Anda di halaman 1dari 4

B.

Cara-cara Pelepasan Plasenta/Psiologi


1. Metode Ekspulsi Schultze
Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir plasenta. Ditandai
oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini dikemukakan oleh Ahfled)
tanpa adanya perdarahan per vaginam. Lebih besar kemungkinannya terjadi pada plasenta
yang melekat di fundus.
2. Metode Ekspulsi Matthew-Duncan
Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas.
Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih hal ini patologik.Lebih besar
kemungkinan pada implantasi lateral.
Apabila plasenta lahir, umumnya otot-otot uterus segera berkontraksi, pembuluh-
pembuluh darah akan terjepit, dan perdarahan segera berhenti. Pada keadaan normal akan
lahir spontan dalam waktu lebih kurang 6 menit setelah anak lahir lengkap.
Beberapa Prasat untuk mengetahui apakah plasenta lepas dari tempat implantasinya:
a. Prasat Kustner.
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan
daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta
belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke dalam vagina, berarti
plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati. Apabila
hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.
b. Prasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri mengetok-
ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan ini berarti plasenta
belum lepas dari dinding uterus.

c. Prasat Klein
Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila
pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta
belum lepas dari dinding uterus.1[4]
C. Tanda–tanda pelepasan plasenta.
Adapun tanda – tanda pelepasan plasenta yaitu
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan
plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat
dan fundus berada di atas pusat.
b. Tali pusat memanjang.
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).
c. Semburan darah mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam
ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya
maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang – kadang
terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.2[5]

D. Manajemen Aktif Kala III


Manajemen aktif kala tiga akan menghasilkan kontraksi uterus yg lebih efektif.
Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala tiga sebagai berikut:
a. Kala tiga persalinan yg lebih singkat
b. Mengurangi jlh kehilangan darah
c. mengurangi kejadian retensio plasenta
Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama
a. Pemberian suntikan oksitosin
b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
c. Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (masase)
Pemberian Suntikan Oksitosin
a. Segera berikan bayi yang telah terbungkus kain kepada ibu untuk diberi ASI
b. Letakkan kain bersih di atas perut ibu
c. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
d. Memberitahukan pada ibu ia akan disuntik
e. Selambat-lambatnya dalam waktu dua menit setelah bayi lahir, segera suntikan oksitosin 10
unit ini pd 1/3 bawah paha kanan bagian luar
Penegangan tali pusat terkendali
a. Berdiri di samping ibu
b. pindahkan klem kedua yang telah di jepit sewaktu kala dua persalinan pada tali pusat sekitar
5-10 cm dari vulva
c. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (alas dengan kain) tepat di bawah tulang pubis,
gunakan tangan lain untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat melakukan
peregangan pada tali pusat, tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri ke bawah
dan atas (dorso-kranial) korpus.
d. Tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah bersamaan dengan itu, lakukan penekanan
korpus uteri ke arah bawah dan kranial hingga plasenta terlepas dari tempat implantasinya
e. Jika plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya peregangan tali pusat dan tidak ada
tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat
f. Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran  plasenta akan terdorong ke introitus
vagina. tetap tegang ke arah bawah mengikuti arah jalan lahir
g. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. selaput ketuban mudah robek: pegang plasenta dengan kedua
tangan rata dengan lembut putar plasenta hingga selaput terpilin
h. Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban
i. Jika terjadi selaput robekan pada selaput ketuban saat melahirkan plasenta, dengan hati-hati
periksa vagina dan serviks dengan seksama
Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri segera setelah kelahiran plasenta
1. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri
2. Jelaskan tindakan ini kepada ibu dan mungkin merasa tdk nyaman
3. Dengan lembut gerakkan tangan secara memutar pd fundus uteri  uterus berkontraksi
(gambar 5-2) jika tdk berkontraksi dlm wkt 15 dtk, lakukan penatalaksanaan atonia uteri
4. Periksa plasenta dan selaputnya utk memastikan keduanya lengkap dan utuh
5. Periksa uterus setelah satu hingga dua menit memastikan uterus berkontraksi dengan baik,
jika belum ulangi rangsangan taktil fundus uteri
6. Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap
30 menit selama satu jam kedua pascapersalinan3[6]

Anda mungkin juga menyukai