PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering digunakan pada pasien yang
sedang gawat darurat.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena
dengan menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah
yang menghantarkan darah ke jantung. ( Joyce, K & Everlyn, R.H. 1996 ).
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat
langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Injeksi dalam pembuluh darah
menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah,
obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya
singkat.
Cara ini digunakan untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya,
atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah. (Smeltzer, Suzanne C.
2001). Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat
koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung
dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan
timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga
kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap
injeksi intravena sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.
(Potter, Perry. 2006).
2
meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam
darah.
Contoh obat :
Ranitidin : Mengurangi keasaman lambung pada persalinan beresiko
tinggi. Petidin Hidroklorida : Untuk nyeri sedang sampai berat, analgesia
obstetri. Eritromisin : Digunakan pada klien yang sensitif terhadap penisilin,
organismeyang resistan terhadap penisilin, sifilis, klamidia, gonorea, infeksi
pernapasan, pengobatan infeksi yang sensitif terhadap eritromisin, profilaksis
dalam penatalaksanaan pecah ketuban saat kurang bulan. Juga untuk pasien
yang sensitif terhadap penisilin yang membutuhkan antibiotik guna mengobati
penyakit jantung dan katup jantung. ProtaminSulfat : Untuk melawan kerja
heparin. Fitomenadion (Vitamin K ) : Mencegah dan mengobati hemoragi.
2.5.2 Kekurangan
Inflamasi ( bengkak ,nyeri, demam ) dan infeksi di lokasi pemasangan
infuse daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini
akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada
tindakan hemodialisis (cuci darah). Obat-obatan yang berpotensi iritan
terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat misalnya
pembuluh darah vena di tungkai dan kaki.
3
3. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penyuntikan bolus
a. benar pasien
b. benar Obat
c. benar Diagnosa
d. dosis
e. benar waktu pemberian obat
4. Alat-alat bolus
a. Obat dalam bentuk vial/ampul sudah di dalam spuit sesuai dengan dosis
yang di resepkan
b. Kapas alcohol
c. Bengkok
d. Tempat obat
e. Klem
5. Prosedur Penyuntikan Bolus
a. Komunikasi
b. Persiapan alat
c. Cuci tangan, pakai sarung tangan
d. Off-kan tetesan cairan infus
e. Klem selang infus
f. Pada karet yang ada di selang infus terdapat tanda seperti bulatan yaitu
untuk titik penyuntikan atau ada juga terdapat lubang buka tutup khusus
untuk membolus
g. Jika menggunakan lubang buka tutup khusus langsung memisahkan spuit
dengan jarum/nedelnya kemudiah spuit di masukan dan di putar sampai pas
jaka sudah dorong spuit secara perlahan dan sealu kominikasi dengan
pasien agar pasien rilexs, sengusap ngusap pembuluh darah vena pasien
agar obat masuk dengan lancar. Dorong hingga habis
h. Jika menggunakan karet yang ada di selang infus maka harus menencari
titik penyuntikan yang sudah di beri tanda dengan lingkaran, jika sudah
ketemu tusukan perlahan jarum dan spuit di karet lalu dorong spuit secara
perlahan dan sealu kominikasi dengan pasien agar
i. pasien rilexs, sengusap ngusap pembuluh darah vena pasien agar obat
masuk dengan lancar. Dorong hingga habis
j. Cabut spuit/jarum bersihkan kembali dengan alcohol
k. Merapihkan alat.
4
g. Memotong ampul-ampul harus dilakukan secara hati-hati, agar tidak
melikai tangan dan pecahannya tidak masuk ke dalam obat.
h. Pasien yang telah mendapat suntikan harus diawasi untuk beberapa waktu
sebab ada kemungkinan timbul reaksi alergi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
diantaranya : intra vena. Dalam pemberian obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan,
yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-jenis obat tertentu
yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah. Pemberian obat dilakukan
pada pasien yang membutuhkan pencegahan dan pengobatan dari suatu masalah
kesehatan yang dihadapi.
3.2 Saran
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang
tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan
kerugian bahkan akibatnya bias fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya
harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-
masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.
5
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/hendisutiawan/pemberian-obat-melalui-intravena-
iv_54f94b70a333116c048b49ac
https://www.katapena.info/2017/02/makalah-injeksi-intravena.html
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/view/18734/18529