Di Susun Oleh :
2114201019
Kelompok 2
Precepektor Akademik II
Injeksi Intravena
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan
menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang
menghantarkan darah ke jantung.
Dalam dunia medis pula, injeksi kerap dikenal sebagai teknik pemberian obat melalui
parenteral, yaitu pemberian melalui rute selain saluran pencernaan. Injeksi parenteral meliputi
injeksi subkutan, intramuskular, intravena, intraperitoneal, intrakardiak, intraartikular, dan
intrakavernosa.
Suntikan umumnya diberikan satu kali pada suatu waktu, meski dapat digunakan
untuk pemberian obat secara terus-menerus dan dalam kasus tertentu. Bahkan, ketika
diberikan satu kali pada waktu tertentu, pengobatannya mungkin bersifat jangka panjang,
yang kemudian disebut sebagai injeksi depot.
ANATOMI FISOLOGI
Injeksi dilakukan untuk mencapai tujuan medis tertentu. Mulai dari penyembuhan, hingga
pencegahan penyakit. Cairan yang diberikan melalui injeksi akan disesuaikan dengan kondisi
medis atau dengan resep dokter. Penyerapan obat ke dalam tubuh dipengaruhi oleh area dan
kedalaman lokasi suntik.
Cara melakukan injeksi adalah mengisi jarum suntik dengan cairan yang ingin diberikan.
Lalu, memasukkannya ke bagian tubuh dan mengeluarkan cairan secara perlahan. Setelah
selesai, cabut jarum dan tutup luka suntikan dengan perban kecil. Prosedurnya akan
tergantung jenis injeksi yang diberikan
INDIKASI
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan
menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang
menghantarkan darah ke jantung. Dapat dilakukan pada ( Indikasi ) :
1. Pasien yang membutuhkan, agar obat yang di berikan dapat di berikan dengan cepat.
4. Typoid
5. Sesak nafas
Tujuan injeksi :
a. Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorpsi dari pada dengan injeksi
perenteral lain
Obat interferon
Beberapa jenis hepatitis akibat infeksi virus bisa sembuh dengan sendirinya. Namun,
pemberian obat-obatan perlu dilakukan untuk menghentikan penyebaran virus dan mencegah
kerusakan hati lebih lanjut.
Jenis obat yang diresepkan oleh dokter adalah interferon, yang biasanya diberikan melalui
suntikan setiap minggu selama 6 bulan.
Obat imunosupresan
Obat antivirus
Pada beberapa kondisi, misalnya pada hepatitis B atau hepatitis C kronis, dokter juga bisa
memberikan obat antivirus, seperti entecavir, ribavirin, atau tenofovir. Obat-obatan tersebut
bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan virus dengan mekanisme yang berbeda-
beda.
Obat cacing hati
Pada penderita hepatitis yang disebabkan oleh cacing hati, pemberian obat-obatan
disesuaikan dengan jenis cacing menginfeksi hati. Obat-obatan tersebut meliputi:
Transplantasi hati
Bila hepatitis sudah menyebabkan kerusakan hati yang berat, dokter akan
merekomendasikan tindakan transplantasi hati. Melalui prosedur ini, organ hati pasien yang
rusak akan diganti dengan organ hati yang sehat dari pendonor.
Selain penanganan di atas, penderita hepatitis akibat penggunaan obat-obatan tertentu perlu
menghentikan konsumsi obat-obatan tersebut.
KONTRAINDIKASI
Pemberian obat hepatitis harus disesuaikan dengan jenis hepatitis yang dialami oleh
pasien. Selain bertujuan untuk melawan virus, penggunaan obat juga bermanfaat dalam
mencegah kerusakan organ hati.
Bahayanya:
1. Pasien alergi terhadap obat (misalnya mengigil, urticaria, shock, collaps dll)
Penggunaan obat hepatitis secara sembarangan dan tanpa resep dokter sangat tidak
direkomendasikan. Begitu juga dengan obat hepatitis herbal. Selain karena belum terbukti
khasiatnya, obat tersebut bisa saja menimbulkan efek samping yang berbahaya.
Oleh karena itu, bila Anda mengalami gejala hepatitis, seperti mual, muntah, urine
berwarna seperti teh, atau kulit dan mata berwarna kuning, sebaiknya periksakan diri
ke dokter.
KOMPLIKASI
Jika tidak ditangani dengan baik, hepatitis dapat menimbulkan berbagai komplikasi,
seperti:
Sirosis
Gagal hati
Kanker hati
4. Kapas alkohol
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
3. Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukan ke dalam spuit.
9. Cuci tangan
Apry, Kardhina. 2013. Hubungan Ketepatan dan Pemberian Obat Intravena Vesicant dengan
Kejadian Plebitis; Kajian di Ruang ICU RSUD Panembahan Senopati Bantul. Tesis Magister
Farmasi Klinik Universitas Gajah Mada
Dede, D.L. 2016. Hubungan Jenis Cairan dan Lokasi Pemasangan Infus dengan Kejadian
Plebitis pada pasien rawat Inap di RSU Pancaran Kaish GMIM Manado. Journal
Keperawatan, 4(1):pp. 1-6. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/12009
[Sitasi 24 Juli 2018]