Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG KEPERAWATAN BENCANA

DISUSUN OLEH :

NAMA : LA HALUNI
NIM : NR2114201067

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES KARYA PERSADA MUNA

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya lah sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen yang
kemudian dilanjutkan dengan penyusunan makalah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Tentang
Keperawatan Bencana “.

Tak ada gading yang tak retak. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, baik dari sisi materi maupun penulisannya.Dengan rendah hati saya
menerima berbagai masukan maupun saran yang bersifat membangun yang diharapkan berguna bagi
seluruh pembaca

penyusun

i
DAFTARISI

KATAPENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTARISI................................................................................................................... ii

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. LatarBelakang ........................................................................................................ 1

B. Tujuan .................................................................................................................... 2

BAB II ........................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3

A. Definisi................................................................................................................... 3

B. Patofisiologi..................................................................................................................3

C. Gejala utama PTSD......................................................................................................6

D. Fase-fase PTSD............................................................................................................7

E. Penanganan..................................................................................................................8

F. Dampak PTSD.............................................................................................................9

G. Peran perawat dalam tanggap bencana.................. ....................................................10

BAB III ........................................................................................................................ 12

ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................................... 12

BAB IV.................................................................................................................................21

PENUTUP............................................................................................................................21

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 21

B. Saran .................................................................................................................... 21
DAFTARPUSTAKA.....................................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bencana alam yang berkepanjangan di dunia termasuk di Indonesia sepanjang tahun


2010, disebabkan oleh faktor alam yang berbeda. Dampak bencana alam tidak hanya
mengakibatkan hilangnya harta benda tetapi juga nyawa masyarakat di wilayah bencana.
Berdasarkan data dari 644 kejadian bencana di Indonesia total kerugian material diperkirakan
mencapai lebih 15 trilyun rupiah. Kerugian tersebut meliputi kehilangan harta benda,
kerusakan rumah-rumah masyarakat, sarana dan prasarana umum, lahan pertanian,
perkebunan, peternakan, dan sebagainya. Selain itu juga menimbulkan kehilangan orang yang
dicintai, trauma, dan timbuln ya gangguan kesehatan (Nugroho, 2010).

Anak-anak merupakan salah satu kelompok yang rentan terjadinya trauma akibat
bencana alam. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu keberadaan anak-anak masih
dibawah risiko dan ancaman yang membahayakan kelangsungan hidupnya, tingkat
ketergantungan hidup yang masih tinggi terhadap orang dewasa, belum memiliki banyak
pengalaman hidup, kemampuan untuk melindungi diri sendiri masih terbatas, dan mereka
tidak dalam posisi yang dapat mengambil keputusan atas dirinya sendiri (Lubis, 2012).

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada anak-anak memang tidak sesederhana
dampaknya bagi perkembangan dan pertumbuhan remaja itu sendiri. Ada beberapa faktor
yang berkontribusi pada pengembangan PTSD pada anak-anak dan remaja. Tiga faktor yang
paling penting adalah keparahan trauma, reaksi orangtua untuk trauma, dan kedekatan
temporal trauma. Tentu saja, semakin parah trauma (bencana alam, perkosaan, serangan fsiik,
yang mengancam jiwa kecelakaan, dan kematian orang tua), semakin besar kemungkinan
PTSD. Hal ini tentu saja akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak-anak dalam
menjalani kehidupan sehari-harinya (The United Stated Departement Veterans Affairs, 2007).
Profesi keperawatan bersifat luwes dan mencakup segala kondisi, dimana perawat
tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit saja melainkan juga dituntut
mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana. Situasi penanganan antara keadaan
siaga dan keadaan normal memang sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu secara
skill dan teknik dalam menghadapi kondisi seperti ini.

1
Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga bencana dapat
dilakukan oleh profesi keperawatan. Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
seorang perawat bisa melakukan pertolongan siaga bencana dalam berbagai bentuk.
Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan pentingnya peran perawat dalam asuhan
keperawatan anak dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca bencana alam.

B. TUJUAN
Untuk mengetahui asuhan keperawatan tentang keperawatan bencana

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Bencana adalah sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor
alam dan/ atau faktor non- alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Ps 1). Bencana
menimbulkan trauma psikologis bagi semua orang yang mengalaminya.
Post traumatic stress disorder (PTSD) merupakan gangguan kecemasan yang dapat
terjadi setelah mengalami atau menyaksikan suatu peristiwa traumatis. PTSD dapat
terjadi secara akut (gejala berlangsung <3 bulan), kronis (gejala berlangsung> 3 bulan),
atau onset tertunda (selang 6 bulan dari acara untuk onset gejala).
Banyak korban menunjukkan gejala terjadinya PTSD segera sesudah terjadinya
bencana, sementara sebagian lainnya baru berkembang gejala PTSD beberapa bulan
ataupun beberapa tahun kemudian. Pada sebagian kecil orang, PTSD dapat menjadi suatu
gangguan kejiwaan yang kronis dan menetap beberapa puluh tahun bahkan seumur hidup.

B. Patofisiologi

 Biologis

Beberapa penelitian menunjukan bahwa bagian otak amigdala adalah kunci dari
PTSD, ditunjukan bahwa pengalaman yang traumatik dapat merangsang bagian tersebut
untuk menimbulkan rasa takut yang dalam terhadap kondisi-kondisi yang mungkin
menyebabkan kembalinya pengalaman traumatic tersebut. Amigdala dan berbagai
struktur lainnya seperti hipotalamus, bagian abu-abu otak dan nucleus,mengaktifkan
neurotransmitter dan endokrin untuk menghasilkan hormone- hormon yang berperan dari
berbagai gejala PTSD. Bagian otak depan (frontal) sebenarnya berfungsi untuk
menghambat aktivasi rangkaian ini, walaupun begitu pada penelitian terhadap orang-
orang yang mengalami PTSD, bagian ini mengalami kesulitan untuk menghambat
aktivasi system amigdala.

3
Amigdala menerima informasi berupa rangsangan eksternal. Hal ini kemudian
memicu respon emosional termasuk “fight, flight, or freezing" dan perubahan dalam
hormon stress dan katekolamin. Hipokampus dan korteks prefrontal medial
mempengaruhi respon amigdala dalam menentukan respon ketakutan akhir. Ketika kita
dalam keadaan takut dan terancam, tubuh kita mengaktifkan respon fight or flight.
Dalam reaksi ini tubuh mengeluarkan adrenalin yang menyebabkan peningkatan
tekanan darah,denyut jantung, glikogenolisis. Setelah ancaman bahaya itu mulai hilang
maka tubuh akan memulai proses inaktivasi respon stress dan proses ini menyebabkan
pelepasan hormon kortisol. Jika tubuh tidak melepaskan kortisol yang cukup untuk
menginaktivasi reaksi stress maka kemungkinan kita masih akan merasakan efek stress
dari adrenalin.
Pada korban trauma yang berkembang menjadi PTSD seringkali memiliki hormon
stimulasi (katekolamin) yang lebih tinggi bahkan pada saat kondisi normal. Hal ini
mengakibatkan tubuh terus berespon seakan bahaya itu masih ada. Setelah sebulan dalam
kondisi ini, di mana hormon stres meningkat pada akhirnya menyebabkan terjadinya
perubahan fisik. Beberapa studi telah menemukan konsentrasi kortisol rendah orang
dengan post-traumatic stress disorder dan berlawanan menanggapi penindasan
deksametason tes daripada yang terlihat dengan depresi berat.

 Psikososial

Pengalaman hidup yang dialami seseorang sepanjang hidupnya juga merupakan


salah satu penyebab terjadinya PTSD. Pengalaman hidup ini mencakup pengalaman yang
dialami dari masa kecil sampai dengan dewasa. Selain itu pengalaman hidup yang
dialami, jumlah dan tingkat keparahan peristiwa traumatik yang dialami oleh individu
tersebut juga memberikan pengaruh. Smith dan Segal menyebutkan peristiwa traumatik
yang dapat mengarah kepada munculnya PTSD termasuk bencana alam ( natural
disaster ), kecelakaan mobil atau pesawat, penyerangan fisik, prosedur medikal
terutama pada anak – anak.

Faktor psikologis lain yang ikut berkontribusi adalah faktor yang dibawa oleh
individu dari lahir, yaitu sifat bawaan atau yang sering disebut dengan kepribadian
seseorang

4
PATHWAY

Post-Traumatic Stress Disorder


Biologis Psikososial

Terjadi proses biologis di otak Pengalaman hidup mencakup


Sindrom Pascatrauma
pengalaman yang dialami
Perubahan Fisik Ketakutan

Trauma Bencana alam


Mempengaruhi SSp & SSO
Penurunan ukuran hipokampus Amigdala yg over reaktif
Mengalami kesulitan untuk belajar Ketakutan Perpisahan dg ortu pada usia dini
Kurangnya support sosial
harapan-harapan baru untuk berbagai Disfungsi Keluarga
situasi yg terjadi setelah trauma Ancaman
Ketidakberdayaan
Keputusasaan
Gangguan hubungan sosial
Disfungsi proses
Ansietas keluarga

Koping defensif

5
C. Gejala utama PTSD

Gejala utama PTSD terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Re-experience phenomena
1. Munculnya kembali perasaan tertekan atau terancam baik dalam imajinasi,
pikiran ataupun persepsi.
2. Munculnya mimpi-mimpi yang menakutkan.
3. Adanya reaksi psikologis yang merupakan simbol/ terkait dengan peristiwa

trauma.
4. Adanya reaksi fisik yang merupakan simbol/ terkait dengan peristiwa trauma.

b. Avoidance or numbing reaction


1. Menghindari pikiran, perasaan atau pembicaraan yang berkaitan dengan
peristiwa traumatic.
2. Menghindari kegiatan, tempat atau orang-orang yang terkait dengan trauma.
3. Ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma.
4. Berkurangnya minat atau partisipasi dalam kegiatan yang terkait.
5. Kekakuan perasaan atau ketidakmampuan mengekspresikan perasaan seperti

kasih sayang.
6. Kehilangan harapan seperti tidak memiliki minat terhadap karir, perkawinan,
keluarga atau kehidupan jangka panjang.
c. Symptoms of increased arousal: peningkatan gejala distress
Adapun kriterianya adalah :
1. Seseorang biasanya mengalami atau dihadapkan pada ancaman yang serius
termasuk bencana, kematian, kecelakan luar biasa, ancaman fisik terhadap diri
maupun orang lain.
2. Individu mengalami kondisi ketakutan, tidak berdaya dan selalui dihantui oleh
peristiwa tersebut. Pada kasus anak sering terjadi perilaku yang disorganized
atau agitasi. Jika kedua kriteria tersebut muncul maka dapat dilakukan
pengelompokan gejala kedalam tiga gejala utama tadi.

6
D. Fase-fase PTSD

Fase-fase keadaan mental pasca bencana:

a. Fase kritis

Fase dimana terjadi gangguan stres pasca akut (dini/cepat) yangmana terjadi
selama kira-kira kurang dari sebulan setelah menghadap bencana. Pada fase ini
kebanyakan orang akan mengalami gejala-gejala depresi seperti keinginan bunuh
diri, perasaan sedih mendalam, susah tidur,dan dapat juga menimbulkan berbagai
gejala psikotik.

b. Fase setelah kritis

Fase dimana telah terjadi penerimaan akan keadaan yang dialami dan
penstabilan kejiwaan, umumnya terjadi setelah 1 bulan hingga tahunan setelah
bencana, pada fase ini telah tertanam suatu mindset yang menjadi suatu
phobia/trauma akan suatu bencana tersebut (PTSD) sehingga bila bencana tersebut
terulang lagi, orang akan memasuki fase ini dengan cepat dibandingkan
pengalaman terdahulunya.
c. Fase stressor

Fase dimana terjadi perubahan kepribadian yang berkepanjangan (dapat


berlangsung seumur hidup) akibat dari suatu bencana dimana terdapat dogma
“semua telah berubah”.
Periode bencana menurut Rice (1999):

a. Periode impak hanya berlangsung selama kejadian bencana. Pada periode


ini,korban selalu diliputi perasaan tidak percaya dengan apa yang dialami. Periode
iniselalu berlangsung singkat.
b. Periode penyejukan suasana (Recoil period) berlangsung beberapa hari selepas

kejadian. Pada periode ini, tampak bahwa para korban mulai merasakan diri
mereka lapar dan mencari bekal makanan untuk dimakan. Mereka tidak
memahami bagaimana mereka harus memulihkan keadaan dan mengganti harta
benda mereka yang hilang.
c. Periode post traumatic (Recovery period) berlangsung lama, bahkan sepanjang

hayat. Periode ini berlangsung tatkala korban bencana berjuan untuk melupakan

7
pengalaman yang terjadi berupa tekanan, gangguan fisiologi, dan psikologi akibat
bencana yang mereka alami.

E. Penanganan

a. Farmakologi

1. Terapi anti depresan: Obat yang biasa digunakan adalah benzodiazepin, litium,
camcolit dan zat pemblok beta– seperti propranolol, klonidin, dan
karbamazepin. Dosis contoh, estazolam 0,5-1 mg per os, Oksanazepam10-30

mg per os, Diazepam (valium) 5-10 mg per os, Klonaz-epam 0,25-0,5 mg per

os, atau Lorazepam 1-2 mg per os atau IM.


2. Antiansietas: alprazolam digunakan untuk mengatasi depresi dan panik pada
pasien PTSD, buspirone dapat meningkatkan serotonin.
b. Non- farmakologi

Psikoterapi yang dapat digunakan dan efektif untuk penanganan PTSD yaitu
dengan Anxiety Management diamana terapis akan mengajarkan beberapa
keterampilan untuk membantu mengatasi gejala PTSD dengan lebih baik melalui:
1. Relaxation training, yaitu belajar mengontrol ketakutan dan kecemasan secara
sistematis dan merelaksasikan nyaman, bahkan reaksi fisik yang tidak baik
seperti jantung berdebar dan sakit kepala.
2. Breathing retraining, belajar bernafas dengan perut secara perlahan, santai.

Menghindari bernafas tergesa-gesa yang merasakan tidak nyaman.


3. Positive thinking dan self-talk, yaitu belajar untuk menghilangkan pikiran
negatif dan mengganti dengan pikiran positif ketika menghadapi hal– hal yang
membuat stress (stresor).
4. Assertiveness training, yaitu belajar bagaimana mengekspresikan harapan,

opini dan emosi tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain.


5. Thought stopping, yaitu belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika kita

sedang memikirkan hal-hal yang membuat kita stress.


6. Cognitive therapy, terapis membantu untuk merubah kepercayaan yang tidak
rasional yang mengganggu emosi dan mengganggu kegiatan. Tujuan kognitif

8
terapi adalah mengidentifikasi pikiran- pikiran yang tidak rasional,
mengumpulkan bukti bahwa pikiran tersebut tidak rasional untuk melawan
pikiran tersebut yang kemudian mengadopsi pikiran yang lebih realistik untuk
membantu mencapai emosi yang lebih seimbang.
7. Exposure therapy: para terapis membantu menghadapi situasi yang khusus,
orang lain, obyek, memori atau emosi yang mengingatkan pada trauma dan
menimbulkan ketakutan yang tidak realistik dalam kehidupannya. Terapi dapat
berjalan dengan cara: exposure in the imagination, yaitu bertanya pada
penderita untuk mengulang cerita secara detail sampai tidak mengalami
hambatan menceritakan; atau exposure in reality, yaitu membantu menghadapi
situasi yang sekarang aman tetapi ingin dihindari karena menyebabkan
ketakutan yang sangat kuat.
8. Terapi bermain (play therapy) mungkin berguna pada penyembuhan anak
dengan PTSD. Terapi bermain dipakai untuk menerapi anak dengan PTSD.

Terapis memakai permainan untuk memulai topik yang tidak dapat dimulai
secara langsung. Hal ini dapat membantu anak lebih merasa nyaman

F. Dampak PTSD

Gangguan stress pascatraumatik ternyata dapat mengakibatkan sejumlah


gangguan fisik, kognitif,emosi,behavior (perilaku),dan sosial.
a. Gejala gangguan fisik :
1. Pusing
2. Gangguan pencernaan
3. Sesak napas
4. Tidak bisa tidur
5. Kehilangan selera makan
6. Impotensi, dan sejenisnya.
b. Gangguan kognitif :
1. gangguan pikiran seperti disorientasi
2. Mengingkari kenyataan
3. Linglung

9
4. Melamun berkepanjangan
5. Lupa
6. Terus menerus dibayangi ingatan yang tak diinginkan
7. Tidak fokus dan tidak konsentrasi
8. Tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal-hal yang sederhana
9. Tidak mampu mengambil keputusan.
c. Gangguan emosi :
1. Halusinasi dan depresi (suatu keadaan yang menekan, berbahaya, dan

memerlukan perawatan aktif yang dini)


2. Mimpi buruk
3. Marah
4. Merasa bersalah
5. Malu
6. K esedihan yang berlarut-larut
7. Kecemasan dan ketakutan.
d. Gangguan perilaku :
Menurunnya aktivitas fisik, seperti gerakan tubuh yang minimal. Contoh,

duduk berjam-jam dan perilaku repetitif (berulang-ulang).


e. Gangguan sosial:
1. Memisahkan diri dari lingkungan
2. Menyepi
3. Agresif
4. Prasangka
5. Konflik dengan lingkungan
6. Merasa ditolak atau sebaliknya sangat dominan.

G. Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana

Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan


kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga sangat
dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana.
Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar
praktek keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga sangat di

10
butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk
bisa terjun memberikan pertolongan dalam situasi bencana.
Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih banyak
melihat tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan lebih dahulu
dibandingkan dengan perawat, walaupun ada itu sudah terkesan lambat.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
 Pengkajian

Pengkajian untuk klien dengan PTSD meliputi empat aspek yang akan bereaksi
terhadap stress akibat pengalaman traumatis, yaitu :
a. Pengkajian Perilaku ( Behavioral Assessment )

Yang dikaji adalah :

1. Dalam keadaan yang bagaimana klien mengalami perilaku agresif yang berlebihan.

2. Dalam keadan yang seperti apa klien mengalami kembali trauma yang dirasakan.

3. Bagaimana cara klien untuk menghindari situasi atau aktifitas yang akan
mengingatkan klien terhadap trauma.
4. Seberapa sering klien terlibat aktivitas sosial.

5. Apakah klien mengalami kesulitan dalam masalah pekerjaan semenjak kejadian


traumatis.
b. Pengkajian Afektif ( Affective Assessment )

1. Berapa lama waktu dalam satu hari klien merasakan ketegangan dan perasaan
ingin cepat marah.
2. Apakah klien pernah mengalami perasaan panik.

3. Apakah klien pernah mengalami perasaan bersalah yang berkaitan dengan trauma.

4. Tipe aktivitas yang disukai untuk dilakukan.

5. Apa saja sumber - sumber kesenangan dalam hidup klien.

6. Bagaima hubungan yang secara emosional terasa akrab dengan orang lain.

c. Pengkajian Intelektual ( Intellectual Assessment )

1. Kesulitan dalam hal konsentrasi.

2. Kesulitan dalam hal memori.

3. Berapa frekuensi dalam satu hari tentang pikiran yang berulang yang berkaitan
dengan trauma.
4. Apakah klien bisa mengontrol pikiran – pikiran berulang tersebut

12
5. Mimpi buruk yang dialami klien.

6. Apa yang disukai klien terhadap dirinya dan apa yang tidak disukai klien terhadap
dirinya.

 Diagnosa Keperawatan untuk PTSD

1. Sindrom pasca trauma berhubungan dengan respon maladaptif berulang terhadap


peristiwa traumatik yang penuh tekanan.
2. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan
aktifitas sebelumnya.
3. Ketakutan berhubungan dengan perubahan fisik.

4. Ansietas berhubungan dengan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya..
5. Koping defensif berhubungan dengan harapan diri yang tidak realistik.

6. Disfungsi proses keluarga berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua pada usia
dini.

 Tujuan

1. Sindrom pasca trauma berhubungan dengan respon maladaptif berulang terhadap


peristiwa traumatik yang penuh tekanan.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu merespon adaptif terhadap


peristiwa trauma yang ia alami.

NOC :

1. Pemulihan dari trauma.

2. Pengendalian impuls: kemampuan untuk menahan diri dari perilaku impulsive.

2. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan


aktifitas sebelumnya.

13
Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu melaksanakan aktifitas


sebelumnya dengan kriteria hasil sebagai berikut :

NOC : Kepercayaan Kesehatan

1. Mengungkapkan dengan kata-kaa tentang segala perasaan ketidakberdayaan.


2. Mengidentifikasi tindakan yang berada dalam kendalinya.
3. Mengungkapkan dengan kata-kata kemampuan untuk melakukan tindakan yang

diperlukan
4. Melaporkan dukungan yang adekuat dari orang dekat, teman-teman dan tetangga.

3. Ketakutan berhubungan dengan perubahan fisik.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien diharapkan ketakutan yang dialami
klien menurun atau menghilang.

NOC : Kontrol ketakutan

1. Klien mampu mencari informasi untuk menurunkan ketakutan


2. Klien mampu menghindari sumber ketakutan bila mungkin
3. Kilin mamapu mengendalikan respon ketakutan
4. Klien mamapu mempertahankan penampilan peran dan hubungan social

4. Ansietas berhubungan dengan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien diharapkan cemas dan stress yang
dialami klien menurun atau menghilang.
14
NOC : Kontrol cemas

1. Intensitas kecemasan berkurang atau hilang.


2. Tidak ditemukan tanda – tanda kecemasa.
3. Menunjukkan relaksasi.
4. Menunjukkan pemecahan masalah dan menggunakan sumber-sumber secara
efektif.

5. Koping defensif berhubungan dengan harapan diri yang tidak realistik.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien diharapkan terbentuk koping yang


efektif.

NOC: Koping

1. Koping efektif.

2. Harga diri positif.

3. Keterampilan interaksi sosial positif.

4. Menyadari masalah atau konflik spesifik yang mempengaruhi interaksi atau


hubungan sosial.
5. Mengekspresikan perasaan harga diri.

6. Menunjukan penurunan kedefensifan.

6. Disfungsi proses keluarga berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua pada usia
dini.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien

15
 Intervensi

1. Sindrom pasca trauma berhubungan dengan respon maladaptif berulang terhadap


peristiwa traumatik yang penuh tekanan.

NIC :

Konseling : penggunaan proses bantuan interaktif yang memfokuskan pada kebutuhan,


masalah, atau perasaan pasien dengan orang yang berarti bagi pasien untuk
meningkatkan atau mendukung koping, pnyelesaian masalah dan hubungan
interpersonal.

 Aktivitas keperawatan:

1. BHSP
2. Tunjukkan empati, kehangatan dan kesejatian
3. Gunakan teknik refleksi dan klarifikasi untuk memfasilitasi pengungkapan

perasaan.
4. Hindari membuat keputusan pada saat pasien berada dalam keadaan stress.

2. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan


aktifitas sebelumnya.

NIC I :

1. Eksplorasi pencapaian keberhasilan sebelumnya.


2. Dukung kekuatan- kekuatan diri yang dapat diidentifikasi oleh pasien.
3. Sampaikan kepercayaan diri terhadap kemampuan pasien untuk menangani

keadaan.

NIC II : Fasilitasi Tanggung Jawab Diri


1. Dorong pengungkapan perasaan, persepsi, dan ketakutan tentang rasa tanggung

jawab
2. Dorong kemandirian, tetapi bantu pasein jika tidak dapat melakukan.

16
3. Ketakutan berhubungan dengan perubahan fisik.

NIC 1 : Pengurangan ansietas


1. Sering berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang
dapat menurunkan/ mengurangi takut
2. Tetap bersama pasien selama dalam situasi baru
3. Gendong atau ayun-ayun anak
4. Sering berikan penguatan verbal/ non verbal yang dapat membantu menurunkan
ketakutan pasien

NIC 2 : Peningkatan koping


1. Gunakan pendekatan yang tenang, meyakinkan
2. Bantu pasien dalam membangun pemikiran yang objektif terhadap suatu peristiwa

3. Tidak membuat keputusan pada saat pasien berada dalam stress berat
4. Dukung untuk menyatakan perasaan, persepsi, dan ketakutan secara verbal
5. Kurangi stimulasi dalam lingkungan yang dapat disalah interpretasikan sebagai
ancaman

4. Ansietas berhubungan dengan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya.

NIC : Penurunan kecemasan

1. Tenangkan klien
2. Berusaha memahami keadan klien
3. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkn rasa takut
4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas
5. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri dengan cara yang tepat
6. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.
7. Gunakan pendekatan dan sentuhan, verbalissi untuk meyakinkan pasien tidak

sendiri dan mengajukan pertanyaaan.


8. Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan.

17
9. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi.

5. Koping defensif berhubungan dengan harapan diri yang tidak realistik.

NIC : Pencapaian Kesadaran Diri

1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dampak penyakit terhadap konsep diri


2. Ungkapkan secara verbal mengenai pengingkaran pasien terhadap kenyataanb

dengan tepat.
3. Bantu pasien untuk mendidentifikasi prioritas kehidupan
4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi aspek positif pada dirinya.

6. Disfungsi proses keluarga berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua pada usia
dini.

NIC : Dukungan Keluarga

1. Tingkatkan harapan yang realistis


2. Dengarkan keluhan, perasaan , dan pertanyaan keluarga
3. Fasilitasi pengkomunikasian keluhan/persaan antra pasien dan keluarga atau antar

anggota keluarga
4. Berikan perawatan kepada pasien selain keluarga untuk mengurangi beban mereka

dab/ atau saat keluarga tidak mampu untuk memberikan perawatan


5. Berikan umpan balik kepada keluarga yang berkaitan dengan koping mereka

 Evaluasi

Skala :

1. Tidak pernah dilakukan/menunjukan.

2. Jarang dilakukan/menunjukan.

18
3. Kadang dilakukan/menunjukan.

4. Sering dilakukan/menunjukan.

5. Selalu dilkukan/menunjukan

DP 1 :

Sindrom pasca trauma berhubungan dengan respon maladaptif berulang terhadap


peristiwa traumatik yang penuh tekanan.

NOC :

1. Pemulihan dari trauma.

2. Pengendalian impuls: kemampuan untuk menahan diri dari perilaku impulsive.

DP 2 :

Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan


aktifitas sebelumnya.

NOC : Kepercayaan Kesehatan

1. Mengungkapkan dengan kata-kaa tentang segala perasaan ketidakberdayaan.


2. Mengidentifikasi tindakan yang berada dalam kendalinya.
3. Mengungkapkan dengan kata-kata kemampuan untuk melakukan tindakan yang

diperlukan
4. Melaporkan dukungan yang adekuat dari orang dekat, teman-teman dan tetangga.

DP 3 :

Ketakutan berhubungan dengan perubahan fisik.

NOC : Ketakutan dapat di kontrol

1. Klien mampu mencari informasi untuk menurunkan ketakutan


2. Klien mampu menghindari sumber ketakutan bila mungkin
19
3. Kilin mamapu mengendalikan respon ketakutan
4. Klien mamapu mempertahankan penampilan peran dan hubungan social

DP 4 :

Ansietas berhubungan dengan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya.

NOC : Kecemasan dapat di kontrol

1. Intensitas kecemasan berkurang atau hilang.


2. Tidak ditemukan tanda – tanda kecemasa.
3. Menunjukkan relaksasi.
4. Menunjukkan pemecahan masalah dan menggunakan sumber-sumber secara
efektif.

DP 5 :

Koping defensif berhubungan dengan harapan diri yang tidak realistik.

NOC: Koping

1. Koping efektif.

2. Harga diri positif.

3. Keterampilan interaksi sosial positif.

4. Menyadari masalah atau konflik spesifik yang mempengaruhi interaksi atau


hubungan sosial.
5. Mengekspresikan perasaan harga diri.

6. Menunjukan penurunan kedefensifan.

DP 6 :

Disfungsi proses keluarga berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua pada usia
dini

20
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bencana alam yang berkepanjangan di dunia termasuk di Indonesia sepanjang tahun 2010,
disebabkan oleh faktor alam yang berbeda. Dampak bencana alam tidak hanya mengakibatkan
hilangnya harta benda tetapi juga nyawa masyarakat di wilayah bencana.

B. SARAN
Dalam pembuatan LP dan ASKEP ini penyusun menyadari tentu banyak kekurangan dan
kejanggalan baik dalam penulisan maupun penjabaran materi serta penyusunan atau sistematik
penyusunan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca semua. Dan penyusun juga berharap semoga LP dan ASKEP ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.

21
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.heather.2011.Diagnose Keperawatan 2015-2017.Jakarta:EGC

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/423/peran-perawat-menghadapi-post-traumatik-
stress-disorder-akibat-bencana.

https://bahan-ajar.esaunggul.ac.id/nsa736/wp-content/uploads/sites/1305/2019/12/5.-
keperawatan -bencana

22

Anda mungkin juga menyukai