Anda di halaman 1dari 25

PEMBERIAN OBAT MELALUI INJEKSI

INTRAVENA
I. Pengertian Injeksi Intravena
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan
menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang
menghantarkan darah ke jantung.

II. Kegunaan Injeksi Intravena


 Digunakan pada pasien yang dalam keadaan darurat, agar obat yang di berikan dapat
menimbulkan efek langsung. Contoh pada pasien epilepsi atau kejang-kejang.
 Digunakan pada pasien yang tidak dapat diberi obat melalui oral, contoh pada pasien terus
menerus muntah – muntah
 Digunakan pada pasien yang tidak di perbolehkan memasukkan obat apapun melalui
mulutnya.
 Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak – obat masuk ke pernapasan),
sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.

III. Tempat injeksi intravena


1. Pada lengan
 Vena mediana cubiti/ vena sefalika
 Vena basilica
2. Pada tungkai
 Vena saphenous
3. Pada leher
 Vena jugularis
4. Pada kepala
 Vena frontalis
 Vena temporalis
5. Pada mata kaki
 Vena dorsal pedis
IV. Macam – macam injeksi intravena
1) Pemberian Obat melalui intravena (Secara Langsung)
Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana cubiti /
cephalika ( lengan ), vena saphenosus ( tungkai ), vena jugularis ( leher ), vena
frontalis / temporalis ( kepala ), yang bertujuan agar reaksi cepat dan langsung masuk
pada pembuluh darah.
2) Pemberian Obat melalui intravena (Secara Tidak Langsung)
Merupakan cara pemberian obat dengan menambahkan atau memasukkan obat
kedalam media (wadah atau selang), yang bertujuan untuk meminimalkan efek
samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.

V. Prosedur kerja
1) Pemberian Obat Melalui Intravena ( Secara Langsung )
Persiapan alat :
 buku catatan pemberian obat atau kartu obat
 kapas alkohol .
 sarung tangan
 obat yang sesuai
 spuit 2ml – 5 ml
 bak spuit
 baki obat
 plester
 perlak pengalas
 karet pembendung ( tourniquet )
 kasa steril ( bila perlu )
Prosedur Kerja :
 Cuci tangan
 Siapkan obat dengan prinsip enam benar
 Indentifikasi klien
 Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
 Atur klien pada posisi yang nyaman
 Pasang perlak pengalas
 Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
 Letakkan karet pembendung ( torniquet )
 Pilih area penususkan yang bebas dari tangda kekakuan, peradangan atau rasa
gatal. Menghindari gangguan absorpsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan
 Pakai sarung tangan
 Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol , dengan gerakan
sirkuler dari arah dalah keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai
kering. Metodr oni dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang
mengandung mikroorganisme
 Pegang kapas alkohol dengan jari - jari tengah pada tangan non dominan
 Buka tutup jarum
 Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penususkan dengan tangan
non dominan. Membuat kulit lebih kencang dan vena tidak befrgeser,
memudahkan penusukan
 Pegang jarum pada posisi 300 sejajar vena yang akn ditusuk perlahan pasti
 Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam vena
 Lakukan aspirasi dengan tangan nono dominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger
 Observasi adanya draah dalam spuit
 Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan – lahan
 Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkkan (300) , sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan
 Tutup area penusukkan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
 Kembalikan posisi klien
 Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
 Buka sarung tangan
 Cuci tangan
 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2) Pemberian Obat Melalui Intravena ( Secara Tidak Langsung )
a) Pemberian obat melalui wadah intravena
Memberikan obat intravena melalui wadah merupakan pemberian obat dengan
menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena. Tujuannya :
untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik dalam
darah.
Persiapan Alat dan Bahan :
 Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
 Obat dalam tempatnya
 Wadah cairan ( kantong atau botol )
 Kapas alcohol.
Prosedur Kerja :
 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
 Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukkan ke dalam
spuit.
 Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong.
 Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
 Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit hingga menembus
bagian tengah dan masukkan obat berlahan – lahan ke dalam kantong atau
wadah cairan.
 Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikan
kantong cairan secara perlahan – lahan dari satu ujung ke ujung lain.
 Perikasa kecepatan infus
 Cuci tangan
 Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
b) Pemberian obat melalui selang intravena.
Persiapan Alat dan Bahan :
 Spuit dan jarum yang sesui dengan ukuran
 Obat dalam tempatnya
 Selang intra vena
 Kapas alkohol
Prosedur Kerja :
 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai yang akan dilakukan.
 Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukan ke dalam spuit.
 Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena.
 Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan setop aliran.
 Lakukan penyuntikan denagn memasukan jarum spuit hinnga menembus bagian
tengah dan masukan obat secara perlahan – lahan ke dalam selang intravena.
 Setelah selesai, tarik spuit.
 Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat
 Cuci tangan
 Catat obat yang telah di berikan dan dosisnya.
VI. Hal yang harus diperhatikan
 Jarum suntik harus dalam keadaan steril
 Dilakukan dengan hati-hati dan tidak tergesa-gesa
 Kaji obat yang akan diberikan, karena obat harus tepat dan sesuai untuk jenis
penyakitnya. Apabila terjadi kesalahan dalam pemberian obat, obat tidak dapat ditarik
kembali
 Dosis yang diberikan harus tepat
 Tepat lokasi injeksi, artinya injeksi harus tepat pada vena
VII. Kekurangan Injeksi Intravena
o Dapat terjadi emboli
o Dapat terjadi infeksi karena jarum yang tidak steril
o Pembuluh darah dapat pecah
o Terjadi ematoma
o Dapat terjadi alergi
o Obat tidak dapat di tarik kembali
o Membutuhkan keahlian khusus
VIII. Kelebihan Injeksi Intravena
Dapat digunakan untuk pasien yang tidak sadar
Obat dapat terabsorbsi dengan sempurna
Obat dapat bekerja cepat
Tidak dapat mengiritasi lambung

Intramuskular yaitu injeksi ke dalam otot tubuh. Injeksi ini diabsorbsi lebih cepat daripada
injeksi subkutaneus karena suplai darah yang lebih besar ke otot tubuh. Otot juga dapat
menerima volume obat yang lebih besar tanpa menimbulkan ketidaknyamanan dibandingkan
jaringan subkutaneus, walaupun bergantung pada ukuran otot dan kondisi serta lokasi yang
digunakan.

Orang dewasa dengan perkembangan otot yang baik biasanya dapat menoleransi dengan aman
hingga 4 ml obat pada otot gluteus medius dan otot gluteus maksimus. Volume sebanyak 1-2 ml
biasanya dianjurkan untuk klien dewasa yang ototnya kurang berkembang. Pada otot deltoid,
dianjurkan volume obat 0.5-7 ml.

Biasanya, spuit 2-5 ml dibutuhkan. Ukuran spuit yang digunakan bergantung pada jumlah obat
yang akan diberikan. Jarum intramuskular kemasan standart memiliki panjang 1.5 inci.Beberapa
faktor yang menentukan ukuran dan panjang jarum yang akan digunakan adalah otot, tipe larutan
obat, jumlah jaringan adiposa yang menutup otot dan usia klien.

Pertimbangan utama dalam memberikan injeksi intramuskular adalah memilih lokasi injeksi
yang aman, jauh dari pembuluh darah besar, syaraf dan tulang. Beberapa lokasi tubuh untuk
melakukan injeksi intramuskular adalah Lokasi Ventrogluteal, Lokasi Vestus Lateralis, Lokasi
Dorsogluteal, Lokasi Deltoid. Kontraindikasi penggunaan lokasi tertentu antara lain cedera
jaringan dan adanya nodul, bengkak, abses, nyeri tekan atau keadaan patologis lainnya.

PEMBERIAN OBAT INTRA CUTAN DAN SUBCUTAN


SERTA SOP
A. Intra Cutan
1. Pengertian Intra Cutan
Intra Cutan adalah memberikan obat melalui suntikan ke dalam jaringan kulit, (lapisan dermis
atau dibawah epidermis) pada lengan bawah bagian dalam atau ditempat lain. Intra cutan biasa
digunakan untuk mengetahui sensitivitas (alergi) tubuh terhadap obat yang disuntikan dan cara
menyuntikannya obat dengan sudut jarum injeksi 5-15 derajat, setelah itu tunggu reaksi obat
antara 10-15 menit. Misalnya skin test pada obat cefotaxime. Injeksi intra kutan dimasukkan
langsung kelapisan epidermis tepat dibawah startum korneum.Umumnya berupa larutan atau
suspensi dalam air, volume yang disuntikkan sedikit (0,1 - 0,2 ml).
2. Tujuan Injeksi

 Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya dapat dilakukan dengan cara suntikan
intra cutan
 Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses penyerapan
(absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.
 Menghindarkan pasien dari efek alergi obat( dengan skin test).
 Membantu menentukan diagnose terhadap penyakit tertentu misalnya tubercullin test

3. Indikasi

 Injeksi biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena
tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral. Apabila klien tidak sadar atau
bingung, sehingga klien tidak mampu menelan atau mempertahankan obat dibawah lidah.
Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan obat klien dilakukan dengan pemberian obat
secara injeksi.

4. Persiapan Alat (steril & non steril)


Steril / Non steril
No Alat
1. Spuit 1 cc dan jarum steril dalam tempatnya Steril a

2. NaCl 0,9 % / aquades dan obat yang diperlukan Steril

3. Kapas alkohol Steril

4. Bengkok Steril
5. Pengalas (bila perlu) Non steril

6. Sarung tangan steril (handschoen) Steril

7. Catatan & pulpen Non steril

5. Mekanisme Kerja

NO PROSEDUR KERJA

1. Persiapan pasien

Tutup sampiran
Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan
Menanyakan kesiapan/ persetujuan klien sebelum kegiatan dilakukan.
2. Perawat mencuci tangan

Atur posisi pasien

Siapkan obat injeksi(spuit telah terisi dengan obat)

Memakai sarung tangan (handschoen).

Tentukan bagian yang akan diberikan obat. Membebaskan area yang akan disuntik dari pakaian

Pilih area penyuntikan yang tepat. Letakan pengalas bila perlu.

Membersihkan area penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol dari tengah keluar secara melingkar
sekitar 5 cm, menggunakan tangan yang tidak untuk menginjeksi.

Gunakan spuit, lepaskan kap penutup secara tegak lurus sambil menunggu antiseptik kering dan keluarkan
udara dari spuit

Pegang spuit dengan salah satu tangan yang dominan antara ibu jari dan jari telunjuk dengan telapak tangan
menghadap kebawah. Pegang erat lengan klien dengan tangan kiri, tegangkan area penyuntikan

Secara hati – hati tusuk / suntikan jarum dengan lubang jarum menghadap keatas, sudut 15’ sampai 30 derajat.

Raih pangkal jarum dengan ibu jari, lalu dorong cairan obat perlahan-lahan.

Beri tanda pada area suntikan menggunakan spidol atau polpen. Tuliskan jam pada saat melakukan skintest.

Setelah 10-15 menit check kembali reaksi obat yang telah disuntikan apakah bernilai positif atau negative.

Membereskan alat – alat.

Buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kap nya (guna mencegah cidera pada perawat) pada tempat
pembuangan secara benar.

Melepas sarung tangan dan merapihkan pasien

Mencuci tangan
3. Dokumentasi, Catat pemberian obat yang telah dilaksanakan (dosis, waktu, cara) pada lembar obat.atau catatan
perawat.

4. Evaluasi respon klient setelah pemberian tindakan pemberian obat melalui intra cutan.

B. Sub Cutan

1. Pengertian Subcutan
Memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dilakukan pada lengan atas sebelah luar,
pada bagian luar daerah dada dan ditempat lain yang dianggap perlu (misalnya pemberian
insulin pada pasien diabetes). Atau pada area bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau
lemak dibawah dermis.
2. Tujuan
Memasukkan sejumlah obat ke dalam jaringan dibawah kulit untuk diabsorbsi (penyerapan).
Memepercepat proses penyembuhan pasien.

3. Indikasi
Obat yang diberikan harus berdasarkan pengobatan
Sebelum menyiapkan obat suntikan bacalah dengan teliti, petunjuk pengobatan yang ada
dalam catatan medik atau status pasien
Pada waktu menyiapkan obat, bacalah dengan teliti label atau etiket obat dari tiap-tiap obat.
Obat yang etiketnya kurang jelas tidak diberikan
Perhatikan tekhnik septik dan aseptik.

4. Persiapan Alat (steril dan non steril)

Steril /
No Alat non steril
1. Spuit dan jarum steril (spuit 1-2 cc, jarum nomor 25) Steril

2. Obat yang diperlukan (vial atau ampul) Steril

3. Kapas alkohol Steril

4. Kassa steril untuk membuka ampul (bila perlu) Steril

5. Gergaji ampul (bila perlu) Non steril

6. Bengkok Steril

7. Pengalas (bila perlu) Non steril

8. Sarung tangan steril (handschoen) Steril

9. Daftar / formulir pengobatan Non steril

5. Mekanisme Kerja
NO PROSEDUR KERJA

1. Persiapan pasien

Tutup sampiran
Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan
Menanyakan kesiapan/ persetujuan klien sebelum kegiatan dilakukan.

2. Perawat mencuci tangan

Atur posisi pasien

Siapkan obat injeksi(spuit telah terisi dengan obat)

Memakai sarung tangan (handschoen).

Tentukan bagian yang akan diberikan obat. Membebaskan area yang akan disuntik dari pakaian

Pilih area penyuntikan yang tepat. Letakan pengalas bila perlu.

Membersihkan area penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol dari tengah keluar secara melingkar
sekitar 5 cm, menggunakan tangan yang tidak untuk menginjeksi.

Gunakan spuit, lepaskan kap penutup secara tegak lurus sambil menunggu antiseptik kering dan
keluarkan udara dari spuit

Pegang spuit dengan salah satu tangan yang dominan antara ibu jari dan jari telunjukdengan telapak
tangan menghadap ke arah samping, atas atau ke bawah.Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk
mengangkat / meregangkan kulit

Secara hati - hati tusuk / suntikan jarum dengan 45 derajat.Raih ujung bawah barrel spuit dengan tangan
non dominan dan pindahkan tangan dominan ke plunger. Lakukan aspirasi dengan cara menarik plunger, jika
terdapat darah dalam spuit maka segera cabut spuit untuk dibuang dan diganti dengan spuit dan obat yang
baru. bila tidak terdapat darah, suntikkan obat secara perlahan kedalam jaringan

Cabut spuit / jarum dengan cepat sambil meletakkan kapas alkohol pada tempat penyuntikan lalu usap
pada area injeksi. bila tempat penusukan mengeluarkan darah, tekan tempat penusukan dengan kassa steril
kering sampai perdarahan berhenti. buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kapnya. pada tempat
pembuangan secara benar.

Membereskan alat – alat, Melepas sarung tangan dan merapihkan pasien

Mengatur posisi pasien

Mencuci tangan

5. Dokumentasi, Catat pemberian obat yang telah dilaksanakan (dosis, waktu, cara) pada lembar obat.atau
catatan perawat.

6. Evaluasi respon klient setelah pemberian tindakan pemberian obat melalui intra cutan.
STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP)
PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRA CUTAN DAN SUB CUTAN

Nama :

Nim :

A. INTRA CUTAN

PROSEDUR KERJA NILAI

NO 0 1 2

1. Persiapan alat

1. Spuit 1 cc danjarumsterildalamtempatnya
2. NaCl 0,9 % / aquadesdanobat yang diperlukan
3. Kapasalcohol
4. Bengkok
5. Pengalas (bilaperlu)
6. Sarungtangansteril (handschoen)
7. Catatan&pulpen

2. Persiapan Lingkungan

1. Jaga Privasi Klien (tutup sampiran)

3. Persiapan klien

Jelaskantujuandanprosedur yang akandilakukan


Atur posisi pasien sesuai kebutuhan
4. Prosedur kerja
Cuci tangan
Memasang perlak dan alasnya
Membebaskan daerah yang akan di injeksi
Memakai handscoon (sarung tangan)
Bersihkan kulit yang akan disuntik/injeksi
menggunakan kapas alkohol
Gunakan ibu jari dan telunjuk untuk meregangkan
kulit
Tusukan spuit dengan kemiringan 15 –30 , jarum
masuk kurang lebih 0,5 cm
Masukan obat secara perlahan, pastikan ada
benjolan kira-kira satu biji kacang lalu Cabut jarum dari
tempat penusukan
Beri tanda lingkaran pada benjolan tadi, Tuliskan
jam padasaatmelakukanskintest.(Setelah 10-15 menit
check kembali reaksi obat yang
telahdisuntikanapakahbernilaipositifatau negative).
Buang spuit kedalam bengkok
Merapikan pasien (kembalikan posisi pasien)
Bereskan alat alat
Lepaskan sarung tangan (handschoen)
Cuci tangan
5. Dokumentasi

Catat pemberian obat yang telah dilaksanakan (dosis,


waktu, cara) pada lembar obat.atau catatan perawat.

B. SUB CUTAN

PROSEDUR KERJA NILAI

NO 0 1 2

1. 11. . Persiapan alat


111
1. Sarung tangan(handchoen)
2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
3. Jarum steril
4. Kapas alkohol
5. Perlak dan pengalas
6. Obat sesuai program terapi
7. Bengkok

Persiapan Lingkungan

2. Jaga Privasi Klien (tutup sampiran)

Persiapan klien

Jelaskantujuandanprosedur yang akandilakukan


Atur posisi pasien sesuai kebutuhan

Prosedur kerja
Mencuci tangan
Menyiapkan obat sesuai aturan
Atur posisi klien sesuai kebutuhan
Pasang perlak dan pengalas
Bebaskan daerah yang akan di injeksi dari pakaian
Pakailah handschoen (sarung tangan)
Bersihkan kulit menggunakan kapas alkohol dari
dalam ke luar
Masukan spuit dengan sudut 45
Lakukan aspirasi, pastikan tidak ada darah masuk
ke spuit
Masukan obat secara perlahan
Cabut jarum
Buang spuit dalam bengkok

Dokumentasi

Catat pemberian obat yang telah dilaksanakan (dosis,


waktu, cara) pada lembar obat.atau catatan perawat.
DASAR DASAR INJEKSI
PPemberian suntikan (injeksi) adalah kegiatan rutin dalam penanganan pasien, dan teknik suntikan
yang baik mengurangi rasa sakit yang dialami pasien. Namun, penguasaan teknik tanpa
mengembangkan dasar pengetahuan dapat memberikan resiko komplikasi yang tidak diinginkan.

Ada empat pertimbangan utama mengenai pemberian suntikan: rute, lokasi, teknik dan peralatan.

RUTE INJEKSI

RUTE INTRAVENA

Rute Intravena (IV) memanfaatkan sistem peredaran darah untuk menyebarkan baik cairan,
elektrolit, zat makanan maupun obat, termasuk juga darah dan komponen-komponennya.
Beberapa keuntungan menggunakan rute Intravena ni adalah merupakan rute yang langsung
dapat menyebarkan terapi ke seluruh tubuh, dapat dilakukan pada pasien tidak sadar maupun
yang tidak kooperatif, absorbsi obat langsung ke aliran darah. Namun rute ini mempunyai dapat
menuai kerugian, yaitu : dapat terjadi kelebihan cairan, embolus udara, septikemia maupun
infeksi setempat, thrombophlebitis, hematoma, nyeri dan juga reaksi hipersensitifitas.

Secara umum suntikan Intravena mempunyai arti pemberian pengobatan dalam jumlah sedikit
yang langsung dimasukan ke dalam aliran vena. Metode ini mengharapkan reaksi obat yang
cepat. Biasanya, obat intravena akan diberikan dalam lingkungan di mana unit darurat dan
peralatan resusitasi tersedia. Karena risiko anafilaksis, epinefrin harus tersedia.

Rute ini menggunakan jarum 20G – 23G dan sebuah torniquet yang berguna untuk membendung
vena.

Reaksi anafilaksis yang dapat mengancam jiwa dapat dibaca di : REAKSI ANAFILAKSIS YANG
MENGANCAM JIWA
RUTE INTRADERMAL

Rute intradermal lebih mengutamakan efek lokal daripada sistemik, dan lebih digunakan untuk
tujuan diagnostik seperti pengujian alergi atau tuberkulin atau untuk anestesi lokal.

Untuk memberikan suntikan intradermal digunakan jarum 25G yang ditusukan dengan sudut 10-
15 °, bevel up, sampai tepat di bawah epidermis, dan selanjutnya cairan disuntikkan 0.5 ml
sampai gembungan muncul di permukaan kulit. Lokasi yang cocok untuk suntikan intradermal
sama dengan untuk suntikan subkutan, termasuk juga lengan bagian dalam dan tulang belikat.

Gambar.1 : Bevel up Gambar.2 : Ilustrasi perbedaan Bevel up dengan Bevel down

RUTE SUBKTAN

Rute subkutan digunakan untuk penyerapan obat yang lambat dan berkelanjutan. Biasanya cairan
yang diberikan sebanyak 1-2 ml disuntikkan ke dalam jaringan subkutan. Rute ini sangat ideal
untuk obat-obatan seperti insulin, yang memerlukan pelepasan obat yang lambat dan stabil, dan
juga karena relatif bebas dari nyeri, sangat cocok untuk suntikan yang sering dilakukan.

Suntikan Subkutan dilakukan dengan sudut 45 ° pada kulit yang sedikit diangkat. Namun,
dengan adanya jarum insulin yang lebih pendek (5, 6 atau 8 mm), direkomendasi suntikan
dengan sudut 90 ° untuk insulin. Pengangkatan kulit dilakukan dengan mencubit kulit untuk
mengangkat jaringan adiposa menjauhi otot yang berada di bawahnya, terutama pada pasien
kurus.

Gambar.3 : Ilustrasi mencubit untuk mengangkat jaringan adiposa dari otot

Jika suntikan diberikan terlalu dalam dan masuk ke dalam otot, insulin diserap lebih cepat dan
dapat menyebabkan ketidakstabilan glukosa dan potensi hipoglikemia. Episode hipoglikemik ini
dapat juga terjadi jika lokasi anatomis suntikan dipindah, seperti insulin diserap pada tingkat
yang bervariasi dari lokasi anatomi yang berbeda. Oleh karena itu suntikan insulin harus
sistematis diputar dalam lokasi anatomi misalnya, menggunakan lokasi pada lengan atas atau
perut selama beberapa bulan, sebelum dipindah ke tempat lain di tubuh.

Aspirasi yang dilakukan sebelum suntikan Subkutan masih diperdebatkan. Peragallo-Dittko


(1997) melaporkan hasil penelitian yang mengemukakan darah tidak tersedot pada aspirasi
sebelum suntikan subkutan, menunjukkan bahwa menusuk pembuluh darah dalam suntikan
subkutan merupakan kejadian yang sangat langka. Selain itu, produsen perangkat insulin tidak
menganjurkan aspirasi sebelum suntikan. Dilaporkan juga aspirasi sebelum pemberian heparin
meningkat risiko pembentukan hematoma.

Gambar.4 : Lokasi penyuntikan rute Intrakutan dan Subkutan

RUTE INTRAMUSKULAR

Suntikan Intramuskular (IM) merupakan teknik memasukan obat dengan memanfaatkan perfusi
otot, memberikan penyerapan sistemik yang cepat dan menyerap dosis yang relatif besar. Pilihan
lokasi dalam suntikan Intramuskular ini harus mempertimbangkan keadaan umum pasien, usia,
dan jumlah obat yang diberikan. Lokasi yang direncanakan untuk suntikan harus diperiksa untuk
mencari tanda-tanda adanya peradangan, dan harus bebas dari lesi kulit. Demikian pula, 2-4 jam
setelah suntikan, lokasi suntikan harus diperiksa untuk memastikan tidak ada reaksi yang
merugikan. Dokumentasi berupa foto dan notifikasi diperlukan pada suntikan yang dilakukan
berulang atau sering, untuk memastikan rotasi yang seimbang. Hal ini dapat mengurangi
ketidaknyamanan pasien akibat suntikan yang berlebihan dari salah satu lokasi, dan mengurangi
kemungkinan komplikasi, seperti atrofi otot atau abses steril yang dihasilkan dari jeleknya
absorbsi jaringan.

Pasien yang telah berumur dan pasien kurus cenderung memiliki lebih sedikit otot daripada yang
lebih muda atau pasien yang aktif. Oleh karena itu lokasi suntikan harus dinilai banyaknya massa
otot. Pada pasien yang memiliki massa otot sedikit lebih baik melakukan penggembungan otot
sebelum penyuntikan.

Ada lima situs yang tersedia untuk suntikan Intramuskular, yaitu:


 Otot deltoid lengan atas, yang digunakan untuk vaksin seperti hepatitis B dan tetanus toksoid.
 Lokasi dorsogluteal memanfaatkan musculus Gluteus maximus. Catatan, ada komplikasi yang
terkait dengan lokasi ini, karena ada kemungkinan merusak nervus sciatic atau arteri Gluteal
superior jika penusukan jarum salah. Beyea dan Nicholl (1995) melaporkan suntikan ke lokasi
dorsogluteal, cairan yang disuntikan lebih sering masuk ke dalam jaringan adiposa daripada
otot, dan akibatnya memperlambat laju penyerapan obat.
 Lokasi ventrogluteal merupakan pilihan yang lebih aman dalam mengakses musculus Gluteus
medius. Lokasi ini merupakan lokasi utama untuk suntikan Intramuskular karena menghindari
semua saraf utama dan pembuluh darah dan tidak ada komplikasi dilaporkan. Selain itu,
jaringan adiposa pada lokasi ventrogluteal memiliki ketebalan yang relatif konsisten, yaitu: 3.75
cm dibandingkan dengan 1-9 cm pada lokasi dorsogluteal, sehingga memastikan bahwa ukuran
jarum 21G akan menembus area otot gluteus medius.
 Vastus lateralis adalah otot paha depan terletak di sisi luar tulang paha. Lokasi ini umunya dipilih
pada pasien anak-anak. Resiko yang terkait dengan otot ini adalah cedera pada nervus femoralis
dan atrofi otot dikarenakan suntikan yang sering. Beyea dan Nicholl (1995) mengemukakan
bahwa situs ini aman untuk pasien anak-anak sampai usia tujuh bulan.
 Musculus Rektus femoris adalah otot paha anterior yang jarang digunakan, tetapi mudah dicapai
jika menyuntik diri sendiri atau untuk bayi.

TEKNIK INJEKSI

Sudut masuk jarum dapat berkontribusi pada nyeri yang dirasakan pasien. Suntikan
intramuskular harus dilakukan dengan sudut 90 ° untuk memastikan jarum mencapai otot, dan
mengurangi rasa sakit. Tangan non dominan diposisikan dekat dengan lokasi penyuntikan,
berguna untuk fiksasi lokasi dan meningkatkan akurasi situs.

Oleh karena itu, untuk memastikan suntikan masuk dengan sudut yang tepat, penyuntikan
dimulai dengan bantalan telapak tangan (yang dekat dengan pergelangan) diletakan pada ibu jari
tangan non-dominan, dan memegang suntik antara ibu jari dan jari telunjuk, selanjutnya dorong
masuk jarum ke dalam kulit dengan tegas dan akurat pada sudut yang tepat.

Untuk rute Intravena perlunya pembendungan vena untuk memunculkan vena ke superfisial
sehingga akan mempermudah penyuntikan. Dan jika perlunya suntikan yang sering dan
berkelanjutan, perlu dipertibangkan untuk pemasangan kanul bercabang (three way).

TEKNIK Z

Teknik Z awalnya diperkenalkan untuk obat yang meninggalkan noda pada kulit atau
menyebabkan iritasi. Sekarang ini direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai obat
Intramuskular dan diyakini dapat mengurangi rasa sakit, serta kejadian kebocoran.

Pada teknik suntikan ini, kulit ditarik ke salah satu sisi pada lokasi yang dipilih. Dengan ini kulit
dan jaringan subkutan bergerak sekitar 1-2 cm. Penting untuk diingat, bahwa kulit yang bergerak
akan mengalihkan perhatian dari tujuan jarum yang akan disuntikan. Oleh karena itu, setelah
lokasi permukaan pertama kali diidentifikasi, selanjutnya adalah memvisualisasikan otot yang
akan menerima suntikan, dan arah tujuan ke lokasi itu, bukan tanda pada kulit. Jarum
dimasukkan dan suntikan diberikan. Biarkan sepuluh detik sebelum mencabut jarum untuk
memungkinkan obat untuk berdifusi ke otot. Setelah jarum dicabut, kulit yang tadinya ditarik
sekarang dapat dilepaskan. Jaringan kemudian akan menutup deposit obat dan mencegah
kebocoran. Menggerak-gerakan ekstremitas setelah penyuntikan diyakini membantu penyerapan
obat dengan meningkatkan aliran darah ke lokasi tersebut.

Gambar.5 : Ilustrasi dari teknik Z

PROSEDUR ASPIRASI PADA INJEKSI

Meskipun aspirasi tidak lagi direkomendasikan untuk suntikan Subkutan, aspirasi harus
dilakukan pada suntikan Intramuskular. Jika jarum masuk dalam pembuluh darah, obat akan
diberikan secara intravena dan dapat menyebabkan embolus sebagai akibat dari komponen obat.
Setelah penyisipan ke dalam otot, aspirasi harus dipertahankan selama beberapa detik untuk
memungkinkan darah muncul, terutama jika diameter jarum kecil. Jika darah yang tersedot,
jarum suntik harus dibuang dan obat baru yang disiapkan. Jika darah tidak tersedot, lanjutkan
untuk menyuntikkan obat dengan tingkatan sekitar 1 ml setiap sepuluh detik. Suntikan yang
lambat ini memungkinkan waktu untuk serat otot untuk memperluas dan menyerap cairan. Ada
beberapa obat yang harus menunggu sepuluh detik sebelum jarum dapat ditarik keluar, untuk
memungkinkan obat untuk berdifusi ke otot. Jika ada rembesan dari lokasi, tekan lokasi suntikan
menggunakan kasa. Rekatkan plester kecil pada lokasi penyuntikan. Pijatan atau menggosok
setelah penyuntikan sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan obat bocor dari lokasi
masuknya jarum dan akan mengiritasi jaringan sekitar.

Aspirasi pada suntikan Intravena berguna untuk memastikan jarum telah masuk ke dalam
pembuluh vena, maka berbeda dengan Intramuskular pada suntikan Intravena yang diharapkan
adalah tersedotnya darah.

PEMBERSIHAN KULIT PADA INJEKSI

Meskipun diketahui bahwa membersihkan lokasi dengan kapas alkohol sebelum suntikan
parenteral mengurangi bakteri, ada perdebatan dalam prakteknya. Pembersihan dengan
menggunakan alkohol sebelum penyuntikan insulin Subkutan akan membuat kulit mengeras oleh
alkohol. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pembersihan tersebut tidak selalu
diperlukan dan bahwa kurangnya persiapan kulit tidak mengakibatkan infeksi.
Beberapa ahli percaya bahwa jika pasien secara fisik telah membersihkan kulitnya dengan baik
dan tenaga medis mempertahankan standar yang tinggi dalam kebersihan tangan dan asepsis
selama prosedur, pembersihan kulit sebelum suntikan Intramuskular tidak perlu dilakukan. Jika
pembersihan kulit diputuskan untuk dilakukan, kulit harus dibersihkan dengan kapas alkohol
selama 30 detik, dan kemudian dibiarkan kering selama minimal 30 detik. Selain itu, jika
suntikan diberikan sebelum alkohol mengering, tidak hanya dapat meningkatkan rasa sakit bagi
pasien, bakteri belum benar-benar tidak aktif dan dapat masuk ke dalam tempat suntikan.

PERALATAN INJEKSI

Untuk penyuntikan Intramuskular, jarum harus cukup panjang untuk menembus otot dan masih
memungkinkan seperempat jarum untuk tetap di luar kulit. Ukuran yang paling umum untuk
suntikan Intramuskular adalah nomor 21G (hijau) atau 23G (biru) dengan panjang 1,25-2 inchi.
Pada pasien gemuk yang memiliki banyak jaringan adiposa, jarum yang lebih panjang diperlukan
untuk memastikan suntikan mencapai otot sasaran. Cockshott et al (1982) menemukan bahwa
pada lokasi dorsogluteal, wanita memiliki jaringan adiposa hingga 2,5 cm lebih banyak dari pada
laki-laki, oleh karena itu dengan menggunakan jarum nomor 21G dengan panjang 1,5 inci (hijau)
hanya akan mencapai otot gluteus maximus pada 5% perempuan dan 15% laki-laki.

Gambar.6 : Ilustrasi warna jarum suntik dan panjang

Beyea dan Nicholl (1995) merekomendasikan jarum harus diganti setelah pengambilan obat,
untuk memastikan bahwa jarum itu kering dan tajam. Pada pengambilan obat yang berasal dari
botol kaca, jarum yang mempunyai penyaring dianjurkan untuk digunakan, hal ini menghindari
potensi terhisapnya pecahan kaca yang masuk ke obat. Jika obat dari ampul plastik, jarum dapat
tumpul. Begitu juga pada penusukan karet penutup obat. Jarum yang tumpul itu dapat
menyebabkan trauma jaringan lokal, dan kontaminasi obat selama persiapan akan meningkatkan
sensitivitas jaringan, dan akibatnya nyeri bagi pasien.

Ukuran barel suntik ditentukan oleh jumlah cairan yang diperlukan untuk mengisi obat. Untuk
suntikan kurang dari 1 ml, barel suntik kecil (dosis rendah) harus digunakan untuk memastikan
dosis yang akurat. Untuk suntikan dari lebih 5 ml, disarankan agar dosis dibagi sama rata untuk
dua lokasi penyuntikan.

SARUNG TANGAN DAN APRON

Ada kebijakan di beberapa institusi yang mengharuskan penggunaan sarung tangan dan celemek
selama prosedur suntikan untuk perlindungan. Tetapi harus diingat bahwa sarung tangan dapat
melindungi tenaga medis dari cairan tubuh atau alergi, tetapi tidak untuk perlindungan terhadap
luka tusuk jarum.

Beberapa orang akan canggung saat menggunakan sarung tangan dalam melaksanakan prosedur,
terutama jika pertama kali melaksanakan prosedur itu. Tetapi perlu lebih berhati-hati jika
mempersiapkan dan memberikan suntikan tanpa sarung tangan untuk memastikan bahwa
tumpahan obat tidak terjadi. Jarum langsung dibuang ke pembuangan setelah prosedur selesai.
Sadarilah bahwa jarum bisa jatuh dari nampan ke seprai ketika memposisikan pasien selama
prosedur dan mungkin secara tidak sengaja menyebabkan cedera tertusuk jarum suntik baik staf
maupun pasien.

Celemek dapat dipakai untuk melindungi seragam dari tumpahan selama persiapan obat dan
untuk mencegah transfer organisme antara pasien. Selanjutnya membuang celemek setelah
prosedur untuk memastikan tumpahan tidak kontak dengan kulit tenaga medis.

MENGURANGI SAKIT INJEKSI

Pasien sering takut untuk disuntik karena mereka menganggap bahwa suntik itu sakit. Rasa sakit
dari suntikan Intramuskular dapat menjalar ke reseptor nyeri di kulit, atau reseptor tekanan di
otot. Torrance (1989) mencantumkan sejumlah faktor yang menyebabkan rasa sakit:

 Jarum
 Komposisi kimia dari obat.
 Teknik
 Kecepatan suntikan.
 Volume obat.

Dengan teknik yang baik dan informasi yang sesuai juga sikap tenaga medis yang tenang dan
percaya diri akan membantu untuk mengurangi kecemasan pasien. Teknik pengalihan perhatian
atau modifikasi perilaku dapat berguna, terutama untuk program pengobatan yang panjang, juga
persiapan yang dilakukan tidak terlihat oleh pasien dapat mengurangi kecemasan.
Gambar.7 : Kecemasan berlebih dengan melihat jarum suntik

Tenaga medis perlu menyadari bahwa pasien dapat saja mengalami sinkop atau pusing setelah
suntikan rutin. Dengan memastikan riwayat respon pasien terhadap suntikan dan memastikan
lingkungan aman, akan mengurangi resiko cedera. Yang paling rentan untuk terjadinya pingsan
adalah kelompok umur remaja.

KOMPLIKASI INJEKSI

Komplikasi yang terjadi sebagai akibat dari infeksi dapat dicegah dengan tindakan aseptik ketat
dan praktek cuci tangan yang baik. Abses steril dapat terjadi sebagai hasil dari seringnya
suntikan diberikan pada satu lokasi atau miskinnya aliran darah lokal. Lokasi yang edema atau
lumpuh memiliki kemampuan yang terbatas untuk menyerap obat dan tidak boleh digunakan
sebagai lokasi penyuntikan.

Pemilihan lokasi yang hati-hati akan mengurangi kemungkinan cedera saraf, suntikan intravena
dan embolus yang dihasilkan dari komposisi obat. Rotasi sistematis dari lokasi akan mencegah
miopati atau lipohipertrofi. Ukuran jarum yang tepat dan pemilihan loksi pada lokasi
ventrogluteal, akan memastikan bahwa obat disuntik ke otot, bukan jaringan adiposa.
Penggunaan teknik Z akan mengurangi rasa sakit dan perubahan warna kulit yang terkait dengan
beberapa obat.

TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL INJEKSI

Setelah obat parenteral telah disuntikan, obat itu tidak dapat diambil kembali. Identifikasi pasien
yang tepat untuk obat yang tepat, dalam dosis yang tepat, pada waktu yang tepat, melalui rute
yang tepat sangat penting untuk mencegah kesalahan pengobatan. Semua obat harus disiapkan
menurut petunjuk pabrik, dan tenaga medis harus memastikan mereka menyadari tindakan,
kontraindikasi dan efek samping obat yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai