Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA DALAM


SITUASI BENCANA

Disusun untuk memenuhi satu tugas

Mata kuliah : Keperawatan jiwa I

Dosen: Ns. Amelia Susanti, M.Kep., Sp.Kep.J

DISUSUN OLEH:

HAMDA SULFI NADIA


2114201019

KELAS 3A
KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH


PROGRAM S1 KEPERAWATAN
PADANG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia- Nya sehingga saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
pembuatan makalah Kesehatan Keperawatan Jiwa I yang berjudul “Pelayanan
Keperawatan Jiwa Dalam Situasi Bencana” ini dengan lancar.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-


teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Demikianlah makalah ini dibuat. Apabila ada
kesalahan penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Padang, 17 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................1

C. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN...............................................................................................................3

2.1 Definisi Bencana......................................................................................................6

2.2 Fase-fase Bencana....................................................................................................7

2.3 Permasalahan dalam Penanggulangan Bencana......................................................7

2.4 Kelompok Rentan Bencana.....................................................................................8

2.5 Paradigma Penanggulangan Bencana......................................................................8

2.6 Pengurangan Resiko Bencana..................................................................................9

2.7 Peran Mahasiswa keperawatan Dalam Tanggap Bencana.......................................9

2.8 Jenis Kegiatan Siaga Bencana...............................................................................10

BAB III............................................................................................................................13

PENUTUP.......................................................................................................................13

A. Kesimpulan...........................................................................................................14

B. Saran.....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses bencana alam seringkali tidak terduga. Bencana alam memakan


jiwa yang jumlahnya tidak sedikit, sehingga banyak yang tidak siap dan tanggap
dalam memperkirakan bencana alam yang datang tiba-tiba. Profesi keperawatan
bersifat luwes dan mencakup segala kondisi, dimana perawat tidak hanya
terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit saja melainkan juga dituntut
mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana. Situasi penanganan
antara keadaan siaga dan keadaan normal memang sangat berbeda, sehingga
perawat harus mampu secara skill dan teknik dalam menghadapi kondisi seperti
ini.
Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga
bencana dapat dilakukan oleh proesi keperawatan. Berbekal pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki seorang perawat bisa melakukan pertolongan siaga
bencana dalam berbagai bentuk.
Aspek Psikologis erat kaitannya dengan proses kehilangan, tidak hanya
fisik: kehilangan barang milik, kehilangan orang yang dikasihi tetapi juga
sosial: kehilangan aktivitas, kehilangan ikatan kekeluargaaan dan lain-
sebagainya. Mengingat dampak psikologis bencana sangat besar dalam arti
jumlah mereka yang mengalami dampak besar namun jumlah profesional
kesehatan mental terbatas (jumlah psikolog klinis dan psikiater sedikit). Belum
lagi proses penanganan aspek psikologis bencana tidak singkat melainkan
merupakan proses yang relatif panjang. Sehingga perlu dirancang sebuah
strategi penanganan bencana untuk mengatasi masalah psikologis yang
berkelanjutan dengan menggunakan suatu system teknologi modern.
Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan pentingnya peran perawat
dalam situasi tanggap bencana, bentuk dan peran yang bisa dilakukan perawat
dalam keadaan tanggap bencana. Terutama permasalahan dalam mengatasi
masalah psikis dari penderita bencana alam yang dapat mengganggu dan
berpengaruh terhadap masalah kesehatan dari klien.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya peran mahasiswa keperawatan dalam situasi tanggap
bencana?
2. Bagaimana bentuk kegiatan yang bisa dilakukan?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui peran penting mahasiswa dalam proses keperawatan
jiwa dalam situasi tanggap bencana
2. Untuk mengetahui bentuk peran dan kegiatan yang bisa dilakukan oleh
mahasiswa dalam proses keperawatan jiwa dalam situasi tanggap bencana.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Bencana

Definisi Bencana menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang


menyebabkan kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan dalam skala
tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat dan wilayah yang
terkena. Dalam setiap bencana yang terjadi, selalu ada implikasi kesehatan
jiwa – baik dalam kasus bencana alam, misalnya gempa bumi, tsunami, angin
ribut, atau pada bencana yang diakibatkan oleh manusia, misalnya perang atau
kekerasan interpersonal. Kebutuhan langsung dari populasi yang terkena
bencana alam seringkali merupakan kebutuhan fisik ; perlindungan, air,
makanan dan pelayanan kesehatan dasar. Namun perlu diingat bahwa semua
orang yang mengalami dan hidup dalam situasi yang tidak menentu akan
menderita trauma. Banyak permasalahan migran dan orang-orang terlantar
lainnya, berhubungan dengan konsekuensi dari bencana itu sendiri. Di sini
adalah pentingnya pokok masalah kesehatan jiwa trans-kultural bersama-sama
dengan masalah fisik bagi korban bencana.
Bencana alam dapat menyebabkan dampak serius dan berkepanjangan
terhadap kesehatan fisik maupun psikologis pada korban bencana yang
selamat. Stres pasca tauma (posttraumatic stress disorder (PTSD)) merupakan
kelainan psikologis yang umum diteliti setelah terjadinya bencana. PTSD
dicirikan dengan adanya gangguan ingatan secara permanen terkait kejadian
traumatik, perilaku menghindar dari rangsangan terkait trauma, dan
mengalami gangguan meningkat terus-menerus. Angka kejadian PSTD pada
korban yang mengalami bencana langsung yang selamat kurang lebih 30%
sampai 40%. Pengamatan pada 262 korban tsunami di Aceh menunjukkan
bahwa 83,6% mengalami tekanan emosi berat dan 77,1% menunjukkan gejala
depresi. Bencana dapat juga didefinisikan sebagai situasi dankondisi yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat.

6
Jenis-jenis bencana:
1) Bencana alam (natural disaster), yaitu kejadian-kejadian alami seperti banjir,
genangan, gempa bumi, gunung meletus dan lain sebagainya.
2) Bencana ulah manusia (man-made disaster), yaiut kejadian-kejadian karena
perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran,
ledakan, sabotase dan lainnya.

Bencana berdasarkan cakupan wilayahnya terdiri atas:


1) Bencan Lokal, bencana ini memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang
berdekatan, misalnya kebakaran, ledakan, kebocoran kimia dan lainnya.
2) Bencana regional, jenis bencan ini memberikan dampak atau pengaruh pada area
geografis yang cukup luas dan biasanya disebabkan leh faktor alam seperti alam,
banjir, letusan gunung dan lainnya.

B. Fase-fase bencana

Menurut Barbara santamaria (1995),ada tiga fase dapat terjadinya


suatu bencana yaitu fase pre impact,impact,dan post impact
1) Fase pre impact merupakan warning phase,tahap awal dari
bencana.Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi
cuaca.Seharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan dengan baik
oleh pemerintah,lembaga dan masyarakat.
2) Fase impact Merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat
dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup.fase impact
ini terus berlanjut hingga tejadi kerusakan dan bantuan-bantuan yang
darurat dilakukan.
3) Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan
dari fase darurat.Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali
pada fungsi kualitas normal.Secara umum pada fase post impact para
korban akan mengalami tahap respons fisiologi mulai dari penolakan
(denial),marah(angry),tawarmenawar(bargaing),depresi(depression),hingga
penerimaan (acceptance).

C. Permasalahan dalam penanggulangan bencana

7
Secara umum masyarakat Indonesia termasuk aparat pemerintah
didaerah memiliki keterbatasan pengetahuan tentang bencana seperti berikut :
1) Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya
2) Sikap atau prilaku yang mengakibatkan menurunnya kualitas SDA
3) Kurangnya informasi atau peringatan dini yang mengakibatkan
ketidaksiapan
4) Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman
bahaya

D. Kelompok rentan bencana

Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau


masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau
ancaman dari potensi bencana untuk mencegah, menjinakkan, mencapai
kesiapan dan menanggapi dampak bahaya tertentu.
Kerentanan terbagi atas:
1) Kerentanan fisik, kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam menghadapi
ancaman bahaya tertentu, misalnya kekuatan rumah bagi masyarakat yang
tinggal di daerah rawan gempa.
2) Kerentanan ekonomi, kemampuan ekonomi individu atau masyarakat
dalam pengalokasian sumber daya untuk pencegahan serta
penanggulangan bencana.
3) Kerentanan social, kondisi social masyarakat dilihat dari aspek pendidikan,
pengetahuan tentang
4) Kerentanan lingkungan, keadaan disekitar masyarakat tinggal. Misalnya
masyarakat yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap
ancaman bencana tanah longsor.

E. Paradigma Penanggulanngan Bencana


Konsep penanggulangan bencana telah mengalami pergeseran
paradigm dari konfensional yakni anggapan bahwa bencana merupakan
kejadian yang tak terelakan dan korban harus segera mendapatkan
pertolongan, ke paradigm pendekatan holistic yakni menampakkan bencana
dalam tatak rangka menejerial yang dikenali dari bahaya, kerentanan serta
kemampuan masyarakat. Pada konsep ini dipersepsikan bahwa bencana
merupakan kejadian yang tak dapat dihindari, namun resiko atau akibat
kejadian bencana dapat diminimalisasi dengan mengurangi kerentanan

8
masyarakat yang ada dilokasi rawan bencan serta meningkatkan kapasitas
masyarakat dalam pencegahan dan penangan bencana.

F. Pengurangan Risiko Bencana


Tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:
1) Pra bencana, pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan
penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, pencegahan,
pemaduan dalam perencanaan pembangunan, persyaratan analisis
risiko bencana, penegakan rencana tata ruang, pendidikan dan
peletahihan serta penentuan persyaratan standar teknis penanggulangan
bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana).

2) Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap loksi,


kerusakan dan sumber daya; penentuan status keadan darurat;
penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar;
pelayanan psikososial dan kesehatan.
3) Paska bencana, tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi (pemulihan
daerah bencana, prasaranan dan saran umum, bantuan perbaikan
rumah, social, psikologis, pelayanan kesehatan, keamanan dan
ketertiban) dan rekonstruksi (pembangunan, pembangkitan dan
peningkatan sarana prasarana termasuk fungsi pelayanan kesehatan.

G. Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap Bencana

Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi


pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan
tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana. Mahasiswa
keperawatan tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan
dasar praktek keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana
juga sangat di butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi
bekal bagi mahasiswa keperawatan untuk bisa terjun memberikan pertolongan
dalam situasi bencana.
Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih
banyak melihat tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan

9
lebih dahulu dibandingkan dengan mahasiswa keperawata, walaupun ada itu
sudah terkesan lambat.

H. Jenis Kegiatan Siaga Bencana

Kegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda dibandingkan


pertolongan medis dalam keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal yang
menjadi perhatian penting. Berikut beberapa tnidakan yang bisa dilakukan
oleh mahasiswa keperawatan dalam situasi tanggap bencana:
1) Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik
Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan korban
dan kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka, kerusakan
fasilitas pribadi dan umum, yang mungkin akan menyebabkan isolasi
tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para relawan. Hal yang paling urgen
dibutuhkan oleh korban saat itu adalah pengobatan dari tenaga kesehatan.
Mahasiswa keperawatan bisa turut andil dalam aksi ini, baik berkolaborasi
dengan tenaga perawat atau pun tenaga kesehatan profesional, ataupun
juga melakukan pengobatan bersama mahasiswa keperawatan lainnya
secara cepat, menyeluruh dan merata di tempat bencana. Pengobatan yang
dilakukan pun bisa beragam, mulai dari pemeriksaan fisik, pengobatan
luka, dan lainnya sesuai dengan profesi keperawatan.
2) Pemberian bantuan
Mahasiswa keperawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban
bencana, dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai
bentuk, seperti makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain
sebagainya. Pemberian bantuan tersebut bisa dilakukan langsung oleh
mahasiswa keperawatan secara langsung di lokasi bencana dengan
memdirikan posko bantuan. Selain itu, Hal yang harus difokuskan dalam
kegiatan ini adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai
kebutuhan yang di butuhkan oleh para korban saat itu, sehinnga tidak akan
ada lagi para korban yang tidak mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan
bantuan yang menumpuk ataupun tidak tepat sasaran.
3) Pemulihan kesehatan mental
Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma psikologis
akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan

10
yang mendalam, ketakutan dan kehilangan berat. Tidak sedikit trauma ini
menimpa wanita, ibu ibu, dan anak anak yang sedang dalam massa
pertumbuhan. Sehinnga apabila hal ini terus berkelanjutan maka akan
mengakibatkan stress berat dan gannguan mental bagi para korban
bencana. Hal yang dibutukan dalam penanaganan situasi seperti ini adalah
pemulihan kesehatan mental yang dapat dilakukan oleh mahasiswa
keperawatan. Pada orang dewasa, pemulihannya bisa dilakukan dengan
sharing dan mendengarkan segala keluhan keluhan yang dihadapinya,
selanjutnya diberikan sebuah solusi dan diberi penyemangat untuk tetap
bangkit. Sedangkan pada anak anak, cara yang efektif adalah dengan
mengembalikan keceriaan mereka kembali, hal ini mengingat sifat lahiriah
anak anak yang berada pada masa bermain. Mahasiswa keperawatan dapat
memdirikan sebuah taman bermain, dimana anak anak tersebut akan
mendapatkan permainan, cerita lucu, dan lain sebagainnya. Sehinnga
kepercayaan diri mereka akan kembali seperti sedia kala.
4) Pemberdayaan masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca bencana
biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat memburuknya
keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta benda yang mereka
miliki. sehinnga banyak diantara mereka yang patah arah dalam
menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa menolong membangkitkan
keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan masyarakat.
Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan skill yang dapat menjadi bekal
bagi mereka kelak. Mahasiswa keperawatan dapat melakukan pelatihan
pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi
ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan
masyarakat di sekitar daerah bencana akan mampu membangun
kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang ia miliki.

Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal


yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa keperawatan, diantaranya:
1) Mahasiswa keperawatan harus memilki skill keperawatan yang baik.
Sebagai mahasiswa keperawatan yang akan memberikan pertolongan
dalam penanaganan bencana, haruslah mumpuni dalam skill

11
keperawatan, dengan bekal tersebut mahasiswa akan mampu
memberikan pertolongan medis yang baik dan maksimal.
2) Mahasiswa keperawatan harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian.
Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap
elemen masyarakat termasuk mahasiswa keperawatan, kepedulian
tersebut tercemin dari rasa empati dan mau berkontribusi secara
maksimal dalam segala situasi bencana. Sehingga dengan jiwa dan
semangat kepedulian tersebut akan mampu meringankan beban
penderitaan korban bencana.
3) Mahasiswa keperawatan harus memahami managemen siaga bencana
Kondisi siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segal
hal yang terkait harus didasarkan pada managemen yang baik,
mengingat bencana datang secara tak terduga banyak hal yang harus
dipersiapkan dengan matang, jangan sampai tindakan yang dilakukan
salah dan sia sia. Dalam melakukan tindakan di daerah bencana,
mahasiswa keperawatan dituntut untuk mampu memilki kesiapan
dalam situasi apapun jika terjadi bencana alam. Segala hal yang
berhubungan dengan peralatan bantuan dan pertolongan medis harus
bisa dikoordinir dengan baik dalam waktu yang mendesak. Oleh
karena itu, mahasiswa keperawatan harus mengerti konsep siaga
bencana.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Bencana alam dapat menyebabkan dampak serius dan


berkepanjangan terhadap kesehatan fisik maupun psikologis pada
korban bencana yang selamat. Menurut Barbara santamaria ada tiga
fase dapat terjadinya suatu bencana yaitu fase pre impact,impact,dan
post impact. Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan
pada instansi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi,
pelayanan keperawatan tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi

13
tanggap bencana. Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya
beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa
keperawatan, diantaranya: Mahasiswa keperawatan harus memilki skill
keperawatan yang baik, Mahasiswa keperawatan harus memiliki jiwa
dan sikap kepedulian, Mahasiswa keperawatan harus memahami
managemen siaga bencana.

B. Saran

Sebagai seorang calon tenaga kesehatan, mahasiswa


keperawatan diharapkan bisa turut andil dalam melakukan kegiatan
tanggap bencana. sekarang tidak hanya dituntut mampu memiliki
kemampsuan intelektual namun harus memilki jiwa kemanuasiaan
melalui aksi siaga bencana.

14
DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi,dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta : EGC.

15

Anda mungkin juga menyukai