Anda di halaman 1dari 13

PEMBERIAN OBAT SECARA INTRAVENA

Dosen Pembimbing : dr.Singgih Nugroho

Disusun oleh:
Febriana Indah Lestari

P21B/P21075

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2021/2022
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat didefinisikan sebagai suatu substansi atau bahan yang di
gunakan untuk mendiagnosa, menyembuhkan, mengatasi, membebaskan
atau mencegah penyakit. Obat telah di gunakan manusia sejak peradaban
kuno. Misalnya orang – orang Mesir pada zaman dahulu telah
menggunakan magnesium, soda, garam besi dan sulfur sebagai bahan obat
( Priharjo Robert).
Pilihan rute pemberian obat bergantung pada kandungan obat dan
efek yang ingin diberikan juga kondisi fisik dan mental klien. Karena
secara konstan terlibat dalam perawatan klien, perawat sering terlibat
dalam menentukan rute pemberian obat yang terbaik dan berkolaborasi
dengan dokter. Salah satu rute pemberian obat yang sering dilakukan
adalah rute parenteral.
Rute parenteral ialah memberikan obat dengan memberikan injeksi
atau suntikan ke dalam jaringan tubuh. Pemberian parenteral meliputi
empat tipe utama, yaitu subkutan, intrakutan, intramuscular, dan intravena.
Salah satu pemberian parenteral yang sering adalah intravena, yaitu
dengan melakukan suntikan langsung ke pembuluh darah vena.
Pemberian obat melalui intravena dapat dilakukan dengan metode
secara langsung dan tidak langsung (melalui selang atau wadah).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pemberian obat melalui intravena?
2. Apakah tujuan dari pemberian obat melalui intravena?
3. Apakah indikasi dari pemberian obat melalui intravena?
4. Apakah kontra indikasi dari pemberian obat melalui intravena?
5. Apakakah Keuntungan dan Kerugian pemberian obat melalui
Intravena?
6. Hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pemberian obat melalui
Intravena?
7. Bagaimanakah macam-macam obat yang dimasukkan melalui
intravena?
8. Bagaimana cara pemberian dari pemberian obat melalui intravena?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pemberian obat melalui intravena
2. Untuk mengetahui tujuan dari pemberian obat melalui intravena
3. Untuk mengetahui indikasi dari pemberian obat melalui intravena
4. Untuk mengetahui kontra indikasi dari pemberian obat melalui
intravena
5. Untuk mengetahui Keuntungan dan Kerugian pemberian obat melalui
Intravena
6. Untuk mengetahui Hal apa saja yang harus diperhatikan dalam
pemberian obat melalui Intravena
7. Untuk mengetahui macam-macam obat yang dimasukkan melalui
intravena
8. Untuk mengetahui cara pemberian obat melalui intravena

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan
obat ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Dalam
pengertian lain dari penyuntikan intravena adalah tindakan yang dilakukan
dengan menyuntikkan larutan obat ke dalam vena klien menggunakan
spuit.
Adapun empat klasifikasi tempat penyuntikan dari injeksi intravena
adalah :
1. Lengan atas (vena basilica dan vena sefalika)
2. Tungkai (vena safena)
3. Leher (vena jugularis)
4. Kepala (vena frontalis dan temporalis). (Kusyati, Eni. dkk.)
Pemberian obat melalui intravena dapat dilakukan dengan metode
secara langsung dan tidak langsung (melalui selang atau wadah).
B. Tujuan
Pemberian obat melalui intravena ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Memperoleh reaksi obat yang lebih cepat dibandingkan dengan metode
pemberian lainnya.
2. Menghindari kerusakan jaringan.
3. Memasukkan obat dalam volume besar.
C. Indikasi
Indikasi pemberian obat melalui jalur intravena antara lain:
1. Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui
intravena langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya
pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga
memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral.
Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada
infeksi serius, rumah sakit memberikan
antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral
(dimakan biasa melalui mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di RS
dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena,
dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS, biaya
perawatan, dan lamanya perawatan.
2. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah
jika dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia
dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika
golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan
sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur
gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka
harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.
3. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak
dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada
keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur
lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di
bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).
4. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat
masuk ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain
dipertimbangkan.
5. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga
diberikan melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh
balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai.
Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan
mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga
sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan,
namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki
bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat
dalam darah untuk membunuh bakteri.
D. Kontra Indikasi
Pemberian obat melalui intravena tidak dapat diberikan dengan
ketentuan sebagai berikut.
1. Pemberian melalui intravena tidak dapat diberikan jika obat yang
dibutuhkan pasien tidak dapat larut dalam air.
2. Pemberian melalui intravena tidak dapat diberikan jika obat yang
dibutuhkan pasien menimbulkan endapan dengan protein atau butiran
darah dalam tubuh.
3. Pemberian melalui intravena tidak dapat diberikan jika obat yang
dibutuhkan pasien menimbulkan reaksi alergi yang berbahaya pada
pasien
E. Keuntungan dan Kelemahan
1. Keuntungan
:
Tidak mengalami tahap absorbsi, maka kadar obat dalam darah
diperoleh secara cepat, tepat dan dapat disesuaikam langsung dengan
respon penderita. Larutan tertentu yang iriatif hanya dapat diberikan
dengan cara ini karena dinding pembuluh darah relative tidak sensitive
dan bila di suntikkan perlahan – lahan obat segera di encerkan oleh
darah.
2. Kerugian :
Efek toksik mudah terjadi karena keadaan obat yang tinggi segera
mencapai darah dan jaringan. Disamping itu, obat yang di suntikkan
tidak dapat di tarik kembali. Obat dalam larutan minyak yang
mengendapkan konstituen darah dan yang menyebakan hemolisis.
Inflamasi ( bengkak ,nyeri, demam ) dan infeksi di lokasi pemasangan
infuse.
F. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Obat-obat suntikan yang diberikan harus sesuai dengan program
pengobatan.
2. Sebelum menyiapkan obat suntikan bacalah dengan teliti petunjuk
pengobatan yang ada dalam catatan medic atau status pasien, yaitu
nama obat, dosis, waktu dan cara pemberiannya.
3. Pada waktu menyiapkan obat, bacalah dengan teliti label dari tiap-tiap
obat.
4. Perhatikan teknik septic dan antiseptiknya.
5. Spuit dan jarum suntik tidak boleh digunakan untuk menyuntik pasien
yang lain sebelum disterilkan .
6. Spuit yang retak atau bocor dan jarum suntik yang sudah tumpul,
berkarat, atau ujungnya bengkok tidak boleh dipakai lagi.
7. Memotong ampul-ampul harus dilakukan secara hati-hati, agar tidak
melikai tangan dan pecahannya tidak masuk ke dalam obat.
8. Pasien yang telah mendapat suntikan harus diawasi untuk beberapa
waktu sebab ada kemungkinan timbul reaksi alergi.
G. Macam-macam obat yang dimasukkan melalui intravena
1. Ranger laktat (RL).
Ranger laktat adalah larutan isotonis yang paling mirip dengan cairan
ekstraseluler (cairan diluar sel). Larutan RL juga bisa di gunakan
untuk menormalisasi tekanan darah pada pasien combustio, 18 sampai
24 jam setelah terjadi cedera luka bakar. Larutan RL juga termasuk
salah satu cairan kristaloid yang bisa digunakan untuk terapi sindroma
syok, kombustio, serta hipovolemia dengan asidosis metabolik.
Cairan RL berisi Natrium Laktat, C3H5NaO3, Natrium klorida, NaCL,
Kalium klorida, KCl, CaCI2.2H2O, serta air untuk injeksi. Tempat
metabolisme cairan RL terutama pada hati serta sebagian kecil pada ginjal.
Kelebihan dalam memberikan cairan ini dapat mengalami edema pada
seluruh badan pasien sehingga pemakaian larutan RL yang berlebih itu
perlu di cegah.
2. NaCL
Larutan NaCL Juga termasuk cairan kristaloid. Di anjurkan pada
penanganan awal syok hipovolemik dengan hiponatremik, alkalosis
metabolik atau hipokhloremia. Keuntungan menggunakan cairan ini
adalah harga lebih murah, mudah di dapat, sedikit efek samping, tidak
menyebabkan raksi alergi, serta mudah di pakai. Cairan NaCL berisi sodium chloride beserta
air untuk injeksi. Pada kasus
Gadar, biasanya cairan ini di gunakan untuk membantu proses penanganan
serta perawatan pada luka.
3. Dektrose
Larutan dextrose juga bisa di gunakan sementara untuk mengganti
kehilangan cairan dengan cara melarutkan NaCl 0,45 % dalam larutan
dextrose 5 %. Larutan Dektrose juga dapat diberikan untuk penanganan
awal pada pasien hipoglikemia (gula darah rendah). Larutan dextrose berisi glukosa,
C6H12O6, H2O, serta air untuk injeksi.
Jadi secara sederhana bisa kita simpulkan , tujuan dari pemberian terapi
cairan di bagi atas manajemen untuk mengganti kebutuhan harian, juga
untuk mengganti kehilangan cairan akut.
Contoh obat lain
1. Ranitidin
Mengurangi keasaman lambung pada persalinan beresiko tinggi.
2. Petidin Hidroklorida
Untuk nyeri sedang sampai berat, analgesia obstetri.
3. Eritromisi
Digunakan pada klien yang sensitif terhadap penisilin, organismeyang
resistan terhadap penisilin, sifilis, klamidia, gonorea, infeksi pernapasan, pengobatan infeksi
yang sensitif terhadap eritromisin, profilaksis dalam
penatalaksanaan pecah ketuban saat kurang bulan. Juga untuk pasien yang
sensitif terhadap penisilin yang membutuhkan antibiotik guna mengobati
penyakit jantung dan katup jantung.
4. ProtaminSulfat
Untuk melawan kerja heparin.
5. Fitomenadion( Vitamin K )
Mencegah danmengobatihemoragi
H. Pelaksanaan
Persiapan alat
Berikut adalah alat yang digunakan dalam pemberian obat
melalui intravena.
1) Buku catatan pemberian obat.
2) Kapas alkohol.
3) Handscoon steril.
4) Obat sesuai resep.
5) Spuit.
6) Bak spuit.
7) Nampan obat.
8) Plester.
9) Perlak alas.
10) Torniket.
11) Kasa steril.
12) Betadine.
13) Bengkok.
b. Prosedur pelaksanaan
1) Cuci tangan.
2) Siapkan obat dan lakukan pemeriksaan dengan prinsip 6 benar.
3) Identifikasi klien.
4) Jelaskan tujuan prosedur dan tindakan
Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman dan pastikan
lokasi vena mudah diakses.
6) Pilih lokasi penyuntikan agar terbebas dari lesi, kekakuan,
peradangan atau rasa gatal.
7) Minta klien untuk membuka pakaian yang menutupi area
penyuntikan.
8) Pasang perlak alas dibawah lokasi penyuntikan.
9) Pasang torniket sekitar 15 cm diatas lokasi penyuntikan.
10) Kenakan sarung tangan.
11) Bersihkan lokasi penyuntikan menggunakan kapas alkohol
dengan gerakan sirkuler dari arah dalam ke luar hingga
diameter sekitar 5 cm kemudian tunggu hingga mengering.
12) Buka penutup jarum spuit.
13) Tekan kulit klien dengan tangan non-dominan, menjauhi lokasi
penyuntikan sekitar 2,5 cm di bawah lokasi penyuntikan.
14) Pegang jarum pada posisi 30° sejajar vena yang akan ditusuk
kemudian lakukan penusukan secara perlahan dan pasti.
15) Rendahkan posisi jarum hingga sejajar kulit dan dorong jarum
masuk ke dalam vena.
16) Lakukan aspirasi, dengan tangan non-dominan menahan
tabung spuit dan tangan dominan menarik “plunger”.
17) Observasi adanya darah dalam spuit.
18)Jika ada darah, lepaskan torniket dan masukkan ibat secara
perlahan.
19) Keluarkan jarum dari vena dengan sudut yang sama ketika
jarum dimasukkan. Lakukan penekanan terhadap lokasi
penyuntikan menggunakan kapas alcohol yang dipegang
tangan non-dominan.
20) Tutup lokasi penyuntikan dengan menggunakan kasa steril
yang diberi betadin.
21) Bantu klien kembali memperoleh posisi yang nyaman.
22) Rapikan alat yang telah digunakan.
23) Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok
24) Cuci tangan.
25) Dokumentasikan tindakan.
2. Metode Secara Tidak Langsung
Dengan pelantaran Infus Intravena, maka cairan atau darah dapat
dimasukkan ke dalam pembuluh vena. Cairan yang di masukkan dengan
cara demikian ini harus di alirkan perlahan – lahan masuk ke dalam
pembuluh vena bersangkutan. ( Bouwhuizen M.)
Pasien yang terpasang infus mendapat order obat yang dimasukkan
secara intravena. Maka perawat tidak perlu membuat tusukan baru tetapi
memasukkan obat melalui karet pada pipa infus yang di rancang untuk
memasukkan obat atau melalui botol infus. Dalam tindakan ini, perawat
harus memperhatikan teknik aseptik yaitu dengan mengusap tempat yang
akan di tusuk dengan kapas antiseptik. Klem infus di matikan selama obat
di masukan dan apabila sudah selesai, kecepatan tetesan di atur kembali. (
Priharjo Robert : 69 )
Pemberian Obat secara tidak langsung ada dua cara, yaitu :
a. Pemberian obat melalui wadah intravena
Memberikan obat intravena melalui wadah merupakan pemberian
obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah
cairan intravena. Tujuannya adalah untuk meminimalkan efek samping
dan mempertahankan kadar terapeutik dalam darah.
1) Persiapan Alat dan Bahan
a) Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran.
b) Obat dalam tempatnya.
c) Wadah cairan ( kantong atau botol )
d) Kapas alkohol.
2) Prosedur Kerja
a) Cuci tangan.
b) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
c) Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukkan ke
dalam spuit.
d) Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong.
e) Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
f) Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga
menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan – lahan ke
dalam kantong atau wadah cairan.
g) Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan
membalikkan kantong cairan secara perlahan–lahan dari satu ujung
ke ujung lain.
h) Periksa kecepatan infus.
i) Cuci tangan
j) Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
b. Pemberian obat melalui selang intravena.
1) Persiapan Alat dan Bahan
a) Spuit dan jarum yang sesuai dengan ukuran.
b) Obat dalam tempatnya.
c) Selang intra vena.
d) Kapas alkohol.
2) Prosedur Kerja
a) Cuci tangan.
b) Jelaskan pada pasien mengenai yang akan dilakukan.
c) Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukan ke
dalam spuit.
d) Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena.
e) Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
f) Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga
menembus bagian tengah dan masukan obat secara perlahan–
lahan ke dalam selang intravena.
g) Setelah selesai, tarik spuit.
h) Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat.
i) Cuci tangan.
j) Catat obat yang telah di berikan dan dosisnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa rute pemberian obat
melalui intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke
dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit yang dapat
dilakukan jika pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerja sama untuk
pemberian obat secara oral, pasien yang tidak dapat dilakukan pemberian
obat melalui oral, seperti pasien yang terus muntah-muntah dan pasien
dengan membutuhkan reaksi cepat obat, seperti pasien kejang. Namun
perlu diingat pemberian melalui intravena ini tidak dapat dilakukan jika
obat yang dibutuhkan pasien tidak dapat larut dalam air, mengendap dalam
protein dan darah, serta menimbulkan reaksi alergi yang berbahaya pada
pasien.
B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita harus mengetahui 6B yang dima
bertujuan untuk melindungi perawat dari malpraktek dan bertujuan untuk
member terapi pasien sesuai terapinya.

DAFTAR PUSTAKA
Kusyati, Eni, dkk. 2013. “Keterampilan & Prosedur Laboraturium Keperawatan
Dasar”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kusyati, Eni, dkk. 2013. “Keterampilan & Prosedur Laboraturium Keperawatan
Dasar”. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter & Perry. 2005. “Fundamental Keperawatan”. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Priharjo, Robert. 1995 . “Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat”. Jakarta :
EGC.
Bouwhuizen, M. 1991 . “Ilmu Keperawatan”. Jakarta : EGC.
Hidayat, A.Aziz Alimul. Uliyah, Musrifatul. 2008 . “Keterampilan Dasar Praktik
Klinik”. Jakarta : Salemba Medika.
http://timbangrasaclinic.blogspot.co.id/2011/10/infus-cairan-intravena-macammacam.html

Anda mungkin juga menyukai