggu kualitas hidup individu dan
apabila tidak ditangan dengan benar dapat berlangsung kronis dan
berkembang menjadi gangguan stress pasca trauma yang kompleks dan
gangguan kepribadian.
3
2.2 Etiolgi
Stresor atau kejadian trauma merupakan penyebab utama dalam
perkembangan gangguan stres pasca trauma. Ketika kita dalam keadaan takut
dan terancam, tubuh kita mengaktifkan respon fight or flight. Dalam reaksi ini
tubuh mengeluarkan adrenalin yang menyebabkan peningkatan tekanan darah,
denyut jantung, dan glikogenolisis. Setelah ancaman bahaya itu mulai hilang
maka tubuh akan memulai proses inaktivasi respon stress dan proses ini
menyebabkan pelepasan hormon kortisol. Jika tubuh tidak melepaskan
kortisol yang cukup untuk menginaktivasi reaksi stress maka kemungkinan
kita masih akan merasakan efek stress dari adrenalin.
Pada korban trauma yang berkembang menjadi PTSD seringkali
memiliki hormon stimulasi (katekolamin) yang lebih tinggi bahkan pada saat
kondisi normal. Hal ini mengakibatkan tubuh terus berespon seakan bahaya
itu masih ada. Setelah sebulan dalam kondisi ini, di mana hormon stres
meningkat pada akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan fisik. Stresor
dapat berasal dari bencana alam, bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia,
ataupun akibat kecelakaan. Akan tetapi tidak semua orang akan mengalami
gangguan stres pasca trauma setelah suatu peristiwa traumatik.
1. Kejadian traumatic
2. Trauma masa kecil
3. Trauma fisik
4. Prosedur medikasi
5. Jenis kepribadian introvert
6. Lingkungan kerja
7. Tingkat spiritual
8. Tingkat pendidikan
9. Pengalaman
4
B. Faktor presipitasi :
Bencana alam, perang, kehilangan, kekerasan
C. Faktor Psikodinamika:
5
Classical conditioning terjadi pada saat seseorang yang mengalami
peristiwa trauma kembali ke tempat terjadinya trauma maka akan timbul
reaksi psikologi yang tidak disadari dan merupakan respon refleks yang
6
B. Kedua, penghindaran (avoidance) stimulus yang diasosiasikan dengan
kejadian terkait atau mati rasa dalam responsivitas. Orang yang
bersangkutan berusaha menghindari untuk berpikir tentang trauma atau
7
C. Fase stressor
Fase dimana terjadi perubahan kepribadian yang berkepanjangan (dapat
berlangsung seumur hidup) akibat dari suatu bencana dimana terdapat
8
Amigdala menerima informasi berupa rangsangan eksternal. Hal ini
kemudian memicu respon emosional termasuk “fight, flight, or freezing" dan
perubahan dalam hormon stress dan katekolamin. Hipokampus dan korteks
9
Gangguan kognitif:
Gangguan pikiran seperti disorientasi
Mengingkari kenyataan
Linglung
Melamun berkepanjangan
Lupa
Terus menerus dibayangi ingatan yang tak diinginkan
Tidak fokus dan tidak konsentrasi
Tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal-hal yang sederhana
Tidak mampu mengambil keputusan.
Gangguan emosi :
halusinasi dan depresi (suatu keadaan yang menekan, berbahaya, dan
1
2.8 Kriteria Diagnosis PTSD
Kriteria untuk diagnosis menentukan faktor tentang persepsi korban dari
trauma serta durasi dan dampak terkait gejala. Sebelum diagnosis PTSD dapat
dibuat, gejala harus bertahan setidaknya satu bulan dan signifikan harus
mengganggu aktivitas normal. Pada orang yang telah selamat dari peristiwa
traumatis, sindrom kecemasan yang berlangsung selama kurang dari satu
bulan disebut "gangguan stres akut", ini kondisi membutuhkan tiga atau lebih
disosiatif gejala selain gejala persisten terkait dengan PTSD. Gejala PTSD
yang berlangsung kurang dari tiga bulan menunjukkan kondisi akut.
Diagnostik ditegakkan berdasar Kriteria Diagnostik Gangguan Stress
Akut berdasar Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV-
Revisi atau DSM IV-R, dapat memperlihatkan kondisi traumatik seseorang.
A. Orang yang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatic dimana kedua
dari ciri berikut ini dapat ditemukan, yaitu:
1. Orang yang mengalami, menyaksikan atau dihadapkan dengan
kejadian yang berupa ancaman kematian atau kematian yang
sesungguhnya atau cidera yang serius atau ancaman kepada integritas
fisik diri sendiri atau orang lain
2. Respon berupa rasa takut yang kuat dan rasa tidak berdaya atau selalu
dihantui perasaan takut yang berlebihan. CATATAN: Pada anak-anak,
ini bukan oleh perilaku tidak teratur atau gelisah.
1
4. Kecemasan psikologis dan fisik bersamaan dengan hal
yangmengingatkan terhadap kejadian trauma (kenangan akan
peristiwatrauma)
1
2.9 Penatalaksanaan Untuk PTSD
A. Farmakologi
1. Selective seotonin reuptak inhibitors (SSRIs)
1
d. Antidepresan
Bekerja melui komninasi neurotransmitter lain atau melaui
mekanisme berbeda untuk mengubah neurotransmisi serotonin.
e. Atipikal Antipsikotik
Bertindak sebagai dopaninergik dan serotoninergik. Obat ini
digunakan pada pasien dengan psikotik sebagai
komorbidnya. Atipikal Antipsikotik tidak dianjurkan untuk
monoterapi pada PTSD.
f. Benzodiazepin
Bekerja langsung pada system GABA yang menghasilkan efek
menenangkan pada system saraf.
B. Non Farmakologi
1. Terapi perilaku kognitif atau CBT. Ada beberapa bagian untuk
CBT, termasuk:
a. Exposure therapy. Terapi ini membantu orang menghadapi dan
mengendalikan ketakutan mereka. Karena menghadapkan mereka
ke trauma yang mereka alami dengan cara yang aman.
Menggunakan mental imagery, menulis, atau kunjungan ke tempat
di mana peristiwa itu terjadi. Terapis menggunakan alat ini untuk
membantu orang dengan PTSD mengatasi perasaan mereka. Terapi
ini dapat dilakukan dengan 2 cara:
1) Exposure in the imagination
Terapis bertanya kepada penderita untuk mengulang-ulang
cerita secara detail kenangan-kenangan traumatis sampai
mereka tidak mengalami hambatan untuk menceritakannya.
2) Exposure in reality
Terapis membantu untuk menghadapi situasi yang sekarang
aman, tetapi ingin dihindarkan karena menyebabkan ketakutan
yang sangat kuat. Pengulangan situasi yang disertai
1
penyadaran yang berulang-ulang akan membantu kita
menyadari bahwa situasi lampau yang menakutkan tidak lagi
berbahaya dan kita dapat mengatasinya
(Anonim, 2005b).
e. EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing)
EMDR adalah sebuah pendekatan psikoterapi yang bertumpu pada
model pemrosesan informasi di dalam otak. Jaringan memori dilihat
sebagailandasan yang mendasari patologi sekaligus kesehatan
mental, karena jaringan-jaringan memori adalah dasar dari persepsi,
sikap dan perilakukita.Untuk memproses kembali informasi di dalam
otak/jaringan memori
1
f. Anxiety management, terapis akan mengajarkan beberapa
ketrampilan untuk membantu mengatasi gejala PTSD dengan lebih
baik melalui: