Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEP JIWA

PERAN PERAWAT KESEHATAN JIWA TERHADAP MASALAH


PSIKOSOSIAL PADA (PTSD)

DOSEN PEMBIMBING :

Firmawati, S.Kep.Ns.,M.Kep

DI SUSUN OLEH :

Nama : Wahyuni Adrian

Kelas : B Keperawatan B

NIM : (C01419128)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI KEPERAWATAN

SEMESTER GENAP 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,dan hidayah -Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang peran perawat kesehatan
jiwa terhadap masalah psikososial pada PTSD

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Gorontalo, 11 april 2021

Penulis
Wahyuni Adrian

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... iii
A.    Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.    Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C.    Tujuan....................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN............................................................................... 4


A. Pengertian PTSD dalam gangguan psikososial......................................... 4
B. Gejala PTSD............................................................................................... 4
C. Penyebab PTSD.......................................................................................... 5
D. Factor resiko PTSD..................................................................................... 6
E. Pencegahan PTSD...................................................................................... 6
F. Cara mengatasi PTSD atau gangguan psikosoal........................................ 6

BAB III PENUTUP......................................................................................... 9


A.    Kesimpulan............................................................................................... 9
B. Saran ........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejadian traumatik merupakan peristiwa kehidupan yang dapat mengenai semua orang, yang
akan berdampak terhadap masalah kejiwaan. Salah satu masalah kejiwaan yang dapat timbul
adalah post-traumaticstress disorder. Menurut Towsend (2016) PostTraumatic Stress Disorder
adalah kejadian yang diakibatkan dari bencana atau musibah seperti kecelakaan, bencana alam,
perang atau kekerasan yang menyebabkan gangguan seperti kecemasan dan gangguan integritas
diri. Sedangkan menurut Wahyuni (2016) post-traumaticstress disorder adalah gangguan
kecemasan yang muncul akibat suatu kejadian atau beberapa kejadian traumatis yang dialami
maupun disaksikan secara langsung oleh seseorang.

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami PTSD, salah satunya adalah faktor
yang terkait dengan traumatis. PTSD juga diakibatkan dari beberapa faktor baik faktor dari
dalam diri korban maupun faktor lingkungan terdekat misalnya keluarga. Rendahnya pendidikan
dan perhatian orang tua serta minimnya pengetahuan cara mendidik anak yang benar, akan
berdampak terhadap perilaku orang tua dalam memberikan pengasuhan kepada anak (Maryam,
2017). Selain itu, (Harianti &Salmaniah, 2014) menambahkan bahwa faktor utama yang
menyebabkan terjadinya kekerasan orang tua terhadap anak meliputi faktor ekonomi, faktor
pendidikan, faktor lingkungan sosial dan faktor psikologis. Kurangnya partisipasi orang tua
dalam program parenting mengakibatkan orang tua tidak memahami betapa pentingnya
pengasuhan itu bagi orang tua agar kita bisa mendewasakan anak secara lebih manusiawi.

Korban PTSD cenderung mempunyai resiko tinggi untuk menderita gangguan psikologis
tertentu dengan berbagai macam gejala yang muncul. Oleh sebab itu, korban PTSD terutama
yang masih berusia sekolah mengalami beberapa peningkatan stress, tetapi masih mampu untuk
bersekolah. Hal ini tentu juga dikaitkan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
resiliensi individu dalam menyikapi suatu peristiwa traumatis, termasuk kekerasan (Paramitha
&Kusristanti, 2018).

Secara umum, biasanya anak dengan PTSD akan mengalami beberapa perubahan di sekolah
seperti malas bergaul, menjadi pendiam atau pemarah. Hatta (2015) menjelaskan bahwa PTSD

1
menyebabkan gangguan emosi kepada anak atau siswa sekolah yang menyebabkan perubahan
perilaku, perubahan emosi dan pemikiran.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana peran perawat kesehatan jiwa terhadap masalah psikososial pada PTSD
(Post Traumatic Stress Disorder?
C. Tujuan penulis
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana peran perawat kesehatan jiwa terhadap masalah
psikososial pada PTSD (Post Traumatic Stress Disorder?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut penelitian A national research center for PTSD dijelaskan bahwa PTSD adalah
gangguan jiwa yang dapat timbul setelah mengalami atau menyaksikan kejadian-kejadian yang
mengancam jiwa, seperti pertempuran militer, bencana alam, insiden teroris, kecelakaan serius
atau tidak kekerasan individual, seperti pemerkosaan dan kekerasan fisik. PTSD ditandai dengan
adanya perubahan biologis maupun gejala-gejala psikologis. Apabila seseorang didiagnosa
menderita PTSD, itu berarti bahwa orang tersebut telah mengalami suatu kejadian yang
menyebabkan fisik dan jiwanya terancam, dan bahwa orang tersebut telah merespon dengan rasa
takut yang intens dan ketidakberdayaan (ncptsd,2005)

Penderita PTSD biasanya terus-menerus mengingat pengalaman buruk yang dialaminya


lewat mimpi buruk, kilas balik dalam pikirannya, gangguan tidur, dan merasa asing atau terpisah.
Biasanya gejala ini dapat menjadi sangat parah dan berlangsung dalam jangka waktu lama
sehingga dapat merusak kehidupan sehari-hari penderita.

Psikologis pada dasarnya mempelajari proses-proses kejiwaan yang dapat diikutsertakan


pada studi sastra. Dalam aliran psikologis, seseorang akan mengungkapkan suatu kisah
berdasarkan gerak-gerik jiwa tokohnya (tjahyono,1988;230) Akumulasi trauma psikososial itu
bisa berupa reaksi fisik maupun gejala-gejala psikis seperti rasa mual, murung, pendiam, mimpi
buruk, kecemasan, merasa terancam, serta hilangnya harapan hidup. Korban kekerasan seperti
anak-anak yang mengalami trauma psikis bila tidak ditangani dengan baik dapat mengalami
PTSD atau gangguan stress pasca trauma (benseller,2005)

Bertolak dari banyaknya efek psikologis yang akan dialami oleh anak korban kekerasan
dengan PTSD tersebut, maka langkah pemberian bantuan menjadi hal yang penting untuk
dilakukan. Penanganan yang diperlukan bagi korban kekerasan yang mengalami PTSD baik bagi
orang dewasa maupun anak-anak memiliki cara pendekatan yang berbeda. Di Indonesia,
beberapa upaya pencegahan aksi kekerasan pada anak sudah dilakukan oleh KPAI seperti
kampanye mengenai hak-hak anak, sosialisasi tentang dampak kekerasan maupun hukuman bagi
pelaku kekerasan serta berbagai pelatihan bagi orang tua dan guru mengenai deteksi dini indikasi
tindakan kekerasan yang mungkin dialami oleh anak (Adawiah, 2015).

3
BAB III

PEMBAHASAN

1. Pengertian PTSD pada gangguan psikososial

PTSD (post-traumaticstress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah


gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang
tidak menyenangkan. PTSD merupakan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya
teringat pada kejadian traumatis. Peristiwa traumatis yang dapat memicu PTSD antara lain
perang, kecelakaan, bencana alam, dan pelecehan seksual.

Meski demikian, tidak semua orang yang teringat pada kejadian traumatis berarti terserang
PTSD. Ada kriteria khusus yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang mengalami
PTSD.

2. Gejala PTSD (post-traumaticstress disorder)

Gejala PTSD muncul setelah seseorang mengalami peristiwa yang membuatnya trauma.
Waktu kemunculannya bisa beberapa bulan atau beberapa tahun setelah kejadian traumatis
tersebut. Tingkat keparahan dan lamanya gejala juga berbeda-beda pada tiap penderita.
Beberapa gejala yang menunjukkan seseorang mengalami PTSD adalah:

1. Ingatan pada peristiwa traumatis

Penderita PTSD sering kali teringat pada peristiwa yang membuatnya trauma. Bahkan,
penderita merasa seakan mengulang kembali kejadian tersebut. Ingatan terhadap peristiwa
traumatis tersebut juga sering kali hadir dalam mimpi buruk, sehingga penderita tertekan
secara emosional.

2. Kecenderungan untuk mengelak

Penderita PTSD enggan memikirkan atau membicarakan peristiwa yang membuatnya trauma.
Hal ini ditunjukkan dengan menghindari tempat, aktivitas, dan seseorang yang terkait dengan
kejadian traumatis tersebut.

4
3. Pemikiran dan perasaan negatif

Penderita PTSD cenderung menyalahkan dirinya atau orang lain. Selain itu, penderita juga
kehilangan minat pada aktivitas yang dulu disukainya dan merasa putus asa. Penderita juga
lebih menyendiri dan sulit menjalin hubungan dengan orang lain.

4. Perubahan perilaku dan emosi

Penderita PTSD sering kali mudah takut atau marah meski tidak dipicu oleh ingatan pada
peristiwa traumatis. Perubahan perilaku ini juga sering membahayakan dirinya atau orang
lain. Penderita juga sulit tidur dan berkonsentrasi.

PTSD dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Namun, pada anak-anak, terdapat
gejala khusus, yaitu sering melakukan reka ulang peristiwa traumatis melalui permainan. Anak
dengan PTSD juga sering mengalami mimpi buruk yang bisa terkait secara langsung maupun
tidak dengan kejadian traumatis yang dialaminya.

3. Penyebab PTSD (post-traumaticstress disorder)

PTSD bisa muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang
menakutkan atau mengancam nyawa. Belum diketahui secara pasti mengapa peristiwa tersebut
menyebabkan PTSD bagi sebagian orang. Namun, ada dugaan bahwa penyebabnya adalah
kombinasi dari sejumlah kondisi berikut:

 Pengalaman yang tidak menyenangkan.


 Riwayat gangguan mental pada keluarga.
 Kepribadian bawaan yang temperamen.

Peristiwa yang diketahui paling sering memicu PTSD meliputi:

 Perang.
 Kecelakaan.
 Bencana alam.

5
 Perundungan (bullying).
 Kekerasan fisik.
 Pelecehan seksual.
 Prosedur medis tertentu, seperti operasi.
 Penyakit yang mengancam nyawa, misalnya serangan jantung.

4. Faktor Risiko PTSD (post-traumaticstress disorder)

Setiap orang bisa terserang PTSD setelah menyaksikan atau mengalami kejadian tragis. Akan
tetapi, PTSD lebih berisiko terjadi pada seseorang yang memiliki sejumlah faktor risiko berikut:

 Kurang mendapat dukungan dari keluarga dan teman.


 Menderita kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA.
 Menderita gangguan mental lain, misalnya gangguan kecemasan.
 Memiliki keluarga dengan riwayat gangguan mental, seperti depresi.
 Mendapat pengalaman traumatis sebelumnya, misalnya dirundung (bullying) pada masa
kecil.
 Memiliki pekerjaan tertentu, misalnya tentara atau relawan medis di daerah perang.

5. Pencegahan PTSD (post-traumaticstress disorder)

PTSD tidak bisa dicegah, tapi ada beberapa cara yang dapat dilakukan bila Anda mengalami
kejadian traumatis, misalnya:

 Bicara kepada keluarga, teman, atau terapis mengenai kejadian traumatis yang Anda
alami.
 Coba untuk fokus pada hal yang positif, termasuk ketika mengalami peristiwa traumatis.
Sebagai contoh, merasa bersyukur bisa selamat dari kecelakaan yang dialami.

6. cara mengatasi PTSD atau gangguan penyakit psikologi

6
yang pertama anda harus lakukan adalah pergi ke klinik psikologi, tentunya yang
berkompeten. Umumnya penderita yang mengidap PTSD akan menjadapatkan terapi dari para
ahli psikologi, berikut ini terapinya:

1. Terapi behavior lewat proses khusus yang melibatkan pengandaian mental dari peristiwa yang
memicu traumatik dan disandingkan dengan terapi relaksasi. Dengan teknik ini, penderita
akan menanggulangi rasa takutnya pada pemicu trauma.

2. Terapi kognitif untuk menghadapi efek peristiwa penyebab trauma. Terapi dengan cara si
penderita bercerita bisa membantu penderita mengurangi kenangan buruk masa silam.

3. Terapi psikodinamik dengan memaparkan kembali penderita terhadap peristiwa traumatik


namun dengan lingkungan yang lebih mendukung. Dengan terapi ini, penderita akan
memahami perasaan sadar dan tak sadar terhadap peristiwa yang mempengaruhinya tersebut
dan belajar menerima kondisi.

4. Terapi medis dengan pemberian obat penenang atau obat anti depresann dapat membantu
untuk mengobati gangguan-gangguan kecemasan lainnya. Namun masalah potensial dengan
terapi obat adalah bahwa pasien kemungkian menganggap perbaikan klinis yang terajadi
disebabkan oleh obat dan bukan karena mereka sendiri. Obat tidak mampe memberikan efek
kesembuhan secara total karena terapi obat hanya mengobati gejal bukan inti dari masalah
trauma itu sendiri.

Tambahan :

 Untuk mengatasi PTSD, kata Tjhin dalam harian republika tertanggal 6 Februari, metode
prolonged exposure therapy adalah salah satu metode perawatan psikoterapi yang dapat
membantu pasien menghadapi situasi yang ditakuti secara aman dan sistematis. Dalam terapi
ini, lanjut dia, pasien akan diarahkan untuk menceritakan peristiwa traumatik yang
dialaminya. Pasien juga diarahkan untuk mengenali bagian-bagian paling menakutkan dalam
peristiwa itu. `’Tujuannya, untuk melatih otak agar otak tidak sensitif lagi pada peristiwa
tersebut,” jelas Tjhin. Melalui terapi ini pasien akan diarahkan untuk mendukung,
memperkuat, dan memperbarui mekanisme adaptasi. `’Psikiater akan membantu untuk
meredakan perasaan bersalah, marah, sedih, depresi, cemas, dan mengurangi problem mental
yang ada,” cetusnya. Selain itu, lanjut Tjhin, upaya lain adalah menghindarkan pasien dari

7
pikiran-pikiran, perasaan, orang, tempat, atau apa pun yang dapat membangkitkan ingatan
akan peristiwa traumatik yang pernah dialami.

 Ahli juga bersepakat, penderita trauma juga sebaiknya menghindari makanan/minuman


pemicu PTSD seperti kafein (kopi, coklat, teh hitam, dan kola) dan alkohol.

 Mempertahankan kadar gula darah untuk menyeimbangkan mood.

 Banyak menkonsumsi buah, sayuran, dan protein dari sayuran seperti kacang-kacangan, serta
ikan.

 Mengenali dulu apa yang menjadi penyebab gangguan itu, sebab tidak sama dalam setiap
kasus.

 Kembali lagi pada peristiwa saat itu, dan mengeluarkan emosi yang seharusnya dia keluarkan
saat itu. Tentunya dengan bantuan seorang ahli terapi dia mengunjungi kembali saat itu dan
mengeluarkan perasaannya yaitu perasaan takut, marah, diekspresikan semua.

 Setelah itu baru masuk ke yang disebut di dalam ilmu terapi ke arah yang bersifat kognitif.
Yaitu penyembuhan kognitif artinya dia akan diajar atau mulai belajar melihat hidup ini atau
situasi ini dengan kaca mata yang berbeda.

8
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

PostTraumaticStress Disorder ( PTSD ) adalah gangguan kecemasan yang dapat terjadi setelah
mengalami atau menyaksikan suatu peristiwa traumatik. peristiwa traumatik adalah peristiwa yang
mengancam nyawa seperti pertempuran militer, bencana alam, insiden teroris, kecelakaan yang
serius, atau penyerangan fisik/seksual pada orang dewasa atau pada anak-anak.

Gejala – gejalanya yaitu :

 Ingatan pada peristiwa traumatis


 Kecenderungan untuk mengelak
 Pemikiran dan perasaan negatif
 Perubahan dan perilaku emosi

B. SARAN

Demikian isi makalah ini, saya sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang kami uraikan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan
makalah selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta.

Hudak C.M., Gallo B.M., 1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, Volume II,
EGC, Jakarta.
Pratiwi A, 2010, PTSD (PostTraumaticStressDisorders), Fakultas Ilmu Keperawatan UI, Jakarta.

10
BUKTI SCRENSHOOT

PERTEMUAN 10 DAN 11

11
12

Anda mungkin juga menyukai