DOSEN PEMBIMBING :
Firmawati, S.Kep.Ns.,M.Kep
DI SUSUN OLEH :
Kelas : B Keperawatan B
NIM : (C01419128)
PRODI KEPERAWATAN
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,dan hidayah -Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang peran perawat kesehatan
jiwa terhadap masalah psikososial pada PTSD
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis
Wahyuni Adrian
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... iii
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan....................................................................................................... 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian traumatik merupakan peristiwa kehidupan yang dapat mengenai semua orang, yang
akan berdampak terhadap masalah kejiwaan. Salah satu masalah kejiwaan yang dapat timbul
adalah post-traumaticstress disorder. Menurut Towsend (2016) PostTraumatic Stress Disorder
adalah kejadian yang diakibatkan dari bencana atau musibah seperti kecelakaan, bencana alam,
perang atau kekerasan yang menyebabkan gangguan seperti kecemasan dan gangguan integritas
diri. Sedangkan menurut Wahyuni (2016) post-traumaticstress disorder adalah gangguan
kecemasan yang muncul akibat suatu kejadian atau beberapa kejadian traumatis yang dialami
maupun disaksikan secara langsung oleh seseorang.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami PTSD, salah satunya adalah faktor
yang terkait dengan traumatis. PTSD juga diakibatkan dari beberapa faktor baik faktor dari
dalam diri korban maupun faktor lingkungan terdekat misalnya keluarga. Rendahnya pendidikan
dan perhatian orang tua serta minimnya pengetahuan cara mendidik anak yang benar, akan
berdampak terhadap perilaku orang tua dalam memberikan pengasuhan kepada anak (Maryam,
2017). Selain itu, (Harianti &Salmaniah, 2014) menambahkan bahwa faktor utama yang
menyebabkan terjadinya kekerasan orang tua terhadap anak meliputi faktor ekonomi, faktor
pendidikan, faktor lingkungan sosial dan faktor psikologis. Kurangnya partisipasi orang tua
dalam program parenting mengakibatkan orang tua tidak memahami betapa pentingnya
pengasuhan itu bagi orang tua agar kita bisa mendewasakan anak secara lebih manusiawi.
Korban PTSD cenderung mempunyai resiko tinggi untuk menderita gangguan psikologis
tertentu dengan berbagai macam gejala yang muncul. Oleh sebab itu, korban PTSD terutama
yang masih berusia sekolah mengalami beberapa peningkatan stress, tetapi masih mampu untuk
bersekolah. Hal ini tentu juga dikaitkan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
resiliensi individu dalam menyikapi suatu peristiwa traumatis, termasuk kekerasan (Paramitha
&Kusristanti, 2018).
Secara umum, biasanya anak dengan PTSD akan mengalami beberapa perubahan di sekolah
seperti malas bergaul, menjadi pendiam atau pemarah. Hatta (2015) menjelaskan bahwa PTSD
1
menyebabkan gangguan emosi kepada anak atau siswa sekolah yang menyebabkan perubahan
perilaku, perubahan emosi dan pemikiran.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana peran perawat kesehatan jiwa terhadap masalah psikososial pada PTSD
(Post Traumatic Stress Disorder?
C. Tujuan penulis
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana peran perawat kesehatan jiwa terhadap masalah
psikososial pada PTSD (Post Traumatic Stress Disorder?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut penelitian A national research center for PTSD dijelaskan bahwa PTSD adalah
gangguan jiwa yang dapat timbul setelah mengalami atau menyaksikan kejadian-kejadian yang
mengancam jiwa, seperti pertempuran militer, bencana alam, insiden teroris, kecelakaan serius
atau tidak kekerasan individual, seperti pemerkosaan dan kekerasan fisik. PTSD ditandai dengan
adanya perubahan biologis maupun gejala-gejala psikologis. Apabila seseorang didiagnosa
menderita PTSD, itu berarti bahwa orang tersebut telah mengalami suatu kejadian yang
menyebabkan fisik dan jiwanya terancam, dan bahwa orang tersebut telah merespon dengan rasa
takut yang intens dan ketidakberdayaan (ncptsd,2005)
Bertolak dari banyaknya efek psikologis yang akan dialami oleh anak korban kekerasan
dengan PTSD tersebut, maka langkah pemberian bantuan menjadi hal yang penting untuk
dilakukan. Penanganan yang diperlukan bagi korban kekerasan yang mengalami PTSD baik bagi
orang dewasa maupun anak-anak memiliki cara pendekatan yang berbeda. Di Indonesia,
beberapa upaya pencegahan aksi kekerasan pada anak sudah dilakukan oleh KPAI seperti
kampanye mengenai hak-hak anak, sosialisasi tentang dampak kekerasan maupun hukuman bagi
pelaku kekerasan serta berbagai pelatihan bagi orang tua dan guru mengenai deteksi dini indikasi
tindakan kekerasan yang mungkin dialami oleh anak (Adawiah, 2015).
3
BAB III
PEMBAHASAN
Meski demikian, tidak semua orang yang teringat pada kejadian traumatis berarti terserang
PTSD. Ada kriteria khusus yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang mengalami
PTSD.
Gejala PTSD muncul setelah seseorang mengalami peristiwa yang membuatnya trauma.
Waktu kemunculannya bisa beberapa bulan atau beberapa tahun setelah kejadian traumatis
tersebut. Tingkat keparahan dan lamanya gejala juga berbeda-beda pada tiap penderita.
Beberapa gejala yang menunjukkan seseorang mengalami PTSD adalah:
Penderita PTSD sering kali teringat pada peristiwa yang membuatnya trauma. Bahkan,
penderita merasa seakan mengulang kembali kejadian tersebut. Ingatan terhadap peristiwa
traumatis tersebut juga sering kali hadir dalam mimpi buruk, sehingga penderita tertekan
secara emosional.
Penderita PTSD enggan memikirkan atau membicarakan peristiwa yang membuatnya trauma.
Hal ini ditunjukkan dengan menghindari tempat, aktivitas, dan seseorang yang terkait dengan
kejadian traumatis tersebut.
4
3. Pemikiran dan perasaan negatif
Penderita PTSD cenderung menyalahkan dirinya atau orang lain. Selain itu, penderita juga
kehilangan minat pada aktivitas yang dulu disukainya dan merasa putus asa. Penderita juga
lebih menyendiri dan sulit menjalin hubungan dengan orang lain.
Penderita PTSD sering kali mudah takut atau marah meski tidak dipicu oleh ingatan pada
peristiwa traumatis. Perubahan perilaku ini juga sering membahayakan dirinya atau orang
lain. Penderita juga sulit tidur dan berkonsentrasi.
PTSD dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Namun, pada anak-anak, terdapat
gejala khusus, yaitu sering melakukan reka ulang peristiwa traumatis melalui permainan. Anak
dengan PTSD juga sering mengalami mimpi buruk yang bisa terkait secara langsung maupun
tidak dengan kejadian traumatis yang dialaminya.
PTSD bisa muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang
menakutkan atau mengancam nyawa. Belum diketahui secara pasti mengapa peristiwa tersebut
menyebabkan PTSD bagi sebagian orang. Namun, ada dugaan bahwa penyebabnya adalah
kombinasi dari sejumlah kondisi berikut:
Perang.
Kecelakaan.
Bencana alam.
5
Perundungan (bullying).
Kekerasan fisik.
Pelecehan seksual.
Prosedur medis tertentu, seperti operasi.
Penyakit yang mengancam nyawa, misalnya serangan jantung.
Setiap orang bisa terserang PTSD setelah menyaksikan atau mengalami kejadian tragis. Akan
tetapi, PTSD lebih berisiko terjadi pada seseorang yang memiliki sejumlah faktor risiko berikut:
PTSD tidak bisa dicegah, tapi ada beberapa cara yang dapat dilakukan bila Anda mengalami
kejadian traumatis, misalnya:
Bicara kepada keluarga, teman, atau terapis mengenai kejadian traumatis yang Anda
alami.
Coba untuk fokus pada hal yang positif, termasuk ketika mengalami peristiwa traumatis.
Sebagai contoh, merasa bersyukur bisa selamat dari kecelakaan yang dialami.
6
yang pertama anda harus lakukan adalah pergi ke klinik psikologi, tentunya yang
berkompeten. Umumnya penderita yang mengidap PTSD akan menjadapatkan terapi dari para
ahli psikologi, berikut ini terapinya:
1. Terapi behavior lewat proses khusus yang melibatkan pengandaian mental dari peristiwa yang
memicu traumatik dan disandingkan dengan terapi relaksasi. Dengan teknik ini, penderita
akan menanggulangi rasa takutnya pada pemicu trauma.
2. Terapi kognitif untuk menghadapi efek peristiwa penyebab trauma. Terapi dengan cara si
penderita bercerita bisa membantu penderita mengurangi kenangan buruk masa silam.
4. Terapi medis dengan pemberian obat penenang atau obat anti depresann dapat membantu
untuk mengobati gangguan-gangguan kecemasan lainnya. Namun masalah potensial dengan
terapi obat adalah bahwa pasien kemungkian menganggap perbaikan klinis yang terajadi
disebabkan oleh obat dan bukan karena mereka sendiri. Obat tidak mampe memberikan efek
kesembuhan secara total karena terapi obat hanya mengobati gejal bukan inti dari masalah
trauma itu sendiri.
Tambahan :
Untuk mengatasi PTSD, kata Tjhin dalam harian republika tertanggal 6 Februari, metode
prolonged exposure therapy adalah salah satu metode perawatan psikoterapi yang dapat
membantu pasien menghadapi situasi yang ditakuti secara aman dan sistematis. Dalam terapi
ini, lanjut dia, pasien akan diarahkan untuk menceritakan peristiwa traumatik yang
dialaminya. Pasien juga diarahkan untuk mengenali bagian-bagian paling menakutkan dalam
peristiwa itu. `’Tujuannya, untuk melatih otak agar otak tidak sensitif lagi pada peristiwa
tersebut,” jelas Tjhin. Melalui terapi ini pasien akan diarahkan untuk mendukung,
memperkuat, dan memperbarui mekanisme adaptasi. `’Psikiater akan membantu untuk
meredakan perasaan bersalah, marah, sedih, depresi, cemas, dan mengurangi problem mental
yang ada,” cetusnya. Selain itu, lanjut Tjhin, upaya lain adalah menghindarkan pasien dari
7
pikiran-pikiran, perasaan, orang, tempat, atau apa pun yang dapat membangkitkan ingatan
akan peristiwa traumatik yang pernah dialami.
Banyak menkonsumsi buah, sayuran, dan protein dari sayuran seperti kacang-kacangan, serta
ikan.
Mengenali dulu apa yang menjadi penyebab gangguan itu, sebab tidak sama dalam setiap
kasus.
Kembali lagi pada peristiwa saat itu, dan mengeluarkan emosi yang seharusnya dia keluarkan
saat itu. Tentunya dengan bantuan seorang ahli terapi dia mengunjungi kembali saat itu dan
mengeluarkan perasaannya yaitu perasaan takut, marah, diekspresikan semua.
Setelah itu baru masuk ke yang disebut di dalam ilmu terapi ke arah yang bersifat kognitif.
Yaitu penyembuhan kognitif artinya dia akan diajar atau mulai belajar melihat hidup ini atau
situasi ini dengan kaca mata yang berbeda.
8
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
PostTraumaticStress Disorder ( PTSD ) adalah gangguan kecemasan yang dapat terjadi setelah
mengalami atau menyaksikan suatu peristiwa traumatik. peristiwa traumatik adalah peristiwa yang
mengancam nyawa seperti pertempuran militer, bencana alam, insiden teroris, kecelakaan yang
serius, atau penyerangan fisik/seksual pada orang dewasa atau pada anak-anak.
B. SARAN
Demikian isi makalah ini, saya sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang kami uraikan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan
makalah selanjutnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta.
Hudak C.M., Gallo B.M., 1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, Volume II,
EGC, Jakarta.
Pratiwi A, 2010, PTSD (PostTraumaticStressDisorders), Fakultas Ilmu Keperawatan UI, Jakarta.
10
BUKTI SCRENSHOOT
PERTEMUAN 10 DAN 11
11
12